Anda di halaman 1dari 26

TENSION TYPE HEADACHE

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan


Pendidikan Program Profesi Dokter Stase Ilmu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing :
dr. Listyo Asist P, M.Sc, Sp. S
dr. Edy Rahardjo, Sp. S

Diajukan Oleh :
Iqbal Hilmi Fauzan, S.Ked
J510170082

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
TUGAS STASE ILMU PENYAKIT SARAF

TENSION TYPE HEADACHE

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Program Profesi Dokter


Stase Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta

Oleh :

Iqbal Hilmi Fauzan, S.Ked


J510170082

Telah diajukan dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta pada
hari….................................................

Pembimbing :

dr. Listyo Asist P, M.Sc, Sp. S (................................)

dr. Edy Rahardjo, Sp. S (................................)


BAB I

A. Identitas pasien

Nama : Ny.S

Umur : 53 tahun

Alamat : Brujul 2/7 Brujul Jaten, Karanganyar

Agama : Islam

Pekerjaan : Karyawan

No RM : 408840

MRS : 24 September 2017

B. Anamnesis

Keluhan utama :

- Sakit kepala

Keluhan Tambahan

- Jari kedua tangan kesemutan, pinggang pegel

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Autoanamnesis dan Alloanamnesis.


Autoanamnesis dan Alloanamnesis dilakukan pada tanggal 25 September
2017 pukul 19.00 WIB di Bangsal Mawar 2 RSUD Karanganyar. Dari
autoanamnesis, Pasien mengeluh sakit kepala sejak 1 minggu yang lalu. Kedua
kepala terasa sakit, kepala seperti tertekan dan sakitnya menjalar sampai ke
leher. Sakit kepala dirasakan menetap dan tidak bertambah berat, terus menerus
selama 1 minggu tetapi tidak sampai mengganggu pekerjaan dan masih bisa
melakukan aktivitas. Pasien juga mengeluh jari kedua tangan kesemutan dan
pinggang terasa pegal yang dirasakan setelah masuk rumah sakit. Keluhan
mual, muntah, susah tidur, pandangan kabur atau pandangan ganda, gangguan
pendengaran (berdenging, penurunan pendengaran), batuk/pilek, gigi
berlubang, dan kelemahan anggota gerak disangkal Pasien mengatakan
sebelumnya sudah berobat ke klinik dan sudah mengkonsumsi obat yang
diberikan dokter, sakit kepala menjadi berkurang tetapi tidak kunjung sembuh.
Pasien mengatakan bahwa baru pertama kali mengalami sakit kepala seperti ini.
Dari allonamnesis dengan anak pasien Nn.S, Pasien dibawa ke RSUD
Karanganyar karena sakit kepala sejak 1 minggu ini. Pasien sudah dibawa ke
klinik dan mengkonsumsi obat yang diberikan dokter tetapi tidak kunjung
sembuh. Nn.S tidak ingat obat apa yang diberikan oleh dokter klinik. Menurut
Nn.S pasien bekerja sebagai karyawan di salah satu pabrik di daerah Jaten.
Nn.S mengatakan bahwa pasien sering mengeluh mengenai pekerjaannya
karena sering lembur. Awalnya sakit kepala terjadi ketika pasien pulang kerja,
pasien sering lembur yang membuat tidur pasien menjadi berkurang dan sering
mengkonsumsi kopi sebelum lembur kerja.
Pasien dalam kondisi sadar dan dapat berkomunikasi dengan baik. Saat
pemeriksaan vital sign didapatkan tekanan darah 120/90, denyut nadi 88
kali/menit, pernapasan 20 kali/menit dan suhu 370C. Hasil laboratorium dalam
batas normal dan tidak didapatkan kelainan neurologis pada saat pemeriksaan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat Hipertensi (-)
- Riwayat Diabetes Melitus (-)
- Riwayat Asam Urat (-)
- Riwayat kolesterol (-)
- Riwayat kejang (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Pasien mengatakan tidak ada di keluarganya yang mengalami sakit yang sama
dengan yang dikeluhkan pasien.
Riwayat Kebiasaan
- Merokok (-)
- Minum alkohol (-)
- Penggunaan narkotika (-)
- Konsumsi caffein (+)

Anamnesis Sistem:
- Sistem kardiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
- Sistem respirasi : Sesak nafas (-),batuk (-), pilek (-)
- Sistem gastrointestinal : Nyeri perut (-), mual (-),
muntah (-)
- Sistem muskuloskeletal : Leher sakit (+), otot
mengecil (-), gerakan terbatas (-)
- Sistem serebrospinal : Kejang (-), sakit kepala (+), sulit bicara (-)
- Sistem integumentum : Ruam (-), gatal (-)
- Sistem urogenital : BAK dan BAB sulit (-)
Resume Anamnesis :
Seorang pasien perempuan berusia 53 tahun pekerjaan sebagai karyawan
pabrik datang ke RSUD Karanganyar dengan keluhan sakit kepala seperti
tertekan sejak 1 minggu. Keluhan di tambah dengan jari kedua tangan kesemutan
dan pinggang terasa pegal. Pemeriksaan vital sign dalam batas normal, tidak
didapatkan hasil laboratorium yang abnornal dan juga tidak terdapat kelainan
neurologis.
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis :
- Tekanan Darah : 120/90 mmHg
- Denyut Nadi : 88x/menit
- Pernapasan : 20x/menit
- Suhu : 37° C
- Keadaan Umum : Tampak sakit
- Status Gizi : Baik
- Kepala : Normochepal, simetris
- Mata : Konjungtiva anemis (-), edema (-), ikterik (-)
- Leher : Simetris, pembesaran KGB (-)
- Paru-paru:
 Inspeksi : Simetris, Ketinggalan gerak (-)Retraksi intercostae (-)
 Palpasi : Gerak dada simetris, Fremitus normal
 Perkusi : Sonor
 Auskultasi : SDV (+/+), whezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung :
 Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
 Palpasi : Ictus cordis pada SIC V linea midclavicularis sinistra
Kuat angkat (+)
 Perkusi : Redup
 Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas regular
Abdomen :
 Inspeksi : Simetris, bengkak (-), sikatrik (-)
 Palpasi : Tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
 Perkusi : Timpani
 Auskultasi : Peristaltik (+)
Ektremitas :
Superior et Inferior dextra : akral hangat (+), edema (-)
Superior et Inferior sinistra : akral hangat (+), edema (-)
1. Status Neurologis
o Kesadaran : Compos Mentis
o Kuantitatif : GCS (E4V5M6)
o Kualitatif :
- Cara berpikir : normal
- Perasaan hati : normal
- Orientasi : normal (tempat,waktu,orang sekitar)
- Tingkah laku : normal
- Daya ingat : normal
2. Kepala :
- Bentuk : normochepal
- Ukuran : normal
- Simetris : (+)
3. Leher :
- Sikap : normal
- Gerakan : terbatas
- Kaku kuduk : (-)
- Nyeri tekan : (-)
- Bentuk vertebra : normal
- Tes brudzinki : (-)
- Tes nafziger : (-)
- Tes valsava : (-)
4. Saraf Otak :
- N. 1 (olfaktorius)
Kanan Kiri
Daya Pembau Normal Normal
- N. II (optikus)
Kanan Kiri
Daya penglihatan Normal Normal
Pengenalan warna Normal Normal
Medan penglihatan Normal Normal

- N. III (okulomotorius)
Kanan Kiri
Ptosis - -
Gerakan mata ke atas, Normal Normal
medial, bawah
Ukuran pupil 3mm 3mm
Bentuk pupil Isokor Isokor
Reflek cahaya + +
langsung
Reflek cahaya tidak + +
langsung
Stabismus divergen - -
Diplopia - -

- N. IV (trokhlearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral Normal Normal
bawah
Stabismus konvergen - -
Diplopia - -

- N. V (trigeminus)
Kanan Kiri
Mengigit Normal Normal
Membuka mulut Normal Normal
Sensibilitas muka Normal Normal
Reflek kornea + +
Reflek bersin Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Reflek maseter Normal Normal
- N.VI (abducens)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke lateral Normal Normal
Strabismus konvergen - -
Diplopia - -

- N.VII (facialis)
Kanan Kiri
Kerutan kulit dahi Normal Normal
Kedipan mata Normal Normal
Lipatan naso-labial Normal Normal
Sudut mulut Normal Normal
Mengerutkan dahi Normal Normal
Mengerutkan alis Normal Normal
Menutup mata Normal Normal
Meringis Normal Normal
Mengembungkan pipi Normal Normal
Daya kecap lidah 2/3 Normal Normal
depan
- N. VIII (akustikus)
Kanan Kiri
Tes weber Normal Normal

Tes rinne Normal Normal

Tes swabach Normal Normal

- N. IX (glossofaringeus)
Kanan Kiri
Daya kecap lidah 2/3 + +
depan
Reflek muntah Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sengau - -
Tersedak - -
- N. X (vagus)
Kanan Kiri
Arkus faring Uvula di tengah Uvula di tengah
Nadi + kuat + kuat
Bersuara + +
Gangguan menelan - -

- N. XI (aksesorius)
Kanan Kiri
Memalingkan kepala Normal Normal
Sikap bahu Normal Normal
Mengangkat bahu + +
Trofi otot bahu Eutrofi Eutrofi

- N. XII (hipoglossus)
Kanan Kiri
Sikap lidah Normal Normal
Artikulasi Jelas Jelas
Tremor lidah - -
Menjulurkan lidah Normal Normal
Kekuatan lidah Normal Normal
Trofi otot lidah Normal Normal

5. Meningeal sign
Kaku kuduk (-)
Brudzinski I (-)
Brudzinski II (-)
Brudzinski III (-)
Brudzinski IV (-)
Tanda kernig (-)

6. Badan
Interpretasi
Trofi otot punggung Normal
Nyeri membungkukan badan -
Kolumna vertebralis Normal
Trofi otot dada Eutrofi
Palpasi dinding perut supel, distensi (-), nyeri tekan (-)
Gerakan Terbatas
Reflek dinding perut Normal

7. Anggota gerak atas


Inspeksi : tidak ada kelainan
Palpasi : tidak ada kelainan
- Lengan atas :
Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan otot 5 5
Tonus Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi

- Lengan bawah
Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan otot 5 5
Tonus Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi

- Tangan
Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan otot 5 5
Tonus Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi

- Sensibiltas
Lengan Lenga Lengan Lengan Tanga Tanga
atas n atas bawah bawah n n kiri
kanan kiri kanan kiri kanan
Nyeri + + + + + +
Termis + + + + + +
Taktil + + + + + +
Diskrimin + + + + + +
asi
Posisi + + + + + +
Vibrasi + + + + + +

Biceps Triceps
Reflek fisiologi +/+ +/+
Perluasan reflek -/- -/-
Reflek silang -/- -/-
Reflek patologis -/- -/-

8. Anggota gerak bawah


Inspeksi : tidak ada kelainan
Palpasi : tidak ada kelainan
- Tungkai atas :
Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Tonus Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi

- Tungkai bawah:
Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Tonus Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi
- Kaki
Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas
Kekuatan 5 5
Tonus Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi

- Sensibilitas
Tungka Tungkai Tungka Tungkai Kaki Kaki
i atas atas kiri i bawah bawah kiri kanan kiri
kanan kanan
Nyeri + + + + + +
Termis + + + + + +
Taktil + + + + + +
Diskrimina + + + + + +
si
Posisi + + + + + +
Vibrasi + + + + + +

Patella Achilles
Reflek fisiologi +/+ +/+
Perluasan reflek -/- -/-
Reflek silang -/- -/-

Kanan Kiri
Babinski - -
Chaddock - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffaer - -
Rossolimo - -
Mendel bachterew - -
Tes kernig - -
Tes o’connell - -
Laseque - -
Tes Patrick - -
Tes kontra Patrick - -
Tes gaenselen - -
Klonus paha - -
Klonus kaki - -

9. Koordinasi, langkah dan keseimbangan :


- Cara berjalan : normal
- Tes romberg : (-)
- Ataksia : (-)
- Dismetri : (-)
- Nistagmus : (-)
- Gerakan abnormal : (-)

10. Fungsi vegetatif :


a. Miksi : inkontinensia (-), retensi urin (-),
b. Defekasi : inkontinensia (-), retensio alvi (-)
D. Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin Nilai Nilai normal satuan
Hb 12,5 12.00 - 16.00 g/dL
Ht 35,9 35 - 47 Vol%
Leukosit 5,6 5,0 - 10,0 10^3/uL
Trombosit 347 177 - 393 mm3
Eritrosit 4,44 4,1 - 5,1 10^6/uL
Ureum 25 10,0 - 50,0 Mg/dl
Creatinin 0,89 0,8 - 1,1 Mg/100ml
GDS 123 70 - 150 Mg/100ml

E. Resume Pemeriksaan

- KU : tampak sakit
- Kesadaran : compos mentis GCS : E4V2M6
- Nn. Cranialis : normal
- Refleks patologis : tidak ada

- Tanda meningeal : (-)


- Kekuatan otot : normal
- Tes provokasi nyeri : (-)

F. Diagnosis Banding

 Migren tanpa aura


 Cluster Headace
G. Diagnosis
 Diagnosis klinis : Sakit kepala seperti tertekan menjalar sampai ke leher

 Diagnosis topis : Muscle

 Diagnosis etiologi : Tension Type Headache

H. Terapi

 Medikamentosa :
o Infuse RL 20 tpm
o Injeksi Mecobalamin 500μg/12 jam
o Injeksi Omeprazole 40mg/12 jam
o Injeksi Santagesik 500mg/12 jam

 Non medikamentosa :
o Edukasi
o Fisioterapi

I. Prognosis
 Qua ad vitam : bonam
 Qua ad sanam : bonam
 Qua ad fungsionam : bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

TENSION TYPE HEADACE

A. Definisi
Tension type headace atau sakit kepala tipe tegang adalah bentuk sakit kepala
yang paling sering dijumpai dan sering dihubungkan dengan jangka waktu dan
peningkatan stress. Orang-orang yang cenderung menderita nyeri kepala mempunyai
kepribadian yang tidak banyak berbeda. Sebagian besar tergolong dalam kelompok
yang mempunyai perasaan kurang percaya diri, selalu ragu akan kemampuan diri
sendiri dan mudah menjadi gentar dan tegang. Karena sifat yang seperti itu, maka
akan menghasilkan sikap hidup yang serba kaku, sangat berhati-hati, sangat
cermat serta menginginkan semua yang dilakukan serba sempurna dan juga
cenderung untuk mendendam. Pada akhirnya, terjadi peningkatan tekanan jiwa dan
penurunan tenaga. Pada saat itulah terjadi gangguan dan ketidakpuasan
membangkitkan reaksi pada otot-otot kepala, leher, bahu, serta vaskularisasi
kepala sehingga timbul nyeri kepala. Nyeri seperti inilah yang disebut nyeri
kepala tegang otot.

B. Epidemiologi
Di Amerika serikat, hanya 1-4 % pasien dengan keluhan nyeri kepala yang masuk
ke Instalasi Rawat Darurat, tetapi merupakan alasan terbanyak pasien berkonsultasi
kepada dokter. 90% dari nyeri kepala tersebut merupakan nyeri kepala tegang otot.
Frekuensi nyeri kepala ini tidak berbeda dari wilayah yang satu dengan wilayah yang
lainnya. Jika berdasarkan jenis kelamin, nyeri kepala ini lebih sering terjadi pada
perempuan dibandingkan laki-laki dengan perbandingan 3:1. Semua usia dapat
terkena, namun sebagianbesar pasien adalah orang dewasa muda yang berumur
berkisar antara 20-40 tahun. Riwayat dalam keluarga dapat ditemukan.
C. Etiologi
Penyebab dari nyeri kepala tegang otot ini masih belum diketahui. Diduga
dapat disebabakan oleh faktor psikis maupun fakor fisik. Secara psikis, nyeri
kepala ini dapat timbul akibat reaksi tubuh terhadap stress, kecemasan, depresi
maupun konflik emosional. Sedangkan secara fisik, posisi kepala yang menetap
yang mengakibatkan kontraksi otot-otot kepala dan leher dalam jangka waktu
lama, tidur yang kurang, kesalahan dalam posisi tidur dan kelelahan juga dapat
menyebabkan nyeri kepala tegang otot ini. Selain itu, posisi tertentu yang
menyebabkan kontraksi otot kepala dan leher yang dilakukan bersamaan dengan
kegiatan-kegiatan yang membutuhkan peningkatan fungsi mata dalam jangka
waktu lama misalnya membaca dapat pula menimbulkan nyeri kepala jenis ini.
Selain penyebab tersebut di atas, ada pula beberapa pemicu yang dapat
menyebabkan timbulnya nyeri kepala jenis ini, antara lain kurangnya tidur, makan
tidak teratur, konsumsi coklat, keju, penyedap masakan (MSG) dan posisi tidak
nyaman yang menyebabkan stress. Orang yang terbiasa minum kopi juga akan
mengalami sakit kepala bila yang bersangkutan lupa untuk minum kopi. Jika nyeri
kepala tegang otot ini akibat pengaruh psikis maka biasanya akan menghilang setelah
masa stress berlalu.

D. Klasifikasi
Episodic Tension-type Headache
Sekurang-kurangnya terdapat 10 serangan nyeri kepala yang memenuhi kriteria di
bawah ini dan dengan jumlah hari nyeri kepala < 15 hari/bulan. Nyeri kepala
berlangsung antara 30 menit hingga 7 hari.
Sekurang-kurangnya terdapat 2 karakteristik nyeri dibawah ini:
- Terasa seperti ditekan atau diikat namun tidak berdenyut
- Dapat mengganggu aktivitas tapi tidak menghalangi aktivitas
- Lokasinya bilateral
- Tidak bertambah berat saat aktivitas rutin
- Tidak ada mual ataupun muntah
- Fotofobia dan fonofobia tidak ada atau hanya salah satu
- Tidak ada nyeri kepala akibat sebab lain
Chronic Tension-type Headache
Frekuensi dan rata-rata nyeri kepala > 15 hari/bulan dan berlangsung > 6 bulan
serta memenuhi kriteria di atas.

E. Manifestasi Klinis
Nyeri kepala tegang otot biasa berlangsung selama 30 menit hingga 1 minggu
penuh. Nyeri bisa dirasakan kadang-kadang atau terus menerus. Nyeri pada
awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang kemudian menjalar ke kepala
bagian belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan. Selain itu, nyeri ini juga
dapat menjalar ke bahu. Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa
kencang pada daerah bitemporal dan bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling
kepala. Nyeri kepala tipe ini tidak berdenyut.
Pada nyeri kepala ini tidak disertai mual ataupun muntah tetapi anoreksia
mungkin saja terjadi. Pasien juga mengalami fotofobia dan fonofobia. Gejala
lain yang juga dapat ditemukan seperti insomnia (gangguan tidur yang sering
terbangun atau bangun dini hari), nafas pendek, konstipasi, berat badan menurun,
palpitasi dan gangguan haid.
Pada nyeri kepala tegang otot yang kronis biasanya merupakan manifestasi
konflik psikologis yang mendasarinya seperti kecemasan dan depresi. Oleh sebab
itu, dievaluasi adanya stres kehidupan, pekerjaan, kebiasaan, sifat kepribadian tipe
perfeksionis, kehidupan perkawinan, kehidupan sosial, seksual, dan cara pasien
mengatasinya. Keluhan emosi antara lain perasaan bersalah, putus asa, tidak
berharga, takut sakit ataupun takut mati. Keluhan psikis yaitu konsentrasi buruk,
minat menurun, ambisi menurun atau hilang, daya ingat buruk dan keinginan bunuh
diri.
F. Patofisiologi
Beberapa teori yang menyebabkan timbulnya nyeri kepala terus berkembang
hingga sekarang. Seperti, teori vasodilatasi kranial, aktivasi trigeminal perifer,
lokalisasi dan fisiologi second order trigeminovascular neurons, cortical spreading
depression, aktivasi rostral brainstem.
Rangsang nyeri bisa disebabkan oleh adanya tekanan, traksi, displacement
maupun proses kimiawi dan inflamasi terhadap nosiseptor-nosiseptor pada struktur
peka nyeri dikepala. Jika struktur tersebut yang terletak pada atau pun diatas
tentorium serebelli dirangsang maka rasa nyeri akan timbul terasa menjalar pada
daerah didepan batas garis vertikal yang ditarik dari kedua telinga kiri dan
kanan melewati puncak kepala (daerah frontotemporal dan parietal anterior). Rasa
nyeri ini ditransmisi oleh saraf trigeminus.
Sedangkan rangsangan terhadap struktur yang peka terhadap nyeri dibawah
tentorium (pada fossa kranii posterior) radiks servikalis bagian atas dengan
cabang-cabang saraf perifernya akan menimbulkan nyeri pada daerah dibelakang
garis tersebut, yaitu daerah oksipital, suboksipital dan servikal bagian atas. Rasa
nyeri ini ditransmisi oleh saraf kranial IX, X dan saraf spinal C-1, C-2, dan
C-3. Akan tetapi kadang-kadang bisa juga radiks servikalis bagian atas dan N.
oksipitalis mayor akan menjalarkan nyerinya ke frontal dan mata pada sisi
ipsilateral. Telah dibuktikan adanya hubungan erat antara inti trigeminus dengan
radiks dorsalis segmen servikal atas. Trigemino-cervical reflex dapat dibuktikan
dengan cara stimulasi n.supraorbitalis dan direkam dengan cara pemasangan
elektrode pada, otot sternokleidomastoideus. Input eksteroseptif dan nosiseptif dari
trigemino-cervical reflex ditransmisikan melalui polysinaptic route, termasuk spinal
trigeminal nuklei dan mencapai servikal motorneuron. Dengan adanya hubungan ini
jelaslah bahwa nyeri didaerah leher dapat dirasakan atau diteruskan kearah kepala dan
sebaliknya.
Salah satu teori yang paling populer mengenai penyebab nyeri kepala ini
adalah kontraksi otot wajah, leher, dan bahu. Otot-otot yang biasanya terlibat antara
lain m. splenius capitis, m. temporalis, m. masseter, m. sternocleidomastoideus, m.
trapezius, m. cervicalis posterior, dan m. levator scapulae. Penelitian mengatakan
bahwa para penderita nyeri kepala ini mungkin mempunyai ketegangan otot wajah
dan kepala yang lebih besar daripada orang lain yang menyebabkan mereka lebih
mudah terserang sakit kepala setelah adanya kontraksi otot. Kontraksi ini dapat
dipicu oleh posisi tubuh yang dipertahankan lama sehingga menyebabkan
ketegangan pada otot ataupun posisi tidur yang salah. Ada juga yang mengatakan
bahwa pasien dengan sakit kepala kronis bisa sangat sensitif terhadap nyeri
secara umum atau terjadi peningkatan nyeri terhadap kontraksi otot.
Sebuah teori juga mengatakan ketegangan atau stres yang menghasilkan
kontraksi otot di sekitar tulang tengkorak menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah sehingga aliran darah berkurang yang menyebabkan terhambatnya oksigen
dan menumpuknya hasil metabolisme yang akhirnya akan menyebabkan nyeri. Para
peneliti sekarang mulai percaya bahwa nyeri kepala ini bisa timbul akibat perubahan
dari zat kimia tertentu di otak : serotonin, endorphin, dan beberapa zat kimia
lain yang membantu dalam komunikasi saraf. Ini serupa dengan perubahan biokimia
yang berhubungan dengan migren. Meskipun belum diketahui bagaimana zat-zat
kimia ini berfluktuasi, ada anggapan bahwa proses ini mengaktifkan jalur
nyeri terhadap otak dan mengganggu kemampuan otak untuk menekan nyeri.
Pada satu sisi, ketegangan otot di leher dan kulit kepala bisa menyebabkan sakit
kepala pada orang dengan gangguan zat kimia.

G. Diagnosis
Diagnosis didapatkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Anamnesis yang
menunjukkan adanya faktor psikis sebagai latar belakang nyeri kepala ini
semakin mengarahkan ke jenis nyeri kepala tegang otot. Selain itu karakteristik
gejalanya juga dijadikan dasar untuk mendiagnosis nyeri kepala tipe ini
sehingga informasi tentang tipe nyeri, lokasi, frekuensi dan durasinya harus jelas.
Tidak ada pemeriksaan fisik yang berarti untuk mendiagnosis nyeri kepala.
Pada pemeriksaan fisik, tanda vital harus normal, pemeriksaan neurologis normal.
Pemeriksaan yang dilakukan berupa pemeriksaan kepala dan leher serta
pemeriksaan neurologis yang meliputi kekuatan motorik, refleks, koordinasi, dan
sensasi. Pemeriksaan mata dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan
tekanan pada bola mata yang bias menyebabkan sakit kepala. Pemeriksaan daya
ingat jangka pendek dan fungsi mental pasien juga dilakukan dengan menanyakan
beberapa pertanyaan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan berbagai
penyakit yang serius yang memiliki gejala nyeri kepala seperti tumor atau
aneurisma dan penyakit lainnya.

H. Penatalaksanaan
Pembinaan hubungan empati awal yang hangat antara dokter dan pasien
merupakan langkah pertama yang sangat penting untuk keberhasilan pengobatan.
Penjelasan dokter yang meyakinkan pasien bahwa tidak ditemukan kelainan fisik
dalam rongga kepala atau otaknya dapat menghilangkan rasa takut akan adanya
tumor otak atau penyakit intrakranial lainnya. Penilaian adanya kecemasan atau
depresi harus segera dilakukan. Sebagian pasien menerima bahwa kepalanya
berkaitan dengan penyakit depresinya dan bersedia ikut program pengobatan
sedangkan pasien lain berusaha menyangkalnya. Oleh sebab itu, pengobatan
harus ditujukan kepada penyakit yang mendasari dengan obat anti cemas atau
anti depresi serta modifikasi pola hidup yang salah, disamping pengobatan nyeri
kepalanya. Bila depresi berat dengan kemungkinan bunuh diri maka pasien harus
dirujuk ke ahli jiwa.
Saat nyeri timbul dapat diberikan beberapa obat untuk menghentikan atau
mengurangi sakit yang dirasakan saat serangan muncul. Pada serangan akut
NSAID menjadi pilihan pertama karena telah terbukti efektif. Analgetik yang sering
digunakan adalah: acetaminophen dan NSAID seperti aspirin, ibuprofen, naproxen,
dan ketoprofen. Sedangkan pada serangan yang sering atau kondisi kronis maka
pengobatan pilihan pertama yang direkomendasikan adalah antidepresan trisiklik
(amitriptilin) yang terbukti memiliki pengaruh yang signifikan dan relevan secara
klinis dalam pencegahan TTH. Acetaminophen efektif untuk sakit kepala sedang
sampai berat dalam dosis tinggi. Efek samping acetaminophen lebih jarang
ditemukan, tetapi penggunaan dalam dosis besar untuk waktu yang lama bisa
menyebabkan kerusakan hati yang berat. NSAID efektif dalam dosis yang lebih
rendah. Efek samping yang ditemukan antara lain mual, diare atau konstipasi,
sakit perut, perdarahan dan ulkus.
Pengobatan kombinasi antara acetaminophen atau aspirin dengan kafein atau
obat sedatif biasa digunakan bersamaan. Cara ini lebih efektif untuk menghilangkan
sakitnya, tetapi jangan digunakan lebih dari 2 hari dalam seminggu dan
penggunaannya harus diawasi oleh dokter.
Penggunaan self manipulation pada penanggulangan nyeri kepala primer
misalnya penekanan pada daerah yang sakit, kompres dingin, pijat, serta
kompres panas, dapat mengurangi nyeri secara sementara sekitar 8% saja.
Penanganan nyeri juga dapat melalui biofeedback, terdiri dari EMG
(elektromiografi), temperature measuring sensors, heart rate monitor. Akupuntur,
merupakan suatu ilmu pengobatan tusuk jarum dari Cina yang telah banyak
dibuktikan dapat menyembuhkan suatu nyeri kepala kronis. Acu-points terletak
didekat saraf, jika dirangsang maka akan dikirim ke SSP sehingga melepas
endorphin. Penanggulangan dengan toxin botulinum (BTX A), mekanismenya
belum diketahui pasti. Diduga BTX A mempunyai target menurunkan CGRP
maupun SP dan sebagai muscle relaxant.

I. Prognosis
Nyeri kepala tegang otot ini pada kondisi tertentu dapat menyebabkan nyeri
yang menyakitkan, tetapi tidak membahayakan. Nyeri ini dapat sembuh dengan
perawatan ataupun dengan menyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangnya
jika merupakan nyeri kepala tegang otot yang timbul akibat pengaruh psikis. Nyeri
kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa analgetik. Nyeri kepala tipe
tegang ini biasanya mudah diobati sendiri. Dengan pengobatan, relaksasi, perubahan
pola hidup, dan terapi lain, lebih dari 90% pasien sembuh dengan baik.
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesis didapatkan bahwa pasien
mengeluh sakit kepala seperti ditekan yang menjalar sampai leher dan dirasakan terus
menerus selama 1 minggu. Pasien merupakan seorang karyawan pabrik, dan pasien
sering mengeluhkan pekerjaannya karena sering lembur kerja. Tidak didapatkan
keluhan lain seperti mual, muntah, batuk pilek, gigi berlubang, gangguan
pendengaran, maupun gangguan penglihatan. Pemeriksaan vital sign tampak normal,
tidak ada kelainan kelainan neurologis dan juga hasil laboratorium dalam batas
normal.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan tidak didapatkan
tanda-tanda infeksi, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan, gigi berlubang
maupun penyakit penyerta lainnya sehingga dapat menyingkirkan sakit kepala
sekunder akibat suatu proses infeksi, akibat gangguan neurologis, tumor dan sakit
kepala primer bentuk lain seperti migren dan sakit kepala cluster. Maka diagnosis
sementara pasien adalah tension type headace atau sakit kepala tipe tegang yang
merupakan manifestasi respon tubuh terhadap stress psikis atau kecemasan dengan
ciri khas yaitu sakit kepala seperti ditekan, lokasinya biasanya bilateral, tidak
didapatkan mual/muntah, tidak berdenyut. Penegakan diagnosis sakit kepala tipe
tegang didapatkan dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tidak ada pemeriksaan
penunjang khusus dalam penegakan diagnosis penyakit ini, Sehingga anamnesis yang
tepat akan memudahkan dalam mendiagnosis sakit kepala tipe tegang. Untuk
memudahkan membedakan dengan sakit kepala primer yang lain seperti migren,
cluster headace dan sakit kepala sekunder dapat menggunakan pedoman diagnosis
dari International Headache Society (IHS).
Penanganan sakit kepala tipe tegang dapat dilakukan secara farmakologis maupun
non-farmakologis. Pengobatan farmakologis dapat diberikan pengobatan analgetik
NSAID dan antidepresan. Untuk serangan jarang atau akut pilihan pertama adalah
analgetik NSAID karena telah terbukti efektif. Beberapa NSAID yang biasa diberikan
adalah acetaminofen, aspirin, ibuprofen, nafroxen dan ketoprofen. Sedangkan pada
serangan yang sering atau kronis pilihan pertama yang direkomendasikan
antidepresan golongan trisiklik (amitriptilin) yang sudah terbukti berpengaruh dan
relevan secara klinis dalam pencegahan sakit kepala tipe tegang. Terapi non
farmakologis mencakup berbagai terapi fisik, psikologis, elektromiografi dan
fisioterapi.
DAFTAR PUSTAKA

Crystal SC, Robbins MS. (2010). Epidemiology of tension-type headache. Curr Pain
Headache Rep 14: 449-454.

Ertas M, Baykan B, Orhan EK, Zarifoglu M, Karli N, et al. (2012) One-year


prevalence and the impact of migraine and tension-type headache in Turkey:
a nationwide home-based study in adults. J Headache Pain 13: 147-157.

Headache Classification Committee of the International Headache Society (IHS)


(2013). The International Classification of Headache Disorders, 3rd edition
(beta version). Cephalalgia 33: 629-808.

Konsensus Nasional II Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri Kepala. 2005.


Kelompok Studi Nyeri Kepala Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI).
Olesen J. (2008). The role of nitric oxide (NO) in migraine, tension-type headache
and cluster headache. Pharmacol Ther 120: 157-171.

Sohn J-H, Choi H-C, Jun A-Y (2013) Differential patterns of muscle modification in
women with episodic and chronic tension-type headache revealed using
surface electromyographic analysis. Journal of Electromyography and
Kinesiology 23: 110-117.

Suroto, dkk. 2014. Neurologi Klinis Untuk Dokter Umum. Cetakan 1. Surakarta :
UNS Press. Hal. 80-82.

Waldie KE., Buckley J., Bull PN., Poulton R., (2015). Tension Type Headache : A
Life-Course Review. Journal of Headache and Pain Management 1 : 1-7.

Anda mungkin juga menyukai