Anda di halaman 1dari 5

Sejak zaman dulu emas telah digunakan sebagai medium pertukaran.

Kerajaan Yunani
dan Romawi menjadikan emas sebagai alat pertukaran, dan tradisi tersebut diteruskan
sampai ke zaman Mercantile (sekitar abad 19). Dalam sejarah telah terdapat beberapa
sistem kurs yang ditetapkan untuk mencari sistem kurs yang ideal. Mekanisme untuk
menentukan kurs juga dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok, yaitu:
Mengambang bebas, Float yang dikelola, Perjanjian Zona Target Tertentu, Dikaitkan
dengan Mata Uang Lain, Dikaitkan dengan kelompok mata uang lain, Dikaitkan dengan
Indikator Tertentu, dan Sistem Kurs Tetap.
Limabelas negara Eropa sepakat untuk membentuk kerjasama dalam penentuan kurs
pada Sistem Moneter Eropa. Negara-negara tersebut terlibat perdagangan satu sama lain
cukup besar sehingga kurs yang stabil diharapkan akan sangan membantu perdagangan
antar negara Eropa. Perkembangan sistem moneter Eropa dapat memberikan pelajaran
mengenai pentingnya koordinasi moneter antar negara. IMF dan Bank Dunia merupakan
dua lembaga yang dibentuk melalui perjanjian Bretton Woods pada tahun 1944 setelah
perang dunia kedua berakhir. IMF merupakan lembaga kunci dalam sistem moneter
internasional karena IMF membantu negara anggotanya mempertahankan kurs atas
tekanan musiman, siklus, atau kejadian random.

I. SEJARAH SISTEM MONETER INTERNASIONAL

Zaman Emas (1876-1913)

Perdagangan yang semakin meningkat membuat kebutuhan sistem pertukaran yang lebih
formal menjadi semakin terasa. Standar emas pada dasarnya menetapkan nilai tukar mata
uang negara berdasarkan emas. Pemerintah atau Negara yang bersangkutan harus
menjaga persediaan emas yang cukup untuk menjamin jual-beli emas. Jika pemerintah
negara lain juga menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan, maka kurs antar dua mata
uang bisa ditentukan.
Karena nilai emas terhadap barang lain tidak banyak berubah dalam jangka panjang,
stabilitas nilai uang dan kurs mata uang tidak banyak berfluktuasi dalam jangka panjang.

Bagaimana Mekanisme Emas Berjalan

Standar emas berbeda dengan mata uang fiat (fiat money). Dalam mata uang fiat, nilai
mata uang ditentukan berdasarkan kepercayaan terhadap kemauan pemerintah menjaga
integritas mata uang tersebut. Seringkali kepercayaan tersebut disalahgunakan.
Pemerintah tertentu selalu tergoda menerbitkan uang baru, karena biaya produksi
penerbitan tersebut praktis nol. Dengan menggunakan standar emas, nilai mata uang
didasarkan pada emas. Pemerintah tidak bisa seenaknya menambah jumlah uang yang
beredar, karena suplai uang dibatasi oleh suplai emas. Mekanisme penyesuaian kurs
dalam standar emas bisa digambarkan melalui mekanisme price-specie-flow mechanism
(specie merujuk ke mata uang emas).
Dengan proses tersebut kurs mata uang bisa terjaga selama negara-negara di dunia
memakai emas sebagai standar nilai uangnya. Inflasi yang berkepanjangan tidak akan
terjadi dalam situasi semacam itu.
Periode Perang Dunia 1914-1944

Standar emas hancur waktu perang dunia 1 pecah. Mata uang praktis ditetapkan atas
dasar emas atau mata uang lainnya dengan longgar. Beberapa usaha kembali ke standar
emas dilakukan sesudah perang dunia 1 berakhir.
Emas hanya diperdagangkan dengan bank sentral, bukan pribadi. Kurs mata uang
ditetapkan berdasarkan emas. Sesudah tahun 1934 dan sesudah perang dunia kedua,
konvertibilitas mata uang yang bisa ditukarkan (konvertibel) dengan mata uang lainnya.

Periode Kurs Tetap

Periode ini dimulai dengan perjanjian Bretton Woods. Melalui perjanjian ini, semua
negara menetapkan nilai tukar mata uangnya berdasarkan emas, tetapi tidak diharuskan
memenuhi konvertibilitas mata uang mereka dalam emas.
Negara anggota diminta menjaga kursnya dalam batas 1% (naik atau turun) dari nilai par,
dan bersedia melakukan intervensi untuk menjaga kurs tersebut. IMF membantu negara
anggotanya dalam rangka menjaga kurs mata uangnya.
Tekanan spekulasi menyebabkan sistem kurs tetap tidak layak lagi dipertahankan. Pasar
keuangan dunia sempat tutup selama beberapa minggu pada bulan Maret 1973. Ketika
pasar tersebut dibuka, kurs mata uang dibiarkan mengambang sampai ke kurs yang
ditentukan oleh kekuatan pasar.

Post Bretton Woods (1973) - sekarang

Setelah kurs dibiarkan mengambang, fluktuasi kurs mata uang dunia menjadi semakin
tinggi dan semakin sulit diprediksi. Kejadian penting pertama setelah Bretton Woods
berakhir adalah embargo minyak negara OPEC yang cukup sukses (Oktober 1973). Pada
tahun 1974 harga minyak cenderung melakukan kebijakan sangat tajam.
Kurs dollar dan juga kurs mata uang lainnya, di masa mendatang akan berfluktuasi sama
seperti sekitar dua puluh tahun terakhir ini. Selama tidak ada patokan yang pasti, kurs
mata uang di masa mendatang akan mengalami fluktuasi yang tidak bisa diprediksi.
Beberapa ekonom mulai menganjurkan kembali ke sistem kurs tetap. Tetapi sampai saat
ini belum ada model yang ideal yang sesuai dengan kondisi saat ini, yang bisa menjamin
stabilitas kurs. Sistem yang ideal akan mencakup dua hal :
1. Sistem harus kredibel (bisa dipercaya)
2. Sistem harus mempunyai mekanisme stabilitas harga yang otomatis (built in)

Sistem yang ideal diharapkan bisa memunculkan mata uang dengan karakteristik :
1. Nilai yang stabil. Nilai yang stabil merupakan karakteristik yang diinginkan karena
bisa membuat transaksi bisnis menjadi lebih mudah diperhitungkan.
2. Bisa dipertukarkan dengan mudah. Lalu lintas modal yang lancer merupakan
karakteristik yang diinginkan.
1.

Kebijakan Moneter yang independent. Kebijakan Moneter ditentukan oleh setiap


negara untuk mencapai tujuan ekonomi yang ditetapkan atau diprioritaskan negara
tersebut.

II. SISTEM PENETAPAN KURS


Mekanisme penentuan kurs bisa dikategorikan menjadi beberapa kelompok :

Free Float (Mengambang Bebas)

Berdasarkan sistem ini, kurs mata uang dibiarkan mengambang bebas tergantung
kekuatan pasar. Beberapa faktor yang mempengaruhi kurs, misal inflasi, pertumbuhan
ekonomi, inflasi akan digunakan oleh pasar dalam mengevaluasi kurs mata uang negara
yang bersangkutan. Jika variable tersebut berubah, atau penghargaan terhadap variable
tersebut berubah, kurs mata uang akan berubah. Sistem mengambang bebas juga disebut
sebagai clean float.

Float yang dikelola (Managed Float)

Sistem mengambang bebas mempunyai kerugian karena ketidakpastian kurs cukup


tinggi. Sistem float yang dikelola, yang sering disebut juga sebagai dirty float, dilakukan
melalui campur tangan Bank Sentral yang cukup aktif.
Bank Sentral kemudian akan melakukan intervensi jika kurs yang terjadi di luar batasan
yang telah ditetapkan. Beberapa bentuk intervensi :
a. Menstabilkan fluktuasi harian. Bank Sentral melakukan cara ini dengan tujuan menjaga
stabilitas kurs agar perubahan kurs cukup teratur.
b. Menunda kurs (leaning against the wind). Melalui cara ini bank sentral melakukan
intervensi dengan tujuan mencegah atau mengurangi fluktuasi jangka pendek yang cukup
tajam, yang diakibatkan oleh kejadian yang sifatnya sementara.
c. Kurs tetap secara tidak resmi (unofficial pegging). Melalui cara ini Bank Sentral
melawan kekuatan pasar dengan menetapkan (secara resmi) kurs mata uangnya.

Perjanjian Zona Target Tertentu

Melalui perjanjian ini, beberapa negara sepakat untuk menentukan kurs mata uangnya
secara bersama dalam wilayah kurs tertentu. Jika kurs melewati batas atas atau batas
bawah, Bank Sentral negara yang bersangkutan akan melakukan intervensi.

Dikaitkan dengan Mata Uang Lain

Sekitar 62 negara dari 162 negara anggota IMF mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap
mata uang lainnya. Sebagian mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap mata uang negara
tetangga.
Dikaitkan dengan kelompok mata uang lain

Sekitar 21 negara mengkaitkan mata uangnya terhadap kelompok mata uang lainnya.
Basket, kelompok, atau portofolio mata uang tersebut biasanya terdiri dari mata uang
partner dagang yang penting. 19 negara mengkaitkan nilai mata uangnya terhadap
portofolio yang mereka buat sendiri.

Dikaitkan dengan Indikator Tertentu

Dua negara, Chili dan Nikaragua, mengkaitkan mata uangnya terhadap indikator tertentu,
seperti kurs riil efektif, kurs yang telah memasukkan inflasi terhadap partner dagang
mereka yang penting.

Sistem Kurs Tetap

Di bawah sistem kurs tetap, pemerintah atau Bank Sentral menetapkan kurs secara resmi.
Kemudian Bank Sentral akan selalu melakukan intervensi secara aktif untuk menjaga
kurs yang telah ditetapkan tersebut.
Jika kurs resmi dirasakan sudah tidak sesuai dengan kondisi fundamental ekonomi negara
tersebut, devaluasi atau revaluasi dilakukan. Cara yang bisa dilakukan selain devaluasi
adalah :
1. Pinjaman asing
2. Pengetatan
3. Pengendalian harga dan upah
4. Pembatasan aliran modal keluar

III. SISTEM MONETER EROPA (EUROPEAN MONETARY SYSTEM ATAU


EMS)

Unit Mata Uang Eropa (European Currency Unit atau ECU) dan Mekanisme Kurs
(Exchange Rate Mechanism)

ECU merupakan portofolio (basket) yang terdiri dari mata uang negara angora EMD.
Nilai ECU merupakan rata-rata tertimbang nilai masing-masing mata uang anggota,
dengan bobot ditentukan berdasrkan kekuatan relative perekonomian negara tersebut.
ECU bisa berfungsi sebagai unit moneter, alat penyelesaian transaksi, dan sebagai
cadangan negara anggota.
Mekanisme kurs Eropa (ERM atau European Rate Mechanism) merupakan proses
penentuan kurs antarmata uang negara anggota. ERM atau mekanisme kurs mempunyai
tiga karakteristik : Penetapan kewajiban setiap anggota untuk memelihara kurs,
Penyediaan dana dalam rangka menjaga stabilitas kurs, dan Penentuan kurs yang baru
atas kesepakatan bersama jika kondisi ekonomi mengharuskan demikian.
Inti dari mekanisme penetuan kurs dalam Sistem Moneter Eropa adalah dikaitkannya
nilai setiap mata uang terhadap ECU.
Masa Depan Sistem Moneter Eropa

Menurut kesepakatan, negara Eropa akan membentuk Uni Moneter Eropa (European
Monetary Union atau EMU) secara penuh, yang mempunyai satu bank sentral yang akan
menerbitkan mata uang bersama pada tahun 1999 (disebut mata uang Euro). Kesepakatan
tersebut mengharuskan integrasi dan koordinasi dalam kebijakan moneter dan fiskal
negara anggotanya. Sebelum menjadi anggota, negara Eropa harus memenuhi standar
sebagai berikut ini :
1. Inflasi nominal tidak boleh lebih dari 1,5% di atas rata-rata tiga anggota dengan inflasi
paling kecil tahun yang lalu.
2. Tingkat bungan jangka panjang tidak boleh lebih dari 2 % di atas rata-rata tiga anggota
dengan tingkat bungan paling bawah.
3. Defisit fiskal tidak boleh lebih dari 3% dari GNP.
4. Utang pemerintah tidak boleh lebih dari 60% dari GNP.

IV. IMF (INTERNATIONAL MONETARY FUND)

IMF dan Bank Dunia merupakan dua lembaga yang dibentuk melalui perjanjian Bretton
Woods pada tahun 1944 setelah perang dunia kedua berakhir. IMF merupakan lembaga
kunci dalam sistem moneter internasional. IMF membantu negara anggotanya
mempertahankan kurs atas tekanan musiman, siklus, atau kejadian random.
IMF didanai oleh setiap anggotanya dengan kuota yan gditetapkan berdasarkan perkiraan
pola perdagangan sesudah Perang Dunia kedua. IMF menciptakan mata uang (reserve)
baru yang dinamakan sebagai Special Drawing Right (SDR). Mata uang tersebut menjadi
unit rekening untuk IMF maupun organisasi regional dan internasional lainnya. Mata
uang tersebut juga dipakai sebagai dasar dalam penentuan kurs oleh beberapa negara.
Negara lainnya memegang SDR dalam bentuk deposito di IMF.
Pembicaraan mengenai sistem moneter internasional akan memberi latar belakang
penentuan kurs mata uang dunia. Saat ini sebagian besar negara dunia, terutama negara
besar, menggunakan sistem kurs mengambang. Tetapi nampaknya sistem kurs
mengambang bukan pilihan terbaik, karena mendorong fluktuasi kurs yang lebih tinggi.
Fluktuasi yang lebih tinggi tersebut membuat perhitungan bisnis, biaya manajemen valuta
asing menjadi semakin tinggi. Sistem kurs tetap nampaknya cukup ideal, tetapi sistem
tersebut nampaknya sulit dipertahankan. Sejarah menunjukkan kegagalan sistem kurs
tetap karena beberapa alasan, khususnya ketidakseragaman kebijakan perekonomian dan
moneter negara di dunia

Anda mungkin juga menyukai