Isinya Bapilnas
Isinya Bapilnas
PENDAHULUAN
29
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan
dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat
pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan
penyempitkan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembuluh bakteri di
saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan
bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat
dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya
Infeksi Saluran Pernafasan (Depkes RI, 2010).
Mengingat masih adanya kasus balita dengan ISPA yang masih
cukup tinggi dan untuk mengurangi jumlah balita dengan ISPA di
Puskesmas Mojolangu Kota Malang, maka penulis tertarik untuk membuat
asuhan kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Anak “Z“ Usia 19
Bulan Dengan ISPA Di Puskesmas Mojolangu Kota Malang”.
29
f. Mahasiswa dapat melaksanakan implementasi dari intervensi
yang telah disusun pada kasus Batuk Pneumonia pada anak.
g. Mahasiswa dapat mengevaluasi dari keseluruhan kegiatan yang
telah dilakukan pada kasus Batuk Pneumonia pada anak.
29
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 BALITA
2.1.1 Pengertian
Balita adalah semua anak termasuk bayi baru lahir yang berusia
0 sampai menjelang 5 tahun. Masa anak berusia 2 samapi 3 tahun.
Sedangkan menurut Depkes RI, balita adalah anak berusia 12 sampai 59
bulan. (Sudarti,2010)
2.1.2 Tahapan Perkembangan Balita
Menurut Depkes RI 2010, tahapan perkembangan balita ada 6
tahapan yaitu:
1. Usia 9 – 12 bulan
Mengangkat badannya ke posisi berdiri, belajar berdiri
selama 30 detik atau berpegangan di kursi, dapat berjalan
dengan di tuntun, mengulurkan lengan/badan untuk meraih
mainan yang diinginkan, menggenggam erat pensil,
memasukkan benda ke mulut, mengulang menirukan bunyi
yang di dengar, menyebut 2 – 3 suku kata yang sama tanpa
arti, rasa ingin tahu, ingin menyentuh apa saja, bereaksi
terhadap suara atau bisikan, senang diajak bermain,
mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum
dikenal.
2. Usia 12 – 18 bulan
Berdiri sendiri tanpa berpegangan, membungkuk
memungut mainan kemudian berdiri kembali, berjalan
mundur 5 langkah, memanggil ayah dengan “papa”,
memanggil ibu dengan kata “mama”, menumpuk 2 buah
kubus, memasukkan kubus di kotak, menunjuk apa yang
diinginkan tanpa menangis, bisa mengeluarkan suara yang
menyenngkan atau menarik tangan ibu.
29
3. Usia 18 – 24 bulan
Berdiri sendiri tanpa berpegangan selam 30 detik, berjalan
tanpa terhuyung-huyung, bertepuk tangan, melambai-
lambai, menumpuk 4 buah kubus, memungut benda kecil
dengan ibu jari dan jari telunjuk, menggelindingkan bola
kearah sasaran, menyebut 3 – 6 kata yang mempunyai arti,
membantu/menirukan melakukan pekerjaan rumah tangga,
memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri.
4. Usia 24 – 36 bulan
Jalan naik tangga sendiri, dapat bermain dan menendang
bola kecil, mencorat-coret pensil pada kertas, bicara dengan
baik, menggunakan 2 kata, dapat menunjukkan 1 atau lebih
bagian tubuhnya ketika diminta, melihat gambar dan dapat
menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih,
membantu memungut mainannya sendiri, makan nasi
sendiri tanpa banyak yang tumpah, melepas pakaiannya
sendiri.
5. Usia 36 – 48 bulan
Berdiri 1 kaki selama 2 detik, melompat dengan kedua kaki
diangkat, mengayuh sepeda roda 3, menggambar garis
lurus, mengenal 2-4 warna, menyebut nama, umur, tempat,
mampu mengenakan sepatu sendiri.
6. Usia 48 – 60 bulan
Berdiri 1 kaki selama 6 detik, melompat-lompat 1 kaki,
menari, menggambar tanda silang, mampu menyebutkan
nama lengkapnya, mengancing bajunya sendiri, bicaranya
mudah dimengerti, mampu menyebutkan nama-nama hari,
mampu menggosok gigi tanpa dibantu.
29
2.2 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
2.2.1 Pengertian
ISPA merupakan penyakit kompleks dan heterogen yang
disebabakan oleh berbagai penyebab dan mengenai setiap lokasi di
sepanjang saluran nafas.
Secara klinis ISPA adalah suatu tanda dan gejala akibat infeksi
yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan dan berlangsung tidak
lebih dari 14 hari. Adapun yang termasuk ISPA adalah influenza,
campak, faringitis, tracitis, bronchitis akut, dan pneumonia.
