Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH FARMASETIKA DASAR

SEDIAAN CAIR NON STERIL

Dosen pembimbing :Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt

DISUSUN OLEH :

1. Sri Mardiah Islami 11131020000005


2. Anis Fitriani 11141020000001
3. Zakiyyah Hamida Hasibuan 11141020000006
4. Putri Nuzulia Mat’any 11141020000010
5. Nurjihan Fahira 11141020000015
6. Anis Khoirun Nisa 11141020000021
7. Elsa Melian 11141020000024
8. Tri Desi Damayanti 11141020000029
9. Inez Latanza 11141020000084

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARI
HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……..………………………………………………..……………………..2


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………………4
1.2 Tujuan……………………………………………………………………………..5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan dalam Pembuatan Sediaan Larutan……...6
2.2 Larutan Oral dan Pembuatan Larutan Oral ……………………………………….9
2.2.1 Campuran Kering Untuk Larutan (Dry Syrup)…………………………..10
2.2.2 Larutan Rehidrasi Oral…………………………………………………...12
2.2.3 Larutan Oral Pencuci Kolon……………………………………………...12
2.2.4 Larutan Oral Magnesium Sitrat…………………………………………..13
2.2.5 Sirup……………………………………………………………………...13
2.2.6 Eliksir…………………………………………………………………….17
2.2.7 Suspensi………………………………………………………………….19
2.2.8 Emulsi……………………………………………………………………21

2.3 Larutan Topikal………………………………………………………………….25


2.3.1 Obat Semprot…………………………………………………………….25
2.3.2 Larutan Topikal Coal Tar (Ter) …………………………………………26
2.3.3 Larutan Topikal Hidrogen Peroksida……………………………………27
2.3.4 Larutan Topikal Povidon Iodin………………………………………….28
2.3.5 Tinktur…………………………………………………………………...28
2.4 Larutan Vaginal dan Rectal……………………………………………………...33
2.4.1 Vaginal Douches…………………………………………………………33
2.4.2 Enema Retensi…………………………………………………………...34
2.4.3 Enema Untuk Pengosongan Usus………………………………………..34
2.5 Larutan Oral Dental……………………………………………………………...35
2.5.1 Gargarisma (Gargle)……………………………………………………..35

BAB III KESIMPULAN………………………………………………………………..37


DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...38

2
BAB I

PENDAHULUAN

3
1.1 LATAR BELAKANG

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang terlarut, seperti terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur (Soetopo dkk, 2003). Penggunaan
larutan dalam bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis
daan memiliki ketelitin yang baik jika larutan diencerkan atau dicampur karena
molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata.

Zat yang terlarut dalam suatu larutan disebut sebagai solute, sedangkan
yang melarutkan solute dalam larutan disebut solvent / pelarut/ cairan pembawa.
Solvent yang biasa digunakan untuk melarutkan solute dalam larutan adalah,
sebagai berikut: (Soetopo dkk, 2003)

 Air untuk melarutkan bermacam-macam jenis garam, seperti NaCl, KCl,


Na2CO3,
 Spiritus untuk melarukan camphra, iodium, menthol,
 Gliserin utu melarutkan tanin (zat samak), borax, fenol,
 Eter untuk melarukan camphora, fosfor, sublimat,
 Minyak untuk melarutkan camphora dan menthol,
 Paraffin Liquidum untuk melarutkan cera, cetaceum,mnyak-inyak,
campora, menthol, chlorobutanol,
 Eter dan minyak tanah untuk melarutkan minyak-minyak lemak.

Larutan menurut rute pemberiannya dibagi menjadi larutan oral, larutan


topikal, larutan vaginal dan rektal, dan larutan oral dental. Larutan oral adalah
larutan yang diberikan melalui mulut dan melalui saluran pencernaan dalam
tubuh. Larutan topikal adalah larutan yang diaplikasikan pada bagian luar tubuh
(tidak untuk diminum). Larutan vaginal dan rektal adalah larutan yang
diaplikasikan pada bagian intim wanita dan bagian dubur untuk memeroleh efek
lokal. Sedangkan, larutan oral dental adalah larutan yang diaplikasikan untuk
rongga mulut untuk mendapatkan efek lokal (tidak untuk diminum).

4
1.2 TUJUAN

1. Mahasiswa dapat mendefinisikan berbagai jenis sediaan cair oral dan topikal.

2. Mahasiswa dapat membedakan berbagai jenis sediaan cair oral dan topikal

3. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor yang mempengaruhi kelarutan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Larutan Oral dan Pembuatan Larutan Oral

6
Sebagian besar larutan yang ditujukan untuk penggunaan oral
mengandung perasa dan pewarna agar sediaan menjadi lebih menarik dan
rasa yang tidak enak dari zat aktif tertutupi (Allen dkk, 2010). Biasanya,
dalam larutan juga terdapat bahan penstabil untuk menjaga kestabilan
fisika dan kimia zat aktif dan pengawet agar mikroorganisme tidak tumbuh
dalam interaksi kimia antar berbagai macam komponen apabila
diperlukan. Oleh karena itu, untuk melakukan formulasi diperlukan kehati-
hatian oleh seorang farmasis dalam mengatasi interaksi kimia antar
berbagai macam komponen dalam larutan yang dapat mengubah stabilitas
dan potensi zat aktif. Contohnya, apabila dalam suatu larutan mengandung
ester p – hidroksibenzoat (metil-, etil-, propil-, dan butil- paraben) yang
amat seing digunakan sebagai pengawet memiliki kecenderungan memisah
dan bereaksi dengan minyak (oleum) perasa tertentu. Efek partisi ini dapat
menurunkan konsentrasi efektif pengawet dalam medium air di bawah
rata-rata keefektifan sebagai pengawet yang telah ditetapkan sebagai
pengawet standar dalam sediaaan larutan farmasi.

