Anda di halaman 1dari 23

PEMERINTAH KABUPATEN BONE

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS PATTIRO MAMPU
Jalan Poros Bone – Wajo Km.25 D esa Pattiro Kec.Dua Boccoe Kab.Bone
E-mail: pkmpattiromampu@gmail.com

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap warga Negara Indonesia. Salah satu upaya pembangunan kesehatan
adalah melaksanakan pelayanan kesehatan melalui Puskesmas. Puskesmas adalah
Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Secara nasional
standar wilayah kerja Puskesmas adalah satu kecamatan. Apabila di satu kecamatan terdapat
lebih dari satu Puskesmas, maka tanggung jawab wilayah kerja dibagi antar Puskesmas
dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah yaitu desa/ kelurahan.
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya kecamatan sehat. Kecamatan sehat mencakup 4 indikator utama, yaitu
lingkungan sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu dan
derajat kesehatan penduduk. Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan
Puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat mandiri dalam hidup sehat. Untuk mencapai visi tersebut,
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat.
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat,
Puskesmas perlu ditunjang dengan pelayanan kefarmasian yang bermutu.
Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah berubah paradigmanya dari orientasi obat
kepada pasien yang mengacu pada asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care).
Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, apoteker/asisten apoteker sebagai
tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku
agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien.
Pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sumber daya (SDM, sarana prasarana,
sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan serta administrasi) dan pelayanan
farmasi klinik (penerimaan resep, peracikan obat, penyerahan obat, informasi obat dan
pencatatan/penyimpanan resep) dengan memanfaatkan tenaga, dana, prasarana, sarana
dan metode tatalaksana yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan.

B. Tujuan
 Tujuan umum : Terlaksananya pelayanan kefarmasian yang bermutu di
Puskesmas
 Tujuan khusus : Sebagai acuan tenaga kefarmasian dan pihak terkait untuk
melaksanakan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
C. Sasaran
Pedoman pelayanan kefarmasian ini digunakan sebagai acuan tenaga kefarmasian dan
pihak terkait dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Puskesmas Pattiro Mampu.
Sasaran dari kegiatan pelayanan kefarmasian adalah pasien di Puskesmas Pattiro Mampu
D. Ruang Lingkup Pelayanan
Pelayanan kefarmasian di Puskesmas meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang
bersifat manajerial berupa pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan kegiatan
pelayanan Farmasi Klinik. Kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia dan
sarana dan prasarana.
E. Batasan Operasional
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik.
Perbekalan kesehatan adalah semua bahan selain obat dan peralatan yang diperlukan
untuk menyelenggarakan kesehatan. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, pengarsipan
dalam rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang tertib baik untuk sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan maupun pengelolaan resep supaya lebih mudah
dimonitor dan dievaluasi
F. Landasan Hukum
1. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Pemerintah no 51 tahum 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
3. Peraturan Meneteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
5. Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
6. Undang-undang nomor 35 tentang Narkotika.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifkasi Sumber Daya Manusia


Untuk dapat melaksanakan fungsinya dan menyelenggarakan pelayanan Kefarmasian
di Puskesmas, dibutuhkan sumber daya manusia yang mencukupi baik jumlah maupun
mutunya. Pola ketenagaan minimal harus dimiliki oleh Puskesmas. Adapun tenaga
Kefarmasian di Puskesmas Pattiro Mampu sebagai berikut :

No Jenis Tenaga Kualifikasi Jumlah


1. Penanggung Jawab S1 Farmasi 1
DIII Keperawatan 1
2. Pelaksana
DIII Kebidanan 2
Jumlah 4

Untuk pembagian kerja masing masing petugas berdasarkan TUPOKSI yang sesuai
kompetensinya.

