Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam dunia pendidikan dikenal beberapa jenis teori belajar yang
telah dikemukakan oleh para ahli psikologi dan pendidikan. Teori belajar
pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya
belajar atau bagaimana suatu informasi diproses di dalam pikiran peserta
didik. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran teori belajar menjadi
hal yang sangat penting dipahami oleh guru dan dibutuhkan dalam
merencanakan sebuah kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, teori belajar
menjadi bahan penentuan tujuan, metoda, isi, situasi, media, dan evaluasi
yang diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran kelak yang sedang
direncanakan.
Terdapat tiga teori belajar yang umumnya paling dikenal yaitu teori
belajar behavioristik, teori belajar kognitif, dan teori belajar sosial. Tidak
semua teori belajar dapat diaplikasikan dalam semua situasi belajar. Dalam
pengaplikasian berbagai teori belajar, perlu diperhatikan beberapa hal
yakni konsep dasar teori tersebut beserta ciri-ciri dan persyaratan yang
melingkupinya, sikap dan peran guru dalam proses pembelajaran jika teori
tersebut diterapkan, faktor-faktor lingkungan (fasilitas, alat, suasana) yang
perlu diupayakan untuk mendorong proses pembelajaran, tahapan yang
harus dilakukan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran, dan hal
yang harus dilakukan siswa dalam proses belajarnya. Oleh karena itu,
setiap teori belajar yang telah dikemukakan para ahli memiliki prinsip-
prinsip tertentu.
Pada proses pembelajaran kimia, penerapan berbagai teori belajar
membantu guru dalam memahami cara siswa belajar, pada konsep-konsep
tertentu membantu siswa agar belajar lebih efektif, efisien dan produktif,
membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses
pembelajarannya, menjadi panduan guru untuk mengelola kelas, dan
membantu guru dalam memberikan dukungan serta bantuan kepada siswa

1
sehingga dapat mencapai prestasi maksimal. Oleh karena itu, untuk
mencapai hasil belajar Kimia yang baik perlu diaplikasikan teori belajar
yang sesuai dengan konsep Kimia yang diajarkan dan prinsip-prinsip teori
belajar yang hendak digunakan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat
dibuat yaitu : Bagaimana aplikasi teori belajar yang dikemukakan para
Ahli dalam pembelajaran Kimia yang dianalisis dari Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dalam isi laporan ini yaitu : dapat mendeskripsikan aplikasi
dari teori belajar yang dikemukakan para Ahli dalam pembelajaran Kimia
yang dianalisis dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
disusun oleh guru.

1.4 MANFAAT
Manfaat bagi pembaca yaitu : dapat menambah wawasan dan pengetahuan
tentang aplikasi teori belajar dalam pembelajaran Kimia.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

Ilmu kimia sebagai bagian dari IPA, terdiri atas aspek teoritis dan empiris.
Belajar kimia harus mampu mencakup kedua aspek tersebut, yaitu selain
mempelajari aspek teoritis (produk kimia), seperti konsep, teori, hukum, prinsip,
juga harus melakukan aktivitas empiris (proses kimia) dalam rangka membuktikan
bagaimana suatu produk kimia diperoleh melalui eksperimen maupun praktikum.
Ratna Wilis Dahar (1996: 108) menyatakan bahwa dalam belajar kimia, teori
belajar yang sesuai untuk pembelajaran kimia adalah teori belajar penemuan
(Bruner) dan teori belajar bermakna (Ausubel). Oleh karena itu, dalam
melaksanakan pembelajaran kimia harus direncanakan desain sistem pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran ilmu kimia yang cara
memperolehnya berasal dari suatu proses dan melalui suatu metode ilmiah.
Namun tidak menutup kemungkinan penggunaan dari beberapa teori belajar yang
lain. Berikut beberapa teori belajar yang sering digunakan dalam pembelajaran
Kimia dan konsep inti belajar menurut para ahli.
 Teori belajar Behavioristik, beberapa para ahli yang mengemukakan teori
belajar behavioristik adalah :
1. Edward Lee Thorndike
2. Ivan P. Pavlov
3. Burrhus F. Skinner
4. Robert Gagne
 Teori belajar Kognitif, beberapa para ahli yang mengemukakan teori belajar
kognitif adalah :
1. J. Bruner
2. J. Piaget
 Teori belajar Sosial, beberapa para ahli yang mengemukakan teori belajar
sosial adalah :
1. Lev Vygotsky
2. Albert Bandura