Selain itu, formulasi sediaan larutan harus dirancang sedemikian


(harus homogen dan memenuhi keseragaman bobot) agar pada saat
digunakan pasien dengan takaran yang telah ditetapkan (5ml, 10ml,atau
15ml), pasien menerima dosis lazim setiap kali penakaran. Larutan oral
terbagi atas bermacam-macam jenis sediaan baik berdasarkan sistem
terdispersi maupun berdasarkan cairan pebawanya (pelarut yang
digunakan). Berikut adalah macam-macam larutan oral yang digunkaan
dalam kefarmasian.

2.2.1 Sirup Kering (Dry Syrup)

Dry syrup adalah campuran srbuk kering mengandung semua


komponen formulasi , meliputi obat, perasa, pewarna, dapar, dan
lainnya kecuali pelarut (Allen dkk, 2010). Suatu obat dijadikan sediaan

7
dry syrup karena obat tersebut tidak stabil dalam larutan air sehingga
tidak tahan lama dalam penyimpanan bila obat tersebut dilarutkan
dalam air.Biasanya, dry syrup berbentuk serbuk atau granul yang
dikema dalam botol, yang harus dilarutkan terlebih dahulu dengan
sejumlah air yang telah ditentukan oleh prdusen sebelum diberikan
kepada pasien.

Larutan akan tetap stabil apabila disimpan dalam lemari es


sampai jangka waktu yang tertera pada kemasan, biasanya 7-14 hari
tergantung pada pembuatannya (Allen dkk: 2010). Informasi penting
yang harus disampaikan kepada pasien, yaitu apabila dalam
pengobatan sirup masih tersisa, tetapi pasien telah sembuh, sirup yang
tersisa tersebut harus dibuang karena sudah tidak lagi layak untuk
dikonsumsi.Contoh serbuk yang diformulasikan sebagai dry syrup
sebagai berikut:

 Fluimucil

Source :wwwgoogle.com
Dengan potensi : Tiap 5cc syr kering mengandung Asetil sisteina
100mg. Indikasi : Pengencer sekresi mukus.

2.2.2 Larutan Rehidrasi Oral


Defenisi :
Larutan rehidrasi oral adalah laruta yang digunakan sebagai
pengobatan untuk menggantikan feses air yang hilang disebabkan
oleh diare serta penggunanan bahan makanan bernutrisi. Hal ini
dikarenakan, diare menyebabkan kehilangan ion natrium, kalium
dan bikarbonat. Dan bila berkelanjutan menyebabkan malnutrisi.

8
Karakteristik :
Larutan mengandung elektrolit, sehingga tidak boleh dicampur
dengan larutan air yang mengandung elektrolit lain, seperti susu
atau jus buah.
Kekuatan sediaan :
Satu liter larutan rehidrasi oral mengandung 45 mEq Na+, 20
mEq K+, 35 mEq Cl-, 30 mEq sitrat dan 25 mg dekstrosa.
Contoh produk :
Pedialyte dan rehydralyte

2.2.3 Larutan Oral Pencuci Kolon


Defenisi :
Larutan oral pencuci kolon adalah larutan atau obat yang
digunakan untuk prosedur seperti kolonoskopi terdiri dari
penggunaan diet cairan jernih selama 24 hingga 48 jam sebelum
prosedur digunakan.
Karakteristik :
Larutan iso-osmotik yang memiliki rasa sedikit asin.
Kekuatan sediaan :
Dalam setiap wadah sekali pakai 4.800 mL mengandung formulasi
PEG-3350 236,00g, Na sulfat 22,74g, Na bikarbonat 6,74g, Na
klorida 5,86g, dan Kalium klorida 2,97g.
Contoh produk :
larutan garam inggris

2.2.4 Larutan Oral Magnesium Sitrat


Defenisi :
Larutan oral magnesium sitrat adalah cairan tidak berwarna hingga
kuning pucat jernih mengandung gas, memiliki rasa manis, asam
dan lemon.
Karakteristik :

9
memiliki kecendrungan membentuk kristal padat selama
penyimpanan. Oleh karena itu, perlu diperhatikan
penyimpanannya. Karena larutan terkarbonasi, larutan tersebut
kehilangan karbonasi apabila dibiarkan saja setelah wadah dibuka.
Kekuatan sediaan :
Larutan ini mengandung sejumlah magnesium sitrat setara dengan
1,55 hingga 1,9 g magnesium oksida dalam 100 ml.
Contoh produk :
Solutio citratis magnesici

2.2.5 Sirup

Sirup adalah sediaan pekat mengandung air gula atau pengganti


gula dengan atau tanpa aroma dan bahan obat.