B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan pelaksanaan pelayanan / kegiatan sesuai dengan tupoksi
dan hasil kesepakatan bersama dengan penanggungjawab, kepala puskesmas dan pemegang
program.
C. Jadwal kegiatan
Jadwal petugas
NO HARI JAM PELAYANAN PETUGAS
1.Sulfiana, S.Farm
1. Senin 08.00- 12.00
2. St. Rahma, A.Md.Keb
1. Arniati Amar, A.Md.Kep
2. Selasa 08.00- 12.00
2. Husni, A.Md.Keb
1. Sulfiana, S.Farm
3. Rabu 08.00- 12.00
2. St. Rahma, A.Md.Keb
1. Arniati Amar, A.Md.Kep
4. Kamis 08.00- 12.00
2.Husni, A.Md.Keb
1. Sulfiana, S.Farm
5. Jumat 08.00- 10.00
2. St. Rahma, A.Md.Keb
1. Arniati Amar, A.Md.Kep
6. Sabtu 08- 11.30
2.Husni, A.Md.Keb
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Dena Ruang

2 3
1

Keterangan:

1. Pintu Ruangan
2. Kursi
3. Meja
4. Lemari Obar
B. Standar Fasilitas
Prasarana dan sarana yang harus dimiliki Puskesmas untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kefarmasian adalah sebagai berikut :
1. Bangunan
a. lokasi harus menyatu dengan system pelayanan puskesmas
b. Papan nama “kamar obat” yang dapat terlihat jelas oleh pasien
c. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
d. Tersedia tempat untuk melakukan peracikan obat yang memadai
e. Tempat penyerahan obat yang memadai , yang memungkinkan untuk melakukan
Pelayanan informasi obat.
2. Peralatan
a. Peralatan penunjang pelayanan kefarmasian, antara lain mortar stamper, gelas ukur,
Lemari obat, rak obat dan pallet.kertas puyer, etiket, sendok obat, kotak obat .
b. Peralatan tulis menulis kantor, komputer dan printer.
c. Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk pelayanan
informasi obat, antara lain Farmakope Indonesia edisi terakhir, Informasi Spesialite
Obat Indonesia (IONI) dan lain-lain.
d. Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk supositoria, serum dan
vaksin, dan lemari obat yang terkunci khusus untuk obat psikotropika dan narkotika.
e. Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
1. Penilaian, pengendalian, penyediaan dan penggunaan obat
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi
dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di unit
pelayanan kesehatan dasar.
Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari:

a. Pengendalian persediaan;

b. Pengendalian penggunaan; dan

c. Penanganan Sediaan Farmasi hilang, rusak, dan kadaluwarsa.

2. Penyediaan dan penggunaan Obat


- Penyediaan Obat
Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas
setiap periode dilaksanakan oleh Ruang Farmasi di Puskesmas.
Tujuan perencanaan adalah untuk mendapatkan:
a. perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
mendekati kebutuhan;
b. meningkatkan penggunaan Obat secara rasional; dan
c. meningkatkan efisiensi penggunaan Obat.
Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun dilakukan
secara berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat
dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi dan
analisa terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi Puskesmas di wilayah kerjanya,
menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan
Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih. Pengadaan obat dilakukan melalui
sistem e-catalog maupun lelang sesuai ketentuan pemerintah daerah yang berlaku.
- Penggunaan Obat
Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi sub unit
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan jenis, mutu,
jumlah dan waktu yang tepat..
Sub-sub Unit pelayanan kesehatan di puskesmas antara laian:
a. Sub unit pelayanan kesehatan di dalam lingkungan Puskesmas;
b. Puskesmas Pembantu;
c. Puskesmas Keliling;
d. Posyandu; dan
e. Polindes.

Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain)


dilakukan dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor stock),
pemberian Obat per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan
pendistribusian ke jaringan Puskesmas dilakukan dengan cara penyerahan Obat sesuai
dengan kebutuhan (floor stock).

3. Penyediaan Obat yang menjamin ketersediaan Obat


Tujuannya menjamin ketersediaan obat-obatan pada unit pelayanan terkait dengan cara
melakukan pemeriksaan secara berkala kebutuhan dan kekurangan obat di gudang obat
dan unit-unit terkait. Selanjutnya mengatur cara penyediaan dan penggunaan obat
berdasarkan tata cara pelaksanaan pengelolaan obat dan pelayanan resep serta
memberikan informasi tentang obat-obatan yang tersedia kepada unit-unit pelayanan.
4. Evaluasi ketersediaan Obat terhadap Formularium
Proses seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan
mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi Sediaan Farmasi periode sebelumnya,
data mutasi Sediaan Farmasi, dan rencana pengembangan. Proses seleksi Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus melibatkan tenaga
kesehatan yang ada di Puskesmas.
5. Evaluasi Kesesuaian Peresepan terhadap formularium
Bertujuan mengevaluasi ketersediaan obat berdasarkan formulariun. Evaluasi dilakukan
dengan mengambil sampling stock opname obat selama satu tahun terkahir. Prhitungan
ketersediaan obat dilakukan dengan cara membandingkan jumlah obat yang tersedia di
puskesmas dengan formularium. Selanjutnya dilakukan pelaporan hasil kepada unit
terkait.
6. Peresepan Obat
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
perundangan yang berlaku. Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek
teknis dan non teknis yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat
sampai dengan penyerahan obat kepada pasien.
Resep harus memenuhi peraturan perundang-undangan serta kaidah yang
berlaku, yaitu :
a. Identitas Dokter (nama, no.surat izin praktek,alamat praktek dr penulis resep,no
tlp,tgl penulisan resep,tanda tanan /paraf dr penulis resep).
b. Superscriptio ditulis dengan symbol R/
c. Inscription ( nama obat, kekuatan, jumlah obat yang diperlukan )
d. Subscriptio ( bentuk sediaan obat dan jumlahnya, cara penulisan nya dengan
singkatan bahasa latin)
e. Signature ( aturan tentang penggunaan obat bagi pasien yang meliputi frekuensi,
jumlah obat dan saat minum obat)
f. dentitas Pasien ( nama dan umur pasien).
7. Pengelolaan Obat
- Pengadaan dimulai dari perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses kegiatan
seleksi obat dan perbekalan kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat
dalam rangka pemenuhan kebutuhan Puskesmas.Proses seleksi obat dilakukan dengan
mempertimbangkan pola penyakit,pola konsumsi obat periode sebelumnya, data
mutasi obat .
- Penerimaan obat adalah suatu kegiatan penerimaan obat-obatan hasil pengadaan
barang dan jasa, dan dari gudang kecamatan kepada tujuh fasilitas sesuai dengan
permintaan yang telah diajukan. Setiap penerimaan wajib melakukan pengecekan
terhadap obat- mencakup jumlah , bentuk obat,, jika tidak sesuai, maka petugas
penerima dapat mengajukan keberatan dan meretur sedangkan untuk masa
kadaluarsa obat yang diterima minimal 2 tahun dari saat penerimaan.
- Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang diterima
dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang sesuai agar
aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap
terjamin. Beberapa sistem yang umum dalam pengaturan obat :
a. Alfabetis berdasarkan nama generic
b. Kategori terapetik atau farmakologi
c. Bentuk sediaan
Di Puskesmas Pattiro Mampu system penyimpanan berdasarkan system FIFO dan
FEFO

- Penyaluran/distribusi adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara


merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan
kesehatan sehingga tersedia obat-obatan di unit-unit pelayanan secara tepat
waktu,jenis dan jumlah.
- Monitoring dan Evaluasi . Sebagai tindak lanjut terhadap pelayanan kefarmasian di
Puskesmas perlu dilakukan monitoring dan evaluasi kegiatan secara berkala.
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan terhadap pelayanan kefarmasian
dan evaluasi merupakan proses penilaian kinerja pelayanan kefarmasian itu
sendiri. Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dengan memantau seluruh kegiatan
pelayanan kefarmasian di mulai dari pelayanan resep sampai kepada
pelayanan informasi obat kepada pasien sehingga diperoleh gambaran mutu
pelayanan kefarmasian sebagai dasar perbaikan pelayanan kefarmasian di Puskesmas
selanjutnya. Monitoring dan evaluasi dilakukan setiap bulan.
8. Menjaga tidak terjadinya pemberian obat kadaluarsa
Jika petugas pengelola obat menemukan obat yang tidak layak pakai (karena
rusak/kadaluwarsa), maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Petugas segera melaporkan dan mengirimkan kembali obat tersebut kepada
petugas gudang obat Puskesmas.
b. Petugas gudang obat Puskesmas menerima dan mengumpulkan obat rusak dalam
gudang. Jika memang ditemukan obat tidak laik pakai maka harus segera dikurangkan
dari catatan sisa stok pada masing-masing kartu stok yang dikelolanya. Petugas
kemudian membuat berita acara obat rusak/kadaluwarsa yang diterimanya dari
satuan kerja lainnya, ditambah dengan obat rusak/kadaluwarsa dalam gudang.
c. Pemusnahan obat kadaluarsa dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku di Puskesmas
yaitu dengan menggunakan pigak ketiga.
d. Untuk obat Psikotropika dan Narkotika pemusnahan obat kadaluarsa
dilakukan dengan disaksikan oleh petugas dari Sudin dan berita acara
pemusnahan dibuat rangkap 3 dan dikirim ke Balai POM dan Dinas Kesehatan.
9. Peresepan pskotropika dan narkotika
Pelayanan obat psikotropika dan narkotika dilakukan sama seperti resep
biasa, dengan tambahan obat yang bersangkutan ditandai garis bawah warna
merah dan penyimpanan resep dipisahkan. Penyimpanan obat psikotropika dan
narkotika di simpan di lemari khusus dengan kunci yang dipegang oleh
Penanggung Jawab Farmasi.
10. Pengawasan dan pengendalian psikotropika dan narkotika
Pengawasan dan pengendalian psikotropika dan narkotika dilakukan agar tidak terjadi
penyalagunaan obat. Pengawasan berupa kesusaian diagnosis dan terapi penggunaan
psikotropika dan narkotika. Pasien penerima resep psikotropika dan narkotika di
identifikasi dan diverifikasi saat penyerahan obat. Resep psikotropika dan narkotika
dipisahkan dari resep lain dan disimpan tersendiri. Pengawasan dan pengendalian
dilakukan melalui tertib administrasi kartu stok.
11. Penyimpanan Obat
Penyimpanan Obat secara Umum adalah :
- Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/ kemasan
- Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
- Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung.
- Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab.
- Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku, kecuali
jika tertulis pada etiket obat.
- Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
- Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama.
- Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
Beberapa sistem yang umum dalam pengaturan obat :
a. Alfabetis berdasarkan nama generic
Obat disimpan berdasarkan urutan alfabet nama generiknya. Saat menggunakan
sistem ini, pelabelan harus diubah ketika daftar obat esensial direvisi atau
diperbaharui.
b. Kategori terapetik atau farmakologi
Obat disimpan berdasarkan indikasi terapetik dan kelas farmakologinya.
c. Bentuk sediaan
Obat mempunyai bentuk sediaan yang berbeda-beda, seperti sirup, tablet, injeksi,
salep atau krim. Dalam sistem ini, obat disimpan berdasarkan bentuk sediaannya.
Selanjutnya metode-metode pengelompokan lain dapat digunakan untuk mengatur
obat secara rinci.
d. Frekuensi penggunaan
Untuk obat yang sering digunakan (fast moving) seharusnya disimpan pada ruangan
yang dekat dengan tempat penyiapan obat.
Kondisi Penyimpanan Khusus
Beberapa obat perlu disimpan pada tempat khusus untuk memudahkan pengawasan,
yaitu.
- Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan dalam lemari
khusus dan terkunci.
- Obat-obat seperti vaksin dan supositoria harus disimpan dalam lemari pendingin
untuk menjamin stabilitas sediaan.
- Beberapa cairan mudah terbakar seperti aseton, eter dan alkohol disimpan dalam
lemari yang berventilasi baik, jauh dari bahan yang mudah terbakar dan peralatan
elektronik. Cairan ini disimpan terpisah dari obat-obatan.
12. Pemberian obat kepada pasien dan pelabelan
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat merupakan
kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik Obat, memberikan
label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai
pendokumentasian.
Tujuan:
1. Pasien memperoleh Obat sesuai dengan kebutuhan klinis/pengobatan.

2. Pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi intruksi pengobatan.


13. Pemberian informasi penggunaan obat
Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis,
bijaksana dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh
pasien. Informasi obat dapat diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat yang berisi :

- Nama dagang obat jadi


- Komposisi
- Bobot, isi atau jumlah tiap wadah
- Dosis pemakaian
- Cara pemakaian
- Khasiat atau kegunaan
- Kontra indikasi (bila ada)
- Tanggal kadaluarsa
- Nomor ijin edar/nomor registrasi
- Nomor kode produksi
- Nama dan alamat industri

Informasi obat yang diperlukan pasien adalah :

a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari, apakah
di waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini termasuk apakah obat diminum
sebelum atau sesudah makan.
b. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus dihabiskan
meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus dihabiskan untuk mencegah
timbulnya resistensi.
c. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan. Oleh
karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan obat yang
benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral obat tetes mata, salep
mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga, suppositoria dan
krim/salep rektal dan tablet vagina. Berikut ini petunjuk mengenai cara penggunaan
obat :
Petunjuk Pemakaian Obat Oral (pemberian obat melalui mulut)
Adalah cara yang paling lazim, karena sangat praktis, mudah dan aman. Yang terbaik
adalah minum obat dengan segelas air.
Ikuti petunjuk dari profesi pelayan kesehatan
- (saat makan atau saat perut kosong)
- Minum obat saat makan
- Minum obat sebelum makan
- Minum obat setelah makan

Obat untuk kerja diperlama (long acting) harus ditelan seluruhnya. Tidak boleh
dipecah atau dikunyah. Sediaan cair, gunakan sendok obat atau alat lain yang telah
diberi ukuran untuk ketepatan dosis. Jangan gunakan sendok rumah tangga.

Jika penderita sulit menelan sediaan obat yang dianjurkan oleh dokter minta pilihan
bentuk sediaan lain. Petunjuk Pemakaian obat oral untuk bayi/anak balita : Sediaan
cair untuk bayi dan balita harus jelas dosisnya, gunakan sendok takar dalam kemasan
obatnya. Segera berikan minuman yang disukai anak setelah pemberian obat yang
terasa tidak enak/pahit,

Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Mata

o Ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata) dan
selalu ditutup rapat setelah digunakan.
o Untuk glaukoma atau inflamasi, petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan
harus diikuti dengan benar.
o Cara penggunaan adalah
Cuci tangan ,kepala ditengadahkan, dengan jari telunjuk kelopak mata
bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka kantung konjungtiva, obat
diteteskan pada kantung konjungtiva dan mata ditutup selama 1-2 menit,
jangan mengedip. Ujung mata dekat hidung ditekan selama 1-2
menit.Tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin terpapar
pada tangan.

Petunjuk Pemakaian Obat Salep Mata

Ujung tube salep jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata). Cara
penggunaan adalah cuci tangan, kepala ditengadahkan, dengan jari telunjuk kelopak
mata bagian bawah ditarik ke bawah untuk membuka kantung konjungtiva, tube salep
mata ditekan hingga salep masuk dalam kantung konjungtiva dan mata ditutup selama
1-2 menit. Mata digerakkan ke kiri-kanan, atas-bawah. Setelah digunakan, ujung
kemasan salep diusap dengan tissue bersih (jangan dicuci dengan air hangat) dan
wadah salep ditutup rapat Tangan dicuci untuk menghilangkan obat yang mungkin
terpapar pada tangan

Petunjuk Pemakaian Obat Tetes Hidung

Hidung dibersihkan dan kepala ditengadahkan bila penggunaan obat dilakukan sambil
berdiri dan duduk atau penderita cukup berbaring saja. Kemudian teteskan obat pada
lubang hidung dan biarkan selama beberapa menit agar obat dapat tersebar dalam
hidung. Untuk posisi duduk, kepala ditarik dan ditempatkan diantara dua paha
Setelah digunakan, alat penetes dibersihkan dengan air panas dan keringkan dengan
tissue bersih.