3
2.1 DESKRIPSI TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK
1. Thorndike
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-
asosiasi antara peristiwa-peristiwa : stimulus (S) dgn respon (R). Stimulus
merupakan suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda
untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat R. Respon
merupakan sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya
perangsang.
2. Pavlov
Pavlov menemukan teori baru tentang belajar yang dikenal teori
Classical Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses
yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing. Menurutnya,
perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara
berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.
3. Skinner
Skinner menyampaikan konsep tentang Operant Conditioning. Gaya
mengajar guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan (drill)
dan latihan (exercise). Manajemen kelas berupa usaha untuk memodifikasi
perilaku (behavior modification).
4. Robert Gagne
Menurut Gagne, terdapat 9 kondisi instruksional, yaitu :
 Gaining attention = Mendapatkan perhatian
 Inform learner of objectives = Menginformasikan siswa mengenai
tujuan yang akan dicapai
 Stimulate recall of prerequisite learning = Stimulasi kemampuan dasar
siswa untuk persiapan belajar
 Present new material = Penyajian materi baru
 Provide guidance = Menyediakan pembimbingan
 Elicit performance = Memunculkan tindakan
 Provide feedback about correctness = Siap memberikan umpan balik
langsung terhadap hasil yang baik
 Assess performance = Menilai hasil belajar yang ditunjukkan

4
 Enhance retention and recall

Aplikasi teori behavioristik dalam pembelajaran


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri
ciri kuat yang mendasarinya yaitu :
 Mementingkan pengaruh lingkungan
 Mementingkan peranan reaksi.
 Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur
stimulus respon.
 Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
 Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
 Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan
Peran Guru
 Menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap (modul,
instruksi dll)
 Guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat diikuti
contoh-contoh (dilakukan sendiri / simulasi)
 Bahan pelajaran disusun sederhana menuju kompleks
 Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai
dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu
 Pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati
 Kesalahan harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan
supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang
diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya
suatu perilaku yang diinginkan
 Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang
kurang sesuai mendapat penghargaan negatif
 Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak.
Peran siswa
 Berlaku (doing) sesuai instruksi
 Meniru perilaku yang dicontohkan

5
 Mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan (positif–diulangi, negatif-
dihilangkan)
 Berlatih melalui pengulangan dan pembiasaan
 Menguasai ketrampilan dasar sebagai persyaratan penguasaan ketrampilan
selanjutnya

2.2 DESKRIPSI TEORI BELAJAR KOGNITIF


1. Bruner
Menurut bruner terdapat tiga tahap perkembangan kognitif anak, yaitu
- Enaktif (0 – 3 tahun),
- Ikonik (3-8 tahun),
- Simbolik (>8 tahun)
Belajar merupakan upaya membebaskan siswa untuk belajar sendiri :
discovery (belajar dengan cara menemukan). Kurikulum spiral : pemberian
materi dari yang sederhana sampai yang kompleks
2. Piaget
Menurut piaget, belajar mendasari pada pengamatan yg melibatkan seluruh
indra, menyimpan kesan lebih lama dan menimbulkan sensasi yang membekas
pada siswa. Proses belajar terdiri dari 3 tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi,
dan equilibrasi (penyeimbangan).
Konsep Teori Belajar Kognitif
 Siswa : pembelajar yang aktif
 Belajar : proses menemukan dan memperoleh penyelesaian masalah
(problem solving)
 Guru : pendamping, teman diskusi serta fasilitator, yang memberikan alat
belajar, memanipulasi situasi dan kondisi belajar sehingga siswa bisa
belajar sendiri
 Kegiatan belajar : to explore, to manipulate, to experiment, to question,
and to search out answers for themselves activity is essential
 Fasilitas : Laboratories, workshops and technologies that encourage
interactivity such as multimedia, hypermedia and virtual reality.

6
Aplikasi Teori Belajar Kognitif
 Menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir
untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi
 Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh
peserta didik
 Latihan memecahkan masalah seringkali dilakukan melalui belajar
kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari
 Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar
yang sesuai bagi dirinya.
 Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan teman yang
membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan
pada diri peserta didik.