1. Karakteristik Sirup
Sirup memiliki beberapa karakteristik, sebagai berikut :
 Berupa cairan kental
 Mengandung sukrosa dalam jumlah yang tinggi
 Mudah dikonsumsi terutama untuk anak kecil
 Mudah dibsorbsi pada saluran cerna
 Rasa yang manis, harum, dan warna yang menarik
 Penggunaan bahan tambahan ditujukan untuk meningkatkan
viskositas dan memperlambat proses pengendapan sehingga sirup
menjadi stabil
2. Komponen Sirup
Sebagian besar sirup mengandung komponen sebagai berikut :
a. Gula
Sukrosa adalah gula yang sering digunakan dalam sirup.
Sebagian besar sirup mengandung sukrosa dengan proporsi tinggi
sekitar 60-80%. Namun, dalam kondisi tertentu sukrosa dapat
digantikan secara keseluruhan atau sebagian dengan gula yang lain
atau bahan seperti sorbitol, gliserin, dan propilen glikol. Dapat juga
digantikan dengan bahan nonglikogenesis yaitu bahan yang tidak
berubah menjadi glukosa di dalam tubuh. Seperti metil selulosa dan

10
hidroksietil selulosa. Kedua bahan tersebut tidak dihidrolisis dan
terabsopsi ke dalam aliran darah. Penggunaan kedua bahan tersebut
dapat menghasilkan pembawa seperti sirup yang ditujukan untuk
penderita diabetes dan pasien lain yang harus mengkontrol diet dan
pembatasan bahan glikogenesis.
b. Pengawet Antimikroba
Banyaknya pengawet antimikroba yang digunakan bergantung
pada proporsi air yang tersedia untuk pertumbuhan, kondisi dan
aktivitas pengawet pada beberapa bahan formulasi, dan kemampuan
pengawet itu sendiri. Pengawet antimikroba yang biasa digunakan
adalah asam benzoat 0,1-0,2%, natrium benzoat 0,1-0,2%, kombinasi
antara metilparaben, propilparaben, dan butilparaben 0,1%.
c. Pemberi Aroma
Sebagian besar sirup diberi aroma dengan pemberi aroma
sintetik atau bahan alami. seperti minyak jeruk, vanilin, dll. Sirup
adalah larutan mengandung air, maka pemberi aroma juga harus dapat
larut dalam air. Namun, terkadang ditambahkan sejumlah alkohol
untuk pemberi aroma yang tidak larut dalam air.
d. Pewarna
Untuk memperbaiki penampilan sirup digunakan bahan pewarna yang
berkolerasi dengan pemberi aroma yang digunakan, misalnya hijau
dengan mint, coklat dengan rasa coklat dsb. Pewarna larut dalam air,
tidak bereaksi dengan komponen lainnya, warna stabil pada rentang
pH dan dibawah intensitas cahaya yang kemungkinan akan dihadapi
selama masa simpannya.
3. Contoh Obat Sirup
a. Benacol DTM
Komposisi :
• Dextromethorphan HBr 7,5 mg
• Diphenhydramine HCl 12,5 mg
• Ammon Cl 100 mg
• K guaiacolsulfonate 30 mg
• Na citrate 50 mg
• Menthol 1 mg
Indikasi : Antitusif, ekspektoran
Dosis :
• Dws : 1-2sdt tiap 3-4 jam & 1 sdt pd malam hari

11
• Anak2 : 1/2 -1 sdt tiap 3-4 jam & 1 sdt pd malam hari
Efek Samping : Mengantuk, pusing, mulut kering

2.2.6 Eliksir
A. Pengertian

Eliksir merupakan larutan jernih, yang ditujukan untuk


penggunaan oral dan biasanya diberi aroma untuk memperbaiki
rasa. Eliksir tanpa bahan obat digunakan sebagai pembawa dan
eliksir yang mengandung bahan obat digunakan untuk memberikan
efek terapetik dari bahan obat yang dikandung

B. Karakteristik
1. Kurang manis dan kurang kental karena mengandung gula yang
lebih rendah, akibatnya eliksir kurang efektif dalam menutupi
bau dan rasa obat dibanding sirup.
2. Eliksir berkarakter hidroalkohol sehingga lebih baik daripada
sirup dalam hal mempertahankan komponen. Baik komponen
yang larut air maupun yang larut alkohol.
3. Lebih stabil dan dalam pembuatannya dapat dibuat dari sisi
industri lebih mudah dan sederhana.
4. Kelarutan air dan alkohol berbeda
5. Mengandung pemberi aroma, warna dan 10-20% alkohol yang
biasanya dapat mengawetkan sendiri tanpa bantuan
penambahan bahan antimikroba.

C. Eliksir Teofilin
1. Kekuatan sediaan
Sinonim: Theofin, Aqualin Asmafil.
Pemerian: Serbuk hablur putih, rasa pahit dan tidak berbau.
Kelarutan: sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam air
panas. Mudah larut dalam alkil hidroksida, sukar larut dalam
kloroform dan dalam eter.
Penyimpanan: dalam wadah tertutup.
Formulasi umum eliksir teofilin:
Teofilin 5,3 gram
Asam sitrat 10,0 gram
Glukosa cair 44,0 gram
Sirup 132,0 ml
Gliserin 50,0 ml
Larutan sorbitol 324,0 ml
Alkohol 200,0 ml

12
Sakarin Na 5,0 gram
Minyak lemon 0,5 gram
FDC Yellow No. 5 0,1 gram
Air murni untuk membuat 1.000,0 ml.

2. Info Penting

Eliksir mengandung obat yang diformulasikan sedemiian rupa,


sehingga pasien yang menerima dosis dalam takaran tertentu.
Mengandung khasiat sebagai obat asma, stimulasi SSP, dan
sebagai diuretik lemah.
Efek samping dari eliksir teofilin yaitu mual, gangguan saluran
cerna, sakit kepala, aritmia dan konvulsi terutama diberikan
intravena cepat.
Dosis dan aturan pakai: dewasa 130-150 mg, anak-anak 6-12
tahun 65-150 mg 3-4 kali sehari sesudah makan.
Indikasi: obstruksi jalan nafas reversibel asma akut berat.
Peringatan: penyakit jantung, hipertensi, tukak lambung,
gangguan hati, kehamilan dan menyusui.

