Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

PADA KLIEN NY. W DENGAN GANGGUAN


GOUT ARTHRITIS DI KELURAHAN MEDAN JOHOR

BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP TEORI

A. PENGERTIAN GOUT ARTRITIS


Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis
akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering
mengenai usia pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa menopause.
Gout arthritis, atau lebih dikenal dengan nama penyakit asam urat, adalah salah satu penyakit
inflamasi yang menyerang persendian. Gout arthritis disebabkan oleh penimbunan asam urat
(kristal mononatrium urat), suatu produk akhir metabolisme purin, dalam jumlah berlebihan
di jaringan. Penyakit ini sering menyerang sendi metatarsophalangeal 1 dan prevalensinya
lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Kadang-kadang terbentuk agregat kristal
besar yang disebut sebagai tofi (tophus) dan menyebabkan deformitas.
Gout adalah peradangan akibat adanya endapan kristal asam urat pada sendi dan jari
(depkes, 1992). Penyakit metabolik ini sudah dibahas oleh Hippocrates pada zaman Yunani
kuno. Pada waktu itu gout dianggap sebagai penyakit kalangan sosial elite yang disebabkan
karena terlalu banyak makan, anggur dan seks. sejak saat itu banyak teori etiologis dan
terapeutik yang telah diusulkan.

B. ETIOLOGI GOUT ARTRITIS


Gejala arthritis akut disebabkan oleh reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan
kristal monosodium urat monohidrat. Karena itu, dilihat dari penyebabnya, penyakit ini
termasuk dalam kelainan metabolik. Kelainan ini berhubungan dengan gangguan kinetik
asam urat yaitu hiperuresemia. Hiperuresemia terjadi karena :
1. Pembentukan asam urat berlebihan
a. Gout primer metabolik, disebabkan sintesis langsung yang bertambah
b. Gout sekunder metabolik, disebabkan pembentukan asam urat berlebihan

GOUT ARTHRITIS 1
karena penyakit lain seperti leukimia, terutama bila diobati dengan sitostatistika,
psoriasis, polisitemia vena dan mielofibrosis
2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal.
a. Ginjal yang sehat. Penyebabnya tidak diketahui.
b. Gout sekunder renal, disebabkan oleh kerusakan ginjal, misalnya pada glomerulonefritis
kronik atau gagal ginjal kronik
3. Perombakan dalam usus yang berkurang. Namun secara klinis hal ini tidak penting.
Tetapi beberapa kasus menunjukkan adanya hubungan dengan defek genetik dalam
metabolisme purin. Imkompletnya metabolisme purin menyebabkan pembentukan kristal
asam urat di dalam tubuh atau menimbulkan over produksi asam urat. Over produksi asam
urat ini dapat juga terjadi secara sekunder akibat beberapa penyakit antara lain:
• Sickle cell anemia
• Kanker maligna
• Penyakit ginjal
Penurunan fungsi renal akibat penggunaan obat dalam waktu yang lama (diuretik)
dapat menyebabkan penurunan ekskresi asam urat dari ginjal.Penyebab Gout dapat terjadi
akibat hiperusemia yang di sebabkan oleh diet yang ketat atau starpasi, asupan makanan kaya
purin (terang-terangan/jeron) yang berlebihan atau kelainan Herediter.

C. PATOFISIOLOGI GOUT ARTRITIS


Asam urat adalah produk sisa metabolisme purin. Pada keadaan normal terjadi
keseimbangan antara produksi dan ekskresi. Sekitar dua pertiga (2/3) Jumlah yang,
diproduksi setiap hari diekskresikan melalui ginjal dan sisanya melalui feses.
Serum asam urat normal dipertahankan antara 3,4 – 7,0 mg/dl pada pria dan 2,4 – 6,0 pada
wanita, pada level lebih dari 7,0 mg/dl akan terbentuk kristal monosodium urat.
Faktor-faktor yang merupakan presipitasi pembentukan kristal dan deposit di jaringan antara
lain :
• Penurunan PH cairan ekstraseluler
• Penurunan protein plasma pengikat kristal-kristal urat
• Trauma jaringan
• Peningkatan kadar asam urat dari diet
Biasanya menyerang satu persendian, terjadi secara tak terduga, terjadi pada malam
hari yang dapat dipicu oleh trauma, konsumsi alkohol dan pembelahan. Pada level ini asam
urat di dalam persendian menimbulkan respon inflamasi, selanjutnya leukosit Poli Morfo

