Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Kelopak atau palpebra mempunya fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan
sekresi kelenjar yang membentuk film air mata didepan kornea. Kelopak merupakan alat
menutup mata yang berguna melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar, dan
keringnya bola mata. Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang
dibagian belakang ditutupi selaput lender tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Konjungtiva
tarsal hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui
forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membrane mukosa yang mempunyai
sel goblet yang menghasilkan musin.

Tumor palpebra, terdiri dari tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak palpebra sangat
umum dan bertambah banyak dengan meningkatnya usia. Kebanyakan mudah dikenali secara
klinis,dan eksisi dilakukan dengan alasan kosmetik. Meskipun begitu, lesi ganas sering kali
sulit dikenali secara klinis, biopsi harus selalu dilakukan pada kecurigaan keganasan. Tumor
jinak palpebra teridir dari nevus, papiloma, verucca vulgaris, molluscum contagiosum,
keratoakantoma, xantelasma, kista, hemangioma. Tumor ganas primer palpebra terdiri dari
karsinoma, karsinoma yang berhubungan dengan xeroderma pigmentosum (sarkoma,
melanoma maligna, tumor metastatik).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI PALPEBRA

Kelopak atau palpebra mempunya fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan
sekresi kelenjar yang membentuk film air mata didepan kornea. Kelopak merupakan alat
menutup mata yang berguna melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar, dan
keringnya bola mata.

Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang dibagian
belakang ditutupi selaput lender tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Konjungtiva tarsal
hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks
menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membrane mukosa yang mempunyai sel
goblet yang menghasilkan musin.

Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga


terjadi keratitis et lagoftalmus.

Pada kelopak terdapat bagian-bagian:

1.Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar Zeis pada
pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
2.Otot seperti : M.Orbikularis Okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak mata atas dan
bawah, terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra terdapat otot
orbikularis okuli yang disebut sebagai M.Rioland. M.Orbikularis berfungsi menutup bola
mata yang dipersyarafi N.fasial. M.Levator Palpebra, yang berorigo pada annulus foramen
orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian menembus M.Orbikularis Okuli
menuju kulit kelpoak bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.Levator Palpebra
terlihat sebagai sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersyarafi oleh N.III yang berfungsi
untuk mengangkat kelopak mata atau membuka mata.

3.Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.

4.Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis yang berasal dari rima orbita sebagai
pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

5.Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh lingkaran
pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang merupakan jaringan
penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom, 40 dikelopak mata atas dan 20 pada kelopak
mata bawah )

6.Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a.palpebra


7.Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal saraf V, sedang
kelopak mata bawah oleh cabagng ke II saraf ke V

2.2 ANATOMI KONJUNGTIVA

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata(konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior dari
sclera(konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak
(persambungan mukokutan) dengan epitel kornea di limbus.

Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat
pada tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus,konjungtiva melipat ke posterior(pada
fornices superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera dan menjadi konjungtiva
bulbaris.

Konjungtiva bubaris melekat longgar ke septum orbitale di fornices dan melipat


berkali-kali. Pelipatan ini memnungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan
konjungtiva sekretorik. (Duktus-duktus ke kelenjar lakrimalis bermuara ke forniks temporal
superior). Kecuali di limbus (tempat kapsul tendon dan konjungtiva menyatu sejauh 3mm),
konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul tenon dan sclera bagian bawahnya.
Histologi Konjungtiva

Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder
bertingkat, superficial dan basal. lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula
, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari lapisan
skuamosa. Sel-sel epitel superficial mengandung sel goblet bulat atau oval yang mensekresi
mucus. Mucus mendorong inti sel goblet ke tepi. Sel-sel epitel basal bewarna lebih pekat
daripada sel-sel superficial dan didekat limbus dapat mengandung pigmen.

Stroma konjungtiva terbagi menjadi satu lapisan adenoid dan satu lapisan fibrosa.
Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di beberapa tempat dapat mengandung
struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang
setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang
melekat pada lempeng tarsus.lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata.

Kelenjar air mata asesori(kelenjar Krause dan wolfring), yang struktur dan fungsinya
mirip kelenjar lakrimal,terletak dalam stroma. Sebagian besar kelenjar Krause berada di
forniks atas, dan sedikit ada di forniks bawah. Kelenjar wolfring terletak di tepi atas tarsus
atas.

