Anda di halaman 1dari 24

BAB III

TEORI DASAR

3.1. Aliran Fluida dalam Pipa


3.1.1. Persamaan Dasar Aliran Fluida dalam Pipa
Persamaan dasar aliran fluida dalam pipa dikembangkan dari Persamaan
Energi, yang menyatakan keseimbangan energi antara dua titik dalam sistem
aliran fluida. Persamaan ini mengikuti hukum konservasi energi, yang
menyatakan bahwa energi yang masuk ke titik pertama ditambah dengan kerja-
kerja yang dilakukan oleh dan terhadap fluida di antara titik pertama dan kedua,
dikurangi dengan energi yang hilang di antara kedua titik tersebut sama dengan
energi yang keluar dari titik kedua. Hukum konservasi energi tersebut dapat
dituliskan dalam persamaan berikut:
2 2
mv mgh1 mv mgh2
U 1  p1V1  1   Q  W  U 2  p 2V2  2  ..(3-1)
2g c gc 2g c gc
Dimana:
U = energi dalam
pV = energi dalam ekspansi atau kompresi

mv 2
= energi kinetik
2 gc

mgh
= energi potensial
gc

Q = energi panas yang ditambahkan


W = kerja yang dilakukan terhadap fluida
Persamaan (3-1) merupakan hukum konservasi energi yang akan
dikembangkan menjadi persamaan aliran fluida dalam pipa, dengan menggunakan
konsep-konsep termodinamika, dimana dapat diperoleh persamaan untuk
menghitung kehilangan tekanan.
3.1.2. Perubahan Temperatur dalam Pipa
Temperatur minyak mentah yang diproduksikan dari reservoir, selama
masa alirnya kepermukaan akan mengalami kehilangan sebagian panasnya yang
menyebabkan penurunan temperatur alirnya. Temperatur aliran minyak pada
panjang flowline tertentu ditentukan dengan metode Karge5), persamaan
matematisnya :
T0  T1
 e z ........................................................................ .................. (3-2)
T2  T1
Keterangan :
2,54 xxKxDxL
z
QxCpx10 5
To = temperatur awal minyak keluar dari sumur, ºC
T1 = temperatur setempat, ºC
T2 = temperatur akhir minyak pada saat mencapai pour pointnya, ºC
K = koofisien pemisahan panas fluida dari pipa, Kcal/m2-jam/ ºC
Cp = specific heat capacity, kcal/(kg ºC)
D = diameter luar pipa, inch
L = panjang pipa, m
Q = jumlah aliran, m3/jam

3.1.3. Perubahan Tekanan dalam Pipa


Fluida dalam pipa akan mengalir jika terdapat perubahan tekanan dan akan
mempengaruhi kecepatan alir serta besarnya hambatan (friction) di dalam pipa
alir, untuk menentukan jenis aliran dalam pipa, digunakan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Menentukan densitas campuran dengan mengkonversikan satuan lapangan
menjadi satuan British (lb/ft3), persamaannya :
 Qoil    Qwater  
campuran    xSGoilxwater60o F     xSGwxw60o F 
 Qcamp    Qcamp  
................................................................................................................(3-3)
2. Menentukan viscositas campuran dengan mengkonversikan satuan
lapangan (centistoke) menjadi satuan British (lb/ft-sec)
3. Menentukan velocity pada satuan british (ft/sec), dengan persamaan :
Q
V  ...........................................................................(3-4)
0,25 xxID / 12
2

4. Menentukan bilangan Reynold, dengan persamaan :


xVxd
Re  ..........................................................................................(3-5)

Keterangan :
Re = Reynold number, tanpa satuan
ρ = densitas fluida, ppg
V = kecepatan aliran, ft/sec
D = diameter dalam pipa, ft
μ = viscositas fluida, lb-sec/ft2
Bilangan Reynold dapat menunjukkan jenis aliran, yaitu :
1. Aliran laminer, Nre < 2000
2. Aliran transisi, 2000 < Nre < 4000
3. Aliran turbulen, Nre > 4000
5. Menentukan faktor gesekan (f), untuk aliran laminer di semua pipa untuk
semua fluida harga f adalah :
64
f  ..................................................................................................(3-6)
Re
6. Menentukan perbedaan tekanan dengan metode Darcy-Weisbach
xfxLxV2
P  ....................................................................................(3-7)
144 xDx2 g
Keterangan :
∆P : perubahan tekanan, psia
ρ : densitas fluida, ppg
L : panjang pipa, ft
D : diameter pipa, ft
f : faktor gesekan
G : konstanta gravitasi
Endapan parafin lebih lambat terbentuk pada laju alir yang tinggi, karena
partikel selalu didorong oleh aliran minyak sehingga terlambat untuk menempel
pada dinding pipa, sedangkan pengendapan parafin yang terjadi pada temperatur
rendah disebabkan oleh lamanya waktu tinggal minyak berada dalam suatu pipa
alir, dengan meningkatnya lama waktu tinggal minyak dalam pipa alir tersebut,
akan membuat panas pada minyak lebih banyak hilang dengan menurunnya
temperatur.

