Skenario 5
Skenario 5
Kevin Jodjana
Mahasiswa Semester VII
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510
Pendahuluan
Karsinoma kolon (Ca. Colon) merupakan jenis kanker yang banyak dijumpai di
klinik dengan tingkat mortalitas yang cukup tinggi. Penderita yang mengalami Ca. Colon
membutuhkan perawatan profesional dan dukungan keluarga yang adekuat.
Di Indonesia, didapatkan angka yang agak berbeda seperti yang dikeluarkan oleh
Direktorat Pelayanan Medik Departemen Kesehatan bekerjasama dengan Perhimpunan
Patologik Anatomi Indonesia bahwa kanker kolorektal cenderung terjadi pada usia yang
lebih muda dibandingkan dari laporan negara Barat. Data yang didapatkan dari bagian
Anatomi FK UI bahwa pasien yang berusidi bawah 40 tahun adalah 35, 26%.
Seorang dokter harus menghayati dan mengamalkan Kode Etik Kedokteran dalam
menjalankan profesinya.
1
Skenario 5:
Seorang pasien berumur 62 tahun datang ke rumah sakit dengan karsinoma kolon
yang telah terminal. Pasien masih cukup sadar, berpendidikan cukup tinggi. Ia memahami
benar posisi kesehatannya dan keterbatasan kemampuan ilmu kedokteran saat ini. Ia juga
memiliki pengalaman pahit sewaktu kakaknya menjelang ajalnya dirawat di ICU dengan
peralatan bermacam-macam tampak sangat menderita, dan alat-alat tersebut tampaknya
hanya memperpanjang penderitaannya saja. Oleh karena itu, ia meminta kepada dokter
apabila dia mendekati ajalnya agar menerima terapi yang minimal saja (tanpa
antibiotika,tanpa peralatan ICU, dan lain-lain), dan ia ingin mati dengan tenang dan
wajar.Namun, ia tetap setuju apabila ia menerima obat-obatan penghilang rasa sakit bila
memang dibutuhkan.
Bioetika adalah salah satu cabang dari etik normatif. Bioetik atau biomedical
ethics adalah etik yang berhubungan dengan praktek kedokteran dan atau penelitian
dibidang biomedis.1
Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik buruk atau benar salahnya suatu
sikap dan atau perbuatan seseorang individu atau institusi dilihat dari moralitas. Penilaian
baik buruk dan benar salah dari sisi moral tersebut menggunakan pendekatan teori etika
yang cukup banyak jumlahnya. 1
2
Beauchamp and Childress (1994) menguraikan bahwa untuk mencapai ke
suatukeputusan etik diperlukan 4 kaidah dasar moral (moral principle) dan beberapa
rulesdibawahnya. Ke-4 kaidah dasar moral tersebut adalah : 1
1.Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak
otonomi pasien (the rights to self determination). Prinsip moral inilah yang kemudian
melahirkan doktrin informed consent. 1
4.Prinsip justice , yaitu prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan
dalambersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice).