GOUT ARTHRITIS 2
Nuklear (PMN) menginfiltrasi persendian dan memfagosit kristal-kristal urat yang
menyebabkan kematian leukosit PMN, pengeluaran enzim-enzim lisosom serta mediator-
mediator inflamasi lainnya kedalam jaringan. Hal ini menyebabkan sendi yang terserang
terlihat kemerahan, papas, bengkak dan terasa nyeri.
Sekitar 50% serangan gout arthritis akut terjadi pada sendi metatarsophalangeal tumit,
sedangkan bagian tubuh lain yang juga mengalami serangan; ankle, tumit, lutut, jari-jari
tangan dan siku. Nyeri bertambah dalam beberapa jam yang disertai keluhan demam serta
peningkatan angka leukosit (white blood cell) dan sedimen rate.Serangan akut gout ini dapat
terjadi dalam beberapa hari sampai beberapa minggu. Hampir 60% penderita mengalami
serangan ulang setelah satu tahun.

D. MANIFESTASI KLINIS GOUT ARTRITIS


Secara klinis ditandai dengan adanya atritis, tofi, dan batu ginjal. Yang penting
diketahui bahwa asam urat sendiri tidak akan mengakibatkan apa-apa. Yang menimbulkan
rasa sakit adalah terbentuk dan mengendapnya kristal monosodium urat. Pengendapannya
dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Oleh sebab itu, sering terbentuk tofi pada daerah-daerah
telinga, siku, lutut, dorsum pedis, dekat tendo Achilles pada metatarsofalangeal digiti I, dan
sebagainya.
Pada telinga misalnya, karena permukaannya yang lebar dan tipis serta mudah tertiup
angin, kristal-kristal tersebut mudah mengendap dan menjadi tofi. Demikian pula di dorsum
pedis, kalkaneus, dan sebagainya karena sering tertekan oleh sepatu. Tofi itu sendiri terdirri
dari kristal-kristal urat yang diklilingi oleh benda-benda asing yang meradang, termasuk sel-
sel raksasa. Serangan seringkali terjadipada malam hari. Biasanya sehari sebelum pasien
tampak segar bugar tanpa keluhan. Tiba-tiba tengah malam terbangun karena rasa sakit yang
hebat sekali.
Daerah khas yang sering mendapat serangan adalah pangkal ibu jari kaki sebelah
dalam, disebut podagra. Bagian ini tampak membengkak, kemerahan, daan nyeri sekali bila
disentuh. Rasa nyeri berlangsung beberapa hari sampai satu minggu, lalu menghilang.
Sedangkan tofi itu sendiri tidak sakit, tapi dapat merusak tulang. Sendi lutut juga merupakan
tempat predileksi kedua untuk serangan ini.
Tofi merupakan penimbunan asam urat yang dikelilingi reaksi radang pada sinovia,
tulang rawan, bursa dan jaringan lunak. Sering timbul tulang rawan telinga sebagai benjolan

GOUT ARTHRITIS 3
keras. Tofi ini merupakan menifestasi lanjut dari gout yang timbul 5-10 tahun setelah
serangan artritis akut pertama.
Pada ginjal akan timbul sebagai berikut:
1. Mikrotofi, dapat terjadi di tubuli ginjal dan menimbulkan nekrosis
2. Pielonefritis kronis
3. Tanda-tanda arterosklerosis dan hipertensi
4. Tidak jarang ditemukan pada pasien dengan kadar asam urat tinggi dalam darah,
Nefrolitiasis karena endapan asam urat tanpa adanya riwayat gout, yang disebut
hiperurisemia asimtomatik. Pasien demikian sebaiknya dianjurkan mengurangi kadar asam
uaratnya karena menjadi faktor resiko dikemudian hari ini dan kemudian terbentuknya batu
asam urat di ginjal.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG GOUT ARTRITIS

