Anda di halaman 1dari 9

Dermatosis (Kelainan Kulit) ... Eka L.M.

Dermatosis (Kelainan Kulit) Ditinjau Dari Aspek Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Pada Pemulung Di Tpa Terjun Medan Marelan

Eka Lestari Mahyuni*

*Staf Pengajar Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM USU

ABSTRAK
Pemulung merupakan pekerjaan yang cukup berbahaya bagi kesehatan ataupun keselamatan kerja
karena selalu berinteraksi dengan sampah sebagai sumber berkumpulnya kuman penyakit dan sarana
yang baik bagi berkembangbiaknya vector penyakit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dermatosis (kelainan kulit) yang dialami pemulung ditinjau dari aspek keselamatan dan
kesehatan kerja. Populasi berjumlah 450 orang dan tersebar dalam 3 strata kelompok umur yaitu 6-
14 tahun, 15-50 tahun dan > 50 tahun. Sampel berjumlah 82 orang yang diambil dengan cara
proportional stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan pemulung terbanyak adalah
perempuan dengan masa kerja berkisar 1-17 tahun, bekerja selama 8-11 jam sehari. Dari 46 orang
yang mengalami gangguan kulit, 4 orang (9 %) mengalami dermatitis kontak. Gangguan kulit lain
yang tersebar di antara pemulung adalah scabies, tinea korporis, tinea falvalis,tinea versikolor,
candidiasis, karbonkel, folikulitis, dan miliria rubra yang disebabkan karena jamur, parasit dan
aktivitas keringat yang berlebih. Gangguan kulit ini terjadi karena pakaian yang berlapis dan cuaca
panas serta kebersihan diri yang kurang dari pola kerja pemulung.
Kata Kunci : Pemulung, Gangguan Kulit, APD

ABSTRACT
Dermatosis, in terms of occupational safety and health aspects on damage excerpter in Terjun
Medan Marelan landfills, Damage excerpter is a hazard work type for the health or work safety
cause usually interact with the damage as a source of disease factor and be a good media for disease
vector development. The purpose of this research is to know the dermatosis that happens at damage
excerpter that observe from occupational safety and health aspect. The population are 450 people and
dividing at three age group stratified that are 6-14 years old, 15-50 years old and > 50 years old. The
sample amount in 82 people which found from proportional stratified random sampling technique.
The result showed that most of damage excerpter are women with work period from 1-17 years, work
in 8-11 hours a day. From 46 people get the dermatosis disease, 4 people (9 %) got contact dermatitis.
Another kind of dermatosis that found at damage excerpter are scabies, tinea korporis, tinea
falvalis,tinea versikolor, candidiasis, karbonkel, folikulitis, dan miliria rubra that cause of mush,
parasite, and high perspiration activity. The dermatosis happens cause of the more of cloth using and
high temperature climate and less of personal hygiene from damage excerpter work pattern.
Key words : damage excerpter, dermatosis, safety equipment.

PENDAHULUAN Sampah adalah semua zat/benda yang


Keberadaan Medan sebagai salah satu sudah tidak terpakai lagi baik berasal dari
kota metropolitan di Indonesia memberikan rumah-rumah maupun sisa-sisa proses
gambaran kehidupan yang menjanjikan bagi industri.1 Pada awalnya sampah ini tidak
sebagian orang untuk mencari rezeki di berbahaya bila dikelola dengan tepat dan
segala bidang dalam rangka meningkatkan benar. Namun bila sampah dibiarkan begitu
taraf hidup. Karenanya peningkatan arus saja tanpa pengelolaan yang baik, sampah
urbanisasi merupakan fenomena yang tidak lambat laun akan berbahaya dan berisiko
bisa dihindari, dan semakin menambah menimbulkan gangguan kesehatan atau
keragaman kota Medan baik dalam bidang penyakit. Sebab sampah juga merupakan
ekonomi, sosial, politik, budaya, dan sumber tempat berkumpulnya kuman-kuman
teknologi. Kepadatan penduduk juga menjadi penyakit dan sebagai sarana yang baik untuk
semakin meningkat seiring dengan datangnya tempat berkembangbiaknya vektor penyakit.
masalah baru khususnya dalam hal sampah. Ditambah lagi bila selalu berinteraksi dan