Infeksi saluran pernafasan atas yaitu mulai dari hidung sampai
laring dan saluran pernafasan bawah, mulai dari laring sampai alveoli.
Jadi yang dimaksud dengan ISPA adalah infeksi akut yang secara
primer mempengaruhi susunan saluran pernafasan diatas laring.
(Depkes RI, 2010).
2.2.2 Penyebab
Mayoritas ISPA disebabkan oleh virus, dengan frekuensi lebih
dari 90 % untuk ISPA bagian atas. Dalam Horrison’s Principle of
Internal Medicale disebutkan bahwa penyakit infeksi saluran nafas akut
bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasal sampai
dengan laring hampir 90 % disebabkan oleh viral. Streptococcus
Pneumonia < 70-90 %, sedangkan Stafillococcus Aureus dan H.
Influenza sekitar 10-20 %. Virus-virus yang ditemukan pada Infeksi
Saluran Pernapasan bagian bawah pada anak adalah Respiratory
Syncytial Virus (RSV), adenovirus, parainfluenza dan virus influenza A
dan B.
(Depkes RI, 2010).
29
2.2.3 Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya
virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran
pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran
nafas bergerak ke atas mendorong virus kea rah faring atau dengan
suatu tangkapan reflek spasmus oleh laring. Jika reflek tersebut gagal
maka virus maerusak saluran epitel dari saluran mukosa saluran
pernafasan.
Iritasi pada kedua saluran tersebut menyebabkan timbulnya batuk
kering. Kerusakan struktur dinding saluran pernafasan menyebabkan
kenaikan aktifitas kelenjar mucus yang banyak terdapat pada dinding
saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa melebihi
normal. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang paling sering
menonjol adalah batuk.
Perjalanan penyakit ISPA dapat dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu:
Tahapan prepatogenesis, penyebab sudah ada tetapi penderita
belum menunjukkan reaksi apapun.
29
2.2.4 Patofisiologi Anatomi
Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar, karena pada anak
bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh. Gejala umum
tampak lebih berat, nyeri kepala bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan
di daerah sinus frontalis dan maksilaris. Diagnose ditegakan dengan
pemeriksaan foto rongendan transiluminasi pada anak besar. Proses
sinusitis sering terjadi kronik dengan gejala malaise, cepat lelah dan
sukar berkonsentrasi (pada anak besar). Kadang-kadang disertai dengan
sumbatan hidung, nyeri kepala hilang timbul, bersin dan terus menerus
dan disertai secret perulen dapat unilateral dan bilateral. Bila didapatkan
pernafasan mulut yang menetap dan rangsang faring yang menetap
tanpa sebab yang jelas perlu difikirkan kompliksai terjadi sinusitis.
Sinusitis paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotic.
Penutupan tuba eustachii
Tuba eustachii yang buntu memberi gejala tuli, dan infeksi dapat
menembus langsung kedaerah telinga tengah dan menyebabkan otitis
media akut (OMA). Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat
disertai dengan suhu badan yang tinggi (hiperpireksia), kadang dapat
menyebabkan kejang demam. Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila
kepala digoyangkan atau memegang telinganya yang nyeri (pada bayi
dapat juga diketahui dengan cara menekan telinganya dan bayi akan
menangis keras). Kadang-kadang hanya ditemui gejala demam, gelisah
dan juga disertai muntah atau diare. Karena bayi yang menderita batuk
pilek sering disertai infeksi pasa infeksi tengah sehingga ,menyebabkan
OMA dan sering menyebabkan kejang demam, maka bayi harus konsul
29
ke bagian THT. Biasanya bayi dilaakukan parasentesis jika setelah 48-
72 jam diberikan antibiotik keadaan tidak membaik. Parasetesis
(penumpukan selaput telinga) dimaksutkan untuk mencegah membrane
timpani pecah sendiri dan terjadi otitis media perforate (OMP).
Penyebaran infeksi
Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah dapat
menyebabkan radang saluran nafas bagian bawah seperti laryngitis,
trakeitis bronchitis dan bronkopneumonia. Selain itu dapat juga terjadi
komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis purulenta.
(Widoyono.2011).
2.2.5 Gambaran Klinis
1. Batuk
2. Pilek
3. Demam
4. Sesak nafas
5. Sakit menelan
6. Panas tubuh meningkat
(Ngastiyah.2010)
29
2.2.7 Klasifikasi ISPA Pada Anak
1. Lokasi anatomis
2. Infeksi saluran pernafasan bagian atas
3. Infeksi saluran pernafasan bagian bawah
(Suriadi dan Rita Yuliani.2011)
29
- Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol,
Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin Prokain.
- Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol,
kloksasilin, gentamisin.
3. Pencegahan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit ISPA pada anak antara lain:
1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik,
diantaranya dengan cara memberikan makanan kepada
anak yang mengandung cukup gizi.
2. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar
daya tahan tubuh terhadap penyakit baik.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar
tetap bersih.
4. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah
satu cara adalah memakai penutup hidung dan mulut
bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau
orang yang sedang menderita penyakit ISPA.
b. Keperawatan
Prinsip perawatan ISPA antara lain:
1. Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari.
2. Meningkatkan makanan bergizi.
3. Bila demam beri kompres dan banyak minum.
4. Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung
dengan sapu tangan yang bersih.
5. Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis
tidak terlalu ketat.
6. Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila
anak tersebut masih menetek.
7. Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres,
memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih,
celupkan pada air (tidak perlu air es).
29
8. Mengatasi batuk dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu
ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur
dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
(Rita Yuliani.2011)
2.3.1 Pneumonia
2.3.2 Etiologi
1. Bakteri
29
streptococcus piogenas, staphylococcus aureus, uepsina pneumonia
legionella, hemopylus influenza.
2. Virus
Influenzae virus, para influenzae virus, respiratory, syakyatial
adenovirus, chiken-dox (cacar air), rhonvirus, stomegalovirus,
virus hervessimpleks, virus sinial pernafasan, hankavirus.
3. Fungi
Aspergilus, fikomisafer, biastomiases, dermatitidis, histoplasma,
kapsulatum.
Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga disebabkan oleh
bahan-bahan lain atau non infeksi :
1. Pneumonia lipid : disebabkan karena aspirasi minyak mineral.
2. Pneumonia kimiawi: inhalasi bahan-bahan organik dan bahan-
bahan anorganik atau kimia seperti beryllium.
3. Ekstrinsik allergikalveoris : inhalasi bahan debu yang mengandung
allergen seperti sporaaktinomisitastermofilik yang terdapat pada
ampas debu di pabrik gula.
4. Pneumonia karena obat : nikofurantoinbakufanmatonasat.
5. Pneumonia karena radiasi.
6. Pneumonia dengan penyebab tak jelas
2.3.3 Patofisiologi
Pneumonia dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara,
atau kuman di tenggorokan terhisap masuk ke paru-paru, penyebaran
bisa juga melalui darah dari luka di tempat lain misalnya di kulit, jika
melalui pernapasan/saluran pernapasan, agen (bibit penyakit) yang
masuk akan dilawani oleh berbagai sistem pertahanan tubuh manusia.
Misalnya dengan batuk-batuk atau pertahanan oleh sel-sel pada lapisan
lendir tenggorok, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk
mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar, tentu itu semua
tergantung besar kecilnya ukuran penyebab tersebut .
Pneumonia bakteri menyerang baik ventilasi maupun difusi, serta
reaksi inflamasi yang dilakukan oleh pneumotoraks terjadi pada alveoli
29
dan menghasilkan eksudat, yang mengganggu gerakan dan difusi
oksigen serta karbon dioksida. Sel-sel darah putih kebanyakan neutrofil
juga bermigrasi ke dalam alveoli dan memenuhi ruang yang cukup
karena sekresi, edema mukosa dan bronkospasme, menyebabkan oklusi
parsialbronki atau alveoli yang mengakibatkan penurunan tahanan
oksigen alveolar. Darah vena yang memasuki paru-paru lewat melalui
area yang kurang terventilasi dan keluar ke sisi kiri jantung tanpa
mengalami oksigenasi. Pada pokoknya, darah terpiraudari sisi kanan ke
sisi jantung. Percampuran darah yang teroksigenasi dan tidak
teroksigenasi ini akhirnya mengakibatkan hipoksemia arterial.
Sindrom pneumonia atipikal, pneumonia yang berkaitan dengan
mikoplasma, fungus, klamidia demam dan penyakit legionnaires;
pneumocyistcarnill, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia
atipikal.
Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal
primer yang paling umum. Mikoplasma adalah organisme yang kecil di
kelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel, organisme ini
tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia
mikoplasma paling sering terjadi pada anak-anak yang sudah kesat dan
dewasa muda.
Sindrom pneumonia atipikal, pneumonia yang berkaitan dengan
mikoplasma, fungus, klamidia demam dan penyakit legionnaires;
pneumocyistcarnill, dan virus termasuk ke dalam sindrom pneumonia
atipikal.