1. Serum asam urat


Umumnya meningkat, diatas 7,5 mg/dl. Pemeriksaan ini mengindikasikan
hiperuricemia, akibat peningkatan produksi asam urat atau gangguan ekskresi.
2. Angka leukosit
Menunjukkan peningkatan yang signifikan mencapai 20.000/mm3 selama serangan
akut. Selama periode asimtomatik angka leukosit masih dalam batas normal yaitu 5000 –
10.000/mm3.
3. Eusinofil Sedimen rate (ESR)
Meningkat selama serangan akut. Peningkatan kecepatan sedimen rate
mengindikasikan proses inflamasi akut, sebagai akibat deposit asam urat di persendian.
4. Urin spesimen 24 jam
Urin dikumpulkan dan diperiksa untuk menentukan produksi dan ekskresi dan asam
urat. Jumlah normal seorang mengekskresikan 250 - 750 mg/24 jam asam urat di dalam urin.
Ketika produksi asam urat meningkat maka level asam urat urin meningkat. Kadar kurang
dari 800 mg/24 jam mengindikasikan gangguan ekskresi pada pasien dengan peningkatan
serum asam urat.Instruksikan pasien untuk menampung semua urin dengan peses atau tisu
toilet selama waktu pengumpulan.
Biasanya diet purin normal direkomendasikan selama pengumpulan urin meskipun
diet bebas purin pada waktu itu diindikasikan.

GOUT ARTHRITIS 4
5. Analisis cairan aspirasi dari sendi yang mengalami inflamasi akut atau material aspirasi
dari sebuah tofi menggunakan jarum kristal urat yang tajam, memberikan diagnosis definitif
gout.
6. Pemeriksaan radiografi
Dilakukan pada sendi yang terserang, hasil pemeriksaan akan menunjukkan tidak
terdapat perubahan pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang progresif maka
akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang yang berada di bawah sinavial sendi.

F. PENATALAKSANAAN GOUT ARTRITIS


Kolkisin adalah suatu agen anti radang yang biasanya dipakai untuk mengobati
serangan gout akut, dan unluk mencegah serangan gout Akut di kemudian hari. Obat ini juga
dapat digunakan sebagai sarana diagnosis. Pengobatan serangan akut biasanya tablet 0,5 mg
setiap jam, sampai gejala-gejala serangan Akut dapat dikurangi atau kalau ternyata ada bukti
timbulnya efek samping gastrointestinal. Dosis maksimurn adalah 4-8 rng, tergantung dari
berat pasien bersangkutan. Beberapa pasien mengalami rasa mual yang hebat, muntah-
muntah dan diarhea, dan pada keadaan ini pemberian obat harus dihentikan.
Gejala-gejala pada sebagian besar pasien berkurang dalam waktu 10-24 jam sesudah
pemberian obat. Kolkisin dengan dosis 0,5-2 mg per hari ternyata cukup efektif untuk
mencegah serangan gout berikutnya secara sempurna atau mendekati sempurna. Penggunaan
kolkisin setiap hari cenderung memperingan episode gout berikutnya, kalau memang
serangan gout terjadi lagi. Penggunaan kolkisin jangka panjang tak memperlihatkan efek
samping yang berat.
Fenilbutazon, suatu agen anti radang, dapat juga digunakan unluk mengobati artritis
gout akut. Tetapi, karena fenilbutazon menimbulkan efek samping, maka kolkisin digunakan
sebagai terapi pencegahan. Indometasin juga cukup efektif.
Terdapat tiga obat lain yang berguna untuk terapi penunjang atau terapi pencegahan.
Alopurinol dapat mengurangi pembentukan asam urat. Dosis 100-400 mg per hari dapat
menurunkan kadar asam urat serum. Probenesid dan Sulfinpirazin merupakan agen
urikosurik, artinya mereka dapat menghambat proses reabsorpsi urat oleh tubulus ginjal dan
dengan dernikian meningkatkan ekskresi asam urat. Pemeriksaan kadar asam urat serum
berguna untuk menentukan etektivitas suatu terapi.

GOUT ARTHRITIS 5
Mungkin dianjurkan untuk menghindari makanan yang mengandung kadar purin yang
tinggi. Di antara jenis makanan ini termasuk jerohan seperti hati, ginjal, roti manis dan otak.
Sardin dan anchovy (ikan kecfi semacarn haring) sebaiknya dibatasi.
Untuk membuang tofi yang besar, terutama kalau tofi mengganggu gerakan sendi,
maka dilakukan pembedahan.

