Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA

Konsep Keluarga

Keluarga merupakan suatu system sosial yang berisi dua atau lebih orang yang hidup
bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, tinggal bersama
dan saling menguntungkan, mempunyai tujuan bersama, mempunyai generasi penerus,
saling pengertian dan saling menyayangi Murray & Zentner (1997); Achjar (2010).

Menurut Murwani (2007) di sebutkan beberapa tipe keluarga yaitu :

a) Tipe Keluarga Tradisional


1. Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak.
2. Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
3. Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri
tanpa anak.
4. “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
5. “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk
bekerja atau kuliah).
b) Tipe Keluarga Non Tradisional
1. The Unmarriedteenege mather, keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
2. The Stepparent Family, keluarga dengan orang tua tiri.
3. Commune Family, beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melelui aktivitas
kelompok atau membesarkan anak bersama.
4. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family, keluarga yang hidup
bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melelui pernikahan.
5. Gay And Lesbian Family, seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana suami – istri (marital partners).
6. Cohibiting Couple, orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alas an tertentu.
7. Group-Marriage Family, beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8. Group Network Family, keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai-nilai,
hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan
barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
9. Foster Family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga
atau saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10. Homeless Family, keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11. Gang, sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

Menurut Duval (1985); Setiadi (2008), membagi keluarga dalam 8 tahap


perkembangan, yaitu.
a. Keluarga Baru (Berganning Family). Pasangan baru menikah yang belum
mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah:
membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama,
membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social,
mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orang tua,
memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi orang
tua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing). Masa ini
merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 %
tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :
 Suami merasa diabaikan.
 Peningkatan perselisihan dan argument.
 Interupsi dalam jadwal kontinu.
 Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah: adaptasi
perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan),
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan, membagi
peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap bayi dengan
memberi sentuhan dan kehangatan), bimbingan orang tua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak.
c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah. Tugas perkembangannya adalah
menyesuaikan pada kebutuhan pada anak prasekolah (sesuai dengan tumbuh
kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan merencanakan kelahiran
berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah: pemenuhan
kebutuhan anggota keluarga, membantu anak bersosialisasi, beradaptasi
dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi, mempertahankan
hubungan di dalam maupun di luar keluarga, pembagian waktu, individu,
pasangan dan anak, merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan
kembang anak.
d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun). Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah: membantu sosialisasi anak terhadap
lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas, mendorong anak
untuk mencapai pengembangan daya intelektual, menyediakan aktivitas
untuk anak, menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut
sertakan anak, memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun). Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah: Pengembangan terhadap remaja (memberikan
kebebasan yang seimbang dan brertanggung jawab mengingat remaja
adalah seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi),
memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orange tua, hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan, memelihara hubungan intim
dalam keluarga, mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan
anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah). Tugas
perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang
ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini adalah: memperluas keluarga inti
menjadi keluarga besar, mempertahankan keintiman, menbantu anak untuk
mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat, mempersiapkan anak untuk
hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas
dan sumber yang ada pada keluarga, berperan suami-istri kakek dan nenek,
menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.
g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family). Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah: mempunyai lebih banyak waktu dan
kebebasan dalam mengolah minat social dan waktu santai, memuluhkan
hubungan antara generasi muda tua, keakrapan dengan pasangan,
memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga, persiapan masa
tua/pensiun.
h. Keluarga Lanjut Usia. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup,
menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian,
mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat, melakukan life
review masa lalu.

Tugas Dan Fungsi Kesehatan Keluarga


Menurut Freedman (1981) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang
harus dilakukan, yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya, perubahan sekecil apapun
yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan
tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu
segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan beberapa
besar perubahannya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa
diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan tepat agar
masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan seyogyanya meminta bantuan orang lain
dilingkungan sekitar keluarga.
3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan tindakan dirumah apabila keluarga memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau
kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjjutan agar masalah
yang lebih parah tidak terjadi.
4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

Menentukan prioritas masalah dengan skoring

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan lebih dari satu.
Proses skoring menggunakan skala Bailon dan Maglaya (1978).

Proses skoringnya dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan:

1. Menentukan skor sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.


2. Selanjutnya skor dibagi dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

Skor yang diperoleh


X Bobot =
Skor tertinggi

3. Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor maksimum sama dengan jumlah
bobot, yaitu 5)

Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala:


1. Kriteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak atau kurang sehat karena
perlu tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga.
2. Kriteria kedua perlu diperhatikan:
 Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk
menangani masalah.
 Sumber daya keluarga: fisik, keuangan, tenaga.
 Sumber daya perawat: pengetahuan, keterampilan, waktu.
 Sumberdaya lingkungan: fasilitas, organisasi, dan dukungan.
3. Kriteria ketiga perlu diperhatikan
 Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau
masalah.
 Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu.
 Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki
masalah.
 Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan
menjadi parah.
4. Kriteria keempat, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga
menilai masalah keperawatan tersebut.

Perencanaan Asuhan Keperawatan Sesuai Dengan Tugas Keluarga


1. Diagnosa keperawatan keluarga:
Resiko terjatuh (terpleset) pada lansia yang tinggal di keluarga Tn. B berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga menyediakan lingkungan yang aman bagi lansia.
No Kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 2/3x1= 2/3 Bila keadaan tersebut tidak segera
Skala: ancaman kesehatan diatasi akan membahayakan lansia
karena lansia setiap hari berada di
rumah tanpa pengawasan.
2 Kemungkinan masalah 2/2x 2= 2 Penyediaan sarana yang murah dan
dapat diubah mudah didapat oleh keluarga
Skala: mudah misalnya: sendal karet.
3 Potensial masalah untuk 2/3 x 1= 2/3 Keluarga mempunyai kesibukan
dicegah yang cukup tinggi, tetapi merawat
Skala: cukup lansia merupakan penghormatan
dan pengabdian anak.
4 Menonjolnya masalah 0/2 x 1= 0 Keluarga merasa keadaan tersebut
Skala: masalah tidak telah berlangsung lama dan tidak
dirasakan pernah ada kejadian yang
mengakibatkan lansia mengalami
suatu cidera (terjatuh) dirumah
karena lantai yang licin.
Total skor 3 1/3

Rencana Keperawatan keluarga


Tujuan:
Jangka Panjang: Lansia selama tinggal bersama keluarga Tn. B tidak terjatuh.
Jangka Pendek: setelah dilakukan intervensi keperawatan yang ke 5 melalui kunjungan
rumah, keluarga menyediakan sarana yang aman bagi lansia.

Kriteria hasil:
Pengetahuan 1. Keluarga dapat menyebutkan bahaya lingkungan (lantai
licin).
2. Keluarga dapat menyebutkan akibat yang diderita lansia bila
terjatuh.
3. Keluarga dapat menyebutkan cara mencegah lansia terjatuh
akibat lantai licin.
Sikap 1. Keluarga mengkomunikasikan lingkungan yang
membahayakan lansia dengan anggota keluarga lainnya.
2. Keluarga mampu memutuskan untuk menyediakan sarana
yang aman bagi lansia.
Tindakan 1. Keluarga menyediakan sarana yang aman bagi lansia di
rumah.
2. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan rumah menjadi
aman bagi lansia.

Rencana Tindakan:
1. Mendiskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya) tentang bahaya
lantai licin.
2. Mendiskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya) akibat lansia
terjatuh.
3. Mendiskusikan (menjelaskan, memberi kesempatan bertanya) cara mencegah
lansia terjatuh.
4. Mengajarkan kepada keluarga untuk menyelesaikan masalah lansia dengan
keluarga.
5. Mengajarkan kepada keluarga setiap diskusi perlu diambil suatu keputusan
yang terbaik.
6. Tanpa waktu yang disepakati dengan keluarga, perawat melihat lansia
menggunakan sandal yang tidak licin (karet) selama dalam rumah,
menggunakan tongkat yang ujungnya berkaret.
7. Bersama keluarga memodifikasi lingkungan yang aman, misal dengan cara
menempel alat yang dapat digunakan oleh lansia untuk pegangan selama di
dalam rumah.

Diagnosa Keperawatan keluarga:

Kurang pengetahuan keluarga terhadap penyakit skabies pada anak ke-3 dan ke-5 (an.R
dan an. I) di keluarga Tn. Y berhubungan dengan kurang kebersihan tubuh, pakaian
dan lingkungan (adanya kandang ayam di belakang rumah).
No Kriteria Skoring Pembenaran
1. Sifat masalah 3/3 x1 = 1 Tidak/kurang sehat
2. Kemungkinan masalah 2/2 x 2 = 2 Sumber dan tindakan-tindakan
untuk diubah untuk memecahkan masalah dapat
dijangkau oleh keluarga.
3. Potensi pencegahan 3/3 x 2 = 1 Penularan terhadap anggota
keluarga yang lain dapat dicegah
bila scabies dihilangkan
(dilakukan pengobatan yang
adekuat)
4. Penonjolan masalah 2/2 x 1 = 1 Keluarga menyadari dan perlu
segera mengatasi masalah tersebut.
Total skor 5

Rencana keperawatan keluarga:

Tujuan

Jangka panjang: anak yang tinggal di keluarga Tn.Y tidak mengalami penularan
scabies.

Jangka pendek: setelah dilakukan intervensi keperawatan hari ke- 5 keluarga Tn.Y
menunjukan pengetahuan tentang penyakit scabies dan meunujukan pola hidup bersih.

Kriteria Hasil:

Pengetahuan 1. Keluarga dapat menjelaskan apa itu penyakit skabies


2. Keluarga dapat menyebutkan akibat dari penyakit
skabies dan penularannya.
3. Keluarga dapat menyebutkan cara mencegah atau
mengobati penyakit skabies
Sikap 1. Keluarga mengkomunikasikan dengan keluarga
lainnya tentang bahaya penyakit skabies.
2. Keluarga mampu memutuskan untuk menyediakan
dan mengubah pola hidup bersih
tindakan 1. Keluarga membersihkan lingkungan rumah dan
membersihkan kandang ayam.
2. Keluarga membiasakan diri cuci tangan.
3. Keluarga menjaga kebersihan pakaian dan kebersihan
tunuh.
4. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan rumah yang
bersih dan lestari.

Rencana Tindakan:

1. Memberikan penyuluhan kesehatan pada keluarga Tn.Y tentang penyakit


skabies.
2. Mengajarkan cara merawat luka pada anak yang menderita skabies.
3. Mengajarkan budaya hidup sehat dan bersih.
4. Bersama keluarga memodifikasi lingkungan rumah yang bersih dan nyaman.
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, H.A., Komang. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:Sagung Seto.

Murwani, A. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep dan Aplikasi Kasus.


Jogjakarta : Mitra Cendikia Press.

Setiadi. (2007). Konsep & proses keperawatan keluarga. Jakarta : graham Ilmu.

Suprajitno (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Effendy, S. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. 2 ed. Jakarta:


EGC.

Anda mungkin juga menyukai