2.2.7 Suspensi
Pengertian Suspensi
Suspensi merupakansediaan cair dalam bentuk sistem
dispersi. Pada dasarnya, di dalam sistem dispersi terkandung dua
fase berbedayang tidak tercampur sempurna, di mana di dalam
suspensi, kedua fase tersebut adalah fase padat dan fase cair.
Secara keseluruhan, suspensi tampak berbentuk cair atau liquid,
artinya fase padat dari suspensi terdispersi di dalam fase cair,
sehingga secara sederhana, suspensi didefinisikan sebagai sediaan
cair berupa sistem dispersi yang mengandung partikel padat tidak
larut di dalam fase cair.
Beberapa jenis suspensi ada yang disediakan dalam bentuk
siap digunakan, dan beberapa jenis lainnya ada yang disediakan
dalam bentuk serbuk kemudian dilarutkan dalam medium
pendispersinya terlebih dahulu ketika akan digunakan. Biasanya
jenis obat yang mengandung bahan tidak tahan terlalu lama kontak

13
dengan cairan, seperti antibiotik disediakan dalam bentuk serbuk
yang harus didispersikan terlebih dahulu sebelum digunakan.
Contoh suspensi (topikal):
 CaladineLotion
Indikasi :Mengatasi gatal dan alergi pada kulit
Komposisi : Per 60 ml mengandung
DifenhidraminHCl 2%, Calamine 5%, Zink Oxide 10%,
Glyserin 5%, champoraqs
Dosis : Bersihkan bagian kulit yang gatal,
lalu oleskan 2-4x sehari. Sebaiknya digunakan sehabis
mandi dan sore
Pemberian : Di oleskan ke bagian kulit yang
gatal atau alergi
Cara Penyimpanan : Disimpan ditemput sejuk pada suhu
kamar

Tujuan Pembuatan Suspensi


Senyawa kimia yang digunakan sebagai bahan aktif obat
memiliki sifat fisikokimia yang bervariasi, beberapa diantaranya
ada yang tidak stabil apabila dibuat dalam bentuk larutan, akan
tetapi stabil apabila dibuat dalam bentuk suspensi dengan medium
pendispersi tertentu. Selain itu, sediaan cair seperti suspensi lebih
baik untuk pasien balita, anak-anak, dan lansia karena mudah
untuk ditelan. Rasa tidak enak yang dimiliki obat dalam bentuk

14
suspensi juga mudah ditutupi dengan penambahan perasa atau
pemanis.

Kriteria Pembuatan Sediaan Suspensi


Agar memberikan efek terapetik yang diinginkan, secara
umum, sediaan berupa suspensi harus memiliki kriteria dan
persyaratan sebagai berikut.
1. Sukar mengendap
2. Mudah didispersikan kembali dengan pengocokan
3. Mudah dituang dari wadah

2.2.8 Emulsi

Definisi
Emulsi adalah suatu dispersi ketika fase terdispersi tersusun
globul kecil suatu cairan yang terdistribusi di seluruh pembawa
yang satu sama lain tidak saling campur.
Menurut FI Edisi IV, emulsi adalah sistem dua fase yang
salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang lain, dalam
bentuk tetesan kecil.
Menurut FI Edisi III, emulsi adalah sediaan yang
mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam
cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan
yang cocok.
Dalam istilah emulsi, fase terdispersi adalah fase internal
dan medium dispersi adalah fase eksternal atau kontinyu. Emulsi
dengan fase internal bahan berminyak dan fase eksternal air disebut
emulsi minyak dalam air (m/a, Oil in Water atau o/w). Sebaliknya,
emulsi yang memiliki fase internal berair dan fase eksternal
berminyak disebut emulsi air dalam minyak (a/m, Water in Oil atau
w/o).

Karakteristik Emulsi
Kestabilan dari suatu emulsi farmasi memiliki karakteristik
antara lain:

1. Tidak adanya penggabungan fase terdispersi

15
2. Tidak adanya creaming
Creaming dapat berpotensi terjadinya penggabungan fase
terdispersi secara sempurna. Disamping itu, pada emulsi yang
mengalami creaming, pengocokan yang tidak sempurna akan
berakibat tidak tercapainya pemberian dosis yang diharapkan
pada penggunaannya.

3. Memberikan penampilan, bau, warna dan sifat-sifat fisika


lainnya yang baik.
Contoh Sediaan Emulsi
Berdasarkan cara pemberiannya, bentuk sediaan emulsi di
golongkan menjadi:

1. Emulsi penggunaan per-oral


Biasanya mempunyai tipe minyak dalam air. Emulgator
merupakan film penutup dari minyak obatnya untuk menutupi
rasa tidak enak, zat perasa diberikan diberikan pada fase
ekstern untuk memberikan rasa enak. Sebagai contoh yaitu:

 Scott’sEmulsion
Golongan : Vitamin dan Suplemen Makan
Indikasi : Untuk memelihara daya tahan tubuh dan
memenuhi kebutuhan vit A dan D di dalam tubuh
Komposisi : Per 15 mL Cod liver oil 3 gr, (vit A 850 iu,
vit D 85 iu), Cahypophospite 148 mg, Na hypophospite 74
mg dengan ediblegumsandflavor
Dosis : Anak >12 tahun 1 sdm 3 x/hari, 7-12 tahun
1 sdm 2 x/hari, 1-6 tahun 1 sdm/hari
Pemberian : Diberikan sesudah makan

