topografi dan iklim yang hampir sama. Namun penggunaan varietas juga
dapat dipengaruhi oleh faktor profit bagi petani sebagai pelaku usaha tani,
maka terdapat varietas lokal yang dikembangkan petani seperti bibit
bawang merah, tomat, kentang, wortel dan cabai rawit.
a) Bawang Merah
Umumnya varietas yang digunakan petani Jeneponto di Kecamatan
Rumbia (Gambar 3) adalah varietas Filiphina. Penggunaan varietas ini
telah digunakan petani sejak tahun 2005 dan mulai berkembang di tahun
2011. Alasan pemilihan varietas ini dikarenakan umbi yang dihasilkan
lebih besar sehingga produksi juga lebih tinggi dibanding dengan varietas
Bima. Untuk luasan areal 1 Ha, bibit yang digunakan sebanyak 1,5 - 2 ton
dengan rata-rata produksi saat panen adalah 6 – 7 ton, umbi yang
dihasilkan berukuran besar dan berwarna merah cerah. Penggunaan
varietas ini juga dianggap petani lebih baik karena kesesuaian topografi
dan lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit.
Bibit yang digunakan adalah bibit yang bersumber dari pertanaman
petani sendiri yang telah disiapkan sebagai calon bibit (G2) jadi
merupakan bibit sudah tidak bersertifikasi. Selain hasil tanaman sendiri
yang telah disisihkan sebagian hasil panen, bibit juga berasal dari
Kabupaten Gowa (Malino), Kabupaten Bantaeng dan Kota Makassar yang
dibawa oleh pedagang ataupun petani itu sendiri. Pembelian atau
penggantian bibit dilakukan jika telah sampai turunan ke empat. Harga beli
bibit yang diperoleh selisih sekitar Rp 1.000 – Rp 2.000 dari harga jual
bawang merah konsumsi.
Perlakuan bibit yang sudah siap ditanam dilakukan secara
sederhana. Umbi bawang merah dipotong ± ½ bagian, selanjutnya
disimpan selama 2 – 3 hari di tempat penyimpanan bibit agar lebih mudah
tumbuh. Pemotongan dilakukan agar bibit dapat tumbuh lebih cepat dan
menghasilkan umbi lebih banyak dan besar. Sisa pemotongan pada
bagian atas tidak dimanfaatkan sama sekali.
14
Embung-embung
b) Tomat
Tomat merupakan komoditi unggulan di Desa Tompobulu
Kecamatan Rumbia Kabupaten Jeneponto, Berbeda dengan petani yang
berada di desa lain dalam kecamatan yang sama. Perbedaan pilihan
komoditi ini dipengaruhi oleh ketinggian tempat dan keinginan petani
dalam perolehan ekonomi. Petani di Tompobulu merasa lebih
menguntungkan membudidayakan tomat dibanding dengan bawang
merah. Penanaman dilakukan berdasarkan prioritas keuntungan petani
dan pertimbangan permintaan.
Budidaya tomat yang dilakukan di Tompobulu lebih membutuhkan
modal besar dalam perawatannya. Penggunaan pestisida dan pupuk lebih
tinggi dibandingkan dengan tanaman lainnya karena tingkat serangan
hama dan penyakit lebih dominan dibanding daerah lainnya.
Pemangkasan tunas air atau cabang tidak produktif dilakukan untuk
meningkatkan produksi tanaman. Pola penanaman lebih mengandalkan
pengalaman petani dalam menentukan waktu tanam. Pola tersebut
menerapkan sistem tumpangsari – tumpang gilir dan strip crop. Tanaman
sela menggunakan seledri daun, bawang daun dan wortel.
19
c) Cabai
Cabai menjadi komoditi andalan di Jeneponto, utamanya cabai rawit
yang dapat ditanam pada semua wilayah Jeneponto. Sedang sentra
penanamannya adalah Kecamatan Arungkeke. Cabai rawit asal
Jeneponto disenangi konsumen karena karakteristik berkulit tebal dan
lebih tahan lama untuk disimpan dan dikirim ke luar daerah.