Pneumonia mikoplasma adalah penyebab pneumonia atipikal
primer yang paling umum. Mikoplasma adalah organisme yang kecil di
kelilingi oleh membran berlapis tiga tanpa dinding sel, organisme ini
tumbuh pada media kultur khusus tetapi berbeda dari virus. Pneumonia
mikoplasma paling sering terjadi pada anak-anak yang sudah kesat dan
dewasa muda.
Inflamasiinfiltrat lebih kepada interstisial ketimbang
alveolar, pneumonia ini menyebar ke seluruh saluran pernapasan,
29
termasuk bronkiolus, secara umum, pneumonia ini mempunyai ciri
bronkopneumonia, sakit telinga dan meningitis bulous merupakan
hal yang umum terjadi. Pneumonia atipikal dapat menimbulkan
masalah yang sama baik dalam ventilasi maupun difusi seperti
yang diuraikan dalam pneumonia bakterial (Dasar-Dasar Ilmu
Penyakit Paru, 2009).
2.3.4 Faktor Resiko Penyebab Terjadinya Pneumonia pada Balita
1. Umur Anak
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan
penting pada perbedaan dan kekhasan pneumonia anak, terutama
dalam spektrum etiologi, gambaran klinis, dan strategi pengobatan
(Nastiti N.Rahajoe dkk, 2010).
Faktor umur dapat mengarahkan kemungkinan penyebab
atau etiologi pneumonia :
. Group B Strepptococcus dan gram negatif bakteri enterik
merupakan penyebab yang paling umum pada neonatal ( bayi
berumur 0-28 hari) dan merupakan transmisi vertikal dari ibu
sewaktu persalinan.
Pneumonia pada bayi berumur 3 minggu sampai 3 bulan
yang paling sering adalah bakteri, biasanya bakteri Streptococcus
Pneumoniae (Correa, 1998)
Balita usia 4 bulan sampai 5 tahun, virus merupkan
penyebab tersering dari pneumonia, yaitu respiratory syncytial
virus.
(Depkes RI, 2009).
2. status imunisasi
Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat
dijumpai pada balita umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini
balita terhindar dari penyakit. Dikarenakan kekebalan bawaan
hanya bersifat sementara, maka diperlukan imunisasi untuk tetap
mempertahankan kekebalan yang ada pada balita (Depkes RI,
2004). Salah satu strategi pencegahan untuk mengurangi kesakitan
29
dan kematian akibat pneumonia adalah dengan pemberian
imunisasi. Melalui imunisasi diharapkan dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian penyakit yang dapapat dicegah dengan
imunisasi.
Imunisasi dasar adalah imunisasi wajib yang sesuai
Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang terdiri dari BCG
untuk mencegah penyakit tuberculosis, DPT untuk mencegah
penyakit diphteri, pertusis dan tetanus, imunisasi campak untuk
mencegah penyakit campak, imunisasi polio untuk mencegah
penyakit polio, dan Hepatitis B untuk mencegah penyakit Hepatitis
B.
Imunisasi yang penting berkaitan dengan pneumonia antara
lain imunisasi DPT, campak, pneumokokus, dan Hib. Imunisasi
DPT dan campak adalah imunisasi wajib yang harus diberikan
pada anak, sedangkan imunisasi pneumokokus dan Hib merupakan
imunisasi anjuran yang dapat diberikan pada anak karena
memberikan kekebalan terhadap kuman penyebab pneumonia.
Jenis-jenis imunisasi yang berhubungan dengan kejadian
pneumonia adalah
a. DPT
Imunisasi ini diberikan untuk mnimbulkan kekebalan aktif
dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit diftia, tetanus dan
pertusis (batuk rejan) yang salah satu gejala dari penyakit pertusis
adalah infeksi saluran pernafasan. Imunisasi ini diberikan lima kali
pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 18 bulan, dan 5 tahun.
b. Vaksin Campak
Imunisasi ini bertujuan untuk mendapatkan kekebalan
terhadp penyakitcampak secara aktif dan komplikasi dari penyakit
campak dapat menyebabkan pneumonia. Imunisasi ini diberikan
pada usia 9 bulan.
c. Hib
29
Imunisasi ini bertujuan untuk mencegah pneumonia karena
Haemophilus Influenza type B dan diberikan pada usia 2 bulan, 4
bulan, 6 bulan dan 15 bulan.
d.Pneumokokus
Imunisasi ini bertujuan untuk mencegah pneumonia karena
Streptococcus Pneumonia dan diberikan pada usia 2 bulan, 4
bulan, 6 bulan dan 12 bulan.
(Depkes RI, 2009).
2.4 Tinjauan Teori Manajemen Kebidanan
I. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Data Anak
29
kekeliruan bila terjadi kesamaan nama
anak dengan pasien yang lain.