Petunjuk Pemakaian Obat Semprot Hidung

Hidung dibersihkan dan kepala tetap tegak.Kemudian obat disemprotkan ke dalam


lubang hidung sambil menarik napas dengan cepat. Untuk posisi duduk, kepala
ditarik dan ditempatkan diantara dua paha. Setelah digunakan, botol alat semprot
dicuci dengan air hangat tetapi jangan sampai air masuk ke dalam botol kemudian
dikeringkan dengan tissue bersih.

Pemakaian Obat Tetes Telinga

Ujung alat penetes jangan menyentuh benda apapun termasuk telinga. Cuci tangan
sebelum menggunakan obat tetes telinga. Bersihkan bagian luar telinga dengan cotton
bud/kapas bertangkai pembersih telinga. Jika sediaan berupa suspensi, sediaan harus
dikocok terlebih dahulu Cara penggunaan adalah penderita berbaring miring dengan
telinga yang akan ditetesi obat menghadap ke atas. Untuk membuat lubang telinga
lurus sehingga mudah ditetesi maka bagi penderita dewasa daun telinga ditarik ke atas
dan ke belakang, sedangkan bagi anak-anak daun telinga ditarik ke bawah dan ke
belakang.Kemudian obat diteteskan dan biarkan selama 5 menit. Bersihkan ujung
penetes dengan tissue bersih.

Petunjuk Pemakaian Obat Supositoria

Cuci tangan, suppositoria dikeluarkan dari kemasan, suppositoria dibasahi dengan air.
Penderita berbaring dengan posisi miring, dan suppositoria dimasukkan ke dalam
rektum. Masukan supositoria dengan cara bagian ujung supositoria didorong dengan
ujung jari sampai melewati otot sfingter rektal; kira-kira ½ - 1 inchi pada bayi dan 1
inchi pada dewasa. Jika suppositoria terlalu lembek untuk dapat dimasukkan, maka
sebelum digunakan sediaan ditempatkan dalam lemari pendingin selama 30 menit
kemudian tempatkan pada air mengalir sebelum kemasan dibuka. Setelah penggunaan
suppositoria, tangan penderita dicuci bersih.

Petunjuk Pemakaian Obat Krim/Salep rektal

Bersihkan dan keringkan daerah rektal, kemudian masukkan salep atau krim secara
perlahan ke dalam rektal. Cara lain adalah dengan menggunakan aplikator. Caranya
adalah aplikator dihubungkan dengan wadah salep/krim yang sudah dibuka,
kemudian dimasukkan ke dalam rektum dan sediaan ditekan sehingga salep/krim
keluar.Buka aplikator dan cuci bersih dengan air hangat dan sabun. Tidak Untuk
Ditelan. Setelah penggunaan, tangan penderita dicuci bersih

Petunjuk Pemakaian Obat Vagina

Cuci tangan sebelum menggunakan obat dan gunakan aplikator sesuai dengan
petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan harus diikuti dengan benar. Jika
penderita hamil, maka sebelum menggunakan obat sebaiknya berkonsultasi terlebih
dahulu dengan profesional perawatan kesehatan. Penderita berbaring dengan kedua
kaki direnggangkan dan dengan menggunakan aplikator obat dimasukkan ke dalam
vagina sejauh mungkin tanpa dipaksakan dan biarkan selama beberapa waktu.
Setelah penggunaan, aplikator dan tangan penderita dicuci bersih dengan sabun dan
air hangat.