101
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol.11/No.2, Oktober 2012

bergelut dengan sampah bahkan dijadikan METODE PENELITIAN


sebagai sumber mata pencaharian seperti Penelitian ini dilakukan pada pemulung
yang diperankan oleh pemulung. yang bekerja di TPA sampah Kelurahan
Salah satu masalah kesehatan pada Terjun Kecamatan Medan Marelan.
masyarakat pemulung di Tempat Penelitian ini bersifat survei deskriptif
Pembuangan Akhir (TPA) yang memerlukan dengan menggunakan desain cross sectional.
perhatian serius adalah penyakit kulit Populasi dari penelitian ini adalah seluruh
(dermatosis). Berdasarkan data yang pemulung yang ada di TPA sampah
diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan, Kelurahan Terjun yaitu 450 orang, yang
penyakit kulit termasuk dalam sepuluh besar terdiri dari : umur 6 – 14 tahun sebanyak 50
penyakit terbanyak dan menempati urutan orang, umur 15 – 50 tahun sebanyak 333
kedua. Pada tahun 2006 jumlah penderita orang, dan umur ≥ 50 tahun sebanyak 67
penyakit kulit sebanyak 125.566 pasien orang.3
kemudian meningkat menjadi 126.58 pasien Pengambilan sampel dilakukan secara
pada tahun 2007. 2 Proportionate Stratified Random Sampling
Pemulung di TPA Terjun bekerja mulai dengan menggunakan rumus dari Taro
dari jam 7.00 wib pagi sampai 18.00 wib dan Yamane dan diperoleh jumlah sampel
sebagian besar bertempat tinggal di sekitar sebanyak 82 orang. Secara proporsi sampel
lokasi TPA. Bau yang dihasilkan dari diambil berdasarkan kelompok umur yang
penimbunan sampah pada TPA Terjun sudah tersebar di populasi pemulung sehingga
merupakan ambien udara yang selalu mereka diperoleh sampel sebagai berikut:
hirup. Keadaan yang dikelilingi oleh sampah 1. Umur 6 – 14 tahun = 50/450 x 82 =
juga seperti teman hidup mereka dan tidak 9,11 ≈ 9 sampel
ada rasa jijik ataupun terganggu dengan 2. Umur 15 – 50 tahun = 333/450 x 82 =
sampah yang dikumpulkan pada areal yang 60,68 ≈ 61 sampel
terbuka di TPA Terjun. Hampir seluruh 3. Umur ≥ 50 tahun = 67/450 x 82 =
pemulung mengetahui mereka bekerja pada 12,21 ≈ 12 sampel
lingkungan yang kotor dan bergelimang Metoda Pengumpulan Data dan Analisis
dengan sampah-sampah yang beraneka Data
ragam dan berbahaya, namun tidak ada Dalam penelitian ini data dikumpulkan
alasan lain yang bisa menggantikan keadaan dengan :
tersebut karena begitulah dunia para 1. Menggunakan media foto untuk
pemulung. mengamati dan mengobservasi proses
Tujuan Penelitian kerja dan pemakaian Alat Pelindung Diri
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (APD) pada pemulung di TPA Terjun.
kasus dermatosis (gangguan kulit) ditinjau 2. Melakukan pemeriksaan kesehatan
dari aspek keselamatan dan kesehatan kerja khususnya pemeriksaan gejala ataupun
pada pemulung di Tempat Pembuangan gangguan kelainan kulit pada pemulung di
Akhir (TPA) Terjun Medan Marelan. TPA Terjun (dilakukan oleh dokter
Secara khusus, penelitian ini bertujuan spesialias kulit)
untuk mengetahui berapa banyak dan jenis Data yang diperoleh akan diolah dan
kasus dermatosis yang terjadi pada pemulung disajikan ke dalam bentuk tabel distribusi
serta bagaimana proses kerja dan penggunaan frekuensi dan dianalisis secara statistik
Alat Pelindung Diri (APD) pada pemulung di deksriptif untuk menjelaskan keadaan
TPA Terjun Medan Marelan ditinjau dari dermatosis yang dialami pemulung di TPA
aspek keselamatan dan kesehatan kerja Terjun.
terkait dengan kemungkinan sebagai
penyebab dari dermatosis yang dialami
pemulung.

