Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, hampir seluruh warga di dunia mengaku menjadi penganut
paham demokrasi. Demokrasi dipraktekkan di seluruh dunia secara berbeda-beda
dari satu negara ke negara lain. Konsep demokrasi diterima oleh hampir seluruh
negara di dunia. Diterimanya konsep demokrasi disebabkan oleh
keyakinanmereka bahwa konsep ini merupakan tata pemerintahan yang paling
unggul menganut sistem demokrasi, demokrasi harus berdasarkan pada suatu
kedaulatan rakyat, artinya kekuasaan negara itu dikelola oleh rakyat, dari rakyat
dan untuk rakyat.
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berusaha
untuk membangun sistem politik demokrasi sejak menyatakan kemerdekaan dan
kedaulatannya pada tahun 1945. Sebagai sebuah gagasan, demokrasi sebenarnya
sudah banyak dibahas atau bahkan dicoba diterapkan di Indonesia. Pada awal
kemerdekaan Indonesia berbagai hal dengan negaramasyarakat telah diatur dalam
UUD 1945.
Para pendiri bangsa berharap agar terwujudnya pemerintahan yang
melindungi bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial. Semua itu merupakan gagasan-gagasan dasar yang melandasi
kehidupan negara yang demokratis.
Sebagai bentuk kesungguhan negara Indonesia, landasan tentang
demokrasi telah tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 maupun Batang Tubuh
UUD 1945. Seluruh pernyataan dalam UUD 1945 dilandasi oleh jiwa dan
semangat demokrasi. Penyusunan naskah UUD 1945 itu sendiri juga dilakukan
secara demokratis. UUD 1945 merangkum semua golongan dan kepentingan
dalam masyarakat Indonesia. Dengan demikian, demokrasi bagi bangsa Indonesia
adalah konsep yang tidak dapat dipisahkan.Budaya demokrasi di Indonesia perlu
dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta

1
hendaknya mengacu kepada akar budaya nasionalisme yang memiliki nilai gotong
royong atau kebersamaan dan mementingkan kepentingan umum. Namun, budaya
individualisme dan budaya liberal yang masuk melanda masyarakat dengan
melalui arus globalisasi tidak mungkin bisa dibendung karena kemajuan
teknologi.
B. Identifikasi Masalah
Sehungan dengan latar belakang masalah diatas,maka dapat di
identifikasikan beberapa masalah berikut:
 Kurangnya pemahaman masyatrakat Indonesia terhadap demokrasi;
 Kurangnya pemahaman masyarakat dalam pelaksanaan demokrasi;
 Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan demokrasi di
pemerintahan;
 Perkembangan demokrasi di Indonesia yang banyak
berubah,mengakibatan perubahan dalam tatanan pemerintahan di
Indonesia;
 Pelaksanaan demokrasi di Indonesia yang tidak sempurna berjalan
sebagaimana mestinya.
C. Batasan Masalah
Didalam makalah ini dibatasi pembahasan mengenai prinsip demokrasi di
Indonesia,konsep partisipasi demokrasi,dan situasi demokrasi di Indonesia saat
ini.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang,identifikasi masalah pembatasan masalah maka
di dalam makalah ini akan membahas:
1. Apa pengertian demokrasi?
2. Bagamaimana perkembangan/pelaksanaan demokrasi di Indonesia?
3. Bagaimana kehidupan bernegara yang demokrasi ?
4. Apa manfaat demokrasi ?
5. Bagaimana situasi demokrasi di Indonesia saat ini?

2
E. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
 Untuk mengetahui apa yang di maksud demokrasi
 Untuk mengetahui perkembangan demokrasi di Indonesia
 Untuk mengetahui bentuk kehidupan bernegara yang demokrasi
 Untuk mengetahui manfaat dari demokrasi
 Untuk mengetahui situasi demokrasi demokrasi di Indonesia saat ini
F.Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dalam penulisan makalah ini sebagai berikuit:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Didalam pendahuluan ini akan dijelaskan latar belakang penulisan
makalah,identifikasi masalah,batasan masalah,rumusan masalah,dan tujuan
penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
Pada landasan teori ini kita akan membahas tentang ,konsep dasar
demokrasi,pengertian demokrasi,prinsip demokrasi,ciri-ciri demokrasi,dan nilai-
nilai demokrasi

BAB III PEMBAHASAN


Di pembahasan ini kita akan membahas tentang pilar demokrasi di
Indonesia,dan perkembangan demokrasi di Indonesia
BAB IV PENUTUP
Pada halaman penutup ini akan disimpulkan bagaimana pelaksanaan
demokrasi di Indonesia saat ini,melalaui peninjauan terhadap indeks demokrasi
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB II
LANDASAN TEORI
Tinjauan Pustaka
A. Konsep Dasar Demokrasi
Sulit mencari kesepakatan dari semua pihak tentang pengertian
atau definisi demokrasi. Ketika ada yang mendefinisikan demokrasi secara ideal
atau juga disebut sebagai definisi populistik tentang demokrasi, yakni sebuah
sistem pemerintahan ”dari, oleh, dan untuk rakyat” maka pengertian demokrasi
demikiantidak pernah ada dalam sejarah umat manusia. Tidak pernah ada
pemerintahandijalankan secara langsung oleh semua rakyat; dan tidak pernah ada
pemerintahan sepenuhnya untuk semua rakyat (Dahl 1971; Coppedge dan
Reinicke 1993).
Dalam praktiknya, yang menjalankan pemerintahan bukan rakyat, tapi
elite yang jumlahnya jauh lebih sedikit. Juga tidak pernah ada hasil dari
pemerintahan itu untuk rakyat semuanya secara merata, tapi selalu ada perbedaan
antara yang mendapat jauh lebih banyak dan yang mendapat jauh lebih sedikit.
Karena itu, ketika pengertian”demokrasi populistik” hendak tetap dipertahankan,
Dahl mengusulkan konsep ”poliarki” sebagai pengganti dari konsep ”demokrasi
populistik”tersebut. Poliarki dinilai lebih realistik untuk menggambarkan tentang
sebuah fenomena politik tertentu dalam sejarah peradaban manusia sebab poliarki
mengacu pada sebuah sistem pemerintahan oleh ”banyak rakyat” bukan oleh
”semua rakyat”,oleh”banyak orang” bukan oleh”semua orang.”

B. Pengertian Demokrasi
Kebanyakan orang mungkin sudah terbiasa dengan istilah demokrasi.
Secara etimologis, kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani “demos” berarti
rakyat dan “kratos” berarti kekuasaan atau berkuasa. Dengan
demikian, demokrasi artinya pemerintahan oleh rakyat, dimana kekuasaan
tertinggi berada di tangan rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau oleh
wakil-wakil yang mereka pilih di bawah sistem pemilihan bebas. Dalam ucapan
Abraham Lincoln, Presiden Amerika Serikat ke-16 (periode 1861-1865)
demokrasi secara sederhana diartikan sebagai “the government from the people, by

4
the people, and for the people”, yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Kebebasan dan demokrasi sering dipakai secara timbal balik, tetapi
keduanya tidak sama.
Menurut Alamudi (1991) demokrasi sesungguhnya adalah seperangkat
gagasan dan prinsip tentang kebebasan, tetapi juga mencakup seperangkat
praktik dan prosedur yang terbentuk melalui sejarah panjang dan sering berliku-
liku, sehingga demokrasi sering disebut suatu pelembagaan dari kebebasan.
Karena itu, mungkin saja mengenali dasar-dasar pemerintahan konstitusional yang
sudah teruji oleh zaman, yakni hak asasi dan persamaan di depan hukum yang
harus dimiliki setiap masyarakat untuk secara pantas disebut demokrasi.
Menurut International Commision of Jurist (ICJ), demokrasi adalah suatu
bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusankeputusan politik
diselenggarakan oleh wn melalui wakil-wakil yg dipilih oleh mereka dan
bertanggung jawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yg bebas.
Sedangkan menurur Henry B Mayo yang dikutip oleh Azyumardi Azra
menyatakan bahwa:
Demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang menunjukkan
bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang
diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang
didasarkan atas prinsip kesamaan plotik dan diselenggarakan dalam suasana
terjaminnya kebebasan politik. (Azyumardi Azra, 2003: 110)
Dari beberapa pendapat di atas diperoleh kesimpulan bahwa demokrasi
sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta pemerintahan, yang
memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan rakyat baik
penyelenggaraan negara maupun pemerintahan.
Demokrasi bertujuan mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga
negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya dengan pembagian
kekuasaan dalam suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias
politica),yaitu kekuasaan yang diperoleh dari rakyat harus digunakan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.Prinsip semacam trias politica ini menjadi
sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-fakta sejarah mencatat

5
kekuasaaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu
membentuk masyarakat yang adil dan beradaab,bahkan kekuasaan absolut
pemerintah sering menimbulkan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Demokrasi tidak akan datang,tumbuh,dan berkembang dengan sendirinya
dalam kehidupan bermasyarakat,berbangsa,dan bernegara.Oleh karena
itu,demokrasi memerlukan usaha nyata setiap warga dan perangkat
pendukungnya,yaitu budaya yang kondusif sebagai manifestasi dari suatu mind
set(kerangka berpikir) dan setting social (rancangan masyarakat).Bentuk konkret
manifestasi tersebut adalah demokrasi menjadi way of life (pandangan hidup)
dalam seluk beluk sendi bernegara ,baik masyarakat maupun oleh pemerintah.
Menurut Nurcholich Madjid,demokrasi dalam kerangka diatas berarti
proses melaksanakan nilai-nilai civility (keadaban) dalam bernegara dan
bermasyarakat.Demokrasi merupakan proses menuju dan menjaga civil
societyyang menghormati dan berupaya merealisasikan nilai-nilai
demokrasi(Sukron,2002).Menurut Nurcholish Madjid (Gak Nur),pandangan hidup
demokratis berdasarkan bahan-bahan telah berkembang, baik secara teoritis
maupun pengalaman praktis di negeri-negeri yang demokrasinya cukup mapan.
Negara atau pemerintah dalam menjalankan tata pemerintahan-nya
dikatakan demokratis dapat dilihat dari empat aspek (Tim ICCE UIN
Jakarta,2005:123),yaitu:
1. Masalah pembentukan negara;
2. Dasar kekuasaan negara;
3. Susunan kekuasaan negara;
4. Masalah kontrol rakyat.

C. Prinsip Demokrasi Di Indonesia


Salah satu pilar demokrasi adalah trias politica yang membagi ketiga
kekuasaan politik negara (eksekutif,yudikatif,dan legislatif) untuk diwujudkan
dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen ) dalam berada
dalam peringkat yang sejajar satu sama lain.Kesejajaran dan independensi ketiga
jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini dapat saling
mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip cheks and balances.

6
Ketiga lembaga negara tersebut adalah lembaga pemerintah yang memiliki
kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif ,
lembaga pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan yudikatif dan
lembaga perwakilan rakyat (DPR,untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan
menjalankan kekuasan legislatif .Di bawah sistem ini,keputusan legislatif dibuat
oleh masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai dengan
aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen) dan yang memilihnya melalui
proses pemilian umum legislatif,selain sesuai dengan hukum dan peraturan.
Selain pemlihan umum legislatif , banyak keputusan atau hasil- hasil
penting,misalnya pemilihan presiden suatu negara ,diperoleh melalui pemilihan
umum.Di Indonesia , hak pilih hanya diberikan kepada warga negara yang telah
melewati umur tertentu ,misalnya umur 18 tahun , dan yang tidak memiliki
catatan criminal (misalnya,narapidana atau bekas narapidana).Pada dasarnya
prinsip demokrasi itu sebagai berikut:
1. Kedaulatan di tangan rakyat
Kedaulatan rakyat maksudnya kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
Ini berarti kehendak rakyat merupakan kehendak tertinggi. Apabila setiap
warga negara mampu memahami arti dan makna dari prinsip demokrasi
2. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
Pengakuan bahwa semua manusia memiliki harkat dan martabat yang
sama, dengan tidak membeda-bedakan baik atas jenis kelamin, agama,
suku dan sebagainya. Pengakuan akan hak asasi manusia di Indonesia
telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang sebenarnya
terlebih dahulu ada dibanding dengan Deklarasi Universal PBB yang lahir
pada tanggal 24 Desember 1945. Peraturan tentang hak asasi manusia
Undang-Undang Dasar 1945 dimuat dalam: Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 alinea pertama dan empat, Batang Tubuh Undang-Undang
Dasar 1945, Ketetapan MPR mengenai hak asasi manusia Indonesia telah
tertuang dalam ketetapan MPR No.XVII/MPR/1998. Setelah itu, dibentuk
Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia, Undang-
Undang yang mengatur dan menjadi hak asasi manusia di Indonesia adalah
Undang-Undang No.39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia.

7
3. Pemerintahan berdasar hukum (konstitusi)
Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan tidak
bersifat absolutisme (kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). Sistem
konstitusional ini lebih menegaskan bahwa pemerintah dalam
melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi oleh
ketentuan konstitusi.
4. Peradilan yang bebas dan tidak memihak
Setiap warga negara Indonesia memiliki hak untuk diperlakukan sama di
depan hukum, pengadilan, dan pemerintahan tanpa membedakan jenis
kelamin, ras, suku, agama, kekayaan, pangkat, dan jabatan. Dalam
persidangan di pengadilan, hakim tidak membeda-bedakan perlakuan dan
tidak memihak si kaya, pejabat, dan orang yang berpangkat. Jika
merekabersalah, hakim harus mengadilinya dan memberikan hukuman
sesuai dengan kesalahannya.
5. Pengambilan keputusan atas musyawarah
Bahwa dalam setiap pengambilan keputusan itu harus dilaksanakan sesuai
keputusan bersama(musyawarah) untuk mencapai mufakat.
6. Adanya partai plitik dan organisasi sosial politik
Bahwa dengan adanya partai politik dan dan organisasi sosial politik ini
berfungsi untuk menyalurkan aspirasi rakyat.
7. Pemilu yang demkratis
Pemilihan Umum merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

D. Ciri-ciri Demokrasi.
Menurut Henry B. Mayo dalam Miriam Budiarjo (1990: 62 ) dalam
bukunya ”Introduction to Democratic Theory“, memberikan ciri-ciri demokrasi
dari sejumlah nilai yaitu:
1. Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga.
2. Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu
masyarakat yang sedang berubah.

8
3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur.
4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum.
5. Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman dalam
masyarakat.
6. Menjamin tegaknya keadilan.
Beberapa ciri pokok demokrasi menurut Syahrial Sarbini (2006 : 122)
antara lain :
1. Keputusan diambil berdasarkan suara rakyat atau kehendak rakyat.
2. Kebebasan individu dibatasi oleh kepentingan bersama, kepentingan
bersama lebih penting daripada kepentingan individu atau golongan.
3. Kekuasaan merupakan amanat rakyat, segala sesuatu yang dijalankan
pemerintah adalah untuk kepentingan rakyat.
4. Kedaulatan ada ditangan rakyat, lembaga perwakilan rakyat mempunyai
kedudukan penting dalam system kekuasaan negara.
E. Nilai-Nilai Demokrasi
Mengutip pendapatnya Zamroni dalam Winarno (2007: 98), nilai-nilai
demokrasi meliputi :
1) Toleransi.
Bersikap toleran artinya bersikap menenggang (menghargai,membiarkan
dan membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan,kepercayaan, kebiasaan
kelakuan dan sebagainya) yang bertentangan atau berbeda dengan pendirian
sendiri. Dalam mayarakat demokratis seorang berhak memiliki pandangannya
sendiri, tetapi ia akan memegang teguh pendiriannya itu dengan cara yang
toleranterhadap pandangan orang lain yang berbeda atau bahkan bertentangan
dengan pendirianya. Sebagai nilai, toleransi dapat mendorong tumbuhnya sikap
toleran terhadap keanekaragamaan, sikap saling percaya dan kesediaan untuk
bekerjasama antarpihak yang berbeda-beda keyakinan, prinsip, pandangan dan
kepentingan.
2) Kebebasan mengemukakan pendapat.
Mengeluarkan pikiran secara bebas adalah mengeluarkan
pendapat,pandangan, kehendak, atau perasaan yang bebas dari tekanan
fisik,psikis, atau pembatasan yang bertentangab dengan tujuan pengaturan tentan

9
kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum. Warga negara yang
menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak untuk mengeluarkan pikiran
secar bebas dan memperoleh perlindungan hukum. Dengan demikian, orang bebas
mengeluarkan pendapat tetapi perlu pengaturan dalam mengeluarkan pendapat
tersebut agar tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan antar-anggota
masyarakat.
3) Menghormati perbedaan pendapat.
Warga negara yang menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak
untuk mengeluarkan pikiran secar bebas dan orang lain harus bisa
menghormati perbedaan pendapat orang tersebut.
4) Memahami keanekaragaman dalam masyarakat.
Perubahan Dinamis dan arus Globalisasi yang tinggi menyebabkan
masyarakat yang memiliki banyak dan beragam kebudayaan kurang memiliki
kesadaran akan pentingnya peranan budaya lokal kita ini dalam memperkokoh
ketahanan Budaya Bangsa. Oleh karena itu kita harus memahami arti kebudayaan
serta menjadikan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia sebagai sumber
kekuatan untuk ketahanan budaya bangsa.Agar budaya kita tetap terjaga dan tidak
diambil oleh bangsa lain.
5) Terbuka dan komunikasi.
Demokrasi termasuk bersikap setara pada sesama warga ataupun terbuka
terhadap kritik, masukan, dan perbedaan pendapat, bukanlah sekadar sebuah
keputusan politik, apalagi kemauan pribadi perorangan belaka. Demokrasi adalah
sebuah proses panjang kebiasaan dan pembiasaan bersama yang terus-menerus.
Demokrasi pada dasarnya adalah sebuah kepercayaan akan kebijakan orang
banyak. Jauh dalam lubuknya, lebih dari sekadar kepercayaannya akan kebebasan
sebagai fitrah manusia,
demokrasi adalah haluan yang berusaha menempatkan kesetaraan manusia di atas
segalanya.
6) Menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan.
Setiap manusia mempunyai hak yakni hak dasar yang dimiliki manusia
sejak lahir sebagai kodrat dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang wajib
untuk dilindungi dan dihargai oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang

10
demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Pengakuan
bahwa semua manusia memiliki harkat dan martabat yang sama, dengan tidak
membeda-bedakan baik atas jenis kelamin, agama, suku.
7) Percaya diri.
Rasa percaya diri adalah sikap yang dapat di tumbuhkan dari sikap
sanggup berdiri sndiri, sanggup menguasai diri sendiri dan bebas dari
pengendalian orang lain dan bagaimana kita menilai diri sendiri maupun orang
lain menilai kita.sehingga kita mampu menghadapi situasi apapun. Individu yang
mempunyai rasa percaya diri adalah
mengatur dirinya sendiri,dapat mengarahkan,mengambil inisiatif,memahami dan
mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri,dan dapat melakukan hal-hal untuk dirinya
sendiri.
8) Tidak menggantungkan pada orang lain.
Kekuasaan yang diberikan rakyat melalui satu proses demokratis dan
dilaksanakan secara benar bersifat mengikat semua warga. Tetapi warga tetap
memiliki kewenangan untuk melakukan kontrol atas penyelenggaraan kekuasaan.
Hal ini hanya dapat tercapai apabila semua orang yang terlibat Di dalam aksi
massa itu adalah warga yang berpikir mandiri dan serius. Rakyat yang menjadi
pendukung utama demokrasi
adalah rakyat yang madani, yang mandiri dalam pemikirannya. Dia mesti menjadi
orang yang mengetahui apa yang dilakukannya dan mempunyai tanggung jawab
terhadap perbuatannya.
9) Saling menghargai.
Salah satu sifat yang mesti diwujuddkan dalam kehidupan sehari-hari ialah
saling menghargai kepada sesama manusia dengan berlaku sopan,tawadhu,
tasamuh, muru‟ah (menjaga harga diri), pemaaf, menepati janji, berlaku „adil dan
lain- lain. sebagainya. Harga menghargai ditengah pergaulan hidup, setiap
anggota masyarakat mempunyai tanggung jawab moral untuk mempertahankan
dan mewujudkan citra
baik dalam masyarakat dengan menampakkan tutur kata, sikap dan tingkah laku,
cara berpakaian, cara bergaul, lebih bagus daripada orang lain.
10) Mampu mengekang diri.

11
Dengan kemampuan mengekang diri, maka hidup akan lebih tertata, dan
lebih memungkinkan baginya mencapai sukses. Sebagai orang yang mampu
mengekang diri, maka ia akan: Pertama, membangun komitmen yang kuat untuk
tidak berpikir, bertindak, bersikap, dan berperilaku yang bertentangan dengan
firman Allah SWT. Kedua, karena Allah SWT juga memerintahkan agar setiap
manusia mampu memberi manfaat optimal bagi lingkungannya, maka ia
berkomitmen untuk menjadikan pikiran,
sikap, tindakan, dan perilakunya bermanfaat optimal bagi lingkungannya. Ketiga,
ia bersungguh-sungguh mewujudkan komitmennya agar ia dapat mewujudkan
komitmennya.
11) Kebersamaan.
Manusia adl makhluk sosial yang tdk bisa hidup sendiri. Manusia
membutuhkan kebersamaan dlm kehidupannya. Tuhan menciptakan manusia
beraneka ragam dan berbeda-beda tingkat sosialnya. Ada yang kuat ada yang
lemah ada yang kaya ada yang miskin dan seterusnya. Demikian pula Tuhan
ciptakan manusia dengan keahlian dan kepandaian yang berbeda-beda pula.
Semua itu adalah dalam rangka saling memberi dan saling mengambil manfaat.
12) Keseimbangan
Satu hal yang juga hampir boleh dikatakan tidak dapat lepas dari diri kita
adalah kenyataan bahwa kita juga menjadi bagian dari kelompok kemasyarakatan
dimanapun lingkungan kita berada, otomatis semua orang mempunyai fungsi dan
peran sosialnya masing-masing dalam struktur kemasyarakatan tersebut, walau
sekecil apapun peranan tersebut. Kehidupan masyarakat yang seimbang dapat
dibayangka sebagai kehidupan masyarakat yang tumbuh secara bebas dan positif,
penuh dengan variasi dan dinamikanya dalam suatu keteraturan uang serasi dan
harmonis.

12
BAB III
PEMBAHASAN

A.Pilar Demokrasi di Indonesia


Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sanusi (2006)
mengetengahkan sepuluh pilar demokrasi yang dipesankan oleh para pembentuk
negara (the founding fathers) sebagaimana diletakkan di dalam UUD 1945
sebagai berikut:
1) Demokrasi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
Esensinya adalah seluruh sistem serta perilaku dalam menyelenggarakan
kenegaraan RI haruslah taat asas, konsisten, atau sesuai dengan nilai-nilai dan
kaidah-kaidah dasar Ketuhanan Yang Maha Esa.
2) Demokrasi dengan kecerdasan
Demokrasi harus dirancang dan dilaksanakan oleh segenap rakyat dengan
pengertian-pengertiannya yang jelas, dimana rakyat sendiri turut terlibat langsung
merumuskan substansinya, mengujicobakan disainnya, menilai dan menguji
keabsahannya. Sebab UUD 1945 dan demokrasinya bukanlah seumpama final
product yang tinggal mengkonsumsi saja, tetapi mengandung nilai-nilai dasar dan
kaidah-kaidah dasar untuk supra-struktur dan infra-struktur sistem kehidupan
bernegara bangsa Indonesia. Nilai-nilai dan kaidah-kaidah dasar ini memerlukan
pengolahan secara seksama. Rujukan yang mengenai kehidupan bernegara dan
berbangsa tidak dimaksudkan untuk diperlakukan hanya sebagai kumpulan
dogma-dogma saja, melainkan harus ditata dengan menggunakan akal budi dan
akal pikiran yang sehat. Pengolahan itu harus dilakukan dengan cerdas.
3) Demokrasi yang berkedaulatan rakyat
Demokrasi menurut UUD 1945 ialah demokrasi yang berkedaulatan
rakyat, yaitu kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat. Secara prinsip, rakyatlah
yang memiliki atau memegang kedaulatan itu. Kedaulatan itu kemudian
dilaksanakan menurut undang-undang dasar.
4) Demokrasi dengan rule of law
Negara adalah organisasi kekuasaan, artinya organisasi yang memiliki
kekuasaan dan dapat menggunakan kekuasaan itu dengan paksa. Dalam negara

13
hukum, kekuasaan dan hukum itu merupakan kesatuan konsep yang integral dan
tidak dapat dipisah-pisahkan. Implikasinya adalah kekuasaan negara harus punya
legitimasi hukum. Esensi dari demokrasi dengan rule of law adalah bahwa
kekuasaan negara harus mengandung, melindungi, serta mengembangkan
kebenaran hukum (legal truth). Kekuasaan negara memberikan keadilan hukum
(legal justice) bukan demokrasi yang terbatas pada keadilan formal dan kepura-
puraan. Kekuasaan negara menjamin kepastian hukum (legal security), dan
kekuasaan ini mengembangkan manfaat atau kepentingan hukum (legal interest)
seperti kedamaian dan pembangunan. Esensi lainnya adalah bahwa seluruh warga
negara memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum, memiliki akses yang
sama kepada layanan hukum. sebaliknya, seluruh warga negara berkewajiban
mentaati semua peraturah hukum.
5) Demokrasi dengan pembagian kekuasaan negara
Demokrasi dikuatkan dengan pembagian kekuasaan negara dan diserahkan
kepada badan-badan negara yang bertanggung jawab menurut undang-undang
dasar.
6) Demokrasi dengan hak azasi manusia
Demokrasi menurut UUD 1945 mengakui hak asasi manusia yang
tujuannya bukan saja menghormati hak-hak asasi, melainkan untuk meningkatkan
martabat dan derajat manusia seutuhnya. Hak asasi manusia bersumber pada sifat
hakikat manusia yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia
bukan diberikan oleh negara atau pemerintah. Hak ini tidak boleh dirampas atau
diasingkan oleh negara dan atau oleh siapapun.
7) Demokrasi dengan peradilan yang merdeka
Lembaga peradilan merupakan lembaga tertinggi yang menyuarakan
kebenaran, keadilan, dan kepastian hukum. Lembaga ini merupakan pelaksana
kekuasaan kehakiman yang merdeka (independent). Ia tidak boleh diintervensi
oleh kekuasaan apapun. Kekuasaan yang merdeka ini memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada semua pihak yang berkepentingan untuk mencari dan
menemukan hukum yang seadil-adilnya. Di muka pengadilan, semua pihak
mempunyai hak dan kedudukan yang sama.
8) Demokrasi dengan otonomi daerah

14
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini
merupakan pelaksanaan amanat UUD 1945 yang mengatur bahwa Negara
Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai
pemerintahan daerah (Pasal 18 UUD 1945).
9) Demokrasi dengan kemakmuran
Demokrasi bukan sekedar soal kebebasan dan hak, bukan sekedar soal
kewajiban dan tanggung jawab, bukan pula sekedar soal mengorganisir
kedaulatan rakyat atau pembagian kekuasaan. Demokrasi bukan pula sekedar soal
otonomi daerah dan keadilan hukum. sebab berbarengan dengan itu semua,
demokrasi menurut UUD 1945 ternyata ditujukan untuk membangun negara
berkemakmuran/kesejahteraan (welfare state) oleh dan untuk sebesar-besarnya
rakyat Indonesia.
10) Demokrasi yang berkeadilan sosial
Demokrasi menurut UUD 1945 menggariskan keadilan sosial diantara
berbagai kelompok, golongan, dan lapisan masyarakat. Keadilan sosial bukan soal
kesamarataan dalam pembagian output materi dan sistem kemasyarakatan.
Keadilan sosial justru lebih merujuk pada keadilan peraturan dan tatanan
kemasyarakatan yang tidak diskriminatif untuk memperoleh kesempatan atau
peluang hidup, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, politik, administrasi
pemerintahan, layanan birokrasi, bisnis, dan lain-lain.

B.Perkembangan Demokrasi Di Indonesia


Setelah Orde Baru tumbang yang ditandai oleh turunnya Soeharto dari
kursi kepresidenan pada bulan Mei 1998 terbuka kesempatan bagi bangsa
Indonesia untuk kembali menggunakan demokrasi. Demokrasi merupakan pilihan
satu-satunya bagi
bangsa Indonesia karena memang tidak ada bentuk pemerintahan atau sistem
politik lainnya yang lebih baik yang dapat dipakai untuk menggantikan sistem

15
politik Orde Baru yang otoriter. Oleh karena itu ada konsensus nasional tentang
perlunya
digunakan demokrasi setelah Orde Baru tumbang. Gerakan demokratisasi setelah
Orde Baru dimulai dengan gerakan yang dilakukan oleh massa rakyat secara
spontan. Segera setelah Soeharto menyatakan pengunduran dirinya, para tokoh
masyarakat membentuk sejumlah partai politik dan melaksanakan kebebasan
berbicara danberserikat/berkumpul sesuai dengan nilai-nilai demokrasi tanpa
mendapat halangan dari pemerintah. Pemerintah tidak melarang demokratisasi
tersebut meskipun peraturan perundangan yang berlaku bias digunakan untuk itu.
Pemerintah bisa saja, umpamanya, melarang pembentukan partai politik karena
bertentangan dengan UU Partai Politik dan Golongan Karya yanghanya mengakui
dua partai politik dan satu Golongan Karya. Tentu saja pemerintah tidak mau
mengambil resiko bertentangan dengan rakyat sehingga pemerintah membiarkan
demokratisasi bergerak sesuai dengan keinginan rakyat.
Pemerintah kemudian membuka peluang yang lebih luas untuk
melakukan
demokratisasi dengan mengeluarkan tiga UU politik baru yang lebih demokratis
pada awal 1999. Langkah selanjutnya adalah amandemen UUD 1945 yang
bertujuan untuk menegakkan demokrasi secara nyata dalam sistem politik
Indonesia.Demokratisasi pada tingkat pemerintah pusat dilakukan bersamaan
dengan demokratisasi pada tingkat pemerintah daerah (provinsi,kabupaten, dan
kota). Tidak lama setelah UU Politik dikeluarkan,diterbitkan pula UU
Pemerintahan Daerah yang memberikan otonomi
yang luas kepada daerah-daerah.Suasana bebebasan dan keterbukaan yang
terbentuk pada tingkat pusat dengan segera diikuti oleh daerahdaerah.
Oleh karena itu beralasan untuk mengatakan, demokratisasi di Indonesia
semenjak 1998 juga telah menghasilkan demokratisasi pada tingkat pemerintah
daerah.Sesuai dengan perkembangan demokratisasi di tingkat pusat, di tingkat
provinsi (juga di tingkat kabupaten dan kota) dilakukan penguatan kedudukan dan
fungsi tersebut mempunyai kedudukan yang sama dengan gubernur. Gubernur
tidak lagi merupakan “penguasa tunggal” seperti yang disebutkan dalam UU
Pemda yang dihasilkan selama masa Orde Baru.DPRD telah mendapatkan

16
perannya sebagai lembaga legislatif daerah yang bersama-sama dengan gubernur
sebagai kepala eksekutif membuat peraturan daerah (perda). DPRD Provinsi
menjadi lebih mandiri karena dipilih melalui pemilihan umum (pemilu) yang
demokratis. Melalui pemilu tersebut, para pemilih mempunyai kesempatan
menggunakan hak politik mereka untuk menentukan partai politik yang akan
duduk di DPRD.
Suasana kebebasan yang tercipta di tingkat pusat sebagai akibat dari
demokratisasi juga tercipta di daerah. Partisipasi masyarakat dalam
memperjuangkan tuntutan mereka dan mengawasi jalannya pemerintahan telah
menjadi gejala umum di seluruh provinsi di Indonesia. Berbagai demonstrasi
dilakukan oleh kelompok-kelompok masyarakat, tidak hanya di kota-kota besar,
tetapi juga di pelosok-pelosok desa di Indonesia.Rakyat semakin menyadari hak-
hak mereka sehingga mereka semakin peka terhadap praktek-praktek
penyelenggaraan pemerintahan yang tidak benar dan merugikan rakyat.Hal ini
mengharuskan pemerintah bersikap lebih peka terhadap aspirasi yang berkembang
di dalam masyarakat. Demokratisasi telah membawa perubahan-perubahan politik
baik di tingkat pusat maupun daerah. Apa yang terjadi di tingkat pusat dengan
cepat ditiru oleh daerahdaerah. Demokratisasi merupakan sarana untuk
membentuk system politik demokratis yang memberikan hak-hak yang luas
kepada rakyat sehingga pemerintah dapat diawasi untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power).
Dalam perkembangan-nya demokrasi di Indonesia,demokrasi dibagi dalam
beberapa periode berikut:

1. Pelakasanaaan Demokrasi pada Masa Revolusioner (1945-1950)


Tahun 1945-1950,Indonesia masih berjuang menghadapi Belanda yang
ingin kembali ke Indonesia.Pada saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan
dengan baik karena masih adanya revolusi fisik.Pada awalnya kemerdekaan masih
terdapat sentralisasi kekuasaan.Hal itu terlihat pada pasal 4 Aturan Peralihan
UUD 1945 yang menyebutkan bahwa sebelum MPR ,DPR dan DPA dibentuk
menurut UU ini ,segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan dibantu oleh

17
KNIP.Untuk menghindari bahwa negara Indonesia adalah negara yang absolute
,pemerintah mengeluarkan:
a. Maklumat Wakil Presiden No.X tanggal 16 oktober 1945,KNIP berubah
menjadi lembaga legislatif;
b. Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 tentang Pembentuksn
Partai Politik;
c. Maklumat Pemmerintah tangaal 14 november 1945 tentang perubahan
sistem pemerintahan presidensial menjadi parlementer .

2. Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Lama


a. Masa Demokrasi Liberal 1950-1959
Pada masa demokrasi ini peranan parlemen ,akuntabilitas politik sangat
tinggi dan berkembangnya partai-partai politik.Akan tetapi ,praktik demokrasi
pada masa ini dinilai gagal disebabkan :
1. Dominannya partai politik ;
2. Lanadasan social ekonomi yang masih lemah ;
3. Tidak mampunya konstituante bersidang untuk mengganti UUDS 1945.
Atas dasar kegagalan itu,Presiden mengeluarkan Dekrit Presiden 5 juli 1959
yanag isinya:
 Bubarkan konstituante
 Kembali ke UUD 1945 tidak berlaku UUDS 1950
 Pembentukan MPRS dan DPAS.
b. Masa Demokrasi Terpimpin
Pengertian demokrasi terpimpin menurut Tap MPRS No.VII/MPRS/1965
adalah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan yang berintikan musyawarah untuk mufakat secara
gotong royong di antara semua kekuatan nasional yang progresif revolusioner
dengan berporoskan nasakom.Ciri-cirinya adalah:
 Tingginya dominasi presiden
 Terbatasnya peran partai politik
 Berkembangya pengaruh PKI
Penyimpangan masa demokrasi terpimpin antaara lain:

18
 Sistem kepartaian menjadi tidak jelas ,dan para pemimpin partai banyak
yang dipenjarakan;
 Peranan parlemen lemah,bahkan akhirnya dibubarkan oleh presiden dan
presiden membentuk DPRGR ;
 Jaminan HAM lemah;
 Terbatasnya peran pers;
 Kebijakan politik luar negeri memihak ke RRC (blok timur) yang memicu
terjadinya peristiwa pemberontakan G 30 S PKI .
3. Pelaksanaan Demokrasi pada Masa Orde Baru 1966-1998
Pelaksanaan demokrasi Orde Baru ditandai dengan keluarnya Surat
Perintah 11 maret 1996.Orde Baru bertekad akan melaksanakan Pancasila dan
UUD 1945 secara murni dan konsekuen .Awal Orde Baru member harapan baru
kepada rakyat pemnbangunan di segala bidang melalui Pelita I,II,III,IV,V dan
masa Orde Baru berhasil menyelenggarakan Pemilihan Umun tahun
1971,1977,1782 ,1987,1992,dan 1997.Meskipun demikian pelaksanaan demokrasi
pada masa Orde Baru ini dianggap gagal dengan alsan:
 Tidak addanya rotasi kekuaan eksekutif;
 Rekrutmen politik yang tertutup;
 Pemilu yang jauh dari semangat demokrasi ;
 Pengakuan HAM yang terbatas;
 Tumbuhnya KKN yang merajalela.
4. Pelaksaan Demokrasi Orde Reformasi 1998- Sekarang
Demokrasi pada masa reformasi pada dasanrnya merupakan demokrasi
dengan pernbaikan peraturan yang tidak demokratis,dengan meningkatkan peran
lembaga tinggi dan tertinggi negara dengan menegaskan fungsi,wewenang,dan
tanggung jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata
hubungan yang jelas antara lembaga-lembaga eksekutif,legislative,dan yudikatif.

Masa reformasi berusaha membangun kehidupan yang demokratis antara lain


dengan:
Keluarnya Ketetapan MPR RI No.X/MPR/1998 tentang pokok-pokok reformasi;
Ketetapan No.VII/MPR/1998 tentang pencabutan tap MPR tentang Referendum;

19
Tap MPR RI No.XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraan Negara yang bebas dari
KKN;
Tap MPR RI No.XIII/MPR/1998 tentang ppembatasan Masa Jabatan Presiden dan
Wakil Presiden RI;
Amandemen UUD 1945 sudah sampai amandemen I,II,III,IV.
Disisi lain ada jugak ahli yang berpendapat tentang pelaksanaaan demokrasi di
Indonesia yaitu Menurut Azyumardi Azra (2000: 130-141) Perkembangan
demokrasi
di Indonesia dari segi waktu dapat dibagi dalam empat periode, yaitu :
1. Periode 1945-1959 Demokrasi Parlementer.
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer.
Sistem parlementer ini mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan
diproklamasikan. Sistem ini kemudian diperkuat dalam Undang-Undang Dasar
1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950.
Meskipun sistem ini dapat berjalan dengan memuaskan di beberapa negara Asia
lain, sistem ini ternyata kurang cocok diterapkan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan
dengan melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950, badan eksekutif
terdiri dari Presiden sebagai kepala negara konstitusional (constitutional head) dan
perdana menteri sebagai kepala pemerintahan.
2. Periode 1959-1965 (Orde Lama)Demokrasi Terpimpin.
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi terpimpin.
Dalam demokrasi terpimpin ditandai oleh tindakan yang menyimpang dari atau
menyeleweng terhadap ketentuan Undangundang Dasar. Dan didalam demokrasi
terpimpin terdapat ciri-ciri yaitu adanya dominasi dari Presiden, terbatasnya
peranan partai politik, berkembangnya pengaruh komunis dan meluasnya peranan
ABRI sebagai unsur sosial politik. Dekrit Presiden 5 Juli dapat dipandang sebagai
suatu usaha untuk mencari jalan keluar dari kemacetan politik melalui
pembentukan kepemimpinan yang kuat.
Misalnya berdasarkan ketetapan MPRS No. III/1963 yang mengangkat Ir.
Soekarno sebagai Presiden seumur hidup. Selain itu, terjadi penyelewengan
dibidang perundang-undangan dimana pelbagai tindakan pemerintah dilaksanakan
melalui Penetapan

20
Presiden (Penpres) yang memakai Dekrit 5 Juli sebagai sumber hukum, dan
sebagainya.
3. Periode 1965-1998 (Orde Baru) Demokrasi Pancasila.
Demokrasi pada masa ini dinamakan demokrasi pancasila. Demokrasi
Pancasila dalam rezim Orde Baru hanya sebagai retorika dan gagasan belum
sampai pada tataran praksis atau penerapan. Karena dalam praktik kenegaraan dan
pemerintahan,rezim ini sangat tidak memberikan ruang bagi kehidupan
berdemokrasi. Menurut M. Rusli Karim, rezim Orde Baru ditandai oleh;
dominannya peranan ABRI, birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan
politik, pembatasan peran dan fungsi partai politik, campur tangan pemerintah
dalam persoalan partai politik dan publik, masa mengambang, monolitisasi
ideologi negara, dan inkorporasi lembaga nonpemerintah
4. Periode 1998-sekarang ( Reformasi ).
Orde reformasi ditandai dengan turunnya Presiden Soeharto pada tanggal
21 Mei 1998. Jabatan presiden kemudian diisi oleh wakil presiden, Prof. DR. Ir.
Ing. B.J. Habibie. Turunnya presiden Soeharto disebabkan karena tidak adanya
lagi kepercayaan dari rakyat terhadap pemerintahan Orde Baru. Bergulirnya
reformasi yang mengiringi keruntuhan rezim tersebut menandakan tahap awal
bagi transisi demokrasi Indonesia. Transisi demokrasi merupakan fase krusial
yang kritis karena dalam fase ini akan ditentukan ke mana arah demokrasi akan
dibangun.

21
BAB IV
PENUTUP

Dalam mempelajari bagaimana sesungguhnya perkembangan demokrasi di


Indonesia saat ini maka kita memerlukan data tentang perkembangan demokrasi
di Indonesia yang bisa ketahui melalui pengamatan terhadap indeks demokrasi
Indonesia.
Untuk mengetahui bagaimana Demokrasi Indonesia (IDI) dioperasikan ke
dalam tiga aspek kinerja demokrasi, yaitu: Kebebasan Sipil, Hak-hak Politik, dan
Lembaga Demokrasi. Distribusi indeks dari ketiga aspek IDI adalah:
86,97 untuk aspek Kebebasan Sipil;
54,60,untuk aspek Hak-Hak Politik; dan
62,72 untuk aspek Lembaga Demokrasi.
Distribusi indeks tiga aspek ini sekaligus memperlihatkan kontribusi dari masing-
masing aspek terhadap indeks keseluruhan pada skala nasional,dimana aspek
Kebebasan Sipil memberikan kontribusi paling tinggi,disusul oleh Lembaga
Demokrasi,dan yang paling kecil memberikan kontribusi adalah aspek Hak-Hak
Politik. Kontribusi indeks tiga aspek ini sangat jelas menggambarkan meskipun
aspek Kebebasan Sipil menyokong indeks sangat tinggi (86,97) namun indeks
secara keseluruhan yang dapat dicapai hanya sebesar 67,30 dikarenakan dua aspek
lainnya memberikan kontribusi indeks relatif rendah.Indeks aspek Kebebasan
Sipil yang relatif tinggi tersebut dihasilkan dari agregasi indeks empat variable
yang yang dimiliki yaitu:
1. Kebebasan Berkumpul dan Berserikat,
2. Kebebasan Berkeyakinan,
3. Kebebasan dari Diskriminasi, dan
4. Kebebasan Berpendapat;
Dimana seluruhnya memberikan kontribusi indeks yang tinggi.
Sedangkan rendahnya indeks aspek Hak-Hak Politik disebabkan kontribusi indeks
dua variabel yang dimiliki, yakni:
1. Partisipasi Politik dalam Pengambilan Keputusan dan Pengawasan
Pemerintahan, serta

22
2. Hak Memilih dan Dipilih (kurang dari 60).
Sementara untuk aspek Lembaga Demokrasi, kendati tiga dari lima varibel yang
dimiliki yakni:
1. Peran Peradilan yang Independen,
2. Peran Birokrasi Pemerintah, dan
3. Pemilu yang Bebas dan Adil memberikan kontribusi indeks tinggi, namun
dua variabel yang lain yaitu
4. Peran DPRD, dan
5. Peran Partai Politik memberikan kontribusi indeks sangat rendah.
Agregasi dari indeks lima variabel ini pada akhirnya telah memosisikan indeks
nasional untuk aspek Lembaga Demokrasi berada pada angka 62,72.
Sehingga dapat di simpulkan perkembangan demokrasi di Indonesia saat ini
beranjak dari indeks nasional tiga aspek di antara proposisi yang dapat
dikemukakan sebagai jawaban adalah,sejauh ini Indonesia relatif sangat berhasil
dalam membangun kebebasan sipil, dan cukup berhasil dalam membangun
lembaga demokrasi,namun pada sisi lain relatif tertinggal dalam hal hak-hak
Politik.

23
DAFTAR PUSTAKA

Arif Dikdik Baehaqi.2012.Diktat Mta Kuliah Pendidikan


Kewarganegaraan.Universitas Ahmad Dahlan:Yogyakarta
Dr.Sahya Anggara,M.Si.2013.Sistem Politik Indonesia.CV PUSTAKA
SETIA:Bandung
Rauf Maswadi,dkk.2009.Manakar Demokrasi di Indonesia’Indeks Demokrasi di
Indonesia 2009’.UNDP:Jakarta
Septilina Ninis Ristina.2011.Hubungan Antara Pemahaman Demokrasi dan
Budaya Demokrasi dengan Sikap Demokrasi.uns:Surakarta

24

Anda mungkin juga menyukai