d. Pemberian informasi efek samping obat


e. Cara penyimpanan obat, ikuti petunjuka penyimpanan obat yang tertera pada brosur
obat.
14. Pemberian informasi tentang efek samping obat atau efek yang tidak diharapkan
Efek yang akan timbul dari penggunaan obat yang akan dirasakan, misalnya berkeringat,
mengantuk, kurang waspada, tinja berubah warna, air kencing berubah warna dan
sebagainya
Hal-hal lain yang mungkin timbul, misalnya
- efek samping obat, interaksi obat dengan obat lain atau makanan tertentu, dan
kontraindikasi obat tertentu dengan diet rendah kalori, kehamilan, dan menyusui.
- Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak diharapkan
serta terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal.
- Salah guna obat adalah penggunaan bermacam-macam obat tetapi efeknya tidak
sesuai, tidak rasional, tidak tepat dan tidak efektif.
- Bahaya salah guna obat antara lain menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan,
pengeluaran untuk obat menjadi lebih banyak atau pemborosan, tidak bermanfaat atau
menimbulkan ketagihan.
15. Petunjuk penyimpanan obat di rumah
Petugas farmasi mengambil obat yang akan di bawah pulang oleh pasien dan
mencocokkan dengan resep. Petugas farmasi memberikan kembali informasi cara
penyimpanan obat yang akan di bawah pulang yang meliputi:
a. Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/ kemasan
b. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
c. Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung.
d. Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab.
e. Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar tidak beku,
kecuali jika tertulis pada etiket obat.
f. Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
g. Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama.
h. Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.

Petugas farmasi menyampaikan kembali kepada pasien untuk dating kembali bila terjadi
kejadian hal yang tidak diinginkan selama pengobatan di rumah.

16. Penanganan obat kadaluarsa atau rusak


Obat dan BHP kadaluarsa atau rusak dipisahkan dengan sediaan farmasi dan alat
kesehatan lainnya. Daftar obat dan BHP yang kadaluarsa atau alat yang telah rusak
dilporkan ke Gudang Farmasi Kabupaten dan meyimpan laporan daftar tersebut sebagai
arsip.
17. Pelaporan efek samping Obat
Petugas melakukan pencatatan efek samping obat dan mealporkan kejadian tersebut
kepada dokter penanggung jawab pasien untuk ditindak lanjuti.
18. Tindak lanjut efek samping obat dan kejadian tidak diinginkan
Tujuan tindak lanjut efek samping obat yaitu:
a. Menemukan efek samping obat sedini mungkin terutama yang berat,tidak dikenal dan
frekuensinya jarang.
b. Menemukan insidentil efek samping obat yang sudah di kenali,yang baru saja terjadi
c. Mengenal semua faktor yang mungkin saja menimbulkan atau mempengaruhi
timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka kejadiaan dan hebatnya efek
samping obat.
d. Menjaga bahwa efek samping obat yang di bawa oleh pasien tidak terjadi lagi oleh
pasien yang bersangkutan maupun pada pasien lainnya dan mempertimbangkan untuk
di masukkan kembali kedalam formularium.
Jika terjadi efek samping obat, maka segera dilakukan penghentian pemakaian obat.,
dilakukan penanganan klinik dan dibuat laporan dokumentasi efek samping obat dan
pelaporan kepada pihak yang berwenang. Serta melakukan langkah-langkah koreksi
dalam upaya pengobatan efek samping obat.
19. Identifikasi dan pelaporan kesalahan pemberian obat dan knc
Identifikasi dan pelaporan kesalahan pemberian obat dan KNC adalah suatu proses
kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan yang tidak diharapkan
yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis.
Pengidnetifikasian dilakukan apabila terdapat laporan kesalahan pemberian obat dan knc.
Laporan insiden dibuat dengan mengisi formulir laporan insiden kepada atasan langsung.
Selanjutnya dibuat laporan dan rekomendasi untuk perbaiakan agar kejadian tidak
terulang kembali dan memberikan laporan umpan balik kepada unit terkait

20. Monitoring penyediaan obat emergensi di unit kerja


Obat-obat emergensi dimonitoring secara berkala untuk memastikan bahwa obat
emergensi tidak dalam keadaan rusak atau sudah memasuki waktu kadaluarsa. Hasil
monitoring diisi pada lembar monitoring yang telah disipakan.
21. Penyediaan obat-obat emergensi di unit kerja
Obat emergensi disediakan di Ruang Tindakan Pelayanan Kesehatan 24 Jam, dengan
metode floor stock. Obat-obat emergensi di simpan dalam tempat khusus obat emergensi
dan dimonitoring secara berkala.
BAB V
LOGISTIK

A. Pengadaan
Logistik terkait erat dengan kegiatan pengendalian. Pengendalian persediaan
adalah suatu kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan
sesuai dengan strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
Kegiatan Pengendalian adalah :
1. Memperkirakan/menghitung pemakaian rata-rata periode tertentu di Puskesmas dan
seluruh unit pelayanan. Jumlah stok ini disebut stok kerja.
2. Menentukan :
- Stok optimum adalah jumlah stok obat yang diserahkan kepada unit
pelayanan agar tidak mengalami kekurangan/kekosongan
- stok pengaman adalah jumlah stok yang disediakan untuk mencegah
terjadinya sesuatu hal yang tidak terduga, misalnya karena keterlambatan
pengiriman dari gudang obat Puskesmas Kecamatan atau dari distributor.
3. Menentukan waktu tunggu (leadtime), yaitu waktu yang diperlukan dari
mulai pemesanan sampai obat diterima.
Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian obat dengan menggunakan
Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).Selanjutnya seksi
farmasi akan melakukan kompilasi dan analisa terhadap kebutuhan obat Puskesmas
diwilayahnya, dengan memperhitungkan waktu kekosongan obat serta menghindari stok
berlebih.Pengadaan obat dilakukan melalui sistem e-catalog maupun lelang sesuai
ketentuan pemerintah daerah yang berlaku.
B. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan pengamanan terhadap obat-obatan yang
diterima dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang sesuai
agar aman (tidak hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap
terjamin. Beberapa sistem yang umum dalam pengaturan obat :
- Alfabetis berdasarkan nama generic
- Kategori terapetik atau farmakologi
- Bentuk sediaan
BAB VI
KESELAMAT PASIEN

Dalam setiap kegiatan pelayanan kefarmasian perlu diperhatikan keselamatan sasaran,


yakni pasien dengan melakukan identifikasi risiko terhadap segala kemungkinan yang
dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap
sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
BAB VII
KESELAMAT KERJA

Dalam setiap kegiatan pelayanan kefarmasian perlu diperhatikan keselamatan


kerja karyawan puskesmas dan lintas sektor terkait, dengan melakukan identifikasi
risiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Upaya
pencegahan risiko harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Untuk mengukur kinerja pelayanan kefarmasian tersebut harus ada indicator yang
digunakan. Indikator yang dapat digunakan dalam mengukur tingkat keberhasilan
pelayanan kefarmasian di Puskesmas antara lain:

1. Tingkat kepuasan konsumen: dilakukan dengan survei berupa angket melalui kotak saran
atau wawancara langsung. Untuk Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo survey dilakukan
oleh bagian Mutu.
2. Dimensi waktu: lama pelayanan diukur dengan waktu (yang telah ditetapkan)
3. Prosedur tetap (Protap) Pelayanan Kefarmasian: untuk menjamin mutu
pelayanan sesuai standar yang telah ditetapkan
BAB IX
PENUTUP

Pelayanan kefarmasian di Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan


dari pelaksanaan upaya kesehatan, yang berperan penting dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat.

Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas harus mendukung tiga fungsi pokok Puskesmas


yaitu sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat.Dalam upaya membangun semangat
Puskesmas untuk meningkatkan kualitas pelayanan di puskesmas, perlu diadakan suatu
penilaian Puskesmas melalui akreditasi Puskesmas. Untuk tercapainya tujuan ini maka
disusunlah Pedoman Pelayanan farmasi Puskesmas Pattiro mampu sebagai acuan bagi tenaga
kefarmasian dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian di Puskesmas Pattiro Mampu.

Keberhasilan kegiatan pelayanan kefarmasian tergantung pada komitmen yang kuat dan
kerjasama dari semua pihak terkait terutama tenaga kefarmasian yang harus bekerja dengan
profesional sehingga tercapainya tujuan yaitu meningkatkan mutu pelayanan farmasi,
menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian,, melindungi pasien dan masyarakat dari
penggunaan obat yang tidak rasional. Dan bagi pasien dan masyarakat dapat dirasakan
manfaatnya yang pada akhirnya dapat meningkatkan citra Puskesmas dan kepuasan pasien atau
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai