TEORI DASAR
mv 2
= energi kinetik
2 gc
mgh
= energi potensial
gc
Sesuai dengan Gambar 3.1. dalam sistem sumur produksi dapat diperoleh
4 titik nodal, yaitu :
1. Titik nodal di dasar sumur. Titik nodal ini merupakan pertemuan
antara komponen formasi produktif/reservoar dengan komponen
tubing jika komplesi sumur adalah “open hole” atau titik pertemuan
antara komponen tubing dengan komponen komplesi jika sumur
diperforasi atau dipasang gravel pack.
2. Titik nodal di kepala sumur. Titik nodal ini merupakan titik pertemuan
antara komponen tubing dan komponen pipa salur dalam hal sumur
tidak dilengkapi dengan jepitan atau merupakan titik pertemuan antara
komponen tubing dengan komponen jepitan jika sumur dilengkapi
dengan jepitan.
3. Titik nodal di separator. Pertemuan antara komponen pipa salur
dengan komponen separator merupakan suatu titik nodal.
4. Titik nodal di upstream/downstream jepitan. Sesuai dengan letak
jepitan, titik nodal ini dapat merupakan pertemuan antara komponen
jepitan dengan komponen tubing. Jika jepitan dipasang pada tubing
sebagai “safety valve” atau merupakan pertemuan antara komponen
tubing di permukaan dengan komponen jepitan, jika jepitan dipasang
di kepala sumur. Sistem nodal dilakukan dengan membuat diagram
tekanan vs laju produksi, yang merupakan grafik yang
menghubungkan antara perubahan tekanan dan laju produksi untuk
setiap komponen.
Hubungan antara tekanan dan laju produksi di ujung setiap komponen
untuk sumur secara keseluruhan pada dasarnya merupakan kelakuan aliran dalam:
a. Media berpori menuju dasar sumur
b. Pipa tegak/tubing dan pipa datar/horisontal
c. Jepitan.
Analisa sistem nodal terhadap suatu sumur, diperlukan dengan tujuan
untuk :
a. Meneliti kelakuan aliran fluida reservoar di setiap komponen sistem
sumur untuk menentukan pengaruh masing-masing komponen tersebut
terhadap sistem sumur secara keseluruhan.
b. Menggabungkan kelakuan aliran fluida reservoar di seluruh komponen
sehingga dapat diperkirakan laju produksi sumur.
Untuk menganalisa pengaruh suatu komponen terhadap sistem sumur
secara keseluruhan, dipilih titik nodal yang terdekat dengan komponen tersebut.
Sebagai contoh, jika ingin mengetahui pengaruh ukuran jepitan terhadap laju
produksi sumur, maka dipilih titik nodal di kepala sumur atau jika ingin diketahui
pengaruh jumlah lubang perforasi terhadap laju produksi, maka dipilih titik nodal
di dasar sumur.
Gambar 3.2.
Skema Sistem Produksi di Permukaan
(Skinner, D.R., 1986)
Gambar 3.4.
Wellhead beserta Komponen-Komponennya
(Bradley, 2003)
3.3.1.1.2. Chrismas Tree
Christmass tree merupakan salah satu kelengkapan komplesi sumur di
permukaan, yang terdiri dari kumpulan valve–valve dan fitting–fitting yang
dipasang di atas tubing head. Christmass Tree berfungsi untuk menahan dan
mengatur aliran fluida dari formasi ke permukaan. Christmass tree ini terbuat dari
baja yang berkualitas tinggi sehingga disamping mampu menahan tekanan tinggi
juga mampu menahan laju aliran air formasi yang bersifat korosif yang ikut
mengalir bersama minyak atau dapat menahan pengikisan yang disebabkan oleh
pasir yang ikut terbawa oleh aliran fluida formasi.
3.3.1.1.3. Choke
Merupakan peralatan yang berfungsi untuk menahan sebagian aliran dari
flow valve sehingga produksi minyak dan gas dapat diatur menurut kehendak kita.
Choke ini juga terbuat dari baja yang berkualitas tinggi untuk dapat menahan
kikisan pasir atau karena pengaruh fluida formasi yang bersifat korosif.
Adapun tujuan dari pemasangan choke (bean) ini adalah :
1. Menjaga laju aliran yang diinginkan.
2. Menjaga tekanan balik (back pressure) yang sesuai untuk mencegah
masuknya pasir ke dalam sumur.
3. Mencegah terjadinya gas coning.
4. Memberi tekanan balik pada formasi sehingga tekanan formasi tetap
tinggi.
5. Memproduksikan fluida reservoir pada laju aliran yang terbaik.
3.3.1.1.4. Adapter dan Crossover Flanger
Adapter adalah suatu alat penyambung yang berfungsi untuk merubah
ukuran flange yang berbeda. Jadi dengan adapter dapat digunakan untuk
menghubungkan dua flange yang tidak sama ukurannya disebut double-studded.
Yang dimaksud adapter flange pada tubing head, yaitu merupakan intermediate
yang digunakan untuk menghubungkan flange bagian atas dari tubing head
dengan master valve dan juga digunakan untuk menyangga tubing.
Sedangkan Crossover Flange adalah flange intermediate dan dipasang
untuk menghubungkan flange-flange yang harga tekanan kerjanya berbeda.
3.3.1.2. Komponen dan Peralatan Transportasi
Peralatan transportasi berfungsi untuk menghubungkan bagian kepala sumur
dengan bagian komponen peralatan pemisahan. Komponen peralatan transportasi
ini terdiri dari gathering system (flowline, manifold, valve, header) dan machinery
facilities (pompa dan kompresor) sebagai fasilitas penunjang.
3.3.1.2.1. Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Proses Transportasi
Suhu minyak yang diproduksikan tersebut, selama masa alirnya sampai ke
permukaan sumur akan mengalami kehilangan sebagian panasnya (heat loss) yang
menyebabkan penurunan suhu alirnya. Suhu alir minyak mentah pada panjang
pipa produksi (flowline) tertentu ditentukan dengan persamaan matematis :
To - T1
= e Z .…………………………………………….......….. (3-8)
T2 - T1
2,54 K D L 10-5
z = ………….…………….…….........(3-9)
QS
Dimana :
To = Suhu awal minyak keluar dari sumur, 0 C
T1 = Suhu setempat, 0 C
T2 = Suhu akhir minyak pada saat mencapai pour pointnya, 0C
K = Koefisien pemisahan panas fluida dari pipa, Kcal / m2 / jam/ 0C
D = Diameter pipa, inchi
L = Panjang pipa, meter
Q = Jumlah aliran, ton / jam
S = Cp = Panas jenis minyak, BTU/lb oF
Perubahan suhu merupakan faktor yang utama dalam menentukan
perubahan sifat fisik minyak. Dalam hal ini usaha untuk mendapatkan kontinuitas
produksi yang optimum adalah selalu menjaga agar suhu alir minyak tetap diatas
pour pointnya (titik tuangnya). Suhu titik tuang ini didefinisikan sebagai suhu
tertinggi dari minyak dimana minyak sudah tidak dapat lagi mengalir dan
bergerak. Pemanasan akan sangat membantu sekali terjadinya perubahan sifat
fisik minyak ini. Panas ini adalah suatu bentuk energi yang dapat berpindah dari
suatu benda ke benda yang lain yang berbeda suhunya. Panas akan mengalir dari
benda lain yang mempunyai suhu lebih tinggi ke benda lain yang mempunyai
suhu lebih rendah.
3.3.1.2.2. Gathering System
Gathering System adalah suatu cara atau bentuk dan letak pengaturan
surface facilities di dalam mengalirkan fluida reservoir dari wellhead sampai ke
peralatan pemisahan, dimana pada system gathering ini meliputi flowline, valve,
manifold, dan header.
3.3.1.2.3. Pipa Horizontal (Flowline)
Peralatan flow line berfungsi untuk menghubungkan bagian kepala sumur
dengan bagian komponen peralatan pemisahan dan juga menghubungkan dengan
bagian penampang fluida produksi.
3.3.1.2.4. Manifold
Manifold merupakan kumpulan dari kerangan-kerangan atau valve-valve
yang berfungsi untuk mengatur aliran fluida produksi dari masing-masing sumur,
seperti terlihat pada (Gambar 3.5.). Untuk itu produksi dari masing-masing
sumur itu perlu dikelompokkan terlebih dahulu ke suatu pemusatan well centre.
Dasar pengelompokan dari sumur-sumur tersebut adalah : tekanan pada masing-
masing sumur, kapasitas produksi dari masing-masing sumur, perbandingan gas –
minyak (GOR), ada tidaknya material lain dari produksi sumur, sifat-sifat fisika
dan kimia fluida produksi sumur-sumur.
Gambar 3.5.
Manifold
(Frick, T.C., 1962)
3.3.1.2.5. Valve
Valve adalah bagian dari peralatan transportasi yang berfungsi untuk
membuka dan menutup aliran fluida di dalam pipa, serta berfungsi mengatur
jumlah atau besarnya aliran dengan cara memutar handwhell lock nut.
3.3.1.2.6. Header
Header merupakan pipa berukuran lebih besar dari flowline yang berfungsi
untuk menyatukan fluida produksi.
Header mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Menampung fluida hasil pemisahan dari beberapa gate valve pada
suatu unit manifold dan mengalirkannya ke separator.
2. Membantu terjadinya suatu proses pemisahan di dalam separator
dengan separator dengan jalan menimbulkan kondisi aliran tertentu
yang baik bagi proses pemisahan, yaitu meniadakan kondisi turbulensi.
Sesuai dengan fungsinya header dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
production header dan test header, seperti pada (Gambar 3.6.).
Gambar 3.6.
Sistem Header
(Chilinger, G.V., 1969)
P2 = A ( P1 ) 0,686 .................................................................................(3-10)
Dimana :
P2 = Tekanan kerja separator kedua, psi
P1 = Tekanan kerja separator pertama, psi
A = Konstanta fungsi dari stock tank
2. Metode Perbandingan
Pendekatan lain yang dapat digunakan pada pemisahan bertingkat (lebih
dari tiga tingkat),adalah dengan persamaan-persamaan sebagai berikut:
Rt = (P1/Pst)1/m .......................................................................................(3-11)
P2 = (P1/Rt) = Pst Rtm-1 ...........................................................................(3-12)
Ppt = Pst Rtm(Rt-1) .....................................................................................(3-13)
Dimana :
m = Jumlah antara tingkat atau jumlah tingkat dikurangi satu
Rt = Perbandingan tekanan kerja separator yang berurutan
P2 = Tekanan kerja separator kedua
P1 = Tekanan kerja separator pertama
Pst = Tekanan kerja separator terakhir (tangki pengumpul)
Ppt = Tekanan pada tingkat pertengahan yang terakhir digunakan
3.3.2.2. Treating Section
Treating section adalah merupakan peralatan-peralatan pemisah fluida
produksi yang bekerja dengan menggunakan energi tambahan dari luar sistem.
Treating section berfungsi untuk memisahkan air dari minyak dan beberapa
material lain yang terkandung di dalam fluida reservoir. Peralatan ini digunakan
setelah fluida produksi dipisahkan fasa cairan dan gasnya didalam separator,
dimana fasa cair hasil pemisahan di dalam separator ini terdiri dari minyak dan
air. Untuk mendapatkan kualitas minyak yang dikehendaki (mengandung <1%
air), air yang masih tertinggal di dalam minyak dipisahkan dengan peralatan ini.
Ada tiga metode pemisahan yang digunakan dalam treating section, yaitu :
1. Gravity dehidration
Prinsip dasar dan cara kerja metode gravity dehidration adalah perbedaan
gravity antara minyak dan air sebagai emulsi, pelaksanaan pemisahan emulsi
secara gravity murni hanya dapat dilakukan pada keadaan emulsi yang tidak
stabil. Termasuk disini adalah : wash tank, heater treater, centrifuge, dan
lainnya.
2. Electrical dehidration
Cara kerja electrical dehidration berdasarkan prinsip contrell, dimana emulsi
minyak-air dipanaskan untuk mengurangi harga viskositas minyak dan
kemudian diberikan tenaga listrik melalui medan listrik bertekanan tinggi.
Sebagai akibat tegangan listrik tersebut maka partikel air akan bermuatan
listrik, dan juga sebagai akibat pengaruh medan listrik bolak-balik, gerakan
partikel air tersebut akan dipercepat dan membantu penggabungan daripada
partikel air tersebut untuk membentuk tetes-tetes air yang besar, maka
pemisahan secara gravitasi dapat berlangsung. Dalam hal ini emulsi yang
terbentuk sangat ketat, maka dapat ditambahkan bahan-bahan kimia untuk
membantu proses pemisahan tersebut. Dibandingkan dengan gravity
dehidration, electrical dehidration membutuhkan biaya pembersihan yang
lebih besar.
3. Chemical dehidration
Penggunaan bahan kimia untuk proses pemisahan ini biasanya digabungkan
dengan salah satu peralatan pemisah secara gravitasi. Suatu emulsi akan
menjadi stabil apabila terjadi suatu perubahan kondisi pada lapisan tipis antar
muka tersebut. Penggunaan bahan kimia untuk memecahkan emulsi pada
dasarnya mengubah komposisi kimia pada lapisan tipis antar muka tersebut,
yaitu dengan menambahkan surface active agent (surfactant), dimana dengan
menambahkan bahan kimia tersebut, maka emulsi menjadi tidak stabil.
Treating section terbagi menjadi tiga sistem, yaitu :
1. Oil Treating System
2. Water Treating System
3. Gas Treating System
1. Oil Treating System
Oil Treating System digunakan untuk memberikan proses tambahan pada
pemisahan fluida reservoir (oil) disamping pemisahan berdasarkan gravitasi.
Treating system pada oil dilakukan karena adanya emulsi, yaitu campuran atau
kombinasi dari 2 macam cairan yang dalam keadaan normal tidak dapat
bercampur, dimana cairan yang satu berpencar ke segala arah dalam cairan yang
lainnya dalam bentuk butiran yang sangat kecil, sehingga pemisahan dengan
hanya menggunakan separator menghasilkan fluida hasil pemisahan yang kurang
optimal. Pada Oil Treating System ini digunakan Treater (Heater Treater) dan Oil
Skimmer.
Heater Treater
Treater ini sering disebut juga dengan Heater treater. Treater adalah tabung
bertekanan tinggi yang bekerja dengan prinsip gravitasi, dimana peralatan tersebut
dilengkapi dengan peralatan pemanasan secara langsung (firebox). Firebox harus
cukup luas untuk dapat memanaskan fluida dari temperatur aliran menjadi
temperatur kerja.
Oil Skimmer
Oil Skimmer dirancang untuk memisahkan butir-butir minyak yang masih
tertinggal di dalam air dari heater treater atau gun barrel sebelum dibuang atau
diinjeksikan ke dalam sumur. Oil skimmer berfungsi untuk memisahkan partikel-
partikel minyak yang masih tertinggal dalam air setelah melalui proses pemisahan
didalam heater treater sebelum air tersebut diinjeksikan ke dalam sumur. Prinsip
pemisahannya menggunakan prinsip gravitasi. Air yang mengandung sedikit
minyak memasuki oil skimmer melalui flow distribusi section yang berisi coal
yang sangat tipis. Bagian ini berfungsi untuk mencegah timbulnya turbulensi di
inlet pada settling section. Pada settling section aliran air tidak merupakan aliran
turbulen, hal ini menyebabkan butiran minyak akan terpisah. Minyak yang telah
dipisahkan dikeluarkan melalui outlet minyak.
2. Water Treating System
Pada operasi produksi diperlukan suatu tindakan penanganan pada
Wastewater (air buangan) yang antara lain berasal dari hasil produksi minyak
mentah, air hujan, dan air pencuci (washdown water). Air ini harus dipisahkan
dari minyak dan dibuang dalam keadaan aman bagi lingkungan.
Pada daerah Onshore, biasanya air akan diinjeksikan kembali ke dalam
formasi atau dipompakan ke sumur buangan (disposal well). Pada iklim yang
kering, air ditampung terlebih dahulu ke sebuah Pit.
3. Gas Treating System
Gas Treating System merupakan suatu sistem yang dirancang untuk
mendapatkan Gas hasil pemisahan yang bersih dari impurities dan sesuai dengan
permintaan produsen.
3.4. Parafin
Salah satu komposisi hidrokarbon yang paling umum terdapat dalam
minyak bumi adalah golongan parafin, biasanya diakhiri dengan alkana, seperti
metana, etana, propana dan seterusnya. Golongan hidrokarbon parafin mempunyai
ciri-ciri dengan atom karbon diatur menurut rantai terbuka dan masing-masing
atom dihubungkan dengan ikatan tunggal. Tiap-tiap valensi dari atom C
berhubungan dengan atom C yang berbeda disebelahnya.
Pada umumnya golongan parafin mempunyai sifat kelembaman kimia
(chemical inertnes), sehingga menyebabkan parafin dapat bertahan dalam minyak
bumi. Dalam keadaan standar (60 ºF, 14.7 psi) golongan parafin dapat berada
dalam keadaan gas, cair dan padat tergantung pada jumlah atom C yang
terkandung dalam satu molekulnya.
Istilah lilin parafin (paraffin wax) dalam industri perminyakan adalah
endapan material alami dari minyak bumi parafin (paraffin base crude) yang
berbentuk kristal-kristal yang terlarut dalam minyak bumi dan berupa endapan
padat setelah temperatur minyak berparafin melewati titik kabut.
Proses terbentuknya kristal-kristal parafin erat hubungan dengan
perubahan temperatur aliran minyak. Dalam kondisi normal bila temperatur aliran
minyak parafin berada diatas temperatur titik kabutnya, maka lilin parafin akan
larut atau terdispersi dalam minyak bumi.