Anda di halaman 1dari 10

BAB 1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih pembuluh darah
vena hemoroidales pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot
& pembuluh darah sekitar anus atau dubur kurang elastis sehingga cairan
darah terhambat dan membesar. Anus merupakan lubang di ujung saluran
pencernaan dimana limbah (tinja, kotoran) keluar dari dalam tubuh. Rektum
merupakan bagian dari saluran pencernaan diatas anus, dimana tinja
disimpan sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui anus. Hemoroid bisa
mengalami peradangan, menyebabkan terbentuknya bekuan darah
(trombus), perdarahan atau akan membesar dan menonjol keluar. Wasir
yang tetap berada di anus disebut hemoroid interna (wasir dalam) dan wasir
yang keluar dari anus disebut hemoroid eksterna (wasir luar).
Hemoroid atau wasir (ambeien) merupakan vena varikosa pada kanalis ani.
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran
balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada
sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini
tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat
tidak nyaman (Price dan Wilson, 2006). Di atas umur 50 tahun, hemoroid
sangat sering terjadi. Hemoroid seringkali dihubungkan dengan konstipasi
kronis dan kehamilan. Namun terkadang dihubungkan dengan diare, sering
mengejan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor rectum. Penyakit hati
kronis yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid.
Komplikasi dapat menyebabkan nyeri hebat, gatal, dan perdarahan rectal
(Chandrasoma, 2006; Price dan Wilson, 2006).

Penyebab terjadinya hemoroid antara lain: terlalu banyak duduk, diare


menahun/kronis, Kehamilan: disebabkan oleh karena perubahan hormone,
keturunan penderita wasir, hubungan seks tidak lazim (perianal), penyakit
yang membuat penderita mengejan, sembelit atau konstipasi atau obstipasi
menahun, penekanan kembali aliran darah vena, melahirkan, obesitas, usia
lanjut, batuk berat, mengangkat beban berat, tumor di abdomen atau usus
proksimal.

Fissura anus merupakan suatu robekan atau luka bernanah (ulkus, borok)
apad anus, biasanya disebabkan oleh cedera karena buang air besar yang
keras dan besar. Fissure menyebabkan otot melingkar (sfingter) dari anus

1
mengalami kejang dan hal ini akan menyulitkan penyembuhan. Fissura ani
atau analfissure adalah suatu luka kecil diselaput-lendir/mukosa didubur
dekat perbatasan dengan kulit. Umumnya luka ini terletak dibagian belakang;
kadang-kadang dibagian depan; jarang sekali disamping. Jika terletak
disamping maka harus dipikirkan bahwa luka ini komplikasi dari penyakit lain.

Penyebab utamanya adalah otot polos yang melingkari dubur yang berfungsi
sebagai penutup supaya kotoran apakah itu bersifat padat, cair atau gas
tidak keluar. Otot ini tidak dapat kita pengaruhi menurut kehendak kita, tetapi
dalam keadaan stress atau lama duduk misalnya, dapat bertambah tegang
dan jika kebetulan juga susah buang air besar sehingga kotoran keras
maupun diarrhoe atau mencret-mencret maka akan terjadi luka diselaput
lendir. Karena selaput lendir dekat perbatasan kulit penuh dengan syaraf
perasa, luka sekecil apapun akan menyebabkan rasa sakit. Ini selanjutnya
akan menyebabkan otot polos lebih tegang dan pasien lebih takut untuk
buang air besar sehingga sering menahan untuk b.a.b. Jika akhirnya harus
buang air besar, karena kotoran keras luka akan bertambah luas dan rasa
sakit akan bertambah berat. Penyakit ini lebih banyak kita temukan pada
wanita daripada pria; mungkin karena wanita cenderung lebih sering
obstipasi atau sembelit.

Hal ini pada penggunaan madu topikal efektif dalam pengentasan gejala
fisura anus tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap gejala
ambeien. Sensasi pembakarannnya meruapakan efek buruk madu topical
tetapi itu ditoleransi dan tidak menyebabkan penghentian pengobatan.