2.3 DESKRIPSI TEORI BELAJAR SOSIAL


1. Vygotsky
Menurut Vygotsky siswa sebaiknya belajar melalui interaksi dengan
orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu. Interaksi sosial ini
memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual
siswa. Konsep ini oleh Vygotsky dinamakan pemagangan kognitif
(cognitive apprenticeship) (Adam, 2017). Pemagangan kognitif mengacu
pada proses di mana seseorang yang sedang belajar tahap demi tahap
memperoleh keahlian melalui interaksinya dengan pakar. Pakar yang
dimaksud di sini adalah orang yang menguasai permasalahan yang
dipelajari. Jadi, dapat berupa orang dewasa atau kawan sebaya (Slavin,
2000). Vygotsky mengemukakan dua konsep penting yaitu Zone of
Proximal Development (ZPD) dan Scaffolding (Adam, 2017).
2. Albert Bandura
Bandura mengemukakan tentang teori belajar sosial atau kognitif sosial
serta efikasi diri. Modelling = peneladanan. Eksperimen Bobo Doll
menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa
di sekitarnya. Contoh aplikasi teori belajar menurut Bandura:

7
 Berkunjung ke tokoh/ahli tertentu (sebagai model)
 Demonstrasi
 Role playing
Aplikasi Teori Belajar Sosial
 Guru : memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam
kehidupan siswa
 Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai
proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami
potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan
meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif
 Proses belajar : menyenangkan dan bermakna bagi siswa

8
BAB III
METODE

3.1 JENIS, TEMPAT, DAN WAKTU KEGIATAN


Jenis kegiatan yang dilakukan adalah analisis teori belajar dalam
pembelajaran Kimia yang dianalisis pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang disusun oleh guru mata pelajaran Kimia kelas XI SMA Negeri 3
Singaraja. Tempat pelaksanaan analisis adalah SMA Negeri 3 Singaraja dan
Undiksha Singaraja. Waktu pelaksanaan analisis adalah 15-17 Mei 2018.

3.2 MATERI
Materi pembelajaran Kimia yang dianalisis yaiu pada materi faktor-
faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Materi ini dibelajarkan pada siswa
kelas XI SMA semester ganjil.

3.3 INSTRUMEN
Instrumen analisis teori belajar pada RPP mengacu pada deskripsi
konsep dasar teori-teori belajar yang umumnya sudah dikenal seperti teori
belajar behavioristik, teori belajar kognitif, dan teori belajar sosial yang
dikemukakan oleh para ahli.

3.4 METODE ANALISIS


Metode analisis yang digunakan adalah kualitatif yang terdiri dari 2
tahap yaitu : (1) pengumpulan data berupa data teori-teori belajar dalam
pembelajaran Kimia, data RPP Kimia materi faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi, (2) analisis data

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Aplikasi Teori Belajar Bruner


Penggunaan teori belajar Bruner dalam pembelajaran ini menggunakan
strategi melalui tiga tahapan kegiatan yaitu tahap awal, tahap inti dan tahap
akhir. Adapun tahapan dalam teori Bruner sebagai berikut: 1) tahap enaktif;
pada tahap ini pengetahuan dipelajari secara aktif dengan menggunakan
benda-benda konkret atau dengan menggunakan situasi nyata hal ini tampak
dalam melibatkan siswa melakukan praktikum pengaruh faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi, 2) tahap ikonik; pada tahap ini pengetahuan
dipresentasikan dalam bentuk bayangan visual atau gambar yang
menggambarkan kegiatan konkret yang terdapat pada tahap enaktif. Dalam
hal ini siswa belajar aspek mikroskopis misalnya dalam membuat gambaran
luas permukaan suatu zat, gambaran molekul-molekul yang bereaksi dalam
suatu zat, dll. dan 3) tahap simbolik; pada tahap ini pengetahuan
dipresentasikan dalm bentuk simbol-simbol, yakni siswa belajar menulis
rumus-rumus senyawa kimia.
Penggunaan teori belajar Bruner juga tampak dalam penggunaan model
pembelajaran inquiry terbimbing. Teori belajar Bruner dikenal dengan teori
belajar penemuan. Model inquiry terbimbing yang digunakan sebagai
rancangan pembelajaran bertujuan untuk mengarahkan siswa belajar
melakukan suatu penyelidikan (penemuan) dengan bimbingan dari guru.
Tahapan model inquiry terbimbing yaitu : pemberian apersepsi, menyajikan
pertanyaan/ masalah (terbimbing), membuat hipotesis (terbimbing),
merancang percobaan (terbimbing), melakukan percobaan (terbimbing),
menganalisis data (terbimbing), dan menarik simpulan. Tahap-tahap dalam
pembelajaran ini hampir sama dengan model Discovery Learning, tetapi
proses penemuan pengetahuan yang dilakukan siswa masih dengan
bimbingan guru.

10
4.2 Aplikasi Teori Belajar Vygotsky
Konsep belajar menurut Vygotsky terdiri dari dua konsep utama yaitu
konsep Zona Proksimal Development (ZPD) dan konsep Scaffolding.
Menurut konsep ZPD, tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan
siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah
secara mandiri. Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari
kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan
masalah ketika di bawah bimbingan guru atau ketika berkolaborasi dengan
teman sebaya yang lebih kompeten. Hal ini sesuai dengan model inquiry
terbimbing yang digunakan sebagai model pembelajaran. Untuk
menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara
mandiri siswa difasilitasi dengan kegiatan belajar yang mengarahkan siswa
menyelesaikan tugas-tugas secara mandiri, seperti melakukan pengamatan
faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, perumusan konsep laju reaksi,
dan penarikan kesimpulan. Sedangkan untuk menyelesaikan tugas-tugas dan
memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan guru atau ketika
berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten, siswa difasilitasi
dengan kegiatan praktikum yang diarahkan oleh guru dengan bantuan Lembar
Kerja Siswa (LKS) dan diskusi kelompok untuk menganalisis data hasil
praktikum.
Konsep scaffolding menurut Vygotsky adalah pemberian bantuan
(tuntunan) yang dapat mendukung siswa lebih kompeten dalam usahanya
menyelesaikan tugas di daerah jangkauan kognitifnya. Pemberian bantuan
(tuntunan) kepada siswa yang sedang pada awal belajar, kemudian sedikit
demi sedikit mengurangi dukungan atau bantuan tesebut setelah ia mampu
memecahkan problem dari tugas yang dihadapinya. Hal ini sesuai model
pembelajaran inquiry terbimbing, yang mana pada awalnya siswa diberi
tuntunan (misalnya menuntun membuat rumusan masalah, hipotesis,
rancangan percobaan) kemudian bantuan ini dikurangi seiring dengan
kemampuan siswa yang meningkat.

11
4.3 Aplikasi Teori Belajar Ausubel
Teori belajar menurut Ausubel dikenal dengan teori belajar bermakna
(meaningful learning), artinya belajar tidak hannya sekedar menghafal materi
pelajaran tetapi dapat memaknai maksud dari materi yang dipelajari, dapat
menghubungkan antara pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya dengan
pengetahuan baru yang dipelajari sehingga pengetahuan akan bertahan lama
dalam struktur kognitif siswa. Hal ini tampak dalam rancangan pembelajaran
yang tertuang dalam bentuk apersepsi awal yang diberikan kepada siswa
yakni merangsangsiswa untuk mengingat kembali materi/konsep yang telah
dipelajari sebelumnya seperti pengertian umum tentang laju reaksi, dan
pertanyaan lain misalnya “ suatu reaksi yang sama dapat berlangsung dengan
laju yang berbeda. Apa sajakah yang dapat mempengaruhi laju suatu reaksi?”

12
BAB V
PENUTUP

5.1 SIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan pembahasan materi yang
telah dipaparkan diatas adalah : aplikasi teori belajar dalam pembelajaran
Kimia khususnya pada Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran (RPP) dengan
topik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi yang dianalisis adalah
teori belajar Bruner, Ausubel, dan Vygotsky.

3.2 SARAN
Dalam implementasi teori belajar ke dalam proses pembelajaran, kita
diharapkan dapat mempelajari dan menerapkan berbagai teori belajar yang
ada, tidak mengacu hanya kepada salah-satu teori, sebab masing-masing teori
mempunyai kebaikan dan kekurangan.

13

Anda mungkin juga menyukai