3.2. Analisa Nodal


Sistem sumur produksi yang menghubungkan antara formasi produktif
dengan separator dapat dibagi menjadi 6 komponen, seperti ditunjukkan pada
Gambar 3.1., yaitu :
a. Komponen formasi produktif/reservoar
b. Komponen komplesi
c. Komponen tubing
d. Komponen pipa salur
e. Komponen restriksi/jepitan
f. Komponen separator
Ke-enam komponen tersebut berpengaruh terhadap laju produksi sumur
yang akan dihasilkan. Laju produksi yang optimum dapat diperoleh dengan cara
memvariasikan ukuran tubing, pipa salur, jepitan dan tekanan kerja separator.
Pengaruh kelakuan aliran fluida masing-masing komponen terhadap sistem sumur
secara keseluruhan akan dianalisa dengan menggunakan Analisa Sistem Nodal.
Nodal merupakan titik pertemuan antara dua komponen, dimana di titik
pertemuan tersebut secara fisik akan terjadi keseimbangan dalam bentuk
keseimbangan masa ataupun keseimbangan tekanan. Hal ini berarti bahwa masa
fluida yang keluar dari suatu komponen akan sama dengan masa fluida yang
masuk ke dalam komponen berikutnya yang saling berhubungan atau tekanan
diujung suatu komponen akan sama dengan komponen yang lain yang
berhubungan.
Gambar 3.1.
Sistem Sumur Produksi
(Brown, K.E., 1977)

Sesuai dengan Gambar 3.1. dalam sistem sumur produksi dapat diperoleh
4 titik nodal, yaitu :
1. Titik nodal di dasar sumur. Titik nodal ini merupakan pertemuan
antara komponen formasi produktif/reservoar dengan komponen
tubing jika komplesi sumur adalah “open hole” atau titik pertemuan
antara komponen tubing dengan komponen komplesi jika sumur
diperforasi atau dipasang gravel pack.
2. Titik nodal di kepala sumur. Titik nodal ini merupakan titik pertemuan
antara komponen tubing dan komponen pipa salur dalam hal sumur
tidak dilengkapi dengan jepitan atau merupakan titik pertemuan antara
komponen tubing dengan komponen jepitan jika sumur dilengkapi
dengan jepitan.
3. Titik nodal di separator. Pertemuan antara komponen pipa salur
dengan komponen separator merupakan suatu titik nodal.
4. Titik nodal di upstream/downstream jepitan. Sesuai dengan letak
jepitan, titik nodal ini dapat merupakan pertemuan antara komponen
jepitan dengan komponen tubing. Jika jepitan dipasang pada tubing
sebagai “safety valve” atau merupakan pertemuan antara komponen
tubing di permukaan dengan komponen jepitan, jika jepitan dipasang
di kepala sumur. Sistem nodal dilakukan dengan membuat diagram
tekanan vs laju produksi, yang merupakan grafik yang
menghubungkan antara perubahan tekanan dan laju produksi untuk
setiap komponen.
Hubungan antara tekanan dan laju produksi di ujung setiap komponen
untuk sumur secara keseluruhan pada dasarnya merupakan kelakuan aliran dalam:
a. Media berpori menuju dasar sumur
b. Pipa tegak/tubing dan pipa datar/horisontal
c. Jepitan.
Analisa sistem nodal terhadap suatu sumur, diperlukan dengan tujuan
untuk :
a. Meneliti kelakuan aliran fluida reservoar di setiap komponen sistem
sumur untuk menentukan pengaruh masing-masing komponen tersebut
terhadap sistem sumur secara keseluruhan.
b. Menggabungkan kelakuan aliran fluida reservoar di seluruh komponen
sehingga dapat diperkirakan laju produksi sumur.
Untuk menganalisa pengaruh suatu komponen terhadap sistem sumur
secara keseluruhan, dipilih titik nodal yang terdekat dengan komponen tersebut.
Sebagai contoh, jika ingin mengetahui pengaruh ukuran jepitan terhadap laju
produksi sumur, maka dipilih titik nodal di kepala sumur atau jika ingin diketahui
pengaruh jumlah lubang perforasi terhadap laju produksi, maka dipilih titik nodal
di dasar sumur.

3.3. Peralatan Produksi Di Permukaan


Peralatan produksi di perukaan meliputi semua peralatan produksi untuk
mengalirkan fluida produksi dan memisahkan fluida produksi tersebut sebelum di
simpan dalam peralatan penampung. Skema sistem produksi permukaan dapat
dilihat pada (Gambar 3.2.).
Perhitungan peralatan produksi di permukaan dipengaruhi oleh jenis fasa
hidrokarbon, komposisi kimia hidrokarbon dan air formasi, kondisi reservoir dan
laju produksi dimana semuanya itu akan berpengaruh terhadap besarnya pressure
drop sepanjang flow line, manifold, dan header.