Selain prinsip atau kaidah dasar moral di atas yang harus dijadikan pedoman
dalam mengambil keputusan klinis, profesional kedokteran juga mengenal etika profesi
sebagai panduan dalam bersikap dan berperilaku (code of ethical conduct ). Nilai-nilai
dalam etika profesi tercermin di dalam sumpah dokter dan kode etik kedokteran. Sumpah
dokter berisikan suatu "kontrak moral" antara dokter dengan Tuhan sang penciptanya,
sedangkan kode etik kedokteran berisikan "kontrak kewajiban moral"antara dokter
dengan peer-group-nya, yaitu masyarakat profesinya.1
1. UU No. 29 tahun 2004: praktik kedokteran baik dokter ataupun dokter gigi memiliki
hak untuk memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
3
dengan standar profesi dan standar prosedur profesional, hak untuk memberikan layanan
medis menurut standar profesi dan standar prosedur profesional, hak memperoleh
informasi yang lengkap dan jujur dari pasien maupun keluarganya dan hak menerima
imbalan jasa. Disisi lain dokter dan dokter gigi berkewajiban memberikan pelayanan
medis sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur profesional serta kebutuhan
medis pasien, merujuk pasien bila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan, merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga
setelah pasien itu meninggal dunia, melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu
melakukannya, dan menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu
kedokteran atau kedokteran gigi. 2,3
2. UU Praktik Kedokteran Pasal 45 Ayat 3: hak pasien meminta pendapat dokter lain,
mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan medis, menolak tindakan medis, dan
mendapatkan isi rekam medis. Penjelasan tersebut sekurang-kurangnya meliputi
diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis yang dilakukan, alternatif
tindakan lain dan risikonya, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan prognosis
terhadap tindakan yang akan dilakukan.1, 2,3
b. Euthanasia pasif:
-Tindakan dokter berupa penghentian pengobatan pasien yang menderita sakit keras,
yang secara medis sudah tidak mungkin lagi dapat disembuhkan. Penghentian pemberian
obat ini berakibat mempercepat kematian pasien. Alasan yang lazim dikemukakan ialah
karena keadaan ekonomi pasien yang terbatas, sementara dan yang dibutuhkan untuk
4
biaya pengobatan cukup tinggi, sedangkan fungsi pengobatan menurut perhitungan
dokter sudah tidak efektif lagi. 2,3
Secara yuridis formal dalam hukum pidana positif di Indonesia hanya dikenal satu bentuk
euthanasia, yaitu euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien atau korban itu
sendiri (voluntary euthanasia). 2,3
3. Pasal 344 KUHP. Yang menyatakan : “Barang siapa merampas nyawa orang lain atas
permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan dengan kesungguhan hati diancam
dengan pidana penjara palinglama dua belas tahun”. Maka disimpulkan, bahwa
pembunuhan atas permintaan korban sekalipun tetap diancam pidana bagi pelakunya.
Dengan demikian, dalam konteks hukum positif di Indonesia euthanasia tetap dianggap
sebagai perbuatan yang dilarang dan tidak dimungkinkan dilakukan “pengakhiran hidup
seseorang” sekalipun atas permintaan orang itu sendiri. Perbuatan tersebut tetap
dikualifikasi sebagai tindak pidana, yaitu sebagai perbuatan yang diancam dengan pidana
bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. Dalam ketentuan Pasal 338 KUHP secara
tegas dinyatakan, “Barang siapa sengaja merampas nyawa orang lain diancam, karena
pembunuhan dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun”. 2,3
Prosedur Medikolegal
Persetujuan tindakan medik
Peraturan menteri kesehatan No 585/MenKes/Per/IX/1989 tentang persetujuan
tindakan medis
Pasal 1. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989
5
1. Persetujuan tindakan medik/informed consent adalah persetujuan yang diberikan
oleh pasien atau keluarganya atas adsar penjelasan mengenai tindakan medik
yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut; 2,3
2. Tindakan medik adalah suatu tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
berupa diagnostik atau terapeutik;
3. Tindakan invasif adalah tindakan medik yang langsung dapat mempengaruhi
keutuhan jaringan tubuh;
4. Dokter adalh dokter umum/spesialis dan dokter gigi/dokter gigi spesialis yang
bekerja di rumah sakit, puskesmas, klinik, atau praktek perorangan atau bersama.
Pasal 2. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/19892,3
1. Semua tindakan medis yang akan dilakukan terhadap pasien harus
mendapat persetujuan.
2. Persetujuan dapat diberi secara bertulis atau lisan
3. Persetujuan sebagaiman dimaksud ayat (1) diberikan setelah pasien
mendapat informasi yang adekuat tentang perlunya tindakan medik yang
bersangkutan serta risiko yang dapat ditimbulkannya.
4. Cara penyampaian dan isi informasi harus disesuaikan dengan tingkat
pendidikan serta kondisi dan situasi pasien
Pasal 3. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989
1. Setiap tindakan medis yang berisiko tinggi harus dengan persetujuan
bertulis yang ditanda tangani oleh yang berhak memberikan persetujuan6
Pasal 4. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/1989
1. Informasi tentang tindakan medik harus diberi kepada pasien, baik diminta
maupun tidak diminta.
2. Dokter harus memberikan informasi selengkap-lengkapnya, kecuali bila
dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan
pasien atau pasien menolak diberikan informasi.
Pasal 5. Pemenkes No 585/MenKes/Per/IX/19892,3
6
1. Informasi yang diberikan mencakup keuntungan dan kerugian dari tindakan
medik yang kan dilakukan, baik diagnostik maupun terapeutik
2. Informasi diberikan secara lisan
3. Informasi harus diberiakn jujur dan benar kecuali bila dokter menilai bahwa
hal itu dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien,
4. Dalam hal dimaksud dalam ayat (3) dokter dengan persetujuan pasien dapat
memberikan informasi tersebut kepada keluarga terdekat pasien. 2,3
7
Informed Consent
Merupakan suatu persetujuan yang diberikan oleh pasien atau walinya yang
berhak kepada dokter untuk melakukan suatu tindakan medis terhadap pasien sesudah
pasien atau wali itu memperoleh informasi lengkap dan memahami tindakan itu. Dengan
kata lain, informed consent juga disebut persetujuan tindakan medis. Persetujuan
(consent) dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
1. expressed, dapat secara lisan atau secara tulisan, dan
2. implied, yang dianggap telah diberikan.
Tujuan dari informed consent adalah agar pasien mendapat informasi yang cukup
untuk dapat mengambil keputusan atas terapi yang akan dilaksanakan. Informed consent
juga berarti mengambil keputusan bersama. Hak pasien untuk menentukan nasibnya
dapat terpenuhi dengan sempurna apabila pasien telah menerima semua informasi yang ia
perlukan sehingga ia dapat mengambil keputusan yang tepat. Kekecualian dapat dibuat
apabila informasi yang diberikan dapat menyebabkan guncangan psikis pada pasien.1
Prosedur Terapi
Perawatan penderita tergantung pada tingkat staging kanker itu sendiri. Terapi
akan jauh lebih mudah bila kanker ditemukan pada stadium dini. Tingkat kesembuhan
kanker stadium 1 dan 2 masih sangat baik. Namun bila kanker ditemukan pada stadium
yang lanjut,atau ditemukan pada stadium dini dan tidak diobati, maka kemungkinan
sembuhnya pun akan jauh lebih sulit.4-5
8
Tujuan pengobatan kanker ada dua, yaitu kuratif dan paliatif. Pengobatan kuratif
merupakan upaya yang ditujukan untuk mencapai kesembuhan penyakit kanker.
Sementara pengobatan paliatif ditujukan pada penderita kanker yang sudah tidak
memungkinkan kembali dicapainya kesembuhan. 4-5
Pengobatan pada pasien tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang
berhubungan. Endoskopi, ultrasonografi dan laparoskopi telah terbukti berhasil dalam
pentahapan kanker kolorektal. Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering
dalam bentuk pendukung atau terapi adjuvan. Terapi adjuvan biasanya diberikan selain
pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi, terapi radiasi atau imunoterapi. 4-5
9
Rekam Medis
10
Permenkes No. 749a/Menkes/Per/XII/1989 tentang RM, disebut pengertian RM adalah
berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan
kesehatan. 6
Untuk pasien rawat jalan, termasuk pasien gawat darurat, RM memiliki informasi pasien,
antara lain:
•keluhan utama
•riwayat sekarang
11
e. Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan yang
berwenang. Untuk rawat inap, memuat informasi yang sama dengan yang terdapat dalam
rawat jalan, dengan tambahan :
• Catatan konsultasi
1.Sebagai alat komunikasi antara dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang ikut ambil
bagian dalam memberi pelayanan, pengobatan dan perawatan pasien. Dengan membaca
RM, dokter atau tenaga kesehatan lainnya yang terlibat dalam merawat pasien (misalnya
pada pasien rawat bersama atau dalam konsultasi) dapat mengetahui penyakit,
perkembangan penyakit, terapi yang diberikan, dan lain-lain tanpa harus berjumpa satu
sama lain. Ini tentu merupakan sarana komunikasi yang efisien.
3.Sebagai bukti tertulis atas segala pelayanan, perkembangan penyakit dan pengobatan
selama pasien berkunjung/dirawat di rumah sakit. Bila suatu waktu diperlukan bukti
bahwa pasien pernah dirawat atau jenis pelayanan yang diberikan serta perkembangan
penyakit selama dirawat, tentu data dari RM dapat mengungkapkan dengan jelas.
4.Sebagai dasar analisis, studi, evaluasi terhadap mutu pelayanan yang diberikan kepada
pasien. Baik buruknya pelayanan yang diberikan tercermin dari catatan yang ditulis atau
12
data yang didapati dalam RM. Hal ini tentu dapat dipakai sebagai bahan studi ataupun
evaluasi dari pelayanan yang diberikan.
5.Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga
kesehatan lainnya. Bila timbul permasalahan (tuntutan) dari pasien kepada dokter
maupun rumah sakit, data dan keterangan yang diambil dari RM tentu dapat diterima
semua pihak. Di sinilah akan terungkap aspek hukum dari RM tersebut. Bila catatan dan
data terisi lengkap, RM akan menolong semua yang terlibat. Sebaliknya, bila catatan
yang ada hanya sekedarnya saja, apalagi kosong pasti akan merugikan dokter dan rumah
sakit. Penjelasan yang bagaimanapun baiknya tanpa bukti tertulis, pasti sulit dipercaya.
6.Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan
pendidikan. Setiap penelitian yang melibatkan data klinik pasien hanya dapat
dipergunakan bila telah direncanakan terlebih dahulu. Oleh karena itu, RM di rumah sakit
pendidikan biasanya tersusun lebih rinci karena sering digunakan untuk bahan penelitian.
7.Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien. Bila
pasien mau dipulangkan, bagian administrasi keuangan cukup melihat RM, dan segala
biaya yang harus dibayar pasien/keluarga dapat ditentukan.
Skrining
13
pemeriksaan fecal occult blood (FOB) dianjurkan setiap tahun sekali pada pasien usia 50
tahun atau lebih, tetapi argument untuk praktik ini tidak terlalu substansial . Skrining
dengan colonoscopy pada pasien dengan riwayat keluarga kanker colorectal pada
generasi pertama sebelumnya tetapi tidak jelas bukti FAP atau HNPPC sebaiknya dimulai
pada usia 40 tahun. Nilai pemeriksaan skrining FOB masih kontroversial. Di USA,
dilaporkan pemeriksaan tahunan FOB berhubungan dengan menurunnya risiko kematian
oleh kanker colorectal hingga 33.4%. 7
Pencegahan
Penatalaksanaan
Satu-satunya terapi kuratif ialah dengan tindakan bedah. Tujuan utama tindakan
bedah ialah memperlancar saluran cerna, baik bersifat kuratif ataupun non-kuratif.
Radioterapi dan kemoterapi bersifat paliatif dan tidak memberikan manfaat paliatif. 8
Persiapan preoperatif
Operasi yang dilakukan pada kolon yang tak dipersiapkan mempunyai tingkat
infeksi/peradangan luka 40%. Suatu pendekatan dikombinasikan dari pencucian mekanis
dan zat antibiotic telah dilaporkan untuk mengurangi tingkat infeksi/peradangan luka
14
hingga 9%. Dengan penambahan antibiotic pelindung parenteral, tingkat infeksi dapat
lebih dikurangi hingga 5% atau kurang.