Perdarahan, Limfe, dan Persyarafan Konjungtiva

Arteri konjungtiva berasal dari ateri siliaris longus dan arteri palpebralis. Kedua arteri
ini beranastomosis bebas dan banyak dengan vena konjungtiva yang umumnya mengikuti
pola arterinya membentuk jaring-jaring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh
limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superficial dan bersambungan dengan lapisan
profundus yang bersambung dengan pembuluh limfe kelopak mata hingga membentuk
pleksus limfatikus.konjungtiva menerima pesarafan dari percabanagan (oftalmik) pertama
nervus V. saraf ini hanya sedikit mempunyai serat nyeri.

2.3 Tumor Palpebra

Tumor Jinak Palpebra

Tumor jinak palpebra sangat umum dan bertambah banyak dengan meningkatnya usia.
Kebanyakan mudah dikenali secara klinis,dan eksisi dilakukan dengan alasan kosmetik.
Meskipun begitu, lesi ganas sering kali sulit dikenali secara klinis, biopsi harus selalu
dilakukan pada kecurigaan keganasan.

Nevus

Nevus melanositik dipalpebra adalah tumor jinak biasa dengan struktur patologik yang sama
dengan nevus ditempat lain. Pada awalnya, nevus ini mungkin relative kurang berpigmen,
makin membesar dan bertambah gelap pada masa remaja. Banyak diantaranya yang tak
pernah mendapat pigmen yang jelas terlihat, dan banyak yang mirip papiloma jinak. Nevus
jarang menjadi ganas.

Nevus dapat dihilangkan dengan eksisi-cukur jika dikehendaki demi alasan kosmetik.

Papiloma

Papiloma adalah tumor palpebra yang paling umum. Jenisnya ada dua: papiloma sel
skuamosa dan keratosis seboreik. Pada keduanya, bagian inti fibrovaskular menembus epitel
permukaan yang menebal (akantotik dan hiperkeratotik), memberi tampilan papilomatosa.
Keratosis seboreik terdapat pada usia pertengahan dan orang tua. Permukaannya verukosa
dan mudah hancur, dan sering berpigmen karena melanin mengumpul didalam keratosit.
Verruca Vulgaris

Nodul hiperkeratotik papilomatosa yang lain pada wajah dan palpebra, disebabkan oleh virus
kutil, suatu virus DNA yang termasuk kelompok papovavirus. Umumnya muncul sepanjang
pinggir palpebra

Pengobatan

Eksisi dan kauterisasi

Molluscum Contagiosum

Definisi

Molluscum contagiosum adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh virus pox yang
berkembang dalam sitoplasma sel epitel.
Infeksi dapat terjadi akibat kontak langsung melalui handuk, garukan ataupun kontak tak
langsung. Penularan biasanya melalui kolam renang. Binatang peliharaan biasanya dapat
terkena, kemudian menularkan kepada manusia. Penyakit ini terutama mengenai kulit muka,
namun dapat juga ditemukan dibagian tubuh lain dan daerah urogenital.

Sering terdapat pada anak-anak dan lebih sering pada anak laki-laki. Pada mata kelainan
terdapat pada kulit kelopak mata.

Secara histopatologik tampak pembesaran sel epitel dan berbentuk lonjong (seperti
buah per), yang menunjukkan bentuk sel epidermis yang sudah terinfeksi oleh virus. Terdapat
degenerasi hialin pada sitoplasma yang bersifat eosinofilik.

Gambaran klinik

Gejala objektif

- Pada kelopak mata terdapat penonjolan kecil keras yang di tengahnya terdapat
cekungan
- Dapat pula ditemukan konjungtivitis atau keratitis pungtata superficial. Keratitis
terjadi karena bahan-bahan virus masuk ke sakus konjungtiva, yang selanjutnya
menimbulkan reaksi pada kornea.
- Konjungtivitis kataral menahun dengan tipe folikuler biasanya disertai dengan
penebalan konjuntiva terutama kelopak mata atas. Gambaran ini hamper menyerupai
trakoma
- Beberapa tipe keratitis yang tidak disertai konjungtivitis dapat terjadi dalam bentuk
keratitis epithelial, marginal atau pannus kornea.

Pada tes laboratorik ternyata usaha membiakkan virus tidak berhasil. Virus banyak terdapat
pada lesi kulit yang menyendiri. Hal ini dapat diperlihatkan dengan mudah melalui
mikroskop elektron.

