Interpretasi Kasus 1
Interpretasi Kasus 1
Seorang laki laki ditemukan disebuah sungai kering yang penuh batu- batuan
dalam keadaan mati tertelungkup. Ia mengenakan kaos dalam (oblong )dan celana
panjang yang di bagian bawahnya digulung hingga setengah tungkai bawahnya.
Lehernya terikat lengan baju ( yang kemudian diketahui sebagai baju milik nya
sendiri ) dan ujung lengan baju lainnya terikat ke sebuah dahan pohon perdu setinggi
60 cm. Posisi tubuh relatif mendatar, namun leher memang terjerat oleh baju tersebut.
Tubuh mayat tersebut telah membusuk, namun masih dijumpai adanya satu luka
terbuka didaerah ketiak kiri yang memperlihatkan pembuluh darah ketiak yang putus,
dan beberapa luka terbuka di daerah tungkai bawah kanan dan kiri yang memiliki
ciri-ciri yang sesuai dengan akibat kekerasan tajam. Perlu diketahui bahwa rumah
terdekat dari TKP adalah sekitar 2 km. TKP adalah suatu daerah perbukitan yang
berhutan cukup berat.
Pada kasus tersebut merupakan kasus pembunuhan berupa penjeratan dan luka
tusuk. Pada penjeratan terjadi suatu asfiksia yang merupakan mekanisme kematian
dimana pada pemeriksaan luar dapat ditemukan muka dan ujung-ujung ekstremitas
sianotik (warna biru keunguan) yang disebabkan tubuh mayat lebih membutuhkan
HbCO2 daripada HbO2, Tardieu’s spot pada konjungtiva bulbi dan palpebra. Tardieu’s
spot merupakan bintik-bintik perdarahan (petekie) akibat pelebaran kapiler darah
setempat, lebam mayat cepat timbul, luas, dan lebih gelap karena terhambatnya
pembekuan darah dan meningkatnya fragilitas/permeabilitas kapiler. Hal ini akibat
meningkatnya kadar CO2 sehingga darah dalam keadaan lebih cair. Lebam mayat
lebih gelap karena meningkatnya kadar HbCO2 dan adanya busa halus keluar dari
hidung dan mulut. Busa halus ini disebabkan adanya fenomena kocokan pada
pernapasan kuat.