INHIBITOR KOROSI
Dosen Pembimbing : Ir. Retno Indarti,MT
Inhibitor katodik adalah zat yang dapat menghambat terjadinya reaksi dikatoda, karena pada
daerah katodik terbentuk logam hidroksida (MOH) yang sukar larut dan menempel kuat pada
permukaan logam sehingga menghambat laju korosi.
Beberapa contoh inhibitor katodik adalah garam magnesium, kalsium karbonat, dan
poliphospat. Pada umumnya inhibitor anodik lebih efisien daripada inhibitor katodik apabila
jumlah yang ditambahkan mencukupi.
Agar teradsorpsi harus ada gugus aktif (gugus heteroatom). Gugus ini akan teradsorpsi di
permukaan logam. Contoh : Senyawa asetilen, senyawa sulfur, senyawa amin, polifenol dan
senyawa aldehid.
Perlindungan logam oleh polifenol dan asam amino terjadi melalui tiga mekanisme,
yaitu adsorpsi secara fisika, adsorpsi secara kimia, dan pembentukan lapisan pada permukaan
logam. Adsorpsi secara fisika berlangsung dengan cepat karena interaksi elektrostatik antara
permukaan logam yang memiliki charge positif dengan polifenol yang memiliki charge
negatif, reaksi yang terjadi bersifat reversible. Adsorpsi secara fisika mudah terlepas akibat
gangguan mekanis dan peningkatan temperatur. Sedangkan adsorpsi secara kimia bersifat lebih
stabil, tidak sepenuhnya reversible dan berlangsung dengan lambat. Semakin tinggi temperatur
mengakibatkan peningkatan adsorpsi dan inhibisi. Adsorpsi secara kimia merupakan aktivitas
transfer atau berbagi elektron antara polifenol atau asam amio dengan permukaan logam
sehingga menentukan kemampuan inhibisi.
Perhitungan laju korosi dilakukan dengan metode pengurangan berat dengan menggunakan
rumus berikut:
W ( g ) 1000 365day
r (mpy) x milx
A(cm ) xtx 2,54
2
1 years
W (mg )
r (mdd )
A(dm 2 ) xt
Keterangan:
∆W = Selisih berat (berat awal dikurang akhir (gr))
A = Luas benda kerja (cm2)
t = Waktu (hari)
ρ = densitas logam (g/cm3)
BAB III
METODE PERCOBAAN
Keringkan
Keringkan
(a) (b)
(a) Awal proses korosi
(b) Setelah 7 hari
2 Larutan NaCl + CaO Warna larutan
berubah setelah
proses korosi menjadi
kekuningan
Terdapat endapan
kekuningan yang
merupakan produk
korosi serta
merupakan lapisan
pasif.
Terdapat warna
kehitaman pada
permukaan logam.
(a) (b)
(a) (b)
(a) (b)
25
Laju Korosi (mdd)
20
Tanpa
Aerasi
15
Dengan
10 Aerasi
0
NaCl NaCl + CaO NaCl +Boraks NaCl +
K2CrO7
Pada proses korosi yang terjadi dalam larutan NaCl saja memiliki laju korosi
sebesar 15.25 mdd. Mekanisme korosi pada logam Fe dalam larutan NaCl diawali dengan
NaCl dalam larutan terurai menjadi ion-ionnya sesuai dengan reaksi
Proses korosi yang terjadi pada logam besi dikarenakan adanya ion klorida (Cl-) yang
sifatnya agresif serta menyerang permukaan logam. Proses korosi yang berlangsung pada
logam besi tersebut sebagai berikut.
Anoda : Fe Fe2+ + 2e
Fe + 2H2O Fe(OH)2 + H2
Pada logam besi yang dimasukan dalam larutan NaCl+kromat, laju korosinya
sebesar 6.07 mdd. Nilai tersebut lebih kecil dibandingkan dengan laju korosi pada larutan
NaCl bahkan pada larutan lainnya. Hal tesebut karena Cr2O72- mempasivasi logam
dengan peningkatan reaksi katodik dari Cr2O72- menjadi Cr2O3 dan menghasilkan lapisan
pasif Cr2O3 . Mekanisme pembentukan lapisan tipis dari inhibitor kromat pada anoda
adalah sebagai berikut:
Fe2O3 serta Cr2O3 yang terbentuk berupa endapan. Endapan ini bertindak sebagai lapisan
tipis / lapisan pasif yang melindungi permukaan logam dari korosi.
Berdasarkan data yang diperoleh teramati bahwa pada proses dengan tanpa
aerasi, logam besi yang dimasukan dalam larutan NaCl+Boraks memiliki laju korosi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan larutan lainnya. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori
dikarenakan nilai laju korosi dengan inhibitor boraks lebih tinggi dibandingkan lju korosi
tanpa adanya inhibitor. Besarnya nilai tersebut dapat disebabkan oleh adanya udara yang
masuk dalam sistem karena terdapat celah udara pada proses penutupan dengan
aluminium foil.
Berdasarkan data di atas, maka inhibitor terbaik yang digunakan pada praktikum
secara berturut-turut, yaitu kromat, CaO, dan boraks. Hal tersebut telah sesuai dengan
teori. Namun, penggunaan inhibitor boraks padapraktikum ini tidak menghambat proses
laju korosi yang terjadi.
Berdarsarkan data yang diperoleh dapat teramati bahwa dengan pada proses
korosi secara aerasi dan tanpa aerasi mempengaruhi laju korosi masing-masing logam.
Laju korosi logam Fe lebih besar pada lingkungan yang diaerasi dibandingkan dengan
lingkungan tanpa aerasi. Hal tersebut terjadi karena pada lingkungan aerasi dipengaruhi
oleh kandungan oksigen yang dapat mempercepat proses korosi yang berlangsung.
Selain itu, perlakuan awal pada logam dapat mempengaruhi proses korosi yang
berlangsung. Perlakuan mekanik pada logam seperti pengamplasan yang tidak bersih
dapat mempengaruhi proses korosi yang berlangsung sehingga lebih mudah terjadi.
4.2.2 Wulandari (151411063)
Inhibitor bertujuan untuk memperkecil laju korosi dengan penambahan zat kimia. Zat
kimia tersebut akan mengubah lingkungan elektrolit dari logam. Zat kimia yang
ditambahkan sebagai inhibitor yaitu Cr, CaO dan boraks. Boraks merupakan inhibitor
anodik nonoksidator, Cr merupakan jenis inhibitor anodik oksidator dan CaO merupakan
jenis inhibitor katodik. Inhibitor oksidator dapat efektif tanpa oksigen, sedangkan inhibitor
non oksidator hanya efektif dengan adanya oksigen terlarut.
Dari hasil praktikum, dapat dibandingkan laju korosi logam yang tidak menggunakan
inhibitor dengan yang menggunakan inhibitor. Untuk laju korosi dengan aerasi terdapat
data yang tidak sesuai dengan teori yang dimana laju korosi logam yang ditambahkan
inhibitor lebih cepat dibandingkan yang tanpa penambahan inhibitor. Hal tersebut
disebabkan karena pada saat tahap persiapan benda kerja kurang bersih, dan kurang
diamplas. Yang dimana seharusnya dengan penambahan inhibitor sendiri dapat
memperlambat laju korosi itu sendiri.
Berdasarkan praktikum laju korosi logam dengan aerasi lebih cepat dan yang tanpa aerasi
lebih lambat.
Laju korosi dengan penambahan borax tanpa aerasi mempunyai nilai laju korosi yang lebih
kecil dibandingkan dengan laju korosi dengan penambahan borax yang menggunakan
aerasi. Padahal berdasarkan teori, inhibitor anodik non-oksiodator sangat efektif untuk
mengendalikan korosi dengan adanya oksigen terlarut. Mungkin hal ini terjadi karena
disebabkan oleh konsentrasi inhibitor yang sangat rendah sehingga apabila di tambah
oksigen (adanya oksigen terlarut) maka inhibitor tersebut tidak mampu untuk menahan
terbentuknya korosi.
Mekanisme korosi yang terjadi di larutan NaCl adalah sebagai berikut:
Anoda: 𝐹𝑒 → 𝐹𝑒 2+ + 2𝑒
Katoda: 2𝐻2 𝑂 + 2𝑒 → 2𝑂𝐻 − + 𝐻2
Maka ion Fe2+ akan berkaitan dengan ion OH- dan membentuk logam hidroksida sesuai
reaksi berikut: 𝐹𝑒 2+(𝑎𝑞) + 2𝑂𝐻 − (𝑎𝑞) → 𝐹𝑒(𝑂𝐻)2 (𝑎𝑞)
Kemudian membentuk endapan berupa karat, reaksinya adalah:
𝐹𝑒(𝑂𝐻)2(𝑎𝑞) + 𝐻2 𝑂 → 𝐹𝑒2 𝑂3 . 𝑥𝐻2 𝑂
𝐹𝑒2 𝑂3 . 𝑥𝐻2 𝑂 merupakan karat yang dihasilkan besi yang berwarna merah kecoklatan, dan
apabila terlarut dalam air akan menghasilkan warna coklat.
4.2.3 Yaumi Istiqlaliyah (151411064)
Pada praktikum kali ini dilakukan proses korosi dengan penambahan inhibitor.
Proses korosi dilakukan dengan aerasi dan tanpa aerasi. Sedangkan inhibitor yang
ditambahkan dalam larutan NaCl 3,56% ialah boraks (inhibitor anodik non oksidator),
CaO (inhibitor katodik), dan K2Cr2O7 (inhibitor anodik oksidator).
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai laju korosi pada larutan
NaCl dengan penambahan inhibitor CaO dan K2Cr2O7 lebih rendah dibandingkan laju
korosi pada larutan NaCl tanpa penambahan inhibitor. Hal ini telah sesuai dengan teori
yang menyebutkan bahwa inhibitor dapat menghambat laju korosi.
Namun pada larutan NaCl+boraks, nilai laju korosi lebih tinggi. Perbedaan ini
dapat terjadi karena proses pengampelasan yang belum maksimal sehingga masih
terdapat kotoran pada benda kerja yang digunakan. Selain itu kemungkinan penutupan
gelas menggunakan alumunium tidak rapat sehingga ada oksigen yang masuk dan ikut
bereaksi.
- Hasil korosi dan proses inhibisi dipengaruhi oleh jumlah dan konsentrasi inhibitor.
Sehingga penambahan sejumlah inhibitor kedalam larutan elektolit perlu diperhatikan
- Penambahan jumlah dan konsentrasi inhibitor yang kurang optimal tidak akan
menghasilkan hasil inhibisi yang optimal.
5.3 Yaumi Istiqlaliyah (151411064)
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses korosi pada logam baja dalam larutan NaCl ialah sebagai berikut :
Anoda : Fe Fe2+ + 2e
Katoda : 2H2O + 2e H2 + 2OH-
Fe + 2H2O Fe(OH)2 + H2
2. Penamban inhibitor berupa boraks, CaO, dan K2Cr2O7 dapat memperlambat laju
korosi logam. Pada lingkungan dengan aerasi diperoleh nilai laju korosinya lebih
tinggi dibandingkan dengan tanpa aerasi.
3. Nilai laju korosi logam di berbagai lingkungan elektrolit ialah sebagai berikut :
Laju
No
Proses Lingkungan Elektrolit korosi
Logam
(mdd)
1 NaCl 15.25
2 Tanpa NaCl + CaO 13.16
3 Aerasi NaCl + Boraks 18.99
4 NaCl + K2CrO7 6.07
5 NaCl 16.82
6 NaCl + CaO 19.21
Aerasi
7 NaCl + Boraks 25,23
8 NaCl + K2CrO7 18.32
DAFTAR PUSTAKA
Fontana, M. G., 1987. “Corrosion Engineering”, McGraw-Hill, third ed., New York
Dalimunthe, Indra Surya. 2004 .“Kimia Dari Inhibitor Korosi”.Program Studi Teknik Kimia.
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
Sofia, Loren 2009. “Pengujian Mesin EDAQ untuk Mengukur Laju Korosi “, Sigma Epsilon,
Tonapa, Yunus, Agustinus Ngatin, Retno Indarti, Mentik Hulupi. 2008. “Buku Petunjuk
Pelaksanaan Praktikum Teknik Pencegahan Korosi.” Jurusan Teknik Kimia.
Politeknik Negeri Bandung.
Indarti R., dan Ngatin A. 2010. “Buku Ajar Teknik Pengendalian Korosi”. Jurusan Teknik
Kimia Politeknik Negeri Bandung.
LAMPIRAN
Perhitungan
Laju Korosi Tanpa Aerasi Laju Korosi Dengan Aerasi
Logam 1 (NaCl) Logam 5 (NaCl)
∆𝑊 ∆𝑊
r= r=
𝐴.𝑡 𝐴.𝑡
(10383−10360.7)𝑚𝑔 24 𝑗𝑎𝑚 (10168.3−10143.6)𝑚𝑔 24 𝑗𝑎𝑚
r = 0.2089 𝑑𝑚2 . × r= ×
168 𝑗𝑎𝑚 1 𝑑𝑎𝑦 0.2098 𝑑𝑚2 . 168 𝑗𝑎𝑚 1 𝑑𝑎𝑦