Pengobatan

1. Pengobatan spesifik tidak ada


2. Dapat dilakukan eksisi, kuretase dan kauterisasi pada pangkal lesi baik dengan listrik,
kimia atau krio
Keratoakantoma

Keratoakantoma adalah tumor peradangan jinak yang terdapat pada kulit orang dewasa yang
terpajan matahari. Tumor ini sesekali dihubungkan dengan kondisi imunodefisiensi,
xeroderma pigmentosum, atau sindrom muir-torre. Keratoakantoma tampak sebagai lesi
pertumbuhan dengan cekungan berbentuk mangkuk dipusatnya, yang mengandung keratin
dan bisa bertambah besar dalam waktu singkat. Banyak diantaranya akan mengalami involusi
spontan, tetapi biopsy eksisional sering dilakukan untuk alasan kosmetik atau untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma sel skuamosa, yang mirip secara klinis maupun
histologis.
Xantelasma

Xantelasma adalah kelainan yang umum dan terdapat pada permukaan anterior palpebra,
biasanya bilateral didekat sudut medial mata. Lesi ini tampak berupa plak-plak kuning
didalam kulit palpebra dan paling sering terlihat pada orang tua. Xantelasma merupakan
endapan lipid didalam histiosit pada dermis palpebra. Walaupun bisa ditemukan pada pasien
hiperlipidemia herediter atau hiperlipidemia sekunder, kira-kira dua per tiga pasien
xantelasma memiliki kadar lipid serum normal.

Pengobatan diindikasikan demi alasan kosmetik. Lesi dapat dieksisi, dikauter, atau diatasi
dengan bedah laser. Rekurensi tidak jarang terjadi setelah pembuangan.

Kista

Kista di palpebra sering ditemukan. Kista berkeratin,yang dilapisi epitel serta berisi debris
dan keratin yang tampak seperti keju, timbul akibat penyumbatan struktur pilosebasea (milia
dan ksita pilar) atau implantasi epitel permukaan di subepitel (kista inklusi epidermal) yang
terjadi secara congenital atau akibat trauma.

Kista dermoid, dengan struktur adneksa (misal folikel rambut dan kelenjar sebasea) di
dindingnya serta rambut dan keratin di lumennya, bersifat congenital. Akan tetapi, mungkin
tidak tampak jelas hingga berjalannya usia saat kista semakin membesar atau pecah dan
menimbulkan respons peradangan granulomatosa. Kebanyakan terletak ditepi orbita
superotemporal, dan banyak diantaranya berkaitan dengan defek pada tulang yang bisa
membentuk saluran ke rongga intracranial.
Hidrokistoma (kista sudorifera,kista duktus) berasal dari duktus kelenjar keringat ekrin atau
apokrin dan berisi bahan berair.

Hemangioma

Tumor vascular kongenital yang paling umum di palpebra adalah hemangioma kapiler
(nevus “strawberry”), terdiri dari kapiler-kapiler dan sel-sel endotel yang berproliferasi.
Hemangioma ini timbul saat lahir atau tidak lama sesudah lahir, sering bertumbuh cepat, dan
umumnya berinvolusi spontan menjelang usia 7 tahun. Jika superficial, lesi tampak merah
terang (nevus”strawberry”); lesi yang lebih dalam tampak kebiruan atau ungu. Anisometropia
sekunder, ambliopia refraktif, dan strabismus sering dijumpai dan harus ditangani secara
memadai. Pengobatan terhadap tumor di indikasikan jika menghalangi sumbu penglihatan
atau menginduksi astigmatisme. Penyuntikan steroid intralesi atau interferon alfa dapat
member hasil cepat ; jika gagal, diindikasikan eksisi parsial.

Hemangioma kapiler harus dibedakan dari nevus flammeus (“port wine stain”), yang
warnanya lebih ungu dibandingkan hemangioma kapiler yang merah terang. Lesi nevus
flammeus berupa saluran-saluran vascular karvenosa yang melebar, tidak bertumbuh atau
mengalami regresi seperti hemangioma kapiler, dan sering terdapat pada sindrom Sturge-
Weber. Defek kosmetik ini dapat diatasi dengan bedah laser.