Anak ke : Untuk mengetahui paritas dari orang tua.
29
memberi petunjuk keadaan tempat
tinggal pasien
2. Alasan Datang
Untuk mengetahui penyebab apa yang menyebabkan klien
dibawa ke puskesmas
3. Keluhan Utama
Untuk mengetahui apa saja yang dirasakan klien pada saat
petugas mengkaji agar dapat mengetahui tindakan apa yang akan
dilakukan.
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui apa saja yang dirasakan klien pada saat
petugas mengkaji agar dapat mengetahui tindakan apa yang akan
dilakukan
5. Riwayat Perinatal dan Neonatal
a. Hamil
Untuk mengetahui kondisi ibu selama hamil, periksa
kehamilan dimana dan berapa kali, serta mendapatkan apa
saja dari petugas kesehatan selama hamil.
b. Persalinan
Untuk mengetahui cara persalinan, ditolong oleh siapa,
adakah penyulit selama melahirkan seperti perdarahan.
c. Neonatal
Untuk mengetahui apakah bayi minum ASI atau PASI,
berapa BB Lahir, PB lahir, apakah saat lahir bayi langsung
menangis/tidak.
6. Riwayat Imunisasi
Untuk mengetahui apakah anak telah mendapat imunisasi
lengkap/tidak
7. Riwayat Kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah keluarganya mempunyai penyakit
menurun, menular, dan menahun.
8. Riwayat Psikososial
29
a. Psikologi
Untuk mengetahui psikologi anak terhadap orang tua dan
lingkungan maupun sebaliknya.
b. Sosial
Untuk mengetahui kebiasaan anak dalam kepercayaan yang
dianut oleh keluarganya, adakah kebiasaan ibu yang
dianggap kurang baik menurut kesehatan.
9. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Untuk mengetahui pola kebiasaan anak sebelum dan saat sakit
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
- Keadaan Umum : baik/cukup/lemah
- Kesadaran : composmentis/somnolen/apatis/koma
- TTV :
Nadi : Normal (60-90x/menit)
RR : Normal (40-50x/menit)
Suhu : Normal (36,50 C – 37,50 C)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
- Wajah : Tidak pucat, tidak odema.
- Mata : simetris/ tidak, sklera ikterus/ tidak,
conjungtiva pucat/ tidak, mata
strabismus/ tidak.
- Hidung : Simetris / tidak, bersih / tidak, ada
secret / tidak.
- Telinga : Bersih / tidak, ada serumen / tidak.
- Mulut : Bibir lembab / kering, ada labioskisiz /
tidak, ada labiopalatoskisiz / tidak.
- Leher : Tampak pembesaran kelenjar tyroid,
vena jugularis dan kelenjar limfa /
tidak.
29
- Dada : Simetris atau asimetris, terdapat
retraksi sela iga apabila bayi sesak,
puting susu menonjol atau tidak
- Abdomen : Bentuk, terlihat pembesaran pada
hepar atau tidak.
- Ektermitas:
Atas : Simetris/tidak, oedema pada kedua
tangan/sebagian, pucat pada kuku
jari/tidak,anemia/tidaak.
Bawah : Simetris/tidak, oedema pada kedua
tangan/sebagian, pucat pada kuku
jari/tidak.
b. Palpasi
- Kepala : Apakah teraba benjolan
abnormal/tidak
- Telinga : Apakah ada infeksi telinga atau tidak
- Leher : Apakah teraba pembesaran kelenjar
tyroid dan vena jugularis atau tidak
- Abdomen : Teraba benjolan abnormal/tidak
- Ekstermitas : Apakah oedema pada ekstermitas atas
dan bawah/tidak
c. Auskultasi
- Dada : Terdengar bunyi ronchi atau
wezzing/tidak
d. Perkusi
Reflek patella -/+
29
Berat badan : …kg
Tinggi badan: …cm
Nadi : Normal (60-90 x/menit)
RR : Normal (40-50 x/menit)
Suhu : Normal (36,50 C – 37,50 C)
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kepala : tidak tampak benjolan, ubun-ubun tidak cekung
Muka : tidak pucat, tidak oedem
Mata : simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning
Mulut : bibir kering, lidah bersih
III. Identifikasi Masalah Potensial
Merupakan bentuk antisipasi masalah ISPA yang bisa dialami anak
dalam kesehatannya yang dilihat dari diagnosa.
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Kebutuhan yang harus segera diberikan oleh petugas kesehatan
kepada pasien, yang apabila tidak diberikan dapat menyebabkan
pasien terjadi komplikasi.
V. Intervensi
Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional dengan temuan dari
langkah sebelumnya.
Dx : An. “…” Usia …bulan dengan batuk pneumonia
Tujuan : ISPA teratasi, nafsu makan meningkat, dan anak
kembali sehat
Kriteria hasil : Kesadaran baik
Turgor kulit baik
TTV :
Nadi : Normal (60-90 x/menit)
RR : Normal (40-50 x/menit)
Suhu : Normal (36,50 C – 37,50 C)
Intervensi
29
1. Lakukan pendekatan terapeutik kepada ibu
R/ agar terjalin hubungan baik antara petugas kesehatan
dengan keluarga pasien dan untuk memudahkan dalam
melaksanakan penanganan.
2. Lakukan pemeriksaan TTV dan penimbangan pada bayi
R/ Sebagai parameter tubuh, sehingga masalah dapat teratasi.
3. Anjurkan ibu untuk memberi minyak telon anak atau minyak
kayu putih pada dada bayi setiap sehabis mandi
R/ minyak telon anak atau minyak kayu putih dapat
menghangatkan tubuh bayi
4. Anjurkan ibu untuk tidak memberi minuman yang
menimbulkan pilek
R/ agar pilek anak tidak bertambah parah
5. Beri KIE pada ibu tentang tanda-tanda bahaya pada anak
seperti pernafasan lebih dari 50 x/menit dan disertai tarikan
dinding dada serta demam tinggi yaitu suhu badan anak lebih
dari 38°C
R/ deteksi dini terjadinya komplikasi
6. Anjurkan ibu menghindari alergen dan iritan
R/ batuk dan pilek dapat timbul karena reaksi alergi terhadap
udara dingin, jadi anjurkan ibu untuk menjaga anaknya tetap
hangat dan tidak membawa keluar rumah
7. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam pemberian
pengobatan
R/ pemberian terapi pengobatan yang tepat dapat mengurangi
batuk dan pilek
8. Anjurkan ibu untuk kontrrol 5 hari lagi sesuai jadwal MTBS
jika pilek masih belum sembuh
R/ agar dapat merencanakan tindakan selanjutnya dan rujukan
9. Lakukan pendokumentasian dengan mengisi pada lembar
MTBS
29
R/ pendokumentasian sebagai pencatatan dan pelaporan
tindakan yang telah dilakukan
VI. Implementasi
Mengimplementasikan/melaksanakan rencana asauhan kebidanan
yang efisien dan aman
VII. Evaluasi
Mengevaluasi dari keefektifan asuhan yang diberikan dan ulangi
manajemen dengan benar terhadap setiap aspek dan asuhan yang
sudah dilaksanakan tetapi belum diteliti.
29
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN DATA
Tanggal :29 Januari 2014
Pukul : 09.00 WIB
No Register : 2370
1. Data Subyektif
a. Biodata
Biodata Anak
Nama bayi : An. ”Z ”
Tanggal lahir : 15 juni 2012
Umur : 19 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Mojolangu Rt 03 Rw 07
29
b. Alasan Datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan anaknya
c. Keluhan Utama
Ibu mengatakan anaknya batuk,pilek serta panas 3 hari yang lalu.
d. Riwayat Kesehatan lalu
Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit menular
seperti TBC, malaria, penyakit kuning, thypus dan tidak pernah
menderita penyakit menurun seperti asma, kencing manis, dan tekanan
darah tinggi dan tidak pernah menderita penyakit kronis seperti
jantung, ginjal dan kanker.
d. Riwayat Kesehatan sekarang
Ibu mengatakan anaknya pilek,batuk,panas 3 hari yang lalu. Ibu
mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit menular seperti
TBC, malaria, penyakit kuning, thipus, dan tidak sedang menderita
penyakit menurun. Seperti asma, kencing manis, dan tidak sedang
menderita penyakit kronis seperti ginjal, jantung, kanker dan juga tidak
ada yang menderita penyakit tekanan darah tinggi.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang mengidap penyakit
menular atau menahun seperti DM, jantung, TBC, Hipertensi, asma,
hepatitis dan tidak ada keturunan kembar.
f. Riwayat Perinatal, Natal dan Post natal
KEHAMILAN PERSALINAN ANAK NIFAS
29
g. Riwayat imunisasi
Jenis imunisasi Waktu Di berikan
BCG 18-07-2012
Hepatitis B 16-06-2012
DPT Combo 20-08-2012/ 22-09-2012/ 25-10-2012
Polio 18-07-2012/20-08-2012,/22-09-2012/5-10-
2012
Campak 20-03-2013
29
4 Personal Sehari mandi 2x pagi Mandi 2x sehari pagi dan
Hygiene dan sore, ganti baju sore, ganti baju setiap
setiap habis mandi dan habis mandi dan celana
celana setiap habis setiap habis mandi dan
mandi dan bila bila basah/kotor
basah/kotor
5 Aktivitas Ibu mengatakan Ibu mengatakan
anaknya bergerak aktif semenjak sakit anaknya
setiap harinya rewel dan selalu minta
digendong.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Berat badan : 9,9 kg
Tinggi badan : 86 cm
Nadi : 70 x/menit
Pernafasan : 65 x/ menit
Suhu : 37,0C
b. Pemeriksaan khusus
Inspeksi
Kepala : tidak tampak benjolan, ubun-ubun tidak cekung
Muka : pucat, tidak oedem
Mata : simetris, konjungtiva pucat, sklera tidak kuning
Hidung : simetris, ada secret, tidak labiokizis
Mulut : bibir kering, lidah bersih
Telinga : simetris, tampak bersih, tidak ada pengeluaran sekret
dan serumen
Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid, tidak
tampak bendungan vena jugularis
Dada : simetris, ada wheezing, tidak ada tarikan dada ke
dalam
29
Abdomen : normal tidak tampak pembesaran hepar
Anus : ada lubang anus, warna kulit kemerah-merahan
pada daerah sekitar anus.
Ekstremitas atas: simetris,tidak anemia
Bawah: turgor kulit (+)
Palpasi
Kepala : tidak terdapat benjolan, ubun-ubun tidak cekung
Telinga ; tidak nyeri,tidak ada benjolan abnormal
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
pembesaran vena jugularis
Abdomen : tidak ada pembesaran pada hepar
Ekstremitas: turgor kulit (+)
Auskultasi
Dada : nafas tidak teratur, terdengar ada bunyi ronchi
dan wheezing
Abdomen : peristaltik otot keras
Perkusi
Abdomen : tidak kembung
Pemeriksaan laboratorium
Tidak dilakukan
29
Muka : tidak pucat, tidak oedem
Mata : simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak kuning
Hidung : simetris, ada secret, tidak labiokizis
Mulut : bibir kering, lidah bersih
Telinga : simetris, tampak bersih, tidak ada
pengeluaran sekret dan serumen
Ekstremitas atas : simetris,tidak anemia.
Palapasi
Kepala : tidak terdapat benjolan, ubun-ubun tidak cekung
Telinga : tidak nyeri,tidak ada benjolan abnormal
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan
pembesaran vena jugularis
V. INTERVENSI
Dx : An.”Z” usia 19 bulan dengan batuk pneumonia
Tujuan : ISPA teratasi, nafsu makan meningkat, dan anak kembali
sehat
Kriteria hasil : Kesadaran : baik
Turgor kulit : baik
TTV : Nadi : 70 x/menit BB : 9,9 kg
RR : 65 x/menit TB : 86 cm
Suhu : 37,0ºC
29
Intervensi
1. Lakukan pendekatan terapeutik kepada ibu
R/ agar terjalin hubungan baik antara petugas kesehatan
dengan keluarga pasien dan untuk memudahkan dalam
melaksanakan penanganan.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R/ untuk mencegah terjadinya infeksi
3. Lakukan pemeriksaan TTV dan penimbangan pada anak
R/ Sebagai parameter tubuh, sehingga masalah dapat teratasi.
4. Beri antibiotic yang sesuai
R/. sesui pengobatan yang telah ditetapkan
5. Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman.
R/ pemberian terapi pengobatan yang tepat dapat mengurangi
batuk.
6. Jika batuk <3 minggu ,rujuk untuk pemeriksaan lanjutan.
R/ kolaborasi dengan dokter.
7. Nasehati kapan kembali segera
R/ Menasehati ibu kapan harus kembali segera ke Petugas
kesehatan.
8. Anjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 hari lagi sesuai jadwal
MTBS jika batuk masih belum sembuh
R/ agar dapat merencanakan tindakan selanjutnya
9. Lakukan pendokumentasian dengan mengisi pada lembar
MTBS
R/ pendokumentasian sebagai pencatatan dan pelaporan
tindakan yang telah dilakukan.
VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 29 Januari 2014
Pukul : 09.05 WIB
29
Dx : An ”Z” Usia 19 bulan dengan Batuk pneumonia
1. Melakukan pendekatan terapeutik kepada ibu
2. Mencuci tangan 7 langkah dengan sabun dan air mengalir
3. Melakukan pemeriksaan TTV dan penimbangan pada bayi
Berat badan : 9,9 kg
Tinggi badan : 86 cm
Nadi : 70 x/menit
RR : 65 x/menit
Suhu : 37,0 °C
4. Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan dalam pemberian antibiotik
yang sesuai :
Amoxcilin (500 mg) ½ tab 2x1 selama 3 hari
5. Menganjurkan ibu untuk memberikan kecap manis atau madu
dicampur dengan air jeruk nipis dengan meminumkannya ke anaknya.
6. Memberitau ibu Jika batuk <3 minggu segera bawa ke tenaga
kesehatan untuk dilakukan rujukan dengan pemeriksaan lanjutan
dengan kolaborasi dengan dokter.
7. Menasehati ibu kembali segera ke tenaga kesehatan jika pernafasan
cepat 40x/ lebih per menit.dan jika anak sukar bernafas.
8. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 2 hari lagi sesuai jadwal
MTBS jika batuk masih belum sembuh
9. Melakukan pendokumentasian dengan mengisi pada lembar MTBS
VII. EVALUASI
Tanggal : 29 Januari 2014
Jam : 09.10 WIB
S : ibu mengatakan baru membawa anaknya ke puskesmas untuk
berobat batuk pilek panas.
O :
Ibu membawa obat Amoxcilin dari apotik puskesmas
An “Z” dengan pilek nampak secret dari hidung
A : An ”Z” Usia 19 bulan dengan Batuk Pneumonia
29
P :
1. Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang dijelaskan petugas
kesehatan
2. Ibu mengerti tentang pemberian pelega tenggorokan dan pereda
batuk yang aman.
3. Ibu mengerti kpan harus kembali segera ke tenaga kesehatan.
4. Ibu mengerti kapan waktu kunjungan ulang memeriksakan anaknya
29
BAB IV
PEMBAHASAN
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dapat di simpulkan bahwa ISPA merupakan suatu penyakit pada
saluran pernafasan, dimana saluran pernafasan tersebut mengalami
peradangan atau inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan
nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada saat melakukan
pernafasan. Hal ini dapat di sebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur.
Faringitis merupakan suatu penyakit pada saluran pernafasan yang
menyerang bagian faring, dan hal ini juga di sebabkan oleh bakteri
ataupun virus tertentu.
5.2 Saran
Saran – saran yang perlu diperhatikan bagi petugas kesehatan
maupun mahasiswa demi berkurangnya angka penderita ISPA antara
lain:
a. Petugas kesehatan :
1. Memperhatikan keadaan klien dalam setiap pemberian pelayanan.
2. Menggunakan komunikasi terapeutik dalam memberikan informasi
yang tepat mengenai ISPA.
3. Menambah keterampilan dan pengetahuan dengna mengikuti
pelatihan, seminar dan work shop.
b. Mahasiswa
Mahasiswa harus meningkatkan pengetahuannya dan keterampilannya
agar dapat melakukan atau memberikan konseling kepada klien
dan mampu memberikan pelayanan khususnya imunisasi sesuai
dengan kebutuhan klien.
29
DAFTAR PUSTAKA
29
ASUHAN KEBIDANAN PADA AN. “Z” USIA 19 BULAN
DENGAN BATUK PNEUMONIA DI PUSKESMAS
MOJOLANGU KOTA MALANG
Oleh :
Siti Mahmudah
BOB0111373
29
LEMBAR PENGESAHAN
ii29
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME karena atas berkah dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas “Asuhan Kebidanan Pada An.
“Z” Usia 19bulan Dengan Batuk Pneumonia Di Puskesmas Mojolangu Kota
Malang.
” Tugas ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari Ruang KIA Puskesmas
Mojolangu.Tugas ini terselesaikan atas bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Muljo Hadi Sungkono, SpOG (K), selaku Pembina Yayasan Kendedes
Malang.
2. drg. Suharwati, selaku Ketua Yayasan Kendedes Malang.
3. Dr. Endah Puspitorini, MscIH, DTMPH, selaku PLH Yayasan Kendedes
Malang
4. Edi Murwani, AMd. Keb. SPd MMRS, selaku Ketua STIKes Kendedes
Malang
5. Indah Mauludiyah, SST. MPH, selaku Ka Prodi DIII Kebidanan STIKes
Kendedes Malang
6. Arti Wardani, SST, selaku Pembimbing Akademik Kebidanan Kendedes
Malang.
7. Rizki Akbarani,M.kes selaku Pembimbing praktek klinik kebidanan.
8. Magdalena Dyah Puspitasari, Amd.Keb, selaku Pembimbing Klinik di
Puskesmas Mojolangu Malang
9. Orang tua dan semua pihak yang telah banyak membantu baik moril
maupun spiritual sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun penulis harapkan demi
perbaikan selanjutnya.
Malang, 29 Januari 2014
Penulis
ii
29
DAFTAR ISI
29
iii
LEMBAR KONSULTASI
29
29