G. KOMPLIKASI
1. Erosi, deformitas dan ketidakmampuan aktivitas karena inflamasi kronis dan tofi
yang menyebabkan degenerasi sendi.
2. Hipertensi dan albuminuria.
3. Kerusakan tubuler ginjal yang menyebabkan gagal ginjal kronik
4. Deformitas pada persendian yang terserang
5. Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih
6. Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal.

GOUT ARTHRITIS 6
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan pasien
a. Keluhan utama ( Pasien mengeluh nyeri pasa daerah persendian )
b. Riwayat kesehatan sekarang ( pasien mengatakan myeri pada persendian, dan merasa
keram)
c. Riwayat kesehatan masa lalu ( pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama)
d. Riwayat kesehatan keluarga ( keluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit
yang sama )
3. Pemeriksaan laboratorium
Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6 mg% normalnya
pada pria 7 mg% dan pada wanita 6 mg%.
4. Pemeriksaan fisik
- B1 ( Breathing) = px. Paru – paru ( IPPA)
- B2 (Blood) = pengisian kapiler < 1 detik, keringat dingin dan Pusing
- B3 ( Brain) = Kesadaran CM, kepala dan wajah, sklera tidak ikterik
konjungtiva anemis.
- B4 (Bladder) = produksi urin dalam batas normal dan tidak terdapat keluhan
kecuali penyakit Grout.
- B5 ( Bowel ) = normal tapi harus dikaji frekuensinya, warna, bau fases.
Biasanya mengalami nyeri lambung, mual dan tidak nafsu makan.
- B6 ( Bone )
 Look Keluhan nyeri sendi dan perlu segera diberi pertolongan
 Feel adanya nyeri tekan pada kaki yang bengkak
 Move hambatan gerakan sendi biasanya semakin bertambah berat

A. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri pada persendian pasien berhubungan dengan ketidak mampuan klien mengenal
penyakit Grout arthritis.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak mampuan pengetahuan klien
mengenal penyakit Grout arthritis.

GOUT ARTHRITIS 7
B. Intervensi Keperawatan
DX 2 : Nyeri pada persendian pasien berhubungan dengan ketidak mampuan klien
mengenal penyakit Grout Arthritis.
Intervensi
a. Kaji pengetahuan klien tentang Grout Arthritis
Rasional : untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan klien tentang penyakit
Gout Arthritis
b. Berikan penjelasan mengenai pengertian, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, dan
perawatan Gout Arthritis.
Rasional : untuk menambah pengetahuan klien mengenal penyakit Gout
Arthritis
c. Kaji nyeri klien.
Rasional : untuk mengetahui identitas nyeri, karakteristik nyeri, lokasi nyeri
durasi nyeri dan faktor yang memperberat nyeri.
d. Anjurkan kompres dingin dan hangat.
Rasional : untuk menghambat nyeri dan mengurangi inflamasi.
e. Ajarkan teknik nafas dalam.
Rasional : untuk mengurangi nyeri
f. Tanyakan tentang yang telah terjadi dijelaskan mengenai penyakit Grout arthritis
Rasional :untuk mengetahui pemahaman klien tentang yang sudah di jelaskan.
g. Beri pujian pada klien mencoba nafas dalam
Rasional : untuk memberikan semangat pada klien.

DX2 : Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidak mampuan


pengetahuan klien mengenal penyakit Grout arthritis.
h. Kaji tingkat pengetahuan klien
Rasional : untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien tentang cara perawatan
dan makanan yang harus di hindari.
i. Jelaskan tata cara perawaran Grout Arthritis
Rasional : agar pengetahuan tentang cara perawatan Gout Arthritis bertambah
j. Jelaskan tentang makanan yang dihindari penderita Grout Arthritis
Rasional : agar klien mengetahui makan yang harus dihindari penderita Gout
Arthritis.
k. Ajarkan latihan pergerakan sederhana ( ROM ekstremitas atas dan bawah )

GOUT ARTHRITIS 8
Rasional : untuk melatih otot pergerakan agar tidak terjadi kekakuan otot.
l. Berikan pujian partisipasi dan kemauan klien mau mencoba latihan pergerakan.
Rasional : untuk memberikan dukungan pada klien agar mau mencoba setiap
nyeri dan bengkak berkurang.