16
 Curcuma PlusEmulsion
Golongan : Vitamin dan Suplemen Makan
Indikasi : Membantu memenuhi kebutuhan vitamin
pada masa pertumbuhan, membantu memelihara daya tahan
tubuh, membantu memperbaiki nafsu makan
Komposisi : Tiap sendok makan (15 mL) mengandung :
Vitamin A 850 I.U Vitamin B1 3 mg Vitamin B2 2 mg
Vitamin B6 5 mg Vitamin B12 5 meg Vitamin
B5/Dekspantenol 3 mg Vitamin D 100 I.U Kalsium
Hipofosfit 500 mg Minyak Ikan Kod 7,5 mg Ekstrak
Curcumaxanthorrhiza 10 mg
Dosis : Dewasa : 3 kali sehari 1 sendok makan.
Anak-anak : 6 - 12 tahun : 2 kali sehari 1 sendok makan. 1 -
6 tahun : 1 kali sehari 1 sendok makan. 6 bulan - 1 tahun : 1
kali sehari 1/2 sendok makan

Pemberian : Diberikan sesudah makan

2. Emulsi penggunaan topikal


Baik bentuk minyak dalam air atau air dalam minyak yang
dapat dipakai untuk pemakaian kulit dan membran mukosa.
Sebagian besar lotion untuk tangan dan tubuh yang digunakan
untuk pengobatan kulit kering adalah emulsi minyak dalam air.

2.3 Larutan Oral dan Pembuatan Larutan Oral

2.3.1 Obat Semprot


Obat semprot dapat didefinisikan sebagai larutan mengandung air
atau berminyak dalam bentuk tetesan kasar atau padatan tebagi sangatt

17
halus yang digunakan secara topika,sebagian besar untuk sediaan
nasofaring atau pada kulit. Banyak oba semprot komersial yang
digunakan secara intranassal untuk memulihkan hidung tersumbat dan
iinfalamsi serta infksi, mengandung histamin, bahan simpatomimetik , dan
bahan antibiotik. Karena kondisi noninvasif dan cepatnya obat semprot
nasal menghantarkan obat secara sistemik, pada masa yang akan datang,
beberapa obat yang biasanya digunakan melalui rute yang lain, akan
diberikan melalui nasal. Sebagian obat khusus insulin dan glikagon akan
diberikan denagan metode ini. Penelitian menunjukan bahwa penggunaan
glukakon melalui obat semprot hidung dapat memulihkan gejala
hipoglikemi selama 7 menit, yang merupakan keuntungan mutlak untuk
pertolongan darurat konvesional intravena glikosa.

Obat semprot tersebut digunakan baik untuk obat resep, sepetri


nasalide (Syntex), dan obat bebas seperti nostrilla (Boehringer Ingelheim).
Keuntungan obat semrot dibandingkan ppenyemrot konvensional adalah
desain obat semprot baru tersebut mencegah kontaminasi kembali cairan
hidung dengan botol setelah digunakan.

Farmasis mengenal alat penyemprot obat adalah atomizer, alat ini


akan menngeluarkan obat dalam bentuk tetesan halus. Salah satu tipe
atomizer adalah memilki bola karet pada ujung alat, jika ditekan akan
menyebabkan aliran udara, sebagian masuk kedalam reservoir gelas dan
sebagian sebagian keluar dari sisi ujunng yang berlawanan sistem.
Kekuatan udara dalam reservoir menyebabkan cairan naik ke tube kesil,
memaksa aliran naik dan terbawa menuju aliran udara dalam sistem. Udara
dan larutan dipaksa melewati bukaan pancaran dan larutan terpecah
menjadi semprotan, tetesan terbawa aliran udara.

Contoh larutan dan tinktur yang ditunjukan untuk penggunaan kulit


disajikan pada tabel. Sebagaimana ditunjukan pada tabel tersebut, sebagian
besar sedian digunakan sebagai bahan antiinfeksi.

TABEL CONTOH LARUTAN YANG DIAPLIKASIKAN KE KULIT

LARUTA LARUTAN KANDUNGA PEMBAWA KATEGORI


N KOMERSIA N BAHAN DAN
L TERKAIT AKTIF KETERANGA
DALAM N
PRODUK
KOMERSIAL
Coal tar 20% Alkohol Antieksim,
antisoriasis

18
Hidrigen 3% Mengandun Anti infeksi
Peroksida g air topikal
Povidon Larutan 7,5% dan 10% Mengandun Anti infeksi
iodine betadin g air topikal

2.3.2 Larutan Topikal Coal Tar (Ter)


Larutan topikal coal tar mengandung 20% coal tar dan 5%
polisorbat 80. Larutn dibuat dengan mencampur coal tar dengan dua
setengah kali berat pasir pencuci, ditambahkan polisorbet 80 dan sebagian
besar alkaohol, kemudian dimeserasi selama 7 hari dalam bejana tertup
dengan pengadukan berkala diikuti dengan penyaringan dan penyusuaian
volume yang tepat dengan alkohol. Kandungan akhir alkohol adalah 81%
hingga 86%.

Coal tar merupakan cairan kental kehitaman memiliki karateristik


bau menyerucpai naftalen dan rasa yang tajam dan membakar. Coal tar
adalah tar yang diperoleh sebagai produk sampingan selama destilasi
dekstrukfif coal.coal tak sukar larut dalam air dan larut sebagian dalam
pelarut organik, termasuk alkohol. Dalam pembuatan larutan resmi, coal
tar dicampur dengan pasir untuk mendistribusikannya secara mekanis dan
menghasilkan luas permukaan tar yang besaryang tekena aksi pelarut
alkohol. Selama meserasi atau perendaman, komponen tar larut alkohol
akan larut meninggalkan bagian yang tidak terlarut yang menempel
dalampasir. Penyaringan menghilangkan pasir dan komponen tar yang
tidak larut dari larutan. Wadah tempat larutan harus dibilas dengan
alkohol, dan pencuci harus dilewatkan melalui kertas saring dalam
penyusuaian volume akhir larutan.

Dalam peracikan resep dan penggunaan terapetik sedian tersebut


pada kulit, larutan sering kali dicampur dengan sediaan yang mengandung
air atau diencerkan dengan air secara sederhana. Karena coal tar sukar lrut
dalam ai, coal tar akan terpisah dari larutan tetapi bukan karena polisorbat
80%. Bahan tersebut tersedia secara komersial sebagai tween 80,
merupakan cairan berminyak dan merupakan surfaktan nonionik. Tween
80 cukp efektif dalam mendispersikan komponen coal tar tidak larut air
dalam pencampuran dengan sediaan yang mengandung air.

Coal tar merupakan antieksematik lokal yang digunakan untuk


pengobatan luar dan digunakan secara luas ppada kondisi kulit kronis

19
setelah diencerkan dengan sekitar 9 volume air attau kombinasi dengan
berbagai bahan lain seperti losion, salep, atau larutan.

2.3.3 Larutan Topikal Hidrogen Peroksida


Larutan topikal hidrogen peroksida mengandung 2,5% hingga
3,5% hidrogen peroksida, pengawet yang sesuai, denagan total tidak
lebih dari 0,05% dapat ditambahkan.

Salah satu metode pembuatan menggunakan aksi baik asam fosfat


maupun sulfat dalam barium peroksida, metode ini menggunakan oksidasi
elektrolit dari larutan dingin asam sulfat pekat untuk membentuk assam
persulfat. Larutan encer mengandng 3% hdrogen peroksida dn melepaskan
oksigen 10 kalinya, dapat dibuat dari larutan pekat.

Larutan hidrogen peroksida merupakan cairan jernih, tidak


berwarna dapat tidak berbau atau berbau ozon. Larutan hidrogen peroksida
biasanya terurai dalam penyimpananyang lama membentuk oksigen dan
air. Bahan pengawet, seperti asetanilid seringkali digunakan untuk
memperpanjang dekomposisi. Dekomposisi dipercepat akibat adanya
cahaya dan panas,dan karena alasan tersebut larutan harus disimpan di
tempat yang tertutup rapat, tidak tembus cahayya dan lebih disukai
disimpan pada suhu tidak lebih dari 35 0C. Larutan hidrogen peroksida
dikategorikan sebagai antiinfeksi lokal pada penggunaan topikal pada kulit
dan membran mukosa.

2.3.4 Larutan Topikal Povidon Iodin

Bahan povidon iodin merupakan kompleks kimia antar


iodin dengan polivinilpirolidon. Polivinilpirolidon merupakan
polimer yang memiliki berat rata-rata sekitar 40.000. kompleks
povidon iodin umumnya mengandung kira – kira 10% iodin dan
lepas perlahan ketika digunakan pada kulit.

Sediaan ini digunakan secara topikal sebagai penggosok


pada pembedahan dan larutan antiseptik yang tidak mengiritasi,
dengan efektivitas povidon iodin yang secara langsung disebabkan

20
olehada dan lepasnya iodin dari kompleks. Larutan komersial :
betadin.

2.3.5 Tinktur

Tinktur adalah larutan beralkohol atau hidroalkohol yang


dibuat dari bahan tanaman atau bahan kimia (Allen dkk, 2010).
Menurut Soetopo, tinktur adalah sediaan cair yang dibuat dengan
cara maserasi atau perkolasi simplisia nabati atau hewani atau
dengan cara melarutkan senyawa kimia dalam pelarut yang terera
pada masing-masing mongrafi. Tingtur memiliki berbagai macam
metode pembuatan, kekuatan bahan aktif, kandungan alkohol, dan
tujuan penggunaan obat atau farmasi. Jika tingtur dibuat dari bahan
kimia (seperti, iodine, thimerosal), tinktur dibuat dari larutan
sederhana bahan kimia dalam pelarut.
Kandungan alkohol dalam tinktur, sekitar 15-80%, mencegah
pertumbuhan mikroba dan bahan yang terekstrak, yang larut
alkohol dalam larutan.Campuran pelarut pada masing-masing
penting dalam mempertahankan integritas produk. Pelarut lain
yang dapat digunakan sebagai campuran adalah gliserin.
Karakteristik tinktur, yaitu mudah menguap karena
mengandung alkohol sehingga harus ditempatkan dalam wadah
bertutup rapat. Selain itu, tinktur tidak boleh terpapar suhu berlebih
dan cahaya karena adanya berbagai kandungan dalam tinktur yang
mengalami perubahan fitokimia bila terpapar cahaya matahari.
Oleh karena itu, beberapa tinktur harus disimpan dalam wadah
yang terlindung dari cahaya matahari seperti botol buram atau
botol yang dilapisi alumunium foil.
Tinktur yang mengandung obat yang diberikan secara oral
antaralain paregoric USP atau tinktur opium yag mengandung
camphora. Tinktur opium USP atau laudanummerupakan tinktur
yang lebih poten daaripada tinktur paregoric USP. Namun, saat ini
pasien yang memerlukan pengobatan dengan tinktur melalui oral

21
lebih memilih dalam bentuk tablet, kapsul, eliksir dengan rasa yang
enak, atau sirup karena tinktur memiliki kandungan alkohol yang
lebih tinggi.
Tinktur yang digunakan secara topikal meliputi tinktur iodin,
tinktur benzoin, dan tinktur thimerosal.
 Tinktur Iodin
Tinktur iodin adalah tinktur yang dibuat dengan melarutkan
2% iodin dan 2,4% NaI dalam sejumlah alkohol sebesar
separuh volume tinktur yang akan dibuat, kemudian
diencerkan dengan sejumlah air yang cukup. Tinktur iodin
digunakan untuk antiinfeksi lokal yang diaplikasikan pada
kulit sebagai P3K dalam rumah tangga. Karakteristik
tinktur iodin antaralain meninggalkan warna cokelat
kemerahan pada kulit yang menggambarkan aplikasi pada
area kulit. Serta tinktur harus ditutup rapat untuk
menghindari peguapan alkohol. Contoh produk:

a. Tingtur iodin (FORNAS II)

Source: www.google.com

Dengan potensi: Tiap 100 ml megandung iodium


2g, NaI 2,4g, etanol 50ml, aqua dest ad 100ml.
Indikasi: Larutan antiseptik dan desinfektan.
b. Panugon
Dengan potensi: Tiap 15ml larutan mengandung
asam salisilat 600mg, asam benzoat 600mg, iodine

22
75mg, suractan agent 150mg, etanol ad 15ml.
Indikasi: Fungisidum (ISO vol 47).
 Tintur Benzoin (Kemenyan)
Tinktur benzoin adalah tinktur yang dibuat melalui
maserasi dalam alkohol dari 10% benzoin dan sejumlah
kecil aloe, storax, dan tolu balsam dengan total keseluruhan
24% bahan awal. Tinktur ini diketagorikan sebagai
protektan. Tinktur benzoin disebut sebagai protektan
karenadignakan untuk melindungi dan memperkuat kulit
pada pengobatan luka yang disebabkan terlalu lama
berbaring, pecah pada putting susu, dan retakan pada bibir
dan dubur.Tinktur ini disimpan dalam wadah tertutup rapat
dan terlindung dari cahaya. Tinktur harus terhindar dari
paparan sinar matahari langsung. Contoh produk:
Benzoin Tinktur

Source: www.google.com
Dengan potensi: Mengandung 10% benzoin, 24%
campuran aloe, storax, dan tolu balsam, alkohol 77%.
Indikasi: Melindungi dan memperkuat kulit pada
pengobatan luka yang disebabkan terlalu lama berbaring,
pecah pada putting susu, dan retakan pada bibir dan dubur.

 Tinktur Thimerosal
Tinktur thimerosal adalah tinktur yang dibuat melalui
maserasi dalam campuran air-aseton, dan sekitar 50%

23
alkohol. Dalam tinktur ini tidak mengandung NaCl dan
Na2BO3. Disimpan dalam wadah yang tidak mengandung
logam seperti wadah gelas atau wadah lain yang sesuai
karena menyebabkan tinktur terdekomposisi. Tinktur
berwarna orange merah dan berfluoresensi kehijauan. Noda
merah tertinggal pada area penggunaan. Tinktur thimerosal
biasa digunakan sebagai cairan antiseptik rumah tangga
yang diaplikasikan pada kulit tergores atau teriris dan
digunakan untuk preparasi pasien sebelum pembedahan.
Contoh produk:
Thimerosal Tinktur

Source: www.google.com

Dengan potensi: Tiap 100 cc mengandung 0,1 gram


thimerosol, bahan pewarna inert dalam campuran Isopropyl
dan Ethyl Alkohol (50%), Aseton 10 cc, Monoethanolamine
0,1 g, air ad 100 cc. Indikasi:Membasmi kuman untuk
persiapan presurgical kulit dan pertolongan pertama
antiseptis. Informasi penting: Jangan digunakan dengan
kombinasi asam, garam-garam dari logam berat atau
yodium, Luka jangan dibalut saat basah setelah dibalur
tinktur.

2.4 Larutan Vaginal dan Rectal

2.4.1 Vaginal Douches

24
Larutan dapat dibuat dari larutan serbuk,cair atau larutan
pekat. Dalam penggunaan larutan pekat,pasien diminta untuk
menambahkan sejumlah konsentrat yang diresepkan pada sejumlah
tertentu air hangat. Larutan yang dihasilkan mengandung jumlah
bahan kimia yang tepat pada kekuatan yang tepat. Bahan tersebut
menyerupai bahan yang dijelaskan untuk serbuk pembilas. Serbuk
digunakan untuk membuat larutan pembilas vagina,misalnya untuk
memebersihkan vagina. Serbuk tersebut dapat dibuat dan dikemas
dalam kemasaan besar atau satuan. Kemasan satuan dirancang
mengandung sejumlah serbuk yang tepat untuk membuat sejumlah
volume spesifik pada larutan pembilas. Serbuk terbagi dapat
digunakan dengan sendok teh atau sendok makan dalam
pembuatan larutan yang diinginkan. Pengguna dengan mudah
menambahkan sejumlah serbuk yang diresepkan pada sejumlah
volume air hangat dan diaduk hingga melarut. Komponen serbuk
pembilas adalah berikut ini :
1. Asam borat atau natrium borat
2. Astringen.sebagai contoh kalium,alum,alum ammonium,zink
sulfat
3. Antimikroba,sebagai contoh oksikuinolin sulfat,povidon iodin
4. Senyawa ammonium kuartener,sebagai contoh benzetonium
klorida
5. Detergen, sebagai contoh natrium lauril sulfat
6. Bahan pengoksidasi, sebagai contoh natrium perborat
7. Garam, sebagai contoh natrium sitrat, natrium klorida
8. Aromatik, sebagai contoh mentol,timol,eukaliptol,matal
salisilat,fenol

Serbuk pembilas digunakan karena efek higienisnya.