Gambar 3.2.
Skema Sistem Produksi di Permukaan
(Skinner, D.R., 1986)

Fluida Reservoir akan mengalir ke permukaan melalui peralatan produksi


bawah permukaan menuju wellhead, kemudian menuju ke sistem penampungan
dengan melalui peralatan produksi permukaan, seperti terlihat dalam (Gambar
3.3.).
Proses pengaliran fluida produksi dari wellhead / kepala sumur ke tangki
pengumpul dengan menggunakan fasilitas produksi permukaan dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu :
1. Fasilitas transportasi
2. Fasilitas pemisah
3. Fasilitas penampung
Gambar 3.3.
Proses Pengaliran Fluida Produksi Permukaan
(Bradley, 2003)

3.3.1. Fasilitas Transportasi


Peralatan transportasi merupakan salah satu komponen dalam peralatan
produksi permukaan yang berfungsi menghubungkan bagian kepala sumur dengan
bagian komponen peralatan pemisahan dan juga menghubungkan dengan bagian
penampung fluida produksi.
Faktor yang perlu diperhatikan agar aliran dari kepala sumur hingga ke
separator dapat seefisien mungkin, adalah :
1. Kondisi permukaan dan lokasi antar sumur
Kondisi permukaan ini berpengaruh terhadap perencanaan pemasangan
flow line beserta peralatan-peralatan lainnya. Penempatan flow line yang
miring akibat kondisi permukaan yang berbukit-bukit atau datar akan
mempengaruhi gradien tekanan dan hilang tekanan yang terjadi. Secara
garis besar kondisi permukaan akan berpengaruh terhadap pressure loss
yang mungkin terjadi.
2. Sifat-sifat fluida produksi
Sifat-sifat fluida produksi yang bersifat korosif atau mengandung scale
ataupun fluida paraffin akan mempengaruhi kapasitas produksi dan
berpengaruh terhadap laju aliran fluida selama dalam media pipa di
flowline.
3. Kondisi fasa fluida produksi
Kondisi fasa fluida produksi ini secara tidak langsung berpengaruh
terhadap Gas Oil Ratio atau water cut yang terjadi, disamping itu juga
terhadap hilang tekanan dan kecepatan aliran fluida. Kondisi aliran fluida
yang lebih besar dari satu fasa ini selanjutnya berpengaruh secara jelas
dalam analisa hilang tekanan dalam pipa horisontal pada korelasi-korelasi
tekanan.
4. Pressure loss dalam pipa
Pressure loss atau hilang tekanan akan berpengaruh sekali terhadap
perencanaan komponen dan peralatan transportasi fluida produksi, karena
hal ini menyangkut tentang laju produksi yang diterima oleh bagian
surface fasilities selanjutnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
pressure loss dalam pipa horisontal antara lain adalah gesekan, perubahan
elevasi disamping sifat-sifat fluida produksinya sendiri. Pressure loss
hampir terjadi di seluruh sistem rangkaian peralatan transportasi fluida
produksi.
5. Kapasitas fluida produksi
Faktor kapasitas fluida produksi sangat berpengaruh dan perlu ditentukan
untuk sistem komponen peralatan transportasi fluida produksi, seperti
kapasitas flow line, valve, header, dan sebagainya. Perencanaan kapasitas
produksi ini bertujuan untuk penyesuaian besarnya kapasitas komponen
peralatan dengan besarnya fluida produksi di lapangan.
3.3.1.1. Komponen dan Peralatan Di Kepala Sumur
Peralatan di kepala sumur meliputi wellhead, christmas tree, choke, adapter
dan crossover flange.
3.3.1.1.1. Well Head
Wellhead atau kepala sumur adalah istilah yang memberi arti tempat
berpautnya peralatan / rangkaian pipa di dalam sumur, tempat untuk menahan /
menopang, menyekat casing dan tubing serta untuk mengontrol produksi sumur
dari semburan atau kebocoran cairan sumur ke permukaan. Well Head merupakan
peralatan produksi permukaan, yang terbuat dari besi baja. Gambar Wellhead
dapat dilihat pada (Gambar 3.4.).

