Anda di halaman 1dari 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Menstruasi Normal

Menstruasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan dengan psikologis- pancaindra, korteks
serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen (uterus-endometrium dan alat seks
sekunder).

Pola haid merupakan suatu siklus menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik awal. Pada
umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama lebih kurang 7 hari. Lama
perdarahannya sekitar 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah yang sedikit-sedikit dan tidak terasa
nyeri. Jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncaknya hari ke-2 atau ke-3 dengan jumlah
pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. (Manuaba, 2008).

Umumnya datangnya haid pertama kali sekitar umur 10 – 16 tahun (Jonesh, 2005). Panjang siklus
haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya
perdarahan dinamakan hari pertama siklus (Sarwono, 2002).

Menurut Bobak, menstruasi atau haid adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar
14 hari setelah ovulasi. menstruasi ini merupakan peristiwa yang dialami setiap perempuan. Seorang
perempuan yang pertama kali mendapat haid adalah pertanda bahwa ia siap bereproduksi atau
menghasilkan keturunan.

16

Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium
dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi normal.
Ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab
dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi (Jones, 2005).

B. Perubahan Siklus Haid


Perubahan siklus haid merupakan suatu keadaan siklus haid yang berbeda dengan yang sebelumnya,
yang diukur mulai dari siklus menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik awal, yang dapat
berkisar kurang dari batas normal sekitar 22– 35 hari (Varney, 2007).

C. Siklus Menstruasi

Ciri khas kedewasaan wanita ditandai dengan adanya perubahan-perubahan siklius pada alat
kandungan sebagai persiapan untuk suatu kehamilan. Peristiwa penting tersebut ditandai dengan
datangnya haid yaitu pengeluaran darah tiap bulan dari rahim. Ada pameo yang mengatakan, ketika
haid, rahim menangis karena pembuahan tidak kunjung terjadi. Pendarahan akibat runtuhnya
dinding lapisan dalam rahim adalah puncak dari serangkaian peristiwa saling berkaitan, yang
bertujuan mempersiapkan rahim menampung sel telur yang dibuahi. Bila kehamilan tidak terjadi,
dinding yang sudah dipersiapkan itu mengelupas. Siklus baru yang sama dimulai lagi.

Pengendali utama dari semua peristiwa itu ialah hipotalamus. Bagian otak itu pun masih dapat
dipengaruhi oleh emosi dan kekecewaan. Terbukti dari kenyataan,

haid dapat dipengaruhi oleh pikiran yang kacau, atau perjalanan, dan pindah pekerjaan. Lamanya
haid terhenti tidak selalu dapat dipastikan. Ada yang dua atau tiga bulan kemudian datang kembali,
dan ada pula yang sampai setahun penuh, bahkan dapat pula lebih. Wanita yang mengalami hal ini,
memerlukan pemeriksaan yang cermat terhadap kemungkinan menderita penyakit yang dapat
menyebabkan amenorea.

1. Gambaran Klinis Menstruasi

Sebagian besar wanita pertengahan usia reproduktif, perdarahan menstruasi terjadi setiap 25-35
hari dengan median panjang siklus adalah 28 hari. Wanita dengan siklus ovulatorik, selang waktu
antara awal menstruasi hingga ovulasi – fase folikular – bervariasi lamanya. Siklus yang diamati
terjadi pada wanita yang mengalami ovulasi. Selang waktu antara awal perdarahan menstruasi –
fase luteal − relatif konstan dengan rata-rata 14 ± 2 hari pada kebanyakan wanita (Hanafi, 2002).

Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi; pada umumnya lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi
antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari
fragmen-fragmen kelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak
tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu besar, bekuan
dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini
disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium.

Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu periode menstruasi telah
ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60
ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini
mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai
1,0 mg besi untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun (Bobak, 2004).

2. Aspek Hormonal Selama Siklus Menstruasi

Mamalia, khususnya manusia, siklus reproduksinya melibatkan berbagai organ, yaitu uterus,
ovarium, vagina, dan mammae yang berlangsung dalam waktu tertentu atau adanya sinkronisasi,
maka hal ini dimungkinkan adanya pengaturan koordinasi yang disebut hormon. Hormon adalah zat
kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang langsung dialirkan dalam peredaran darah dan
mempengaruhi organ tertentu yang disebut organ target. Hormon- hormon yang berhubungan
dengan siklus menstruasi ialah :

a. Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin hipofisis :

- Luteinizing Hormon (LH)

- Folikel Stimulating Hormon (FSH)

- Prolaktin Releasing Hormon (PRH)

b. Steroid ovarium

Ovarium menghasilkan progestrin, androgen, dan estrogen. Banyak dari steroid yang dihasilkan ini
juga disekresi oleh kelenjar adrenal atau dapat dibentuk di jaringan perifer melalui pengubahan
prekursor-prekursor steroid lain; konsekuensinya, kadar plasma dari hormon-hormon ini tidak dapat
langsung mencerminkan aktivitas steroidogenik dari ovarium.