Tujuan

 Mengetahui pengertian dari wasir dan fissura anus


 Mengetahui penyebab dari wasir dan fissura anus
 Mengetahui gejala dari wair dan fissure anus
 Mengetahui pengobatan dari wasir dan fissurra anus
 Mengetahui aplikasi dari penelitian pada praktik keperawatan

Manfaat
Memberikan pengetahuan bagi pembaca mengenai wasir dan fissure
anus dan bagaimana aplikasi yang dapat diterapkan dari penelitian
tersebut pada praktik keperawatan.

2
BAB 2.
ISI JURNAL

 Judul Jurnal
Adapun judul jurnal yang kelompok kami diskusikan, yaitu: “Effect Of Topical
Honey On Anal Fissure And Hemorrhoidsymtoms : A Randomized Double
Blinded Clinical Trial”

 Penulis/Peneliti
Penulis jurnal ini berjumlah empat orang, diantaranya;
1. Setareh Soltany dari Departement of Sugery, Semnan University of
Medical Sciences. Semnan, Iran.
2. Jafar Alavy Toussy dari Departement of Pathology, Semnan University of
Medical Sciences. Semnan, Iran.
3. Mohamad Foruzeshfard dari Departement of Anesthesiology, Semnan
University of Medical Sciences. Semnan, Iran.
4. Mahshid Ghasemi dari General Practitioner, Semnan University of
Medical Sciences. Semnan, Iran.

 Nama Jurnal
Adapun nama jurnal yang kelompok kami diskusikan yaitu “International
Journal of Current Life Sciences”.

 Ringkasan Jurnal
Masalah anorektal sangat umum dan menginduksi keluhan yang sangat
mengganggu penderita yang disebabkan oleh gangguan jinak seperti wasir
dan anal fisura. Banyak obat telah dicoba untuk mengurangi gejala wasir
dan fisura anus dengan berbagai tingkat. Selain operasi, prosedur seperti
karet Band ligation, terapi sclera, foto koagulasi infra merah,cryotherapy, dan
beberapa persiapan seperti topik alnifedipine dan osorbidedinitrate 1% salep
yang digunakan sebagai pengobatan wasir .Dalam pengobatan fisura anal
local agen anestesi, kortikosteroid yang mengandung salep, nitrogliserin
salep, minoxidil topikal, L-arginine salep, kaptopril topikal, proteolyticenzyme
persiapan dan toksin botulinum telah digunakan. Selain itu penggunaan
toksin botulinum untuk pasien dengan fisura anal kronis memiliki risiko
inkontinensia ini membutuhkan injeksi berulang dan tinggi biaya adalah
kerugian yang besar. Prosedur bedah memiliki komplikasi perdarahan,
kencing retensi, striktur dubur, infeksi dan inkontinensia. Masih belum ada
pengobatan yang optimal dalam hal tersebut. Hal ini jelas bahwa berbagai

3
upaya untuk mengatasi masalah ini anorectal secara umum belum
sepenuhnya memuaskan dan ada kebutuhan untuk yang aman dan efektif.

Dalam studi uji klinis, pasien dengan fisura anal kronis dan wasir internal
yang yang dirujuk ke klinik bedah Amir al-Momenin Rumah Sakit, Semnan,
Iran, antara Maret-Februari 2013 semua pasien yang dikunjungi dan diikuti
oleh ahli bedah yang sama diperoleh dari masing-masing pasien sebelum
masuk ke jalan pasien yang menerima perawatan medis lainnya dalam
seminggu sebelum percobaan, pasien dengan celah akut atau wasir
eksternal dan pasien yang membutuhkan pengobatan lainnya untuk penyakit
ini selama penelitian ini dikecualikan.

Setelah dilakukan intervensi, frekuensi buang air besar dalam sehari tidak
ada perubahan yang signifikan signifikan, rasa nyeri rata-rata pada kedua
kelompok menurun, namun pada pasien dengan itis celah lebih signifikan
dalam kasus kelompok (69,02% dibandingkan 49,48%, p <0,001), terutama
di hari kelima. Pada pasien dengan kelompok wasir menunjukkan penurunan
skor nyeri yang jauh dibandingkan pada kelompok kontrol, tetapi secara
statistik tidak signifikan. Perubahan yang sama dalam kasus dan kelompok
kontrol terlihat pada tingkat perdarahan.