Gambar 3.4.
Wellhead beserta Komponen-Komponennya
(Bradley, 2003)
3.3.1.1.2. Chrismas Tree
Christmass tree merupakan salah satu kelengkapan komplesi sumur di
permukaan, yang terdiri dari kumpulan valve–valve dan fitting–fitting yang
dipasang di atas tubing head. Christmass Tree berfungsi untuk menahan dan
mengatur aliran fluida dari formasi ke permukaan. Christmass tree ini terbuat dari
baja yang berkualitas tinggi sehingga disamping mampu menahan tekanan tinggi
juga mampu menahan laju aliran air formasi yang bersifat korosif yang ikut
mengalir bersama minyak atau dapat menahan pengikisan yang disebabkan oleh
pasir yang ikut terbawa oleh aliran fluida formasi.
3.3.1.1.3. Choke
Merupakan peralatan yang berfungsi untuk menahan sebagian aliran dari
flow valve sehingga produksi minyak dan gas dapat diatur menurut kehendak kita.
Choke ini juga terbuat dari baja yang berkualitas tinggi untuk dapat menahan
kikisan pasir atau karena pengaruh fluida formasi yang bersifat korosif.
Adapun tujuan dari pemasangan choke (bean) ini adalah :
1. Menjaga laju aliran yang diinginkan.
2. Menjaga tekanan balik (back pressure) yang sesuai untuk mencegah
masuknya pasir ke dalam sumur.
3. Mencegah terjadinya gas coning.
4. Memberi tekanan balik pada formasi sehingga tekanan formasi tetap
tinggi.
5. Memproduksikan fluida reservoir pada laju aliran yang terbaik.
3.3.1.1.4. Adapter dan Crossover Flanger
Adapter adalah suatu alat penyambung yang berfungsi untuk merubah
ukuran flange yang berbeda. Jadi dengan adapter dapat digunakan untuk
menghubungkan dua flange yang tidak sama ukurannya disebut double-studded.
Yang dimaksud adapter flange pada tubing head, yaitu merupakan intermediate
yang digunakan untuk menghubungkan flange bagian atas dari tubing head
dengan master valve dan juga digunakan untuk menyangga tubing.
Sedangkan Crossover Flange adalah flange intermediate dan dipasang
untuk menghubungkan flange-flange yang harga tekanan kerjanya berbeda.
3.3.1.2. Komponen dan Peralatan Transportasi
Peralatan transportasi berfungsi untuk menghubungkan bagian kepala sumur
dengan bagian komponen peralatan pemisahan. Komponen peralatan transportasi
ini terdiri dari gathering system (flowline, manifold, valve, header) dan machinery
facilities (pompa dan kompresor) sebagai fasilitas penunjang.
3.3.1.2.1. Pengaruh Perubahan Suhu Terhadap Proses Transportasi
Suhu minyak yang diproduksikan tersebut, selama masa alirnya sampai ke
permukaan sumur akan mengalami kehilangan sebagian panasnya (heat loss) yang
menyebabkan penurunan suhu alirnya. Suhu alir minyak mentah pada panjang
pipa produksi (flowline) tertentu ditentukan dengan persamaan matematis :
To - T1
= e Z .…………………………………………….......….. (3-8)
T2 - T1
2,54  K D L 10-5
z = ………….…………….…….........(3-9)
QS
Dimana :
To = Suhu awal minyak keluar dari sumur, 0 C
T1 = Suhu setempat, 0 C
T2 = Suhu akhir minyak pada saat mencapai pour pointnya, 0C
K = Koefisien pemisahan panas fluida dari pipa, Kcal / m2 / jam/ 0C
D = Diameter pipa, inchi
L = Panjang pipa, meter
Q = Jumlah aliran, ton / jam
S = Cp = Panas jenis minyak, BTU/lb oF
Perubahan suhu merupakan faktor yang utama dalam menentukan
perubahan sifat fisik minyak. Dalam hal ini usaha untuk mendapatkan kontinuitas
produksi yang optimum adalah selalu menjaga agar suhu alir minyak tetap diatas
pour pointnya (titik tuangnya). Suhu titik tuang ini didefinisikan sebagai suhu
tertinggi dari minyak dimana minyak sudah tidak dapat lagi mengalir dan
bergerak. Pemanasan akan sangat membantu sekali terjadinya perubahan sifat
fisik minyak ini. Panas ini adalah suatu bentuk energi yang dapat berpindah dari
suatu benda ke benda yang lain yang berbeda suhunya. Panas akan mengalir dari
benda lain yang mempunyai suhu lebih tinggi ke benda lain yang mempunyai
suhu lebih rendah.
3.3.1.2.2. Gathering System
Gathering System adalah suatu cara atau bentuk dan letak pengaturan
surface facilities di dalam mengalirkan fluida reservoir dari wellhead sampai ke
peralatan pemisahan, dimana pada system gathering ini meliputi flowline, valve,
manifold, dan header.
3.3.1.2.3. Pipa Horizontal (Flowline)
Peralatan flow line berfungsi untuk menghubungkan bagian kepala sumur
dengan bagian komponen peralatan pemisahan dan juga menghubungkan dengan
bagian penampang fluida produksi.
3.3.1.2.4. Manifold
Manifold merupakan kumpulan dari kerangan-kerangan atau valve-valve
yang berfungsi untuk mengatur aliran fluida produksi dari masing-masing sumur,
seperti terlihat pada (Gambar 3.5.). Untuk itu produksi dari masing-masing
sumur itu perlu dikelompokkan terlebih dahulu ke suatu pemusatan well centre.
Dasar pengelompokan dari sumur-sumur tersebut adalah : tekanan pada masing-
masing sumur, kapasitas produksi dari masing-masing sumur, perbandingan gas –
minyak (GOR), ada tidaknya material lain dari produksi sumur, sifat-sifat fisika
dan kimia fluida produksi sumur-sumur.

Gambar 3.5.
Manifold
(Frick, T.C., 1962)
3.3.1.2.5. Valve
Valve adalah bagian dari peralatan transportasi yang berfungsi untuk
membuka dan menutup aliran fluida di dalam pipa, serta berfungsi mengatur
jumlah atau besarnya aliran dengan cara memutar handwhell lock nut.
3.3.1.2.6. Header
Header merupakan pipa berukuran lebih besar dari flowline yang berfungsi
untuk menyatukan fluida produksi.
Header mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Menampung fluida hasil pemisahan dari beberapa gate valve pada
suatu unit manifold dan mengalirkannya ke separator.
2. Membantu terjadinya suatu proses pemisahan di dalam separator
dengan separator dengan jalan menimbulkan kondisi aliran tertentu
yang baik bagi proses pemisahan, yaitu meniadakan kondisi turbulensi.
Sesuai dengan fungsinya header dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
production header dan test header, seperti pada (Gambar 3.6.).