102
Dermatosis (Kelainan Kulit) ... Eka L.M.
HASIL DAN PEMBAHASAN berjenis kelamin perempuan yaitu 46 orang
Gambaran Umum Daerah Penelitian (56.1%). Dari seluruh pemulung 54,9%
Kota Medan memiliki 2 (dua) Tempat sudah menikah, dan pendidikan terbanyak
Pembuangan Akhir (TPA) yaitu TPA Namo adalah tamatan SD yaitu 28 orang (34,1%).
Bintang, yang terletak di Kecamatan Pancur Keadaan ini cukup mempengaruhi kesehatan
Batu Kabupaten Deli Serdang, dan TPA dan keselamatan kerjanya terutama pada
Terjun, yang terletak di Kecamatan Medan kelompok umur 8-14 tahun, pemulung
Marelan Kota Medan. Penelitian ini umumnya masih duduk dibangku sekolah
dilakukan pada TPA Terjun yang memiliki antara kelas 4 – kelas 5 SD yaitu 5 orang
luas area dan sanggup menampung sampah (62,5%) dan mereka bekerja seringkali
sekitar 137.563 m3 . Dalam pengelolaan dengan alasan malas sekolah ataupun
sampah yang dikumpulkan dilakukan dengan membantu ibu mencari uang sekaligus untuk
menggunakan metode Open Dumping. uang jajan. Berdasarkan Undang-Undang
TPA Terjun terletak di desa Terjun Ketenagakerjaan No 13 tahun 2002 pasal 69
Kecamatan Medan Marelan dan berjarak lama kerja anak dalam sehari hanya
sekitar 14 km dari pusat Kota Medan. TPA diperbolehkan 3 jam saja, tetapi masih
ini dioperasikan sejak tahun 1993 dengan banyak anak yang bekerja lebih dari 3 jam.
kapasitas sampah terbuang 50% setiap Hal ini dapat mengganggu kesehatan anak,
harinya dari jumlah volume timbunan sebab pekerja anak hanya boleh bekerja
sampah Kota Medan. Jumlah sampah sepanjang tidak mengganggu perkembangan
terangkut oleh truk pengangkut sampah ke dan kesehatan fisik, mental dan sosial.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) perhari Pemulung anak bekerja karena membantu
kurang lebih sekitar 572,5 ton. orang tua, biasanya anak yang masih sekolah
Di sekitar TPA Terjun juga terdapat berada di TPA pada pukul 13.00 WIB atau
pondok/kemah yang dibuat seadanya dari sehabis mereka bersekolah. Anak yang tidak
bambu dan kain bekas dan dibangun/dibuat sekolah lagi umumnya berada di TPA pada
di atas timbunan sampah untuk digunakan pukul 10.00 WIB bahkan kadang berada di
sebagai tempat peristirahatan para pemulung TPA pada pukul 08.00 wib. Perlu
selama bekerja. Lingkungan TPA sangat diperhatikan bahwa anak-anak akan lebih
terbuka dan dikelilingi oleh tumpukan rentan mendapatkan resiko penyebaran
sampah yang bercampur dan beraneka ragam penyakit yang bersumber dari sampah yang
sifat dan jenisnya. Bila hujan TPA ini cukup selalu mereka tekuni sebagai pekerjaan
becek dan sampah menjadi basah dan sering sehari-hari.
menimbulkan bau tak sedap. Selain itu asap Masa kerja pemulung terbanyak yaitu
ataupun gas juga tampak diantara tetimbunan antara 5-6 tahun. Di samping itu pemulung
sampah di TPA terjun tersebut. Dengan rata-rata paling lama bekerja dalam satu hari
keadaan tersebut, para pemulung tetap antara 8-9 jam namun ada juga sekitar 1-3
dengan semangat dan giatnya berjalan di orang bekerja selama 14-15 jam. Masa kerja
antara bukit-bukit sampah dan mengejar truk- dan lama kerja penting diketahui untuk
truk sampah yang baru datang serta mengais melihat lamanya seseorang terpajan dengan
dan memilah jenis-jenis sampah yang mereka faktor risiko yang dapat mempengaruhi
kumpulkan untuk dijual sekaligus menjadi kesehatan seseorang.4 Dengan masa dan lama
penghasilan pemulung per hari. kerja pemulung di TPA Terjun menunjukkan
Tinjauan Aspek Keselamatan dan bahwa kemungkinan terjadinya risiko
Kesehatan Kerja Pemulung di TPA penyakit sangatlah besar. Apakah penyakit
Terjun tersebut terjadi akibat faktor fsik, kimia,
Gambaran umum pemulung di TPA biologi, ergonomic ataupun psikososial, yang
Terjun mana baik secara langsung ataupun tidak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa langsung akan berdampak terhadap
responden (pemulung) terbanyak adalah