GOUT ARTHRITIS 9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GOUT ARTHRITIS

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA PADA NY. W DENGAN GOUT ARTHRITIS


A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. W
Umur : 68 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jl. Karya Jaya. Gg Karya III. No. 7 Medan
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan/Penghasilan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SD

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama : Klien mengatakan lemas dan nyeri pada sendi.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien menyatakan sudah nyeri sendi dari beberapa hari yang lalu sejak tanggal 19
januari 2017. Klien menyatakan sebelumnya mengkonsumsi daging sapi, bayam, teri dan
sarden . Klien juga mengatakan badannya lemas.
c. Riwayat Penyakit dahulu
Klien mengatakan sebelumnya Klien tidak pernah sakit seperti ini. Klien juga tidak
pernah berobat ke Puskesmas
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami DM, Hipertensi, dan
penyakit menurun lainnya.

GOUT ARTHRITIS 10
Genogram :

Keterangan :

: Laki – laki
: Perempuan
: garis penghubug suami/istri
: garis keturunan
: Garis keturunan

Tipe keluarga :
Keluarga inti, karena dalam keluarga terdiri dari suami dan istri

GOUT ARTHRITIS 11
4. Pengkajian fisik
a. Pemenuhan kebutuhan dasar
1. Pola Nutrisi
Klien makan 3 kali / hari. Nafsu makan baik. Klien menghabiskan makanan klien minum
10 kali /hari.
2. Pola Eliminasi
Klien BAK 3-4 kali/hari dengan warna putih dan bau khas urine. Klien BAB 1-2
kali/hari dengan konsistensi padat.
3. Pola Aktivitas
Klien biasanya membukus jajanan kerupuk, untuk di jual di toko
4. Pola istirahat dan tidur
Klien tidur malam jam 9 kadang jam 11 malam dan bangun tidur jam 5 subuh ketika
adzan subuh.
5. psikososial
a. Konsep dasar
1. Gamaran diri
Klien mengatakan bahwa dirinya sudah tua.
2. Identitas diri
Klien mampu menyebutkan nama Ny. R dengan jelas. Klien juga merasa puas dan
senang dengan jenis kelamin perempuan.
3. Peran
Peran klien dikeluarga sebagai ibu yang mengurus suami dan anak – anak yang
tinggal dengan klien. Peran klien di lingkungan sebagai masyarakat.
4. Ideal diri
Klien berharap bisa hidup lebih baik di saat umur yang sudah tua klien masih tetap
bisa membantu suami.
5. Harga Diri
Klien tidak merasa malu akan penyakitnya, Klien hanya merasa susah untuk
bekerja karena penyakitnya.

GOUT ARTHRITIS 12
b. Status mental
1. Penampilan
Penampilan klien rapi dan bersih, setiap sehabis mandi klien mengganti bantu, dan
ketika waktunya sholat ataupun ada yasinan klien selalu memakai yang rapi dan
bersih.
2. Pembicaraan
Pembicaraan klien tidak terlalu cepat dan juga tidak terlalu lamba, klien bicara
dengan jelas, klien juga mampu untuk memulai pembicaraan.
3. Aktivitas motorik
Klien melakukan aktivitas dengan semangat
4. Alam perasaan
Klien mengatakan hanya ingin sembuh
5. Afek
Afek klien sesuai, klien terlihat tersenyum ketika bicara sesuatu hal yang
menyenangkan, klien tertawa ketika berbicara hal yang lucu.
6. Interaksi selama wawancara
Selama interaksi, klien terlihat tersenyum kooperatif dengan tindakan
keperawatan yang dilakukan, kontak mata (+) serta dapat dipertahankan
7. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien compos metis, klien tidak mengalami disorientasi waktu, tempat,
dan orang. Itu ditandai ketika menanyakan jam, tanggal, dan tempat pada saat
pengkajian.
8. Memori
Memori jangka pendek jangka klien bagus, klien dapat menceritakan kejadikan
penyakit dahulu. Klien juga dapat menjawab siapa presiden terdahulu ketika
ditanya.
9. Tingkat konsentrasi berhitung
Tingkat konsentrasi berhitung klien baik, klien dapat menghitung mundur dari 20
di kurang 3.
10. Gangguan penilaian
Kemampuan penilaian klien baik, klien mampu mengambil keputusan yang
sederhana, ketika ditanya setelah bangun tidur mandi atau makan dulu ? dan klien
menjawab mandi dulu.