3. Fase-fase dalam Siklus Menstruasi

Setiap satu siklus menstruasi terdapat 4 fase perubahan yang terjadi dalam uterus. Fase-fase ini
merupakan hasil kerjasama yang sangat terkoordinasi antara hipofisis anterior, ovarium, dan uterus
(Bobak, 2004).

Fase-fase tersebut adalah :

a. Fase menstruasi atau deskuamasi


Fase ini endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai pendarahan dan lapisan yang
masih utuh hanya stratum basale. Fase ini berlangsung selama lima hari (rentang tiga sampai enam
hari). Pada awal fase menstruasi kadar estrogen, progeseron, LH (Luteinizing Hormon) menurun atau
pada kadar terendahnya selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai
meningkat.

b. Fase pascamenstruasi atau fase regenerasi

Fase ini, terjadi penyembuhan luka akibat lepasnya endometrium. Kondisi ini mulai sejak fase
menstruasi terjadi dan berlangsung selama ± 4 hari.

c. Fase intermenstum atau fase proliferasi

Fase ini merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari kelima ovulasi,
misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan
endometrium secara lengkap kembali normal dalam sekitar empat hari atau menjelang perdarahan
berhenti. Sejak saat ini, terjadi penebalan 8-10 kali lipat, yang berakhir saat ovulasi. Fase
intermenstum atau fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folike
ovarium.

Fase proliferasi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu :

- Fase proliferasi dini, terjadi pada hari ke-4 sampai hari ke-7. Fase ini dapat dikenali dari
epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel.

- Fase proliferasi madya, terjadi pada hari ke-8 sampai hari ke-10. Fase ini merupakan bentuk
transisi dan dapat dikenali dari epitel permukaan yang berbentuk torak yang tinggi.

- Fase proliferasi akhir, berlangsung antara hari ke-11 sampai hari ke-14. Fase ini dapat
dikenali dari permukaan yang tidak rata dan dijumpai banyaknya mitosis.

d. Fase pramenstruasi atau fase sekresi

Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya,
tetapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang berkelok-kelok dan mengeluarkan getah yang
makin lama makin nyata. Bagian dalam sel endometrium terdapat glikogen dan kapur yang
diperlukan sebagai bahan makanan untuk telur yang dibuahi.

Fase sekresi dibagi dalam 2 tahap, yaitu :

- Fase sekresi dini, pada fase ini endometrium lebih tipis dari fase sebelumnya karena
kehilangan cairan.
- Fase sekresi lanjut, pada fase ini kelenjar dalam endometrium berkembang dan menjadi
lebih berkelok-kelok dan sekresi mulai mengeluarkan getah yang mengandung glikogen dan lemak.
Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar. Akhir masa ini, stroma endometrium
berubah kearah sel-sel; desidua, terutama

yang ada di seputar pembuluh-pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan


terjadinya nidasi (Hanafiah, 1997).

4. Mekanisme siklus menstruasi

Selama haid, pada hari bermulanya diambil sebagai hari pertama dari siklus yang baru. Akan terjadi
lagi peningkatan dari FSH sampai mencapai kadar 5 mg/ml (atau setara dengan 10 mUI/ml), dibawah
pengaruh sinergis kedua gonadotropin, folikel yang berkembang ini menghasilkan estradiol dalam
jumlah yang banyak. Peningkatan serum yang terus-menerus pada akhir fase folikuler akan menekan
FSH dari hipofisis. Dua hari sebelum ovulasi, kadar estradiol mencapai 150-400 pg/ml. Kadar
tersebut melebihi nilai ambang rangsang untuk pengeluaran gonadotropin praovulasi. Akibatnya FSH
dan LH dalam serum akan meningkat dan mencapai puncaknya satu hari sebelum ovulasi. Saat yang
sama pula, kadar estradiol akan kembali menurun. Kadar maksimal LH berkisar antara 8 dan 35
ng/ml atau setara dengan 30-40 mUI/ml, dan FSH antara 4-10 ng/ ml atau setara dengan 15-45
mUI/ml.

Terjadinya puncak LH dan FSH pada hari ke-14, maka pada saat ini folikel akan mulai pecah dan satu
hari kemudian akan timbul ovulasi. Bersamaan dengan ini dimulailah pembentukan dan pematangan
korpus luteum yang disertai dengan meningkatnya kadar progesteron, sedangkan gonadotropin
mulai turun kembali. Peningkatan progesteron tersebut tidak selalu memberi arti, bahwa ovulasi
telah terjadi dengan baik, karena pada beberapa wanita yang tidak terjadi ovulasi tetap dijumpai
suhu basal badan dan endometrium sesuai dengan fase luteal.