Penanaman cabai rawit di Arungkeke dimulai pada bulan Januari
dan masa panen mulai bulan April hingga September. Hal ini disebabkan
masa produksi cabai sudah habis akibat ketersediaan air yang sudah tidak
ada. Sehingga produksi cabai rawit hanya dapat dipenuhi disaat musim
20
Tabel 4. Perbedaan sistem budidaya antara Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Enrekang
Aspek Daerah
No pendukung Keterangan
Kab. Enrekang Kab. Jeneponto
hortikultura
1. Daerah sentral Terdapat 5 kecamatan: Terdapat 2 kecamatan: Sentra pendukung tanaman cabai
budidaya 1) Anggeraja (bwg merah, cabai, tomat) 1) Arungkeke (cabai rawit) rawit dapat disokong diseluruh
2) Baraka (bwg merah) 2) Rumbia (bwg merah, cabai besar/ wilayah Jeneponto
3) Alla (bwg merah, cabai, tomat, kubis, seledri daun) keriting, tomat, kubis, seledri daun,
4) Baroko (bwg merah, cabai, tomat, kubis, seledri daun, kentang) kentang)
5) Masalle (bwg merah, cabai, tomat, kubis, seledri daun, kentang)
2. Periode - Bwg merah (oktober-nopember dan panen april-mei) - Bwg merah (sepanjang waktu dengan - Tanaman horti lainnya tidak
tanam/panen sistem tumpangsari-gilir/strip crop) memiliki periode tanam
- Cabai rawit (Januari) - Cabai rawit dipanen mulai bulan
april hingga september
3. 1) Varietas bibit - Bwg merah (Bima, Maja Cipanas, Trisula, Filiphina); - Bwg merah (Filiphina); - Var. Lokal hasil pertana man
- kubis (provit); - tomat (lokalan) - cabai rawit (lokalan) sendiri dengan memilih kriteria
- cabai (label biru) - kentang (kalosi) buah unggul
2) Sumber bibit - Bwg merah (Makassar, Bima, lokal); - Bwg merah (Makassar, Bantaeng, Bibit tidak bersertifikasi, tidak
- Kentang (IKB Baroko, luar daerah) Gowa/Malino, lokal); melalui karantina
- Bibit tanaman lainnya diperoleh di toko tani setempat - cabai rawit (perbanyakan petani setempat)
3) kebutuhan - bwg merah (masih dibutuhkan data) - cabai (2 ltr/Ha atau 200 Kg/0,2 Ha) Benih sudah dalam kemasan jual
bibit/benih - kubis (6 bungkus) - tomat (2 bungkus) - bwg merah (2 ton/Ha)
4) Perlakuan - Bwg merah (dilakukan pemotongan ±1/2 bagian umbi dan disimpan 1-2 - Bwg merah (dilakukan pemotongan ±1/2
bibit/benih hari) bagian umbi dan disimpan 1-2 hari)
- Benih horti lainnya disemai (bedengan, petak sederhana) - Cabai (disemai 2-2,5 bulan)
5) Produksi yang - Bwg merah (zona merah 10-12 ton/Ha, dan zona hijau ±18 ton/Ha) - Bwg merah (6-7 ton/Ha) - 1 peti setara dengan 40 Kg
dihasilkan - Kubis ( 6 bungkus = 10 ton) - Cabai (sekali panen rerata 135 Kg)
- Sekali panen menghasilkan 10 basket/keranjang/peti atau 400 Kg)
4. Sistem budidaya Rotasi (bawang – bawang – jagung/cabai/tomat) Tumpangsari – gilir dan strip crop Enrekang (Baroko / Masalle)
Monokultur (kubis) cenderung monokultur (kubis)
5. Teknologi Pompanisasi; sprinkler; embung-embung - Arungkeke (sawah tadah hujan)
- Rumbia (bendungan; cekdam; sprinkler
grafitasi; irigasi alur)
24
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 tentang sistem
budidaya untuk pasokan sayur di Jeneponto dan Enrekang. Berdasarkan
laporan tersebut, maka buatlah gambaran pola manajemen penggunaan
lahan yang digunakan oleh petani di kedua daerah tersebut:
Tugas dikumpul paling lambat tanggal 8 Juni 2015 pukul 15.00 wita.
***