1, September 2010
Oleh:
Santi Dwi Kurniasari (Fisioterapi, Ilmu Kesehatan)
Abstract
Fraktur pertrokanter femur dextra adalah cidera atau jatuh langsung pada trokanter
mayor atau oleh cidrera pemuntiran pada trokanter mayor atau oleh cidera tak langsung. Retak
berada diantara trocanter mayor dan minor, dan fragmen proksimal cenderung bergeser dalam
varus yang mungkin terdapat kominusi pada kortek postero medial. Tulang yang mengalami
fraktur biasanya diikuti kerusakan jaringan disekitarnya seperti ligamen otot, tendon, pembuluh
darah dan persarafan. Untuk itu upaya pengembalian fraktur harus ditangani secara cepat, maka
perlu diberi tindakan operasi. Operasi akan menimbulkan permasalahan pada kapasitas fisik yaitu:
penurunan kekuatan otot, keterbatasan LGS (lingkup gerak sendi), adanya oedem atau bengkak,
adanya nyeri dan spasme, dan penurunan kemampuan fungsional yaitu: keterbatasan untuk miring
kanan-kiri, gangguan ambulasi dari tidur ke duduk, keterbatasan melakukan toileting (BAK dan
BAB).Untuk memberikan penanganan uang efektif dan efisien, maka dilakukan suatu metode
pemeriksaan yaitu pengukuran keterbatasan LGS dengan goniometer, kekuatan otot dengan
Manual Muscle Testing (MMT), pengukuran oedem atau bengkak dengan antropometri,
pengukuran nyeri dengan VDS (Verbal Descriptive Scale) dan kemampuan fungsional dengan
skala jette.Dalam hal ini untuk membantu mengatasi permasalahan yang ada dengan
menggunakan modalitas terapi latihan berupa gerak aktif dan gerak pasif, setelah dilakukan
tindakan fisioterapi dapat diperoleh hasil dalam perbaikan kapasitas fungsional yang cukup
signifikan.
Kata kunci: paska operasi fraktur pertrocanter femur dekstra, MMT, LGS, VDS, antropometri,
SJ.
48
Penatalaksanaan Terapi Latihan..
elektro terapeutik), pelatihan fungsi, Sedangkan jika kulit di atasnya masih utuh
komunikasi (Kep,Men,Kes 1363/2001). disebut fraktur tertutup (sederhana) kalau
Fisioterapi secara khusus kulit atau salah satu dari rongga tubuh
memandang tubuh dan kebutuhan atau tertembus, yang cenderung untuk
potensi gerak merupakan pusat penentuan mengalami kontaminasi dan infeksi disebut
diagnosis dan strategi intervensi dan fraktur terbuka (compound). Paska berarti
konsisten dengan bentuk apapun dimana sesudah (Ahmad, 1987). Operasi berarti
praktek fisioterapi dilakukan. Bentuk tindakan yang dilakukan oleh ahli bedah
pelayanan akan sangat bervariasi dalam (Ahmad, 1987). Dapat diartikan bahwa
hubungannya dimana fisioterapi bekerja paska operasi adalah keadaan sesudah
maupun berkenaan dengan promosi, tindakan pembedahan.
pencegahan, penyembuhan dan pemulihan
D. Metode
kesehatan.
Dengan bertambahnya kepadatan 1. Desain Penelitian / Metode
penduduk Indonesia sangat berpengaruh Pendekatan
terhadap pola perilaku manusia, yang ingin
Rancangan penelitian yang
serba cepat dan praktis. Hal ini dapat
digunakan ini sesuai dengan studi
mempengaruhi terhadap kurang sadarnya
kasus.Kasus yang digunakan dalam
dalam berlalu lintas. Sehingga dapat
penelitian adalah Paska Operatif Fracture
menimbulkan kecelakaan lalu lintas yang
Pertrokanther Femur Dekstra dengan
semakin bertambah, yang mengakibatkan
pemasangan open reduksi internal fiksasi.
kematian. Sedangkan masalah lain yang
2. Lokasi Penelitian : Klinik Fisioterapi
disebabkan antara lain adalah cidera yang
Apotek Kimia Farma Pekalongan
berupa sprain, strain, memar dan bahkan
3. Instrumen Pengumpulan Data
patah tulang (fraktur). Sebagai contoh
a. Variable Penelitian
adalah fraktur trocanther.
1. Variabel dependent :Fraktur
Fraktur adalah suatu perpatahan
Pertrokanther femur dekstra, yang
pada kontinuitas struktur tulang. Patahan
disebabkan karena kecelakaan lalu
tidak lebih dari suatu retakan atau
lintas
pengingsutan korteks, biasanya patahan
2. Variabel independent :
lengkap dan fragmen tulang bergeser.
Terapi Latihan.
49
Jurnal Pena, Vol. 19 No. 1, September 2010
50
Penatalaksanaan Terapi Latihan..
51
Jurnal Pena, Vol. 19 No. 1, September 2010
atas
40 T2 S : 20O-0-25O
15 cm ke
atas
35 T3 S : 25O-0-30O
10 cm ke
30 bawah T4 S : 25O-0-30O
T1 T2 T3 T4 T5 T6 15 cm ke
Pelaksanaan Terapi
bawah T5 S : 30O-0-35O
T6 S : 30O-0-35O
52
Penatalaksanaan Terapi Latihan..
hip
3
adduktor
5
2 hip
Derajat Nyeri
4
1 flexor nyeri
knee 3
0
2 kesulitan
ekstensor
T1
T3
T5
knee 1
Pelaksanaan Terapi 0 ketergantun
T1 T2 T3 T4 T5 T6 gan
Pelaksanaan Terapi
c. Ketergantungan 4 4 3 3 2 2 4
nyeri
Jalan 15 meter 3
2 a. Nyeri 3 3 3 2 2 2 2
kesulita
b. Kesulitan 4 4 3 3 2 2 1 n
c. Ketergantungan 4 4 3 3 2 2 0
keterga
Naik tangga 3 step ntungan
T1
T3
T5
3 a. Nyeri 4 4 3 3 2 2
b. Kesulitan 4 4 3 3 2 2 Pelaksanaan Terapi
c. Ketergantungan 4 4 3 3 2 2
5
fraktur pertrocanter femur dekstra akan
nyeri
menimbulkan permasalahan adanya oedem,
Derajat Nyeri
4
3 kesulitan
rasa nyeri, penurunan kekuatan otot,
2
1 ketergantu spasme, dan keterbatasan lingkup gerak
ngan
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6
sendi. Fisioterapi dapat berperan dalam
Pelaksanaan Terapi mengatasi keluhan-keluhan yang
berhubungan dengan modalitas yang
53
Jurnal Pena, Vol. 19 No. 1, September 2010
dimiliki adalah terapi latihan bertujuan LGS. Dengan adanya gerakan aktif maupun
mengurangi oedem, menambah LGS pasif akan merangsang propiceptif dengan
(lingkup gerak sendi), penguatan otot dan perubahan panjang otot pada saat terjadi
menjaga fisiologis otot. kontraksi otot darah bergerak ke jaringan
Setelah mendapatkan penanganan fisioterapi sehingga pada sendi terjadi penambahan
yang berupa terapi latihan sebanyak 6 kali nutrisi, sehingga perlengketan jaringan
(T6). Jika dibandingkan dengan pemeriksaan dapat dicegah, maka dengan demikian LGS
saat pertama kali terapi (T 6) terlihat adanya bertambah (Kisner, 1996).
perkembangan kondisi pasien. Untuk menilai kekuatan otot
Berdasarkan tabel di atas, diketahui abductor hip T1 3, setelah T6 4, adduktor hip
bahwa terjadi penurunan derajad nyeri T1 3 setelah T6 4, flexor knee T1 3+ setelah
dengan menggunakan VDS dan pada T1. T6 3, ekstensor knee T1 2+ setelah T6 3+,
Pada saat digerakkan, diam, dan setelah T 6 ekstensor knee T1 2+ setelah T6 3+, ini dapat
mengalami penurunan yaitu nyeri gerak, meningkat karena pengaruh dari pemberian
nyeri diam, pengurangan nyeri karena latihan secara aktif dan melawan tahanan
pemberian latihan aktif dan rileks passive akan berpengaruh terhadap otot karena
movement sampai batas rasa nyeri sehingga gerakan ini memaksa otot untuk
dapat membantu pengurangan nyeri. melawannya, sehingga bergerak untuk
LGS sendi hip kanan saat gerakan melawan gerakan tersebut dan secara tidak
aktif T1 S= 15O-0-20O setelah T6 S = 25O-0- langsung kekuatan otot akan meningkat.
30O, saat gerakan pasif T1 S = 20º-0-25º, Bahwa kekuatan kontraksi otot tergantung
setelah T6 S= 30º-0-35º, pada LGS sendi dari banyaknya motor unit yang terangsang
saat gerakan aktif T1 S = 10O-0-35O setelah dan dengan besarnya tahanan maka semakin
T6 S = 20O-0-45 dan pada saat gerakan pasif banyak motor unit yang terangsang dengan
T1 S = 15O-0-40O setelah T6 S = 25O-0-50O. demikian kekuatan otot dan dayapun
Faktor yang berpengaruh yaitu pemberian menjadi meningkat (Kisner, 1996).
gerak aktif dan latihan forced passive Untuk kemampuan fungsional pasien
movement dengan gerakan penguluran dengan menggunakan skala jette diperoleh
selama gerakan terjadi dan pada akhir nilai pada saat aktifitas duduk ke berdiri saat
gerakan diberikan penekanan yang mantap T1 nyeri 3, kesulitan 4, ketergantungan 4
sehingga dapat membantu peningkatan setelah T6 nyeri 2, kesulitan 2,
54
Penatalaksanaan Terapi Latihan..
55
Jurnal Pena, Vol. 19 No. 1, September 2010
terapi terapi latihan dapat membantu jalan diusahakan jangan ada tangga atau
mengatasi masalah yang timbul dari kondisi trap-trapan, dan jalan yang licin, 4) pada
fraktur pertrokanter femur dextra. saat tidur miring diusahakan miring pada
sisi yang sehat dan diantara dua kaki atau
B. Saran tengah-tengah diberi guling, 5) pada saat
Dalam kasus fraktur pertrokanter tidur usahakan kaki yang sakit diganjal
femur dextra dengan pemasangan plate and bantal dengan guling (dielevasikan) kalau
screw tersebut telah diidentifikasikan dan masih timbul bengkak, (6) diusahakan
interpretasikan masalah harus dilakukan kamar mandi menggunakan WC duduk
dengan baik. Dukungan pasien dan keluarga jangan jongkok (dengan kursi dengan
sangat menentukan keberhasilan untuk bagian tengah di lubangi).
mendukung lancarnya program fisioterapi
yang telah ditetapkan, maka diharapkan Daftar Rujukan
kepada pasien mau memperhatikan dan Ahmad J. (1997) Kamus Kedokteran, PT
Djambangan, Jakarta, hal 99-174.
melaksanakan latihan-latihan di rumah
sesuai yang telah diajarkan terapis. Appley, A.S.L. (1994) Appley’s System of
Orthopedic and Fracture, 7th
Dimana pada saat berjalan dengan
Buttermort Heinman, hal 238, 240-
hendaknya tungkai yang sakit tetap 241, 244.
menggantung 6-8 minggu (NWB) (Non
Aston, J.N (1996) Kapita Selekta
Weight Bearing) yang kemudian diteruskan Traumatologik dan Ortopedik, Edisi
3.
dengan PWB (Parsial Weight Bearing)
pasien dapat menapak kaki tidak penuh dan Anonim, (1992); Undang-Undang Republik
Indonesia No. 23 tahun 1992
setelah dapat menapak penuh atau kurang
Tentang Kesehatan; Depkes RI,
lebih sampai 12 minggu diteruskan FWB Jakarta, hal 2.
(Full Weight Bearing).
Chusid, J.G (1983) Neuro Anatomi Korelatif
Adapun untuk edukasi di rumah dan Neurologi Fungsional, Bagian I,
Gadjah Mada University Press,
antara lain: 1) diharapkan di rumah pasien
Yogyakarta.
mau melakukan latihan sendiri sesuai yang
Gartland, J.J., (1974); Fundamental of
telah diajarkan terapis, 2) disarankan untuk
Orthopedics; Second edition, W.B.
tidak melakukan aktifitas berat diam yang Saunders Company, Philadelphia,
hal 28-29.
menumpu pada kaki terlalu lama, 3) jika
56
Penatalaksanaan Terapi Latihan..
Kapanji, Luh (1987) The Physiology of the Putz & Pabst (2000) Atlas Anatomi Manusia
Joint, Vol. Two lowe Limb 5th Sobotta, Jilid 2, Buku Kedokteran
Edition, Churcill Livingstone, EGC, Jakarta.
Edinburgh, London, Melbourne and
New York, hal 399-401. Syaifuddin (1997) Anatomi Fisiologi
Keperawatan, Edisi 2, Buku
Kisner, et., al (1996) Therapeutic Exercise Kedokteran EGC.
Foundations and Techniques, Third
Edition, F.A. Davis Company, hal 4- Wolf, A.N. Mens, J.M.A (1994)
8, 14, 37-39, 80-81. Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh,
Cetakan Kedua, hal 78.
Mardiman, S (1994) Dokumentasi
Persiapan Praktek Profesional
57