Awal fase luteal, seiring dengan pematangan korpus luteum. Sekresi progesteron terus menerus
meningkat dan mencapai kadar antara 6 dan 20 ng/ml. Estradiol yang dikeluarkan terutama dari
folikel yang besar yang tidak mengalami atresia, juga tampak pada fase luteal dengan konsentrasi
yang lebih tinggi daripada selama permulaan atau pertengahan fase folikuler. Produksi estradiol dan
progesteron maksimal dijumpai antara hari ke-20 dan 23 (Admin, 2010).

D. Gangguan pada Siklus Haid

Menstruasi pada awalnya terjadi secara tidak teratur sampai mencapai umur 18 tahun setelah itu
harus sudah teratur. Menstruasi dianggap normal jika terjadi dengan interval 22-35 hari (dari hari
pertama menstruasi sampai pada permulaan periode menstruasi berikutnya) dan pengeluaran darah
menstruasi berlangsung 1-8 hari. Jumlah rata-rata hilangnya darah selama menstruasi adalah 50 ml
(rentang 20- 80 ml), atau 2-5 kali pergantian pembalut/hari. (Manuaba, 1999)
Gangguan menstruasi paling umum terjadi pad awal dan akhir masa reproduktif, yaitu di bawah usia
19 tahun dan di atas 39 tahun. Gangguan ini mungkin berkaitan dengan lamanya siklus haid, atau
jumlah dan lamanya menstruasi. Seorang wanita dapat mengalami kedua gangguan itu (Jones,
2002).

Gangguan haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam :

1. Perubahan pada siklus haid

a. Polimenorea

Yaitu siklus haid pendek dari biasanya (kurang dari 21 hari pendarahan).

Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi,
akan menjadi pendeknya masa luteal. Penyebabnya ialah kongesti ovarium karena peradangan,
endometritis, dan sebagainya.

b. Oligomenorea

Yaitu siklus haid lebih panjang, lebih dari 35 hari. Perdarahan pada oligomenorea biasanya
berkurang. Penyebabnya adalah gangguan hormonal, ansietas dan stress, penyakit kronis, obat-
obatan tertentu, bahaya di tempat kerja dan lingkungan, status penyakit nutrisi yang buruk, olah
raga yang berat, penurunan berat badan yang signifikan.

c. Amenorea

Merupakan perubahan umum yang terjadi pada beberapa titik dalam sebagian besar siklus
menstruasi wanita dewasa. Sepanjang kehidupan individu, tidak adanya menstruasi dapat berkaitan
dengan kejadian hidup yang normal seperti kehamilan, menopause, atau penggunaan metode
pengendalian kehamilan. Selain itu, terdapat beberapa keadaan atau kondisi yang berhubungan
dengan amenorea yang abnormal.

Amenorea dibagi menjadi dua bagian besar :

- Amenorea primer di mana seorang wanita tidak pernah mendapatkan sampai umur 18
tahun. Terutama gangguan poros hipotalamus, hipofisis, ovarium, dan tidak terbentuknya alat
genitalia.

- Amenorea sekunder, pernah beberapa kali mendapat menstruasi sampai umur 18 tahun dan
diikuti oleh kegagalan menstruasi dengan melewati

waktu 3 bulan atau lebih. Penyebabnya sebagian besar bersumber dari penyebab yang mungkin
dapat ditegakkan.
Sebab terjadinya amenorea:

a. Fisiologis :

- sebelum menarche

- hamil dan laktasi

- menopause senium

b. Kelainan congenital

c. Didapatkan :

- infeksi genitalia

- tindakan tertentu

- kelainan hormonal

- tumor pada poros hipotalamus-hipofisis atau ovarium

- kelainan dan kekurangan gizi (Manuaba, 2008).

2. Perubahan jumlah darah haid

- Hipermenorea atau menoragia

Hipermenorea adalah pendarahan haid yang lebih banyak dari normal (lebih dari 8 hari). Terjadinya
pada masa haid yang mana haid itu sendiri teratur atau tidak. Pendarahan semacam ini sering terjadi
dan haidnya biasanya anovoasi penyebab terjadinya menoragia kemungkinan terdapat mioma uteri,
polip endometrium atau hyperplasia endometrium (penebalan dinding rahim, dan biasanya terjadi
pada ketegangan psikologi (chalik, 1998).
- Hipomenorea

Hipomenorea adalah pendarahan haid yan lebih pendek dari biasa dan/atau lebih kurang dari biasa
penyebabnya kemungkinan gangguan hormonal, kondisi wanita dengan penyakit tertentu.