Gambar 3.6.
Sistem Header
(Chilinger, G.V., 1969)

3.3.1.2.7. Machinery Facilities


Merupakan fasilitas penunjang yang membantu dalam mengalirkan aliran
fluida produksi, apabila terdapat suatu daerah yang mempunyai ketinggian
tertentu atau juga membantu fluida untuk ditransportasikan ke tangki penampung.
Ada dua macam machinery facilities yang mungkin dipergunakan di lapangan
migas, yaitu pompa dan kompressor.
Penggunaan dari machinery facilities didasarkan pada adanya pressure
loss sehingga fluida memerlukan tekanan yang membantu untuk mengalirkan ke
tempat yang lebih tinggi atau ke tempat tangki penampungan.
A. Pompa
Merupakan fasilitas penunjang yang membantu dalam mengalirkan aliran
fluida produksi, apabila terdapat suatu daerah yang mempunyai ketinggian
tertentu atau juga membantu fluida untuk di transportasikan ke tangki penampung.
Hal terpenting yang berhubungan dengan masalah aliran fluida dalam pipa
transportasi terhadap pompa adalah penentuan besarnya horse power pompa yang
digunakan untuk mengalirkan fluida produksi.
B. Kompressor
Kompressor adalah mesin untuk memampatkan udara atau gas.
Kompressor udara biasanya menghisap udara dari atmosfir. Namun ada pula udara
atau gas yang bertekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfir. Sebaliknya ada pula
kompressor yang menghisap gas yang bertekanan lebih rendah dari tekanan
atmosfir, yang disebut dengan pompa vakum. Kompressor diperlukan untuk
menaikkan tekanan alir dalam pipa, terutama dalam pipa transmisi yang berjarak
panjang, dimana kehilangan tekanan yang terjadi sangat besar.

3.3.2. Fasilitas Pemisah


Penurunan tekanan yang dialami oleh fluida sejak keluar dari sumur telah
menyebabkan terpisahnya fasa gas dan fasa cair, tetapi terpisahnya itu belum
sempurna. Dalam hal ini fluida produksi yang diperoleh dan dialirkan dari sumur
dapat berupa gas, minyak dan air. Sesuai dengan permintaan dari refinery ataupun
sebelum dikapalkan, maka antara gas, minyak dan air harus dipisahkan. Proses
pemisahan tersebut dilakukan pada bagian surface facilities, yaitu pada komponen
peralatan pemisah fluida produksi. Proses pemisahan fluida produksi tersebut
meliputi berbagai cara pemisahan padatan dari minyak, pemisahan air dan gas dari
minyak serta pemecahan emulsi. Karena dengan memisahkan zat-zat tersebut
maka akan dapat dicegah biaya-biaya yang tidak perlu.
Pemisahan antara minyak dengan gas atau air terjadi dalam separator, yang
selanjutnya akan dapat diketahui besarnya kapasitas produksi minyak atau gas.
Separator ini mempunyai beberapa komponen utama dan dibedakan berdasarkan
dari bentuknya, kegunaannya serta jumlah kapasitas produksi. Proses pemisahan
minyak dan air yang tercampur di dalamnya terjadi pada bagian treating section.
Treater section ini meliputi heater treater, oil skimmer dan wash tank.
3.3.2.1. Separator
Separator adalah tabung bertekanan dan bertemperatur tertentu yang
digunakan untuk memisahkan fluida produksi kedalam fasa cairan dan fasa gas.
Fungsi utama dari separator adalah :
1. Unit pemisahan utama cairan dari gas.
2. Melanjutkan proses dengan memisahkan gas ikutan dari cairan.
3. Untuk mengontrol penghentian kemungkinan pelepasan gas dari cairan.
4. Memberikan waktu yang cukup pemisahan antara minyak dan air yang
ikut terproduksi.
5. Melakukan treatment lainnya jika mungkin
Proses pemisahan dalam separator ini berjalan pada tekanan dan temperatur
tertentu yang kondisi optimumnya diperhitungkan berdasarkan komposisi dari
hidrokarbon yang terproduksi.
Perhitungan Tekanan Kerja Separator
Tekanan kerja separator merupakan suatu bagian perencanaan yang penting,
karena akan mempengaruhi antara lain :
- Besarnya GOR yang akan dihasilkan
- 0 API dari minyak yang dipisahkan
Untuk menentukan tekanan kerja optimum separator pada pemisahan bertingkat
dua, tiga dan seterusnya dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Metode Whinnery - Campbell
Metode ini berdasarkan anggapan bahwa tekanan optimum hanya
merupakan fungsi tekanan mula-mula dan tekanan akhir, disamping pengaruh
komposisi sistem. Hubungan ini dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

P2 = A ( P1 ) 0,686 .................................................................................(3-10)
Dimana :
P2 = Tekanan kerja separator kedua, psi
P1 = Tekanan kerja separator pertama, psi
A = Konstanta fungsi dari stock tank
2. Metode Perbandingan
Pendekatan lain yang dapat digunakan pada pemisahan bertingkat (lebih
dari tiga tingkat),adalah dengan persamaan-persamaan sebagai berikut:
Rt = (P1/Pst)1/m .......................................................................................(3-11)
P2 = (P1/Rt) = Pst Rtm-1 ...........................................................................(3-12)
Ppt = Pst Rtm(Rt-1) .....................................................................................(3-13)
Dimana :
m = Jumlah antara tingkat atau jumlah tingkat dikurangi satu
Rt = Perbandingan tekanan kerja separator yang berurutan
P2 = Tekanan kerja separator kedua
P1 = Tekanan kerja separator pertama
Pst = Tekanan kerja separator terakhir (tangki pengumpul)
Ppt = Tekanan pada tingkat pertengahan yang terakhir digunakan
3.3.2.2. Treating Section
Treating section adalah merupakan peralatan-peralatan pemisah fluida
produksi yang bekerja dengan menggunakan energi tambahan dari luar sistem.
Treating section berfungsi untuk memisahkan air dari minyak dan beberapa
material lain yang terkandung di dalam fluida reservoir. Peralatan ini digunakan
setelah fluida produksi dipisahkan fasa cairan dan gasnya didalam separator,
dimana fasa cair hasil pemisahan di dalam separator ini terdiri dari minyak dan
air. Untuk mendapatkan kualitas minyak yang dikehendaki (mengandung <1%
air), air yang masih tertinggal di dalam minyak dipisahkan dengan peralatan ini.
Ada tiga metode pemisahan yang digunakan dalam treating section, yaitu :
1. Gravity dehidration
Prinsip dasar dan cara kerja metode gravity dehidration adalah perbedaan
gravity antara minyak dan air sebagai emulsi, pelaksanaan pemisahan emulsi
secara gravity murni hanya dapat dilakukan pada keadaan emulsi yang tidak
stabil. Termasuk disini adalah : wash tank, heater treater, centrifuge, dan
lainnya.
2. Electrical dehidration
Cara kerja electrical dehidration berdasarkan prinsip contrell, dimana emulsi
minyak-air dipanaskan untuk mengurangi harga viskositas minyak dan
kemudian diberikan tenaga listrik melalui medan listrik bertekanan tinggi.
Sebagai akibat tegangan listrik tersebut maka partikel air akan bermuatan
listrik, dan juga sebagai akibat pengaruh medan listrik bolak-balik, gerakan
partikel air tersebut akan dipercepat dan membantu penggabungan daripada
partikel air tersebut untuk membentuk tetes-tetes air yang besar, maka
pemisahan secara gravitasi dapat berlangsung. Dalam hal ini emulsi yang
terbentuk sangat ketat, maka dapat ditambahkan bahan-bahan kimia untuk
membantu proses pemisahan tersebut. Dibandingkan dengan gravity
dehidration, electrical dehidration membutuhkan biaya pembersihan yang
lebih besar.
3. Chemical dehidration
Penggunaan bahan kimia untuk proses pemisahan ini biasanya digabungkan
dengan salah satu peralatan pemisah secara gravitasi. Suatu emulsi akan
menjadi stabil apabila terjadi suatu perubahan kondisi pada lapisan tipis antar
muka tersebut. Penggunaan bahan kimia untuk memecahkan emulsi pada
dasarnya mengubah komposisi kimia pada lapisan tipis antar muka tersebut,
yaitu dengan menambahkan surface active agent (surfactant), dimana dengan
menambahkan bahan kimia tersebut, maka emulsi menjadi tidak stabil.
Treating section terbagi menjadi tiga sistem, yaitu :
1. Oil Treating System
2. Water Treating System
3. Gas Treating System
1. Oil Treating System
Oil Treating System digunakan untuk memberikan proses tambahan pada
pemisahan fluida reservoir (oil) disamping pemisahan berdasarkan gravitasi.
Treating system pada oil dilakukan karena adanya emulsi, yaitu campuran atau
kombinasi dari 2 macam cairan yang dalam keadaan normal tidak dapat
bercampur, dimana cairan yang satu berpencar ke segala arah dalam cairan yang
lainnya dalam bentuk butiran yang sangat kecil, sehingga pemisahan dengan
hanya menggunakan separator menghasilkan fluida hasil pemisahan yang kurang
optimal. Pada Oil Treating System ini digunakan Treater (Heater Treater) dan Oil
Skimmer.
Heater Treater
Treater ini sering disebut juga dengan Heater treater. Treater adalah tabung
bertekanan tinggi yang bekerja dengan prinsip gravitasi, dimana peralatan tersebut
dilengkapi dengan peralatan pemanasan secara langsung (firebox). Firebox harus
cukup luas untuk dapat memanaskan fluida dari temperatur aliran menjadi
temperatur kerja.
Oil Skimmer
Oil Skimmer dirancang untuk memisahkan butir-butir minyak yang masih
tertinggal di dalam air dari heater treater atau gun barrel sebelum dibuang atau
diinjeksikan ke dalam sumur. Oil skimmer berfungsi untuk memisahkan partikel-
partikel minyak yang masih tertinggal dalam air setelah melalui proses pemisahan
didalam heater treater sebelum air tersebut diinjeksikan ke dalam sumur. Prinsip
pemisahannya menggunakan prinsip gravitasi. Air yang mengandung sedikit
minyak memasuki oil skimmer melalui flow distribusi section yang berisi coal
yang sangat tipis. Bagian ini berfungsi untuk mencegah timbulnya turbulensi di
inlet pada settling section. Pada settling section aliran air tidak merupakan aliran
turbulen, hal ini menyebabkan butiran minyak akan terpisah. Minyak yang telah
dipisahkan dikeluarkan melalui outlet minyak.
2. Water Treating System
Pada operasi produksi diperlukan suatu tindakan penanganan pada
Wastewater (air buangan) yang antara lain berasal dari hasil produksi minyak
mentah, air hujan, dan air pencuci (washdown water). Air ini harus dipisahkan
dari minyak dan dibuang dalam keadaan aman bagi lingkungan.
Pada daerah Onshore, biasanya air akan diinjeksikan kembali ke dalam
formasi atau dipompakan ke sumur buangan (disposal well). Pada iklim yang
kering, air ditampung terlebih dahulu ke sebuah Pit.
3. Gas Treating System
Gas Treating System merupakan suatu sistem yang dirancang untuk
mendapatkan Gas hasil pemisahan yang bersih dari impurities dan sesuai dengan
permintaan produsen.

3.3.3. Fasilitas Penampung


Setelah fluida produksi dipisahkan menjadi gas, air, dan minyak di dalam
peralatan pemisah, yaitu separator dan treating section, maka minyak dan gas
selanjutnya dialirkan ke tempat penyimpan / fasilitas penampung (storage tank),
sebelum dialirkan ke pembeli atau dikapalkan. Fungsi dari peralatan penampung
fluida produksi, antara lain :
 Menerima minyak mentah dari sumur-sumur produksi.
 Melakukan proses penampungan fluida untuk selanjutnya dikirimkan ke
pusat pengumpulan minyak dan refinery.
 Mengurangi panjang flowline untuk daerah sekitar sumur produksi.
Penentuan Kapasitas Tangki
Suatu tangki penyimpan harus mempunyai kapasitas yang memadai untuk
dapat menampung fluida produksi minyak dari sumur-sumur produksi yang ada di
lapangan. Suatu tangki penyimpan perlu ditentukan besarnya kapasitas tangki.
Besarnya kemampuan tangki untuk menampung minyak ini dapat diketahui
dengan cara menghitung besarnya volume tangki. Kapasitas oil storage yang
berbentuk silinder dapat ditentukan dengan persamaan :
( ID) 2 .H
Total Capasity = , bbl …………............…........…....(3-14)
7,15307
dimana :
ID = Diameter dalam, ft
H = Tinggi tangki, ft
Penentuan Tekanan Kerja Tangki
Tekanan kerja tangki penyimpanan haruslah lebih besar dari tekanan uap
sesungguhnya dari fluida yang disimpan. Sebagai akibat dari tekanan uap tersebut,
maka tangki akan mengandung cairan dan fasa uap, sehingga tekanan kerja harus
dihitung pada kondisi tekanan dan temperatur permukaan cairan.
Persamaan berikut ini digunakan untuk menetukan tekanan kerja tangki,
yaitu :
- Untuk kondisi Pmin < Pv , maka :
 P 
Pst  Pmax  ( Pv  Pmin ) max   Pa ………….…………............…...(3-15)
  Tmin 
- Untuk kondisi Pmin < Pv , maka berlaku persamaan :
Pst = Pmax - Pa …………………………..........……………....(3-16)
dimana :
Pst = Tekanan kerja storage tank, psig
Pmax = Tank vapour pressure ( TVP ) pada temperatur cairan maksimum,
psia
Pmin = Tank vapour pressure ( TVP ) pada temperatur cairan minimum,
psia
Pv = Tekanan dimana vacuum vent terbuka, psia
Pa = Tekanan atmosfir, psia
Tmax = Rata-rata temperatur uap maksimum, 0 R
Tmin = Rata-rata temperatur uap minimum, 0 R

3.4. Parafin
Salah satu komposisi hidrokarbon yang paling umum terdapat dalam
minyak bumi adalah golongan parafin, biasanya diakhiri dengan alkana, seperti
metana, etana, propana dan seterusnya. Golongan hidrokarbon parafin mempunyai
ciri-ciri dengan atom karbon diatur menurut rantai terbuka dan masing-masing
atom dihubungkan dengan ikatan tunggal. Tiap-tiap valensi dari atom C
berhubungan dengan atom C yang berbeda disebelahnya.
Pada umumnya golongan parafin mempunyai sifat kelembaman kimia
(chemical inertnes), sehingga menyebabkan parafin dapat bertahan dalam minyak
bumi. Dalam keadaan standar (60 ºF, 14.7 psi) golongan parafin dapat berada
dalam keadaan gas, cair dan padat tergantung pada jumlah atom C yang
terkandung dalam satu molekulnya.
Istilah lilin parafin (paraffin wax) dalam industri perminyakan adalah
endapan material alami dari minyak bumi parafin (paraffin base crude) yang
berbentuk kristal-kristal yang terlarut dalam minyak bumi dan berupa endapan
padat setelah temperatur minyak berparafin melewati titik kabut.
Proses terbentuknya kristal-kristal parafin erat hubungan dengan
perubahan temperatur aliran minyak. Dalam kondisi normal bila temperatur aliran
minyak parafin berada diatas temperatur titik kabutnya, maka lilin parafin akan
larut atau terdispersi dalam minyak bumi.

3.4.1. Penanggulangan Problem Parafin


Parafin merupakan suatu problem produksi yang sangat serius, untuk itu
terdapat berbagai metode dan cara untuk mencegah dan menanggulanginya.
Metode dan cara pencegahan dan penanggulangan parafin disesuaikan dengan
tempat endapan tersebut terjadi.

A. Pemasangan Sand Heater


Cara ini didasarkan pada metode pemanasan, terutama dipasang pada
sumur-sumur yang mempunyai flowline panjang, jumlah kehilangan panas yang
cukup banyak dan produksi relatif besar.
Adapun tujuan pemasangan Sand Heater,adalah :
 Menjaga agar temperatur minyak diatas pour point-nya
 Mencegah terbentuknya parafin dalam pipa
 Membantu aliran fluida bergerak secara rutin
Prinsip dasar perencanaan sand heater adalah pada penempatan sand
heater di pipa alir yang mengalami penurunan temperatur di bawah titik tuang
minyaknya, dan untuk menentukan distribusi penurunan temperatur alir sepanjang
flowline digunakan persamaan (3.57), sebagai berikut :
T0  T1
 e z ...................…………………………..........………...…....(3-17)
T2  T1
2,54 xxKxDxL
z ...................………………………….…………....(3-18)
QxCpx10 5
Dimana :
To = temperatur awal minyak keluar dari sumur, ºC
T1 = temperatur setempat, ºC
T2 = temperatur akhir minyak pada saat mencapai pour point-nya, ºC
K = koofisien pemisahan panas fluida dari pipa, Kcal/m2-jam/ ºC
D = diameter luar pipa, inchi
L = panjang pipa, m
Cp= specific heat capacity, kcal/(kgºC)
Q = jumlah aliran, m3/jam

B. Pemasangan Heat Exchanger


Heat Exchanger adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan panas
dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya,
medium pemanas dipakai uap lewat panas dan air biasa sebagai air pendingin.
Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida
dapat berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak,
baik antara fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya
bercampur langsung begitu saja.
Prinsip kerja dari heat exchanger adalah menaikkan temperatur fluida
dengan cara memindahkan energi panas antara dua fluida atau lebih fluida dan
terjadi pada temperatur berbeda antara fluida hingga berada diatas titik tuangnya,
supaya kecenderungan terhadap pengendapan parafin tidak terjadi.
3.5. Simulator Pipesim
Simulator Pipesim adalah simulator produksi yang dikeluarkan oleh Baker
Jardine, yang sejak April 2001 menjadi bagian Schlumberger. Simulator Pipesim
terdiri dari empat (4) sub-program yaitu :
a. PIPESIM, simulator yang pembuatan modelnya digunakan untuk
menghitung well performance, analisa pemipaan dan fasilitas produksi,
dan analisa jaringan.
b. GOAL, simulator yang pembuatan modelnya digunakan untuk
optimasi produksi menggunakan gas lift atau ESP.
c. FPT, simulator yang merupakan production network modelling dengan
time steps dan analisa produksi lapangan.
d. HoSim, simulator untuk model sumur horizontal dan multilateral.
Penilitian ini hanya menggunakan sub-program pipesim simulator yaitu
Single Branch dan Network Model. Single Branch digunakan untuk matching data
yang didapat dengan data sumur yang ada dilapangan dan Network Model adalah
untuk analisa jaringan pemipaan Lapangan “WFN”.

3.6. Simulator Hysys


Simulator Hysys adalah software process engineering untuk
mensimulasikan suatu unit process atau multi unit process yang terintegrasi,
intuitif, iteratif, open and extensible. Software Hysys bermanfaat untuk aplikasi di
industri kimia seperti:
a. Perancangan suatu industri kimia.
b. Memonitor kemampuan dari industri kimia yang telah exist.
c. Melacak permasalahan process yang terjadi di industri kimia.
d. Kemungkinan peningkatan kapasitas produksi dan plant.
Area dari penggunaan dari Software Hysys adalah Conceptual analysis,
Process design, Project desain, Operability and safety, Automation, Asset
utilization. Software Hysys dapat digunakan untuk mensimulasikan unit-unit
proses secara steady state dan dynamic.

Anda mungkin juga menyukai