Sejumlah kecil seruk pembilas mengandung bahan anti infeksi
terapeutik khusus seperti yang disebutkan mengenai supositoria
vaginal yang digunakan untuk melawan infeksi monilial dan
trikomonal.

2.4.2 Enema Retensi

25
Sejumlah larutan digunakan melalui rektal untuk efek lokal
(misal hidrokortison) atau untuk absorpsi sistemik (misal
aminofilin). Pada kasus aminofilin,penggunaan melaalui rektal
akan meminimalkan reaksi yang tidak diinginkan disaluran
pencernaan yang disebabkan oleh penggunaan per oral. Kadar obat
dalam darah yang efektif secara klinis biasanya dicapai setelah 30
menit setelah aktivitas rektal. Kortikosteroid digunakan sebagai
enema retensi atau tetesan infus kontinu sebagai pengobatan
penunjang pada pasien dengan kolitis ulseratif.

2.4.3 Enema Untuk Pengosongan Usus

Enema rektal digunakan untuk membersihkan usus. Secara


komersial,banyak enema tersedia dalam kemasan botol semprot
plastik. Bahan yang digunakan adalah larytan natrium fosfat dan
natrium bifosfat,gliserin dan kalium dokusat,dan parafin cair.
Penjelasan dari farmasis diperlakukan untuk menjamin
bahwa pasien telah menggunakan produk tersebut dengan tepat.
Pasien harus disarankan untuk memasukkan unjung produk secara
perlahan dengan tekanan tepat dan diberi tahun bahwa tidak perlu
menyemprotkan seluruh kandungan dalam botol plastik. Pasien
harus diberi tahu bahwa produk akan bekerja dalam waktu 5
hingga 10 menit.

2.5 Larutan Oral Dental

2.4.1 Gargarisma (Gargle)

 Gargarisma atau obat kumur mulut adalah sediaan berupa larutan


umumnya dalam keadaan pekat yang harus diencerkan dahulu
sebelum digunakan. Dimaksudkan untuk digunakan sebagai
pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan. Perlu addanya
penandaan :

26
1. Petunjuk pengenceran sebelum digunakan
2. ”hanya untuk kumur, tidak ditelan”

 Contoh Sediaan

Hexadol

Indikasi : Gingivitis (radang gusi), periodontitis (radang jaringan


ikat penyangga akar gigi), stomatitis (radang rongga mullut),
sariawan di mulut, angina Vincent (radang selaput lendir mulut
dengan tukak-tukak berselaput), tonsilitis (radang tonsil/amandel),
faringitis (radang tekak), sakit tenggorokan.

Dosis : Kumur 15ml 30 detik pada pagi dan malam, atau oleskan
pada luka dengan lidi di kapas.

Komposisi : Heksetidin 0,1%

Tantum Verde

Indikasi : Peradangan pada rongga mulut : faringitis (radang


tekak), tonsilitis (radang tonsil/amandel), sariawan, mukositis,
glositis (radang lidah), tonsilektomi (mengeluarkan seluruh tonsil
dengan pembedahan), setelah cabut gigi, stomatitis (radang rongga
mulut), periodontitis (radang jaringan ikat penyangga akar gigi),
gingivitis (radang gusi), setelah mengikir gigi.

27
Dosis dan cara pemakaian : 2-3x 15ml sehari. Dikumur 1 menit
kemudian buang. Jangan lebih dari 7 hari

Komposisi

Benzidamin-HCL 7,5 mg/5ml obat kumur

BAB III

KESIMPULAN

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
terlarut, seperti terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau
campuran pelarut yang saling bercampur. Berdasarkan jenis pemakaiannya,larutan
dapat dibagi menjadi larutan oral dan topikal. Pada larutan oral biasanya
ditambahkan perasa dan pewarna agar sediaan menjadi lebih menarik dan rasa
yang tidak enak dari zat aktif tertutupi.

Faktor yang mempengaruhi kelarutan dalam pembuatan sediaan larutan


diantaranya: 1) Sifat dari solute dan solvent , 2) Pelarut campur (Cosolvent) , 3)
Kelarutan, 4) Temperatur, 5) Salting Out, 6) Salting in , 7) Pembentukan
Kompleks

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Allen, Loyd V dkk. 2010. Ansel Bentuk Sediaan Farmasetis & Sistem
Penghantaran Obat Edisi 9. Jakarta: EGC.
2. Anonim. 2012. ISO Inforasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: PT. ISFI
Penerbitan.
3. Anonim. 2014. Farmakope Indonesia V. Jakarta: DEPKES RI.
4. Soetopo, Seno dkk. 2003. Ilmu Resep Teori Jilid II (untuk kelas II) Cetakan
Kedua. Jakarta: DEPKES RI.

29

Anda mungkin juga menyukai