103
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol.11/No.2, Oktober 2012

keselamatan dan kesehatan kerja para berasal dari limbah industri, limbah rumah
pemulung di TPA Terjun. sakit ataupun limbah domestik yang
Gambaran Pola Kerja dan Pemakaian bercampur menjadi satu. Penggunaan
APD Pada Pemulung Di TPA Terjun pelindung diri pemulung juga belum
Mulai dari pukul 07.00 WIB sudah memenuhi standar perlindungan penggunaan
terlihat aktivitas pemulung yang mengais APD yang dianjurkan. Pemulung hanya
sampah di TPA Terjun dan kebanyakan dari menyiasati dalam melindungi dirinya sesuai
mereka adalah pemulung pria, sedangkan dengan kemampuan dan ketersediaan bahan
pemulung wanita biasanya mulai datang ke yang dimilikinya seperti kain sarung yang
TPA pada pukul 09.00 WIB atau menjelang dibentuk seperti topi, pakaian yang berlapis-
tengah hari. Pengumpulan barang bekas lapis dengan pemikiran mereka tidak akan
dilakukan pemulung di area TPA mulai langsung kotor bila terkena sampah. Keadaan
tibanya truk sampah hingga sore hari pada ini dapat memicu terjadinya penyakit akibat
pukul 18.00 WIB. Namun ada juga yang kerja, penyakit akibat hubungan kerja
memulung hingga malam hari. Pada pukul ataupun kecelakaan kerja. Dengan alat
07.00-13.00 WIB aktivitas pengumpulan pelindung diri yang tidak memadai akan
tidak terlalu banyak, karena truk yang masuk menjadi lebih memudahkan seorang pekerja
hanya sesekali saja, sedangkan pada pukul mendapatkan kecelakaan kerja ataupun
13.00 – 16.30 aktivitas pemulung lebih penyakit akibat kerja.5
banyak karena banyaknya truk yang masuk Para pemulung memiliki pola pikir yang
ke TPA. berbeda untuk melindungi dirinya. Menurut
Selama pengumpulan sampah mereka dengan menggunakan pakaian yang
berlangsung, pemulung hanya memakai berlapis-lapis merupakan upaya mereka
sepatu kain , terkadang juga memakai sandal untuk tidak langsung kontak dengan sampah,
jepit dan sebagian menggunakan sepatu boot sehingga hanya pakaian bagian luar saja yang
yang terbuat dari bahan karet, pakaian lengan akan kotor akibat kerja yang mengais-ngais
panjang dan rata-rata hapier seluruh sampah. Sedangkan pakaian yang berlapis
pemulung menggunakan pakaian berlapis- paling dalam hanya terkena keringat sendiri.
lapis. Pemulung juga menggunakan penutup Tidak terpikir oleh mereka bahwa
kepala yang biasanya terbuat dari baju atau menggunakan pakaian yang berlapis-lapis
sarung yang diikat di kepala. Sebagian akan memperbanyak aktivitas kelenjar
pemulung menggunakan topi, bahkan ada keringat dan mempertinggi kelembaban.
juga yang tidak menggunakan penutup Keadaan yang lembab dapat mengundang
kepala. Rata-rata pemulung tidak aktifnya bakteri, jamur ataupun parasit
menggunakan sarung tangan dan hanya lainnya untuk mampu menyebabkan kelainan
sebagian kecil diantaranya memakai sarung kulit. Kemungkinan terkena penyakit kulit
tangan kain dengan kondisi yang sudah tidak sangat potensial dengan keadaan ini,
layak pakai lagi, seperti koyak, kotor, dan didukung dengan pola kerja yang tidak
bolong-bolong. mengenal cuaca apakah panas ataupun hujan.
Keadaan ini jelas tidak memenuhi Dalam arti bila pekerja bekerja dalam terik
perlindungan akan keselamatan dan matahari kemudian hari menjadi hujan,
kesehatan kerja mereka. Dalam arti, tangan biasanya pemuung tetap beraktifitas atau
akan tetap terkontaminasi dengan sampah berlindung di tenda buatan yang ada di atas
secara langsung. Begitu juga bagian kaki tumpukan sampah. Secara langsung ataupun
yang masuk langsung ke timbunan sampah tidak langsung hal ino akan memicu
dapat menjadi jorok dan kontak langsung munculnya penyakit. Lebih parah lagi hampir
dengan timbunan sampah yang kemungkinan sebaian pemulung tidak pernah mencuci
merupakan gabungan dari tanah, pasir, pakaian tersebut hanya melakukan tindakan
sampah, cairan kimia ataupun darah-darah ’jemur-kering-pakai’. Pakaian mereka akan
maupun cairan-cairan buangan lainnya yang dicuci bila sudah dalam keadaan kotor sekali