3. Gangguan pada siklus dan jumlah darah haid

Pada keadaan ini terdapat gangguan siklus menstruasi, perdarahan terjadi dengan interval yang
tidak teratur, dengan jumlah darah menstruasi bervariasi, pola menstruasi ini disebut metrorargia.
(Jones, 2002)

E. Penyebab Terganggunya Siklus Haid

Banyak penyebab kenapa siklus haid menjadi panjang atau sebaliknya. Penanganan kasus dengan
siklus haid yang tidak normal, tidak berdasarkan kepada panjang atau pendeknya sebuah siklus haid,
melainkan berdasarkan kelainan yang dijumpai :

1. Fungsi hormon terganggu

Haid terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di kelenjar hipofisa. Sistem
hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem
pengaturan ini terganggu, otomatis siklus haid pun akan terganggu.

2. Kelainan Sistemik

Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus haidnya karena sistem metabolisme
di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita yang menderita penyakit diabetes, juga
akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus haidnya pun tak teratur.

3. Stress

Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena stress, wanita akan menjadi
mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit- sakitan, sehingga metabolisme terganggu. Bila
metabolisme terganggu, siklus haid pun ikut terganggu.

4. Kelenjar Gondok
Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bias menjadi penyebab idak teraturnya siklus haid.
Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu
rendah (hipertiroid), yang dapat mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu.

5. Hormon prolakin berlebih

Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak haid, karena memang hormon ini
menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak sedang menyusui hormone prolaktin juga bisa
tinggi, buasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala (Sahara,
2009).

F. Intervensi yang dilakukan berdasarkan perubahan pada lamanya siklus haid

a. Polimenorea

Pemberian kontrasepsi oral yang dapat mengatur periode menstruasi.

b. Oligomenorea

Dalam rangka terapi umum dilakukan tindakan memperbaiki keadaan kesehatan, termasuk
perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat dan tenang, pengurangan berat badan pada
wanita yang obesitas serta pemberian hormon gonadotropin.

c. Amenorea

Menetapkan gangguan penyebab amenorea karena kelainan hormonal

1. Memberikan progestin

2. Kemungkinan gangguan ovarium

3. Dilakukan induksi ovulasi dangan pemeriksaan hormonal


4. Prolaktin

5. Pada disfungsi karena hiperprolaktikemia menstrual dapat diobati dengan

bromokprit (pardoled).

6. Bila gagal menentukan sebab amenorea, dilakukan :

- Laparoskopi

- Foto kepala untuk mencari penyebab sentral

G. Gangguan yang Berhubungan dengan Haid

a. Sindrom prmenstruasi (pre-menstrual syndrom/ PMS)

Merupakan keluhan-keluhan yang biasanya terjadi mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum
datangnya haid yang menghilang sesudah haid datang walaupun kadang-kadang berlangsung terus
sampai haid berhenti. Penyebab terjadinya tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah
ketidakseimbangan estrogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium,
penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan hormonal,
pada premenstrual syndrom terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi progesterone.

Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial juga memegang peranan penting. Yang
lebih mudah menderita keluhan-keluhan ini adalah wanita

yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor
psikologis.

Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia,
nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dsb. Sedang pada
kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi, dan peningkatan gejala-
gejala tersebut di atas (Manuaba, 2002).

b. Dismenorea
Dismenorea adalah nyeri atau rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan
gangguan pekerjaan sehari-hari. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan
mau pingsan, lekas marah, dll. Keluhan ini biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche.
Umumnya hanya terjadi pada siklus haid yang disertai pelepasan sel telur. Kadang-kadang juga pada
siklus haid yang tidak disertai pengeluaran sel telur (disebut siklus anovulatory), terutama bila darah
haid membeku di dalam rahim. Jadi rasa sakit terjadi ketika beku-bekuan itu didorong keluar rahim.
Rasa sakit yang menyerupai kejang ini terasa di perut bagian bawah. Biasanya dimulai 24 jam
sebelum haid datang dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa haid. Sesuatu itu semua
rasa tidak enak tadi hilang. Derajat rasa nyerinya bervariasi mencakup ringan (berlangsung beberapa
saat dan masih dapat meneruskan aktivias sehari-hari), sedang (karena sakitnya diperlukan obat
untuk menghilangkan rasa sakit, tetapi masih dapat meneruskan pekerjaannya), berat (rasa nyerinya
demikian beratnya sehingga memerlukan isirahat dan pengobatan untuk menghilangkan nyerinya).

Sebab dismenorea dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu dismenorea primer, semata-mata
berkaitan dengan aspek hormonal yang mengendalikan uterus dan tidak dijumpai kelainan anatomis,
umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid berevolusi. Dismenorea sekunder, rasa nyeri
yang terjadi saat menstruasi berkaitan dengan kelainan anatomis uterus seperti endometriosis dan
infeksi kronik genitalia interna (Manuaba, 2002).

Anda mungkin juga menyukai