GOUT ARTHRITIS 13
6. Spiritual
a. Klien beragama islam. Klien mampu melaksanakan sholat lima waktu. Klien
mengikuti kegiatan yasinan yang diadakan oleh ibu – ibu di Gg karya III.
b. Kemandirian dalam aktivitas
Klien sehari – harinya melakukan aktivitas sendiri secara mandiri, walaupun klien
kadang – kadang kesemutan dan mengganggu aktivitas.
c. Keseimbangan tubuh
Keseimbangan tubuh klien baik.
d. Pengkajian head to toe
Tanda – tanda vital : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 70 x / menit
Suhu : 36,5ºC
Respirasi : 20 x/menit
1. Kepala
Bentuk kepala simetris, tidak terdapat kelainan, tidak terdapat benjolan, tidak ada
luka/lesi, kepala bersih, klien membersihkan kepala 2 kali dalam seminggu
2. Mata
Bentuk kedua simetris, tidak ada perdarahan ataupun peradangan, klien menggunakan
alat bantu baca.
3. Hidung
Hidung klien berfungsi dengan baik, bentuk simetris. Tidak ada peradangan ataupun
ataupun perdarahan, tidak ada polip.
4. Mulut
Mulut klien bersih, tidak ada tanda peradangan atau perdarahan. Gigi depan atas klien
sudah tidak ada hanya tersisa gigi depan bawah, dan graham klien.
5. Telinga
Telinga klien kiri kanan berfungsi dengan baik, klien dapat mendengar bunyi detik
arloji dalam jarak 30 cm. Telinga bersih, tidak ada luka ataupun peradangan, klien
tidak menggunakan alat bantu dengar.
6. Leher
Kebersihan baik, tidak ada tanda peradangan ataupun lika, tidak ada pembesaran
kelenjar tyrod.
7. Dada
Dada simetris, tidak ada kelainan, tidak ada luka, tidak ada batuk.

GOUT ARTHRITIS 14
8. Abdomen
Simetris, tidak ada kelainan, tidak ada lesi atau luka, kebersihan terjaga.
9. Ekstremitas
Klien dapat beraktivitas dengan baik, namun kadang berhenti karena linu pada sendi.
10. Genitalia
Klien berjenis kelamin perempuan

4. Pengkajian status sosial


a. Kemampuan sosialisai
Sosialisasi klien baik, setiap jum’at sore klien sering datang ke yasinan. Dan satu bulan
sekali klien selalu datang di posyandu lansia
b. Sikap klien pada orang lain
klien mampu berkomunikasi dengan baik kepada petugas atau perawat, serta apa yang
di tanyakan mampu di jawab dengan baik dan tepat. Sikap klien kepada warga dengan
baik.
c. Harapan klien pada orang lain
klien berharap orang lain dapat bersikap baik juga
5. Pengkajian perilaku terhadap kesehatan
a. Kebiasaan merokok
Klien mengetahui bahwa ia tidak merokok
b. Kebiasaan minum kopi
Klien mengatakan klien jarang minum kopi, hanya ketika ingin saja minum.
c. Penggunaan alkohol
Klien mengatakan bahwa selama ini tidak pernah mengkonsumsi alkohol.
d. Penggunaan obat – obatan
Klien mengatakan tidak menggunakan obat – obatan

5. Pengkajian lingkungan
a. Rumah
Lingkungan rumah bersih, rumah tidak dimodifikasi sesuai dengan penyak klien.
Pencahayaan cukup.
b. Sanitasi
Sanitasi rumah baik, klien menggunakan sumur gali untuk air minum dan mandi

GOUT ARTHRITIS 15
c. Faktor – faktor resiko
Lingkungan klien yang tidak di modifikasi membuat adanya resiko cidera.
7. Pemanfaatan layanan kesehatan
Klien memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang dilaksanakan satu bulan sekali di
posyandu lansia
8. Tingkat pengetahuan tentang Kesehatan
a. Klien tahu akan penyakitnya, namum klien belum tahu tentang apa yang boleh di
makan dan tidak boleh.
b. Sikap tentang kesehatan
Sikap klien baik, klien ingin sekali mengetahui tentang penyakitnya saat ini.