Jenis angioma ketiga adalah hemangioma kavernosa, berupa saluran-saluran vascular besar
berlapiskan endotel dengan otot polos pada dindingnya. Jenis ini lebih bersifat developmental
daripada congenital dan cenderung muncul setelah dekade pertama. Tidak seperti
hemangioma kapiler, hemangioma ini umumnya tidak mengalami regresi.
Tumor Ganas Primer Palpebra

Karsinoma

Karsinoma sel basal dan sel skuamosa palpebra adalah tumor ganas mata paling umum.
Tumor-tumor ini paling sering terdapat pada orang berkulit terang yang terpajan sinar
matahari secara kronik. Sembilan puluh lima persen karsinoma palpebra berjenis sel basal.
Sisa 5% terdiri atas karsinoma sel skuamosa, karsinoma kelenjar meibom, dan tumor-tumor
lain yang jarang, seperti karsinoma sel merkel dan karsinoma kelenjar keringat.

Seluruh karsinoma ini diatasi dengan eksisi total, yang akan berhasil sangat baik dengan
mengontrol tepian irisan operasi dengan potongan-beku. Banyak diantara tumor ganas ini dan
banyak tumor jinak memiliki gambaran serupa; biasanya diperlukan biopsi untuk
menegakkan diagnosis yang benar.

A.Karsinoma sel basal

Definisi

Karsinoma sel basal adalah suatu karsinoma yang berasal dari sel basal kulit. Karsinoma sel
basal umumnya tumbuh lambat dan tanpa nyeri, berupa nodul yang bisa berulkus. Karsinoma
ini menyusup ke jaringan sekitar secara perlahan, tetapi tidak bermetastase. Satu jenis yang
jarang-karsinoma sel basal morphea atau “bersklerosis”- cenderung meluas perlahan-lahan
sehingga menjadi lebih sulit untuk diekstirpasi seluruhnya. Tergantung dari letaknya,
karsinoma sel basal dapat menimbulkan ektropion, entropion, retraksi atau lekukan pada
palpebra, lekukan pada kulit diatasnya, atau tidak adanya bulu mata.

Pada pemeriksaan histopatologik ditemukan sel-sel tumor yang menyerupai sel basal epitel,
sel-sel yang nukleusnya tidak mempunyai nucleoli tampak berkelompok. Tumor ini
mempunyai gambaran yang seragam dan bersifat basofilik. Dapat dilihat pigmen melanin
pada sel-sel tumor tertentu.

Gambaran klinis

Gejala objektif

- Tidak terdapat gambaran yang khas bagi karsinoma sel basal, tetapi pada umumnya
tampak sebagai tumor dengan pembesaran ke arah mendatar dengan tepi yang agak
meninggi serta berlilin. Di tengahnya sering kali berbentuk dan induratif (tukak
ruden)
- Tumor ini tumbuh lambat, jarang mengenai jaringan yang lebih dalam karena
terdapat fasia yang bertindak sebagai barrie. Pada keadaan yang sangat lanjut dapat
berkembang sampai ke orbita, sinus, rongga hidung dan rongga tengkorak.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan patologik anatomi

Pengobatan

1. Operasi secara total yang diikuti dengan pemeriksaan potong beku. Pengangkatan ini
dilakukan sampai terbukti bahwa tepi sayatan bebas sel tumor. Pada umumnya
pengangkatan dengan sayatan 4-5 mm dari tepi karsinoma sudah memberikan daerah
bebas sel tumor.
2. Penyinaran hamper sama efektifnya dengan operasi, tetapi mempunyai beberapa
kelemahan, yaitu ada beberapa lesi yang radioresisten sifatnya. Keburukan lain
penyinaran, ialah akan memberikan hasil kosmetik yang buruk.
3. Pembedahan dingin (cryo-surgery)
Dengan pendinginan yang hebat sel tumor diharapkan mati beku dan dikatakan eksisi
dengan cara ini memberikan hasil yang baik
B.Karsinoma sel skuamosa

Karsinoma sel skuamosa juga tumbuh lambat dan tanpa rasa sakit, sering kali berawal
sebagai suatu nodul hiperkeratotik, yang mungkin berulkus. Tumor peradangan jinak seperti
keratoakantoma bentuknya bisa sangat mirip karsinoma.

Penegakan diagnosis yang tepat biasanya memerlukan biopsi. Seperti karsinoma sel basal,
tumor ini dapat menyusup dan mengikis jaringan sekitanya; mereka dapat lupa menyebar ke
kelenjar getah bening regional melalui sistem limfatik.