104
Dermatosis (Kelainan Kulit) ... Eka L.M.

dan biasanya dilakukan bertahap mulai dari yang terdapat pada sampah di sekitar tenda-
pakaian bagian luar hingan lapisan terakhir tenda yang mereka dirikan dan atau terkena
dengan catatan sudah kotor atau bau. pada saat bekerja mengumpulkan dan
Pemulung terus berpindah/bergerak memilih sampah.
sambil mengais sampah dengan Keluhan kesehatan pada pemulung di
menggunakan bantuan alat gancu dan TPA Terjun Medan Marelan
terkadang sesekali menggunakan tangannya Dari pola kerja yang selalu terpapar
sambil memilah-milah sampah. Sampah yang dengan berbagai jenis sampah yang potensial
dipulung kemudian digabungkan dan dapat menjadi vektor penyakit, baik langsung
dikumpulkan di dalam keranjang yang di maupun tidak langsung dapat menimbulkan
gendongnya. Jika hasil pulungan sudah beberapa keluhan penyakit. Di samping itu
banyak dan berat, barang tersebut ditampung hampir seluruh pemulung tidak
dan diseleksi kembali sesuai dengan jenis menggunakan APD yang lengkap. Yang
sampah pada tempat peristirahatan pemulung paling banyak digunakan hanyalah sepatu bot
yang dibuat sendiri oleh pemulung (karet) yang dianggap oleh mereka agar tidak
dipinggiran ataupun di bukit-bukit sampah mengotori kakinya karena sampah-sampah
pada TPA berupa tenda dan biasanya sambil basah. Oleh karena itu pemulung sangatlah
memilih pemulung duduk dengan di alasi rentan mengalami keluhan-keluhan pada
kardus-kardus. Keadaan ini sangat potensial kesehatannya yang mungkin dipicu karena
sebagai penyebab kecelakaan kerja. Sebab cara kerja yang salah (tidak ergonomis),
bisa saja tenda-tenda itu rubuh ataupun lingkungan yang penuh dengan sampah dan
longsor bersama tumpukan sampah yang bibit penyakit, dan faktor lainnya.
kemungkinan bergeser atau bergerak akibat Dari hasil penyebaran kuesioner dan
getaran yang dihasilkan dari shofel truck wawancara pada 82 orang pemulung
pada saat mengeruk dan memindahkan diperoleh beberapa keluhan yang pernah
sampah ataupun faktor lain yang terkait. diderita pemulung dalam setahun terakhir
Disamping itu pemulung juga beresiko seperti yang digambarkan pada diagram
mendapat celaka akibat pecahan beling, berikut :
kawat berkarat, jarum suntik atau lainnya

Gambar 1. Diagram keluhan penyakit pada pemulung di TPA Terjun

Dari diagram diatas dapat kita lihat bahwa Keluhan batuk yang dialami 61 orang
jumlah tertinggi keluhan penyakit pemulung pemulung atau 74.4% dari total populasi
yang sering dialami pemulung adalah batuk, dapat terjadi karena salah satu yang
diikuti dengan penyakit kulit dan keluhan dihasilkan dari sampah yaitu timbulnya gas
tulang belakang (musculosceletal). akibat dari pembusukan yang terjadi
Berikutnya keluhan reumatik/penyakit sendi contohnya H2S yang bersifat racun bagi
sebanyak 20 orang , demam / panas dan diare tubuh. Di areal TPA juga terjadi pembakaran
sebanyak 17 orang dan 5 orang mengalami sampah yang dilakukan pemulung. Biasanya
influenza. dilakukan pemulung untuk mengurangi bau

105
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol.11/No.2, Oktober 2012

sampah dan mengusir vektor serangga yang dibawah dengan membungkuk dimana kaki
suka berada di sekitar sampah seperti berada posisi lurus tegak (sudut tubuh 900).
nyamuk ataupun lalat. Hasil dari Posisi ini sangat cepat menyebabkan
pembakaran ini berupa debu atau abu, karena pinggang menjadi sakit karena tekanan
ukuran debu atau abu relatif kecil (< 10 langsung yang kuat. Terkadang juga
mikron) sehingga dapat memasuki saluran pemulung mengangkat hasil gendongan
pernafasan yang dapat menimbulkan sampah pulungan yang melebihi standar
gangguan saluran pernafasan.6 batas angkat / angkut . belum lagi mereka
Keluhan penyakit yang cukup sering menggendongnya dengan sikap yang salah.
terjadi pada pemulung yaitu sebanyak 45 Dermatosis (gangguan kulit) pada
orang (54,9%) dari 82 responden mengalami Pemulung di TPA Terjun
nyeri pada tulang belakang atau sering Hasil penelitian menunjukkan bahwa
disebut sebagai keluhan musculoskeletal. terdapat 46 orang (56,1%) dari 82 orang yang
Keadaan ini dapat terjadi karena pemulung mengalami keluhan penyakit kulit. Penyebab
mengumpulkan sampah di keranjang yang terjadinya penyakit kulit yang diderita oleh
dibawa dipunggung mereka dan pada saat pemulung dapat saja disebabkan oleh bakteri,
mengais sampah pemulung dalam posisi virus, parasit ataupun jamur yang tersebar di
membungkuk yang disebabkan karena gancu sampah yang tertimbun di lokasi TPA.
yang mereka pakai ukurannya cukup pendek Penyakit kulit yang dialami pemulung paling
(± setinggi lutut atau sepanjang siku orang banyak terjadi pada kelompok umur 15-50
dewasa). Lamanya pemulung membawa tahun. Di usia ini, rata-rata pemulung juga
keranjang sampah dan posisi yang tidak bekerja sekitar 8 jam sehari bahkan sering
ergonomis tersebut dapat menimbulkan nyeri melebihi hingga 11 jam. Sehingga tidak
pada tulang punggung. Di samping itu, diherankan bila kerentanan terhadap
pemulung juga memang tidak melakukan gangguan kulit sangat besar. Berbagai jenis
kerjanya dengan sikap tubuh yang gangguan kulit yang dialami pemulung
ergonomis. Dari hasil observasi sering selama bekerja di TPA Terjun dapat dilihat
terlihat mereka mengais sampah yang berada pada diagram berikut :

Gambar 2. Persentase distribusi gangguan kulit yang dialami pemulung di TPA Terjun

Gangguan Kulit
Miliaria rubra Scabies
Tinea Korporis Tinea Falvalis
4%4%9% 24%
13%
Tinea versikolor Candidiasis
7%4% 22%
13%

Secara klinis, pemulung yang mengalami berinteraksi (kontak langsung) dengan


kemungkinan dermatitis kontak berjumlah 4 sampah yang dipulungnya. Khusus pada
(empat) orang (9 %), dimana 2 orang kasus ini diharapkan dapat dilakukan
pemulung mengalami kemungkinan pemeriksaan lebih lanjut guna mengetahui
dermatitis kontak pada bagian kakinya akibat faktor apa yang menimbukan dermatitis
allergi terhadap sepatu boot (karet) yang kontak tersebut terutama yang mengalami
mereka gunakan selama bekerja, dan 2 (dua) keluhan pada tangan. Sebab tangan
orang mengalami kemungkinan dermatitis merupakan bagian tubuh yang penting dan
kontak pada kedua tangannya akibat juga digunakan untuk pekerjaan lainnya

106
Dermatosis (Kelainan Kulit) ... Eka L.M.

seperti makan, mencuci, dan sebagainya. kulit pada pemulung. Scabies merupakan
Pemulung yang mengalami dermatitis kontak keluhan kelainan kulit yang banyak dirasakan
pada bagian kakinya memang sudah pemulung. Terdapat 10 rang (22%)
mengakui bahwa bila dia tidak menggunakan pemulung mengalami scabies. Pada saat
sepatu boot maka kulitnya tidak panas pemeriksaan pemulung yang tidak menjadi
ataupun gatal, namun bila menggunakan sampel penelitian juga mengaku memiliki
sepatu boot maka kulit kakinya menjadi keluhan yang sama, artinya jumlah pemulung
merah dan panas dan sesekali gatal-gatal. yang mengalami scabies bisa melebihi dari
Namun bila tidak menggunakan sepaqtu boot jumlah yang diperoleh dalam hasil penelitian.
malah lebih dikhawatirkan lagi akan memicu Diharapkan penelitian ini dapat berlanjut
gejala lain karena menjadi kontak langsung untuk melihat berapa besar kelainan kulit
dengan sampah. yang terjadi pada pemulung yang tersebar
Jenis penyakit kulit lain yang ditemukan dalam jumlah yang banyak yaitu 450 orang
pada saat penelitian baik secara langsung (populasi penelitian).
ataupun tidak langsung dapat disebabkan Dengan pola kerja dan perilaku yang tidak
oleh bakteri, virus, parasit ataupun jamur bersih dan sehat tersebut, penyakit kulit yang
yang terdapat di dalam tumpukan sampah dialami pemulung berbeda-beda. Ada yang
yang ditimbun di TPA. Ditambah lagi mengalami gatal-gatal pada bagian tangan,
lingkungan yang lembab dan pakaian yang kulit tampak merah dan menghitam di bagian
lembab, berlapis-lapis dan dipakai terus oleh tangan, paha ataupun kaki, ruam pada
pemulung dari pagi hingga sore. Kebersihan punggung, paha dan selangkangan. Bahkan
diri pemulung juga tidak terjamin dan kontak juga mengalami gangguan kulit pada bagian
langsung dengan beberapa penyakit yang muka. Berikut tabel yang menunjukkan
dapat menular seperti scabies lambat laun penyakit kulit yang dialami pemulung
juga akan meningkatkan prevalensi gangguan berdasarkan lokasi pada tubuh.

Tabel 1. Distribusi jenis gangguan kulit berdasarkan letak pada bagian tubuh pada pemulung
di TPA Terjun Medan Marelan

JENIS GANGGUAN KULIT LETAK PADA BAGIAN TUBUH JUMLAH %


Miliaria rubra Punggung, badan (perut), leher 11 24
Scabies Tangan, punggung, badan 10 22
Tinea korporis Tangan, leher, kaki 6 13
Tinea falvalis Tangan, muka (wajah) 2 4s
Tinea Versikolor Paha, kaki, 3 7
Candidiasis Tangan, leher 6 13
Karbonkel Tangan 2 4
Follikulitis Tangan 2 4
Dermatitis Kontak Tangan, kaki 4 9
Jumlah 46 100

Penyakit kulit sering ditandai dengan bekerja pemulung tidak menggunakan alat
gatal-gatal dan bintik merah pada tubuh pelindung diri yang sesuai, seperti sarung
pemulung. Masa kerja dan lama kerja tangan yang terbuat dari karet, sepatu bot.
pemulung yang tinggi merupakan salah satu Alat pelindung diri ini harus dijaga
penyebab timbulnya penyakit kulit. Penyakit kebersihannya karena dapat juga
kulit (contohnya jamur kulit) dapat terjadi menyebabkan timbulnya penyakit kulit.
karena tumpukan sampah yang ada Penyakit kulit timbul salah satunya juga
merupakan tempat yang baik bagi karena fakor dari kebersihan diri pemulung
pertumbuhan jamur. Disamping itu dalam itu sendiri. Penyakit kulit yang banyak

107
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, Vol.11/No.2, Oktober 2012

diderita oleh orang-orang yang kurang berlapis-lapis dan terus menerus dipakai
menjaga kebersihan dan banyak bekerja selama satu harian, bahkan pada besoknya
ditempat panas, berkeringat serta kelembaban pakaian tersebut digunakan kembali
kulit yang tinggi banyak disebabkan oleh menyebabkan pakaian kotor tesebut
jamur.7 menimbulkan penyakit lainnya seperti
Penggunaan APD Pada Pemulung di TPA scabies, candidiasis dan lain sebagainya.
Terjun Pekerjaan pemulung yang selalu
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, berinteraksi dengan sampah yang juga
pemulung memiliki pemikiran melindungi berperan sebagai sumber penyakit sangatlah
dirinya hanya dari faktor cuaca dan bukan membutuhkan tindakan dan perilaku yang
dari faktor kontak dengan sampah. Hal ini sehat. Terutama sekali demi menjaga
ditunjukkan dengan menggunakan baju kesehatannya pemulung haruslah menjaga
berlapis-lapis, topi ataupun penutup kepala kebersihan dirinya atau personal hygiene.
kain. Bila ditinjau dari aspek keselamatan
dan kesehatan kerja, hal ini tidaklah KESIMPULAN
memenuhi standar. Bila dilihat dari proses Dari hasil penelitian yang dilakukan pada
kerja yang dilakukan pemulung maka pemulung di TPA Terjun dapat disimpulkan
dianjurkan setiap pemulung melindungi sebagai berikut:
tubuhnya dengan menggunakan pakaian 1. Gangguan kulit yang disebabkan oleh
pelindung, sepatu boot, sarung tangan dan jamur, parasit ataupun infeksi juga
masker serta topi. Namun pelindung yang ditemui pada 46 orang pemulung.
paling utama digunakan adalah sarung Gangguan kulit tersebut antara lain,
tangan, sepatu boot, dan pakaian pelindung. miliaria rubra, scabies, tinea korporis,
Hal ini sangat dianjurkan karena pemulung tinea falvalis, tinea versikolor, candidiasis,
bekerja dengan duduk di atas tumpukan karbonkel, follikulitis, dan dermatitis
sampah ataupun membungkuk sambil kontak.
mengais-ais sampah dengan tangannya. 2. Gangguan kulit yang dialami pemulung
Dalam pemikiran pemulung, mereka lebih dapat terjadi karena buruknya penerapan
cenderung tidak menggunakan sarung tangan personal hygiene dan perilaku pemulung
karena tidak terbiasa. Di samping itu juga untuk hidup bersih dan sehat.
malas menggunakan sepatu boot sehingga 3. Gangguan kulit yang dialami pemulung
ada sebagian pemulung yang menggunakan juga dipicu oleh tidak digunakannya APD
sandal jepit dan sepatu biasa. Menurut yang layak selama bekerja melebihi 8 jam
mereka biarlah kaki dan tangan mereka kotor kerja.
dan setelah kerja akan mandi dan
membersihkannya. Pada kenyataannya DAFTAR PUSTAKA
kontaminasi dengan sampah dari perilaku ini 1. Entjang, Ilmu Kesehatan Masyarakat, PT.
berlangsung selama 8-10 jam. Akibatnya Rineka Cipta, Jakarta, 2000
keluhan kesehatan muncul begitu saja akibat 2. Dinas Kesehatan , Profil Kesehatan Kota
perilaku yang tidak aman tersebut. Medan Tahun 2008, Dinas Kesehatan kota
Dari sisi pakaian pelindung, pemulung Medan, 2008
berpikir untuk melindungi dirinya dengan 3. Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya
menggunakan pakaian berlapis-lapis dengan UKMK. www.smecda.com, Diakses 12
anggapan sampah tidak langsung kontak Mei 2009, 17:33 WIB. Kajian Model
dengan tubuh. Namun hal itu tidak menjadi Pengembangan Usaha Di Kalangan
jaminan karena dengan berlapis-lapisnya Pemulung. Jakarta. 2008.
pakaian mereka cenderung mengundang 4. Notoatmodjo, S., Metodologi Penelitian
aktivitas kelenjar keringat yang berlebih Kesehatan. Rineka Cipta. Edisi Revisi.
sehingga mengakibatkan kelainan kulit Cetakan Ketiga. Jakarta. 2005.
milaria rubra. Disamping itu dengan pakaian

108
Dermatosis (Kelainan Kulit) ... Eka L.M.

5. Suma’mur P.K. Higiene Perusahaan dan


Kesehatan kerja. Toko Gunung Agung.
Yogyakarta, 1996.
6. Slamet, Juli Soemirat. Kesehatan
Lingkungan. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta, 2007.
7. Harahap S, Ilmu Penyakit Kulit, EGC,
Jakarta, 1990
8. Dinas Kebersihan Kota Medan.
Pengelolaan Kebersihan Kota Medan,
2008.
9. . Kesehatan Masyarakat :
Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta,
2007.
10. Riduwan. Akdon. Rumus dan Data
dalam Analisis Statistika untuk
Penelitian : (AdministrasiPendidikan-
Bisnis-Pemerintah-Sosial-Kebijakan-
Ekonomi-Hukum-Manajemen-
Kesehatan). Alfabeta. Bandung, 2007.

109

Anda mungkin juga menyukai