GOUT ARTHRITIS 16
B. Analisa Data
No. Data Etilogi Masalah
1. DS :
 Klien mengatakan kaki dan  Kaku Sendi  Hambatan
tangan sering terasa nyeri dan Mobilitas Fisik
kesemutan

 Klien mengatakan sering


terasa sakit saat melakukan
aktivitas sehari-hari

 Kadang sendi ditangan dan


kaki juga terasa sakit
DO :
 Ketika pengkajian , klien
sering mengurut kakinya dan
memicit jari-jarinya

 Hasil test Asam Urat 8,6mg/dl

2. DS :
 Klien mengatakan hanya  Kurangnya  Kurangnya
diberi tahu bahwa mengenal pengetahuan
penyakitnya Asam Urat, masalah
namun tidak tahu tentang penyakit
yang lainnya , yaitu tentang
Asam Urat .

 Klien kelihatan bertanya


tentang Penyakit Asam Urat

C. Prioritas Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen-agen penyebab cedera.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi dan kontraktur.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan informasi.

GOUT ARTHRITIS 17
D. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


 Hambatan  Setelah  Monitor dari  Untuk me-
Mobiltas dilakukan tanda tanda nentukan
Fisik tindakan inflamasi intervensi
berhubungan keperawata selanjutnya
dengan kaku n selama 3  Berikan klien untuk
pada kali latihan ROM melemaskan
persendian kunjungan sendi
diharapkan  Kontrol Asam
klien : Urat  Mengetahui
kadar Asam
 Gerakan  Motivasi Urat klien
sendi klien untuk berobat
kembali ke Puskesmas  Berkolaborasi
normal untuk
pemberian obat
 Klien tidak klien
mengeluhk
an linu dan
kesemutan

 Kurangnya  Berikan
pengetahuan  Setelah pendidikan  Menambah
berhubungan dilakukan kesehatan pengetahuan
dengan pendidikan mengenai klien tentang
kurangnya kesehatan Asam Urat Asam Urat
mengenal selama 3
masalah kali  Pengertian  Berkolaborasi
penyakit. kunjungan tanda dan untuk
diharapkan gejala pemberian obat
klien penyebab
komplikasi

 Pencegahan
Diit

 Motivasi klien
untuk berobat
ke Puskesmas

GOUT ARTHRITIS 18
E.IMPLEMENTASI

Hari / Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi


S:
Rabu ,  Hambatan  Membina hubungan  Klien
02 Mei 2018 Mobilitas saling percaya mengatakan
Fisik kakinya masih
berhubungan  Mengkaji adanya nyeri dan
dengan kaku Inflamasi , sering
pada Mengontrol kadar kesemutan
persendian asam urat ,
 Klien
 Mengajarkan ROM mengatakan
masih belum
ingat teknik
yang diajarkan
hanya ingat
sedikit
O:
 Klien
mempraktek-
kan ROM
dengan
bantuan
Perawat
UA :

 7,9 mg/ dl

A:
 Asam Urat
Klien tinggi
P:
 Pendidikan
Kesehatan
untuk
pengetahuan
klien

 Lanjutkan
mengajarkan
klien untuk
latihan ROM

 Motivasi klien
untuk ke
Puskesmas
GOUT ARTHRITIS 19
Kamis ,  Kurangnya  Melakukan S:
03 Mei pengetahuan pendidikan  Klien
2018 berhubungan kesehatan mengenai mengatakan
dengan Asam Urat : mengerti dengan
kurangnya penjelasan
mengenal  Pengertian tanda perawat .
masalah dan gejala penyebab O:
penyakit Diit  Klien dapat
menyebutkan
pengertian ,
tanda dan gejala,
 Kepatuhan Diit penyebab, dan
diit Asam Urat
A:
 Pengetahuan
klien bertambah
tentang Asam
Urat
P:
 Pendidikan
Kesehatan
tentang apa yang
boleh dimakan
dan tidak boleh
 Motivasi klien
untuk berobat ke
Puskesmas

 Kurangnya S:
Senin , pengetahuan  Klien
07 Mei berhubungan mengatakan
2018 dengan sudah paham
kurangnya dengan
mengenal penjelasan
masalah Perawat.
penyakit O:
 Mengontrol kadar  Klien sudah bisa
Asam Urat teknik ROM
dengan bantuan
 Mengevaluasi latihan perawat
ROM
UA : 7,5 mg/dl
 Pendidikan
Kesehatan mengenai  Klien dapat
apa yang boleh menyebutkan

GOUT ARTHRITIS 20
dimakan dan yang apa yang tidak
tidak boleh dimakan boleh dimakan
oleh penderita
Asam Urat
 A : Penetahuan
Klien
bertambah
P:
 Evaluasi akhir

S:
 Ny. R
Selasa , mengatakan
08 Mei belum ada ke
2018 Puskesmas
 Ny. R sudah
memahami apa
yang boleh
dimakan dan
yang tidak boleh
 Mengevaluasi dimakan
kunjungan Lansia  Ny. R
mengatakan
kadang
mempraktekkan
ROM
O:
 Ny. P dapat
menyebutkan
apa yang tidak
boleh dimakan
oleh penderita
Asam Urat

UA : 7,2 mg/ dl
 Klien
memperagakan
ROM dengan
bantuan Perawat
A:
 Mengontrol kadar  Asam Urat Ny.
Asam Urat R masih diatas
Normal
P:
 Motivasi untuk
ke Puskesmas

 Motivasi untuk
melakukan ROM
secara teratur

GOUT ARTHRITIS 21
 Evaluasi akhir

GOUT ARTHRITIS 22
BAB V
PENUTUP

Setelah melakukan asuhan keperawatan gerontik dengan Gout Arthritis pada Ny.
W dijalan Karya Jaya Gg. Karya No. 7 Medan / Puskesmas Medan Johor maka,
penulis membuat kesimpulan dan saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi pembaca
dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan Gerontik dengan Gout
Arthritis .

5.1. Kesimpulan
1. Pada tahap pengkajian asuhan keperawatan terhadap Ny. W dengan Gout Arthtritis
penulis mengumpulkan data dengan menggunakan teknik wawancara dengan pasien
dan keluarga, observasi langsung, dan studi dokumentasi. Pada tahap ini penulis tidak
memdapatkan hambatan dimana pasien dan keluarga dapat diajak kerjasama .
2. Pada tahap diagnosa keperawatan, penulis dapat merumuskan 2 (dua) diagnosa
keperawatan . Ada dua diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus ,
berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan .
3. Pada saat intervensi keperawatan, rencana keperawatan pada kasus disesuaikan
dengan kebutuhan pasien dan fasilitas yang disediakan.
4. Pada saat implementasi keperawatan, semua rencana dapat dilakukan, karena adanya
kerjasama pasien dengan keluarga.
5. Pada tahap evaluasi, penulis tidak menjumpai masalah, hasil dari pelaksanaan yang
telah dilakukan selama 3 hari masalah pasien teratasi .

5.2.Saran
1. Dalam pengkajian, sebaiknya dilakukan pengkajian yang tepat dan komprehensif
yang mencakup aspek, Bio – Psiko - Sosio dan Spritual , sehingga data yang
diperoleh akurat dan dapat menyimpulkan masalah yang dihadapi pasien.
2. Dalam perumusan diagnose keperawatan diharapkan, tetap merumuskan masalah dan
mampu menganalisa data sesuai dengan data yang ditemukan pada kasus , sehungga
diperoleh diagnose keperawatan yang sinkron .
3. Perencanaan dapat menjawab apa yang menjadi masalah , dapat meningkatkan
komunikasi. Tahap ini sebaiknya perlu peningkatan pengetahuan , agar rencana yang
telah disusun benar benar dan mempunyai dasar logika .

GOUT ARTHRITIS 23
4. Pada tahap pelaksanaan merupakan tahap yang menentukan tercapainya tujuan
sehingga perlu ditingkatkan kerjasama yang baik agar rencana yang telah disusun
benar benar terlaksana .
5. Dalam evaluasi, perlu ditingkatkan kerjasama yang baik untuk menilai perkembangan
keberadaan pasien

GOUT ARTHRITIS 24
DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner


& Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.
2. Helmi, Zairin Helmi. 2011. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Cetakan
kedua. Jakarta : Salemba Medika.
3. Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Edisi 3. Cetakan
kelima. Jakarta : Yarsif Watampone.
4. Kozier, dkk (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
dan Praktik edisi 7 volume 2. Jakarta: EGC.

GOUT ARTHRITIS 25

Anda mungkin juga menyukai