PENDAHULUAN
BAB II
STATUS PENDERITA
2.2 ANAMNESA
1. Keluhan utama : nyeri lengan bawah kanan
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli orthopedic RSUD Kota Makassar dalam keadaan
sadar diantar oleh keluarga. Pasien mengeluhkan nyeri lengan bawah
kanannya dan tidak dapat digerakkan serta membengkak.
Pasien mengaku bahwa telah jatuh saat bermain kejar-kejaran 2
minggu sebelum MRS. Pasien mengaku jatuh ke depan dengan posisi tangan
kanan sebagai tumpuan berat badannya. Tidak ada penurunan kesadaran,
mual, dan muntah setelah pasien jatuh.
Tiga hari kemudian, pasien mengeluhkan lengan bawah sebelah
kanannya membengkak dan terasa sakit lalu keluarganya membawa ke tukang
urut. Tidak ada perbaikan yang dilihat oleh keluarganya sehingga keluarganya
membawa pasien ke poli orthopedi.
2
3
3
4
6. Hidung :
Nafas cuping hidung (-/-), secret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas hidung (-/-),
hiperpigmentasi (-/-).
7. Mulut :
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tepi lidah
hiperemi (-), gusi berdarah (-), sariawan (-).
8. Telinga :
Nyeri tekan mastoid (-/-), sekret (-/-), pendengaran berkurang (-/-), cuping
telinga dalam batas normal.
9. Tenggorokan :
Tonsil membesar (-/-), faring hiperemis (-/-)
10. Leher :
Trakea di tengah, pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-).
11. Toraks :
Normochest, simetris, pernafasan thorakoabdominal, retraksi (-), spidernevi
(-), pulsasi intrasternalis (-), sela iga melebar (-)
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Perkusi : Batas kiri atas : ICS II linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas : ICS II linea para sternalis dekstra
Batas kiri bawah : ICS V linea medio clavicularis sinistra
Batas kanan bawah : ICS IV linea para sterna dekstra
Pinggang jantung : ICS II linea para sternalis sinistra
(kesan jantung tidak melebar)
Auskultasi : Bunyi jantug I-II intensitas noral, regular, tidak didapatkan
bising jantung
4
5
Pulmo
Inspeksi : Pengembangan dada kanan sama dengan kiri, benjolan (-),
luka (-)
Palpasi : Fremitus taktil kanan sama dengan kiri, nyeri tekan (-),
krepitasi (-)
Perkusi : Sonor Sonor
Sonor
Sonor sonor
Auskultasi :
suara dasar vesikular
+ +
+ +
suara tambahan:
Ronkhi wheezing
- -
- -
12. Abdomen :
5
6
6
7
• Move : Gerakan aktif dan pasif terhambat, Gerakan abduksi lengan bawah
kanan terhambat, gerakan adduksi lengan bawah kanan terhambat,
sakit bila digerakkan, gangguan persarafan tidak ada, tampak, gerakan
terbatas (+), keterbatasan pergerakan wrist & elbow joint (karena
terasa nyeri saat digerakkan). False of movement (+)
2.4 RESUME
Pria umur 17 tahun datang dengan keluhan nyeri dan tak dapat digerakkan
serta bengkak pada lengan bawah sebelah kanan setelah jatuh saat bermain dengan
posisi jatuh tangan kanan sebagai tumpuan berat badannya 2 minggu SMR.
Dari pemeriksaan lokalis pada regio antebrachii dextra didapatkan
deformitas (+) berupa pembengkakan dan pemendekan bila dibandingkan regio
antebarachii sinistra, didapatkan adanya nyeri tekan setempat, krepitasi, suhu sama
dengan bagian yang normal, teraba hangat, gerakan aktif dan pasif terhambat,
keterbatasan pergerakan wrist & joint elbow karena terasa sakit bila digerakkan. False
of movement (+)
7
8
b. Planning Terapi
1. Non operatif
a. Medikamentosa
Analgetik
Antibiotik Sebelum Operasi
b. Non medikamentosa
Istirahat
Pemasangan bidai melewati 2 sendi.
Edukasi kepada pasien beserta keluarganya tentang
penyakit yang diderita pasien.
Reposisi tertutup dan pemasangan gips
2. Operatif
Reposisi terbuka dan fiksasi interna: ORIF
8
9
BAB III
PEMBAHASAN
9
10
yang sering terjadi pada hewan yang belum dewasa. Fraktur patologis adalah fraktur
yang diakibatkan oleh penyakit sistemik seperti neoplasia, cyste tulang, ricketsia,
osteoporosis, hiperparatyroidisme, osteomalasia. Tekanan yang berulang juga dapat
menyebabkan fraktura.
10
11
Anatomi Radius
11
12
Anatomi Ulna
Ujung proximal ulna lebih besar daripada ujung distalnya. Hal yang
sebaliknya terdapat pada radius. Pada ujung proximal ulna terdapat incisura
trochlearis (= incisura semiulnaris), menghadap ke arah ventral, membentuk
persendian dengan trochlea humeri. Tonjolan di bagian dorsal disebut olecranon. Di
sebelah caudal incisura trochlearis terdapat processus coronoideus, dan di sebelah
caudalnya terdapat tuberositas ulnae, tempat perlekatan m.brachialis. di bagian lateral
dan incisura trochlearis terdapat incisura radialis, yang berhadapan dengan caput
radii. Di sebelah caudal incisura radialis terdapat crista musculi supinatoris. Corpus
ulnae membentuk facies anterior, facies posterior, facies medialis, margo interosseus,
margo anterior dan margo posterior. Ujung distal ulna disebut caput ulnae (=
capitulum ulnae). Caput ulnae berbentuk circumferentia articularis, dan di bagian
dorsal terdapt processus styloideus serta silcus m.extensoris carpi ulnaris. Ujung
distal ulna berhadapan dengan cartilago triangularis dan dengan radius. (8)
12
13
13
14
3.4. DIAGNOSIS
Film polos tetap merupakan pemeriksaan penunjang radiologis yang utama
pada sistem skeletal. Gambar harus selalu diambil dalam dua proyeksi. (11)
Film polos merupakan metode penilaian awal utama pada pasien dengan
kecurigaan trauma skeletal. Setiap tulang dapat mengalami fraktur walaupun
beberapa diantaranya sangat rentan.
Tanda dan gambaran yang khas pada fraktur adalah :
Garis fraktur : garis fraktur dapat melintang di seluruh diameter tulang atau
menimbulkan keretakan pada tepi kortikal luar yang normal pada fraktur minor.
Pembengkakan jaringan lunak : biasanya terjadi setelah terjadi fraktur.
Iregularis kortikal : sedikit penonjolan atau berupa anak tangga pada korteks.(5)
Posisi yang dianjurkan untuk melakukan plain x-ray adalah AP dan lateral
view. Posisi ini dibutuhkan agar letak tulang radius dan tulang ulna tidak bersilangan,
14
15
serta posisi lengan bawah menghadap ke arah datangnya sinar (posisi anatomi). Sinar
datang dari arah depan sehingga disebut AP (Antero-Posterior) (12)
Terdapat tiga posisi yang diperlukan pada foto pergelangan tangan untuk
menilai sebuah fraktur distal radius yaitu AP, lateral, dan oblik. Posisi AP bertujuan
untuk menilai kemiringan dan panjang os radius, posisi lateral bertujuan untuk
menilai permukaan artikulasi distal radius pada posisi normal volar (posisi anatomis).
(13)
Berikut ini gejala klinis dari beberapa jenis fraktur yang terdapat pada fraktur
radius dan ulna :
Fraktur Kaput Radius
Fraktur kaput radius sering ditemukan pada orang dewasa tetapi hampir tidak
pernah ditemukan pada anak-anak. Fraktur ini kadang-kadang terasa nyeri saat lengan
bawah dirotasi, dan nyeri tekan pada sisi lateral siku memberi petunjuk untuk
mendiagnosisnya.
Fraktur Leher Radius
Jatuh pada tangan yang terentang dapat memaksa siku ke dalam valgus dan
mendorong kaput radius pada kapitulum. Pada orang dewasa kaput radius dapat retak
atau, patah sedangkan pada anak-anak tulang lebih mungkin mengalami fraktur pada
leher radius. Setelah jatuh, anak mengeluh nyeri pada siku. Pada fraktur ini
kemungkinan terdapat nyeri tekan pada kaput radius dan nyeri bila lengan berotasi.
Fraktur Diafisis Radius
Kalau terdapat nyeri tekan lokal, sebaiknya dilakukan pemeriksaan sinar-X
Fraktur Distal Radius
Fraktur Distal Radius dibagi dalam :
1) Fraktur Galeazzi
Fraktur Galeazzi yaitu Fraktur pada 1/3 distal radius disertai dislokasi sendi
radio-ulna distal. Fragmen distal mengalami pergeseran dan angulasi ke arah
dorsal. Dislokasi mengenai ulna ke arah dorsal dan medial. Fraktur ini akibat
terjatuh dengan tangan terentang dan lengan bawah dalam keadaan pronasi, atau
terjadi karena pukulan langsung pada pergelangan tangan bagian dorsolateral.
15
16
Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur Monteggia. Ujung
bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang mencolok. Perlu
dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang sering terjadi.(1,14,15)
2) Fraktur Colles
Fraktur ini akibat terjatuh dengan tangan terentang. Fraktur radius terjadi di
korpus distal, biasanya sekitar 2 cm dari permukaan artikular. Fragmen distal
bergeser ke arah dorsal dan proksimal, memperlihatkan gambaran deformitas
“garpu-makan malam” (dinner-fork). Kemungkinan dapat disertai dengan fraktur
pada prosesus styloideus ulna. (14)
Fraktur radius bagian distal (sampai 1 inci dari ujung distal) dengan angulasi
ke posterior, dislokasi ke posterior dan deviasi pragmen distal ke radial. Dapat
bersifat kominutiva. Dapat disertai fraktur prosesus stiloid ulna. Fraktur collees
dapat terjadi setelah terjatuh, sehingga dapat menyebabkan fraktur pada ujung
bawah radius dengan pergeseran posterior dari fragmen distal (1,6)
3) Fraktur Smith
Fraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan atau pukulan keras secara
langsung pada punggung tangan. Pasien mengalami cedera pergelangan tangan,
tetapi tidak terdapat deformitas. Fraktur radius bagian distal dengan angulasi
16
17
atau dislokasi fragmen distal ke arah ventral dengan diviasi radius tangan yang
memberikan gambaran deformitas “sekop kebun” (garden spade). (1,6,14)
17
18
Paling umum adalah tipe II, dengan fragmen metafisis triangular terlihat di
dorsal.(20)
- Tipe I
Terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya fraktur pada tulang, sel-
sel pertumbuhan lempeng epifisis masih melekat pada epifisis. Fraktur ini
18
19
terjadi oleh karena adanya shearing force dan sering terjadi pada bayi baru
lahir dan pada anak-anak yang lebih muda. Pengobatan dengan reduksi
tertutup mudah oleh karena masih ada perlekatan periosteum yang utuh dan
intak. Prognosis biasanya baik bila direposisisdengan cepat.(21)
19
20
Gambar 12. Cedera Salter Harris tipe II pada tulang radius ulna
- Tipe III
Fraktur lempeng epifisis tipe III merupakan fraktur intra-artikuler. Garis
fraktur mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian sepanjang
garis lempeng epifisis. Jenis fraktur ini bersifat intra-artikuler dan biasanya
ditemukan pada epifisis tibia distal. Oleh karena fraktur ini bersifat intra-
artikuler dan diperlukan reduksi yang akurat maka sebaiknya dilakukan
operasi terbuka dan fiksasi interna dengan mempergunakan pin yang halus.
Gambar 13. Cedera Salter Harris tipe III atau Tillaux fracture
- Tipe IV
Fraktur tipe ini juga merupakan fraktur intra-artikuler yang melalui
permukaan sendi memotong epifisis serta seluruh lapisan epifisis dan
20
21
berlanjut pada sebagian metafisis. Jenis fraktur ini misalnya fraktur kondilus
lateralis humeri pada anak-anak. Pengobatan dengan operasi terbuka dan
fiksasi interna dilakukan karena fraktur tidak stabil akibat tarikan otot.
Prognosis jelek bila reduksi tidak dilakuakn.
- Tipe V
Fraktur tipe V merupakan fraktur akibat hancurnya epifisis yang diteruskan
pada lempeng epifisis. Biasanya terjadi pada daerah sendi penopang badan
yaitu sendi pergelangan kaki dan sendi lutut. Diagnosa sulit karena secara
radiologik tidak dapat dilihat. Prognosis jelek karena dapat terjadi kerusakan
sebagian atau seluruh lempeng pertumbuhan.
21
22
5) Fraktur Monteggia
Fraktur jenis ini disebabkan oleh pronasi lengan bawah yang dipaksakan saat
jatuh atau pukulan secara langsung pada bagian dorsal sepertiga proksimal
dengan angulasi anterior yang disertai dengan dislokasi anterior kaput radius.
(14)
22
23
VI. PENATALAKSANAAN
Fraktur dari distal radius adalah jenis fraktur yang paling sering terjadi.
Fraktur radius dan ulna biasanya selalu berupa perubahan posisi dan tidak stabil
sehingga umumnya membutuhkan terapi operatif. Fraktur yang tidak disertai
perubahan posisi ekstraartikular dari distal radius dan fraktur tertutup dari ulna dapat
diatasi secara efektif dengan primary care provider. Fraktur distal radius umumnya
terjadi pada anak-anak dan remaja, serta mudah sembuh pada kebanyakan kasus. (13)
Terapi fraktur diperlukan konsep ”empat R” yaitu : rekognisi, reduksi/reposisi,
terensi/fiksasi, dan rehabilitasi.
1. Rekognisi atau pengenalan adalah dengan melakukan berbagai diagnosa yang
benar sehingga akan membantu dalam penanganan fraktur karena perencanaan
terapinya dapat dipersiapkan lebih sempurna.
23
24
24
25
tulang yang patah terjadi ischemia sampai beberapa milimeter dari garis patahan yang
mengakibatkan matinya osteocyt pada daerah fraktur tersebut.
2. Fase proliferatif
Proliferasi sel-sel periosteal dan endoosteal, yang menonjol adalah proliferasi
sel-sel lapisan dalam periosteal dekat daerah fraktur. Hematoma terdesak oleh
proliferasi ini dan diabsorbsi oleh tubuh. Bersamaan dengan aktivitas sel-sel sub
periosteal maka terjadi aktifitas sel-sel dari kanalis medularis dari lapisan endosteum
dan dari bone marrow masing-masing fragmen. Proses dari periosteum dan kanalis
medularis dari masing-masing fragmen bertemu dalam satu preses yang sama, proses
terus berlangsung kedalam dan keluar dari tulang tersebut sehingga menjembatani
permukaan fraktur satu sama lain. Pada saat ini mungkin tampak di beberapa tempat
pulau-pulau kartilago, yang mungkin banyak sekali,walaupun adanya kartilago ini
tidak mutlak dalam penyembuhan tulang. Pada fase ini sudah terjadi pengendapan
kalsium.
3. Fase pembentukan callus
Pada fase ini terbentuk fibrous callus dan disini tulang menjadi osteoporotik
akibat resorbsi kalsium untuk penyembuhan. Sel-sel osteoblas mengeluarkan matriks
intra selluler yang terdiri dari kolagen dan polisakarida, yang segera bersatu dengan
garam-garam kalsium, membentuk tulang immature atau young callus, karena proses
pembauran tersebut, maka pada akhir stadium ter dapat dua macam callus yaitu
didalam disebut internal callus dan diluar disebut external callus.
4. Fase konsolidasi
Pada fase ini callus yang terbentuk mengalami maturisasi lebih lanjut oleh
aktivitas osteoblas, callus menjadi tulang yang lebih dewasa (mature) dengan
pembentukan lamela-lamela). Pada stadium ini sebenarnya proses penyembuhan
sedah lengkap. Pada fase ini terjadi pergantian fibrous callus menjadi primary callus.
Pada saat ini sudah mulai diletakkan sehingga sudah tampak jaringan yang
radioopaque. Fase ini terjadi sesudah 4 (empat) minggu, namun pada umur-umur
lebih mudah lebih cepat. Secara berangsur-angsur primary bone callus diresorbsi dan
25
26
diganti dengan second bone callus yang sudah mirip dengan jaringan tulang yang
normal.
5. Fase remodeling
Pada fase ini secondary bone callus sudah ditimbuni dengan kalsium yang
banyak dan tulang sedah terbentuk dengan baik, serta terjadi pembentukan kembali
dari medula tulang. Apabila union sudah lengkap, tulang baru yang terbentuk pada
umumnya berlebihan, mengelilingi daerah fraktur di luar maupun didalam kanal,
sehingga dapat membentuk kanal medularis. Dengan mengikuti stress/tekanan dan
tarik mekanis, misalnya gerakan, kontraksi otot dan sebagainya, maka callus yang
sudah mature secara pelan-pelan terhisap kembali dengan kecepatan yang konstan
sehingga terbentuk tulang yang sesuai dengan aslinya. (2)
Ilizarov, Bone lengthening, Bone distraction osteogenesis atau Callotaxis
adalah suatu istilah yang sama dalam program pemanjangan tulang. Ilizarov
dikembangkan pertama kali oleh seorang dari Siberia Rusia yang bernama Gabriel
Abramovich Ilizarov. Ilizarov adalah suatu alat eksternal fiksasi yang berfungsi untuk
menjaga agar tidak terjadi pergeseran tulang dan untuk membantu dalam proses
pemanjangan tulang.
26
27
2. Menyamakan dan menumbuhkan daerah tulang yang hilang akibat patah tulang
terbuka yang hilang,
3. Membuang tulang yang infeksi dan diisi dengan cara menumbuhkan tulang yang
sehat,
4. Menambah tinggi badan.
VII. KOMPLIKASI
A. Komplikasi Dini
Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan slab perlu
dibuka atau dilonggarkan. Cedera saraf jarang terjadi, dan yang mengherankan
tekanan saraf medianus pada saluran karpal pun jarang terjadi. Kalau hal ini terjadi,
ligamen karpal yang melintang harus dibelah sehingga tekanan saluran dalam karpal
berkurang. Distroft refleks simpatetik mungkin amat sering ditemukan, tetapi
untungnya ini jarang berkembang lengkap menjadi keadaan atrofi Sudeck. Mungkin
terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi-sendi jari, waspadalah jangan
sampai melalaikan latihan tiap hari. Pada sekitar 5% kasus, pada saat gips dilepas
tangan akan kaku dan nyeri Berta ter-dapat tanda-tanda ketidakstabilan vasomotor.
Sinar-X memperlihatkan osteoporosis dan terdapat peningkatan aktivitas pada scan
tulang.(1)
Komplikasi patah tulang dapat dibagi menjadi komplikasi segera, komplikasi
dini, dan komplikasi lambat atau kemudian. Komplikasi segera terjadi pada saat patah
tulang atau segera set3elahnya, komplikasi dini terjadi dalam beberapa hari setelah
27
28
kejadian, dan komplikasi kemudian terjadi lama setelah tulang patah. Pada ketiganya,
dibagi lagi menjadi komplikasi umum dan lokal.(18)
B. Komplikasi lanjut
Malunion
Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau karena
pergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk, kelemahan dan
hilangnya rotasi dapat bersifat menetap. Pada umumnya terapi tidak diperlukan. Bila
ketidakmampuan hebat dan pasiennya relatif muda, 2,5 cm bagian bawah ulna dapat
dieksisi untuk memulihkan rotasi, dan deformitas radius dikoreksi dengan osteotomi.
Penyatuan lambat dan non-union pada radius tidak terjadi, tetapi prosesus
stiloideus ulnar sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja dan tetap mengalami
nyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan. Kekakuan pada bahu, karena kelalaian,
adalah komplikasi yang sering ditemukan. Kekakuan pergelangan tangan dapat
terjadi akibat pembebatan yang lama.(1)
Osteomyelitis
Adapun komplikasi infeksi jaringan tulang disebut sebagai
osteomyelitis, dan dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan
dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasilocal yang berjalan
dengan cepat. Pada anak-anak infeksi tulang seringkali timbul sebagaikomplikasi dari
infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring (faringitis), telinga (otitis
media) dan kulit (impetigo). Bakterinya (Staphylococcus aureus,
Streptococcus, Haemophylus influenzae) berpindah melalui aliran darah menuju
metafisis tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah mengalir ke dalam
sinusoid.
Akibat perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka tempat
peradangan yang terbatas ini akan tersas nyeri dan nyeri tekan. Perlu sekali
mendiagnosis ini sedini mungkin, terutama pada anak-anak, sehingga pengobatan
dengan antibiotika dapat dimulai, dan perawatan pembedahan yang sesuai dapat
dilakukan dengan pencegahan penyebaran infeksi yang masih terlokalisasi dan untuk
28
29
(a) (b)
Gambar 20. (a) Osteomyelitis Akut pada Radius Ulna (b) Osteomyelitis Kronik
(Dikutip dari referensi 24)
Pada orang dewasa, osteomyelitis juga dapat awali oleh bakteri dalam aliran
darah, Namun biasanya akibat kontaminasi jaringan saat cedera atau operasi.
Osteomyelitis kronik adalah akibat dari osteomyelitis akut yang tidak di
tangani dengan baik. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, osteomyelitis
sangan resisten terhadap pengobatan dengan antibiotika. Infeksi tulang sangat sulit
29
30
VIII. PROGNOSIS
Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan
terjadi pada setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan dokter pada
patahan tulang tersebut. Pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar patahan
tulang, yang disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost
yang disebut dengan fase hematoma, kemudian berubah menjadi fase jaringan
fibrosis, lalu penyatuan klinis, dan pada akhirnya fase konsolidasi.(18)
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat bergantung pada
lokasi fraktur dan umur pasien. Rata-rata masa penyembuhan fraktur:
Rata-rata masa penyembuhan: Anak-anak (3-4 minggu), dewasa (4-6 minggu), lansia
(> 8 minggu).
Jumlah Kematian dari fraktur: 4,3 per 100.000 dari 1.302 kasus di Kanada pada tahun
1997.
Tingkat kematian dari fraktur:
Kematian : 11.696
Insiden : 1.499.999
0,78% rasio dari kematian per insiden(19)
BAB IV
KESIMPULAN
30
31
DAFTAR PUSTAKA
31
32
1. Carter Michel A., Fraktur dan Dislokasi dalam: Price Sylvia A, Wilson
Lorraine McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal 1365-1371
2. Ekayuda Iwan, Trauma Skelet (Rudapaksa Skelet) dalam: Rasad Sjahriar,
Radiologi Diagnostik. Edisi kedua, cetakan ke-6. Penerbit Buku Balai
Penerbitan FKUI. Jakarta. 2009. Hal 31-43.
3. Goh Lesley A., Peh Wilfred C. G., Fraktur-klasifikasi,penyatuan, dan
komplikasi dalam : Corr Peter. Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2011. Hal 112-121.
4. Patel Pradip R., Trauma Skeletal dalam: Patel Pradip R. Lecture Notes
Radiologi. Edisi kedua. Penerbit Buku Erlangga. Jakarta. 2005. Hal 221-230.
5. Rasjad Chairuddin, Struktur dan Fungsi Tulang dalam: Rasjad Chairuddin.
Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Cetakan keenam. Penerbit PT. Yarsif
Watampone. Jakarta. 2009. Hal 6-11.
32