Dua hari sebelum pembedahan, pasien mulai suatu diet pembersihan cairan. Sehari
sebelum pembedahan, pasien diinstruksikan untuk mengambil satu galon Golytely untuk
mencuci keseluruhan kolon. Mekanisme pembersihan kira-kira 3 jam hingga sempurna.
Penambahan suatu zat antibiotic yang diserap dengan aerobic dan anaerobic secara
bersamaan dengan mantap mengurangi timbulnya infeksi.
Tindakan Operatif
Tindak bedah terdiri atas reseksi luas karsinoma primer dan kelenjar limf regional.
Bila sudah ada metastasis jauh, tumor primer akan direseksi juga dengan maksud
mencegah obstruksi, perdarahan. anemia, inkontinensia, fistel, dan nyeri. Pada karsinoma
rektum, teknik pembedahan yang dipilih tergantung dan letaknya, khususnya jarak batas
bawah karsinoma dan anus. Sedapat mungkin anus dengan sfingter ekstern dan sfingter
intern akan dipertahankan untuk menghindari anus preternaturalis.
Goresan di tengah abdominal mengijinkan explorasi penuh dan perluasan lebih lanjut
untuk kebutuhan tambahan. Tingkat reseksi ditentukan oleh lokasi kanker kolon tama,
seperti halnya ada atau tidaknya invasi ke dalam struktur yang bersebelahan dan
metastasis yang jauh. Walaupun tidak adanya invasi kolon ke dalam organ atau
metastasis, reseksi kolon adalah perawatan yang utama.
Cara lain yang dapat digunakan atas indikasi dan seleksi khusus ialah fulgerasi
(koagulasi listrik). Pada cara ini tidak dapat dilakukan pemeriksaan histopatologik. Cara
ini kadang digunakan pada penderita yang beresiko tinggi untuk pembedahan.
15
Koagulasi dengan laser digunakan sebagal terapi palilatif, Sedangkan radioterapi,
kemoterapi, dan imunoterapi digunakan sebagal terapi adjuvan.8
Pengobatan paliatif
Reseksi tumor secara paliatif dilakukan untuk mencegah atau mengatasi obstruksi
atau menghentikan perdarahan supaya kualitas hidup penderita lebih baik. Jika tumor
tidak dapat diangkat, dapat dilakukan bedah pintas atau anus preternaturalis. Pada
metastasis hati yang tidak lebih dari dua atau tiga nodul dapat dipertimbangkan eksisi
metastasis. Pemberian sitostatik melalui a.hepatika, yaitu perfusi secara selektif, kadang
lagi disertai terapi embolisasi, dapat berhasil penghambatan pertumbuhan sel ganas.
Prognosis
Prognosis tergantung dari ada tidaknya metastasis jauh, yaitu k1asifikasi tumor
dan tingkat keganasan sel tumor. Untuk tumor yang terbatas pada dinding usus tanpa
penyebaran, angka kelangsungan hidup lima tahun adalah 80%, yang menembus dinding
tanpa penyebaran 75%, dengan penyebaran kelenjar 32%, dan dengan metastasis jauh
satu persen. Bila disertai diferensiasi sel tumor buruk, prognosisnya sangat buruk.
Penutup
Kesimpulan
16
perbuatan yang dilarang dan tidak dimungkinkan dilakukan “pengakhiran hidup
seseorang” sekalipun atas permintaan orang itu sendiri. Perbuatan tersebut tetap
dikualifikasi sebagai tindak pidana, yaitu sebagai perbuatan yang diancam dengan pidana
bagi siapa yang melanggar larangan tersebut Beberapa pasal KUHP yang berkaitan
dengan eutanasia.
Daftar Pustaka
8. R. Sjamsuhidajat & Wim De Jong, Buku ajar ilmu bedah, Edisi revisi, Jakarta:
Buku Kedokteran EGC;1997.h.646 – 63
17