Sejak awal penelitian, tingkat prevalensi perdarahan pada pasien dengan


wasir lebih tinggi dibandingkan pada pasien dengan fisura dan menurun
pada kelompok kedua selama penelitian. Penurunan laju pruritus (gatal)
secara signifikan pada pasien dengan celah adalah 38% pada kelompok
kasus dibandingkan dengan 15,9% pada kelompok kontrol yang signifikan
lebih tinggi pada kelompok kasus (p = 0.022). Pada pasien dengan wasir ada
perbedaan yang signifikan terlihat pada penurunan tingkat gejala ini (8%
penurunan setelah perawatan di kedua kasus dan kelompok kontrol).
Ketidaknyamanan lokal (sensasi menyengat) karena intervensi terlihat
pada (17%) dari pasien dalam kasus (madu) kelompok, tidak ada satu
kelompok kontrol yang memiliki keluhan ini.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan 81 pasien mengalami fisura, 20 wasir


dan 4 mengalami fisura dan wasir. Pasien dengan wasir (24 pasien), 13
pasien dengan wasir tingkat kedua, 7 pasien memiliki wasir derajat ketiga
dan 4 pasien memiliki wasir tingkat keempat dan juga fisura anal. Pada
pasien di kasus kelompok menunjukkan 90,4% dari pasien dalam kelompok

4
kontrol yang perempuan (p> 0,05). Tingkat prevalensi fisura dalam kasus
dan kelompok kontrol adalah 77,4% dan 76,9% masing-masing (p> 0,05),
angka ini adalah 18,9% dan 19,2% untuk wasir (p> 0,05).

5
BAB 3.
PEMBAHASAN

ANALISIS ISI JURNAL


Fissura Anus (Fissure in ano, Ulkus anus) merupakan suatu robekan atau
luka dengan nanah pada daerah anus dekat perbatasan dengan kulit, luka
sering terjadi pada bagian belakang walau terkadang – lebih jarang – juga
dapat ditemukan pada bagian depan, lebih jarang lagi pada bagian samping
(bila terjadi harus dipikirkan penyebab penyakit lain).
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih pembuluh darah
vena hemoroidales pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot
& pembuluh darah sekitar anus atau dubur kurang elastis sehingga cairan
darah terhambat dan membesar. Anus merupakan lubang di ujung saluran
pencernaan dimana limbah (tinja, kotoran) keluar dari dalam tubuh. Rektum
merupakan bagian dari saluran pencernaan diatas anus, dimana tinja
disimpan sebelum dikeluarkan dari tubuh melalui anus. Hemoroid bisa
mengalami peradangan, menyebabkan terbentuknya bekuan darah
(trombus), perdarahan atau akan membesar dan menonjol keluar. Wasir
yang tetap berada di anus disebut hemoroid interna (wasir dalam) dan wasir
yang keluar dari anus disebut hemoroid eksterna (wasir luar).
Hemoroid atau ”wasir (ambeien)” merupakan vena varikosa pada kanalis ani.
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran
balik dari vena hemoroidalis. Hemoroid sering dijumpai dan terjadi pada
sekitar 35% penduduk berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini
tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan perasaan yang sangat
tidak nyaman (Price dan Wilson, 2006).
Pada jurnal “Effect Of Topical Honey On Anal Fissure And
Hemorrhoidsymptoms: A Randomized Double Blinded Clinical Trial” wasir
dan fisura ani merupakan penyakit umum yang menyerang berbagai umur.
Banyak cara untuk mengobati penyakit ini dari pemakaian obat sampai
operasi. Namun, semua cara dan prosedur yang telah dilakukan memiliki
efek samping tersendiri. Pada penelitian sebelumnya, telah menunjukkan
bahwa madu dapat mengurangi peradangan, pembengkakan, rasa sakit dan
menyembuhkan luka. Campuran madu telah efektif dalam mengobati
dermatitis, eksim, psoriasis, dan infeksi jamur kulit. Madu mengurangi gatal
dan skala nyeri pada pasien dengan dermatitis seboroik. Fisura anus dan
wasir penyebabkan nyeri, gatal, iritasi, edema, tanda-tanda peradangan, dan

6
perdarahan, madu mungkin obat yang efektif untuk meredakan hal-hal
tersebut. Hal tersebut bisa dijaikan evaluasi untuk penanganan wasir dan
fisura anus.
Pada pasien yang mengalami wasir eksternal dibutuhkan pengobatan
seminggu sebelum perawatan medis. Selain itu, penggunaan salep pada
pasien ini dilakukan dua kali sehari. Pada pasien yang mengalami wasir dan
fisura ani dianjurkan mengkonsumsi diet tinggi serat dan membiasakan
minum 8 gelas per hari agar menurunkan insiden terjadinya hemoroid. Selain
itu, kebiasaan duduk atau jongkok yang terlalu lama dan kebiasaan defekasi
yang tidak teratur juga meningkatkan angka kejadian hemoroid, sehingga
hindari hal-hal yang bisa menyebabkan terjadinya hemoroid dan fisura ani.

Berdasarkan hasil penelitian jurnal diatas pasien dengan fisura ani


mengalami penurunan yang signifikan dalam gejala dibandingkan dengan
pasien hemoroid. Hal ini dikarenakan, pada saat dilakukan tindakan
pemberian madu, efek yang dihasilkan lebih efektif pada pasien yang
mengalami fisura ani dibandingkan dengan hemoroid, karena pemberian
madu ini tidak mempengaruhi gejala dari penyakit wasir.

Kelebihan dan Kekurangan Jurnal

 Kelebihan jurnal
1. Penelitian yang digunakan mudah di aplikasikan di masyarakat
2. Proses pengobatan tidak menggunakan biaya banyak
3. Memperkaya ilmu dalam bidang keperawatan yang bersifat terapi non
medikasi
 Kekurangan jurnal
1. Kurang dijelaskan cara pemberian dan takaran madu secara topical
pada pengobatan tersebut
2. Tidak dijelaskan waktu yang tepat untuk pemberian madu
3. Tidak dijelaskan kontraindikasi pada pemberian pengobatan tersebut
4. Kurang dijelaskan kurun waktu dalam pengobatan pemberian madu
secara topical

7
IMPLIKASI KEPERAWATAN

Keperawatan adalah bidang ilmu yang sangat berpengaruh terhadap


perawatan pasien apalagi pada penanganan pasien dengan hemoroid dan
fisura ani. Terapi pemberian madu secara topical merupakan tindakan non
medis yang sangat penting diberikan oleh perawat kepada pasien dengan
masalah hemoroid dan fisura ani untuk menghemat biaya yang dikeluarkan
pasien.

Ditinjau dari segi ilmu, mahasiswa keperawatan dapat mempelajari lebih


dalam bagaimana cara dan teknik pemberian pengobatan madu secara
topical yang benar yang dapat dilihat dari pembelajaran dan praktik lapangan
agar bisa terwujud dengan baik pengobatan tersebut.

8
BAB 4
PENUTUP

KESIMPULAN
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih pembuluh darah
vena hemoroidales pada poros usus dan anus yang disebabkan karena otot
& pembuluh darah sekitar anus atau dubur kurang elastis sehingga cairan
darah terhambat dan membesar. Penyebab terjadinya hemoroid antara lain:
terlalu banyak duduk, diare menahun/kronis, Kehamilan: disebabkan karena
perubahan hormone, keturunan penderita wasir, hubungan seks tidak lazim
(perianal), penyakit yang membuat penderita mengejan, sembelit atau
konstipasi atau obstipasi menahun, penekanan kembali aliran darah vena,
melahirkan, obesitas, usia lanjut, batuk berat, mengangkat beban berat,
tumor di abdomen atau usus proksimal.

Pada pasien yang mengalami wasir eksternal dibutuhkan pengobatan


seminggu sebelum perawatan medis. Selain itu, penggunaan salep pada
pasien ini dilakukan dua kali sehari. Pada pasien yang mengalami wasir dan
fisura ani dianjurkan mengkonsumsi diet tinggi serat dan membiasakan
minum 8 gelas per hari agar menurunkan insiden terjadinya hemoroid.

SARAN
Seharusnya perawat lebih mempelajari bagaimana cara dan teknik
pemberian pengobatan madu secara topical yang benar dengan bersumber
dari pembelajaran dan praktik lapangan agar bisa terwujud dengan baik
pengobatan tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA

Price, et al. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi


6. Jakarta: EGC.

10

Anda mungkin juga menyukai