C.Karsinoma kelenjar sebasea

Karsinoma kelenjar sebasea paling sering berasal dari kelenjar meibom dan Zeis, tetapi dapat
pula muncul di kelenjar sebasea alis mata atau caruncula. Sekitar separuhnya mirip lesi dan
kelainan peradangan jinak, seperti kalazion dan blefaritis kronik. Karsinoma ini lebih agresif
dari karsinoma sel skuamosa, sering meluas ke dalam orbita, menginvasi system limfatik, dan
bermetastasis. Dapat dilakukan biopsi kelenjar sentinel sebagai bagian dari pemeriksaan
pasien dengan tumor adneksa.

Karsinoma yang berhubungan dengan xeroderma pigmentosum

Penyakit langka ini ditandai oleh munculnya banyak bintik di daerah kulit yang terpajan sinar
matahari. Kemudian diikuti dengan telangiektasia, bercak-bercak atrofik, dan akhirnya
pertumbuhan mirip kutil yang dapat mengalami degenerasi karsinomatosa. Palpebra sering
terkena . Tumor ganas yang mungkin berkembang di antaranya adalah karsinoma sel basal,
karsinoma sel skuamosa, dan melanoma ganas. Kondisi ini diturunkan sebagai ciri autosomal
resesif dan terjadi karena adanya defek reparasi DNA yang rusak akibat sinar ultraviolet.
Karier sering dapat diidentifikasi dengan bintik-bintik yang banyak.

Penyakit ini muncul di masa muda dan pada kebanyakan kasus akan fatal menjelang remaja
sebagai akibat metastasis. Kehidupan dapat diperpanjang dengan melindungi kulit dari sinar
aktinik dan mengobati tumor karsinomatosa segera setelah muncul.
Sarkoma

Sarkoma jaringan lunak orbita umumnya jarang dan paling sering menggambarkan perluasan
tumot-tumot orbita ke anterior. Rhabdomiosarkoma palpebra dan orbita adalah tumor ganas
primer paling umum yang ditemukan di jaringan tersebut pada dekade pertama kehidupan.
Massa yang cepat membesar pada anak mengindikasikan biopsi sesegera mungkin.
Kombinasi radioterapi dan kemoterapi biasanya efektif untuk mempertahankan fungsi mata
dan untuk mencegah kematian.

Melanoma maligna

Melanoma maligna palpebra serupa dengan melanoma kulit di bagian manapun dan terdiri
atas tiga golongan berbeda: melanoma dengan penyebaran superfisial, melanoma maligna
lentigo, dan melanoma nodular. Karena tidak semua melanoma maligna berpigmen, dan
kebanyakan lesi berpigmen di kulit palpebra bukan melanoma, diperlukan biopsi untuk
menegakkan diagnosis. Prognosis melanoma kulit tergantung kedalaman invasi atau
ketebalan lesi. Tumor dengan ketebalan kurang dari 0,76 mm jarang bermetastasis.

Tumor metastatik

Tumor metastatik jarang terdapat dipalpebra. Karena sering menyerupai lesi-lesi jinak seperti
kalazion, kista, dan granuloma, tumor ini jarang menjadi suatu kecurigaan diagnosis. Tidak
jarang, lesi palpebra ditemukan terlebih dahulu sebelum tumor primer.
BAB III

KESIMPULAN

Kelopak mata mempunyai beberapa fungsi. Dalam keadaan menutup, melindungi bola mata
terhadap trauma dari luar yang bersifat fisik atau kimiawi.

Kelopak dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar ke dalam bola mata yang
dibutuhkan untuk penglihatan. Pembasahan dan pelicinan seluruh permukaan bola mata
terjadi karena pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka
tutup kelopak mata.

Kedipan kelopak mata dapat menyingkirkan debu pada permukan kornea. Membuka dan
menutupnya kelopak mata dilaksanakan oleh otot-otot tertentu dengan persarafannya masing-
masing. Menutup mata adalah pekerjaan otot orbicular yang dipersarafi saraf fasial (N.VII).
Otot kelopak mata berfungsi untuk mengedipkan mata. Kelainan pada kelopak mata dapat
berupa infeksi, reaksi alergi, trauma, tumor, dan kelainan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai