Anda di halaman 1dari 19

Bagian IV: SISTEM TRANSPORTASI

PENGERTIAN
Alat transportasi dalam bangunan merupakan alat yang menunjang atau memberi
fasilitas sirkulasi dalam bangunan gedung bertingkat, serta merupakan sarana
prasarana yang memperlancar pergerakan manusia di dalamnya.

UMUM

TANGGA

MANUAL DARURAT

RAMPS

TRANSPORTASI
DALAM BANGUNAN

ESKALATOR

MEKANIS CONVEYOR

PENUMPANG
LIFT (ELEVATOR)

BARANG

Universitas Gadjah Mada 1


SISTEM TRANSPORTASI MANUAL
yang juga biasa disebut sistim transportasi tanpa mesin yang ada dalam bangunan
adalah tangga dan ramps. Tangga merupakan alat transportasi vertikal
menghubungkan antar lantai tanpa menggunakan mesin. Penggunaan tangga pada
bangunan bertingkat lebih dari tiga lantai, pada umumnya adalah untuk keadaan
(tangga darurat). Ramps diperuntukkan bagi sirkulasi beroda seperti gerobag untuk
barang dan pengguna kursi roda.

TANGGA
A. TANGGA UMUM
Syarat tangga umum:
 Kemiringan sudutnya tidak lebih dari 38 derajat.
 Jika jumlah anak tangga lebih dari dua betas anak tangga, maka harus memakai
bordes.
 Lebar anak tangga untuk satu orang cukup 90 cm, sedangkan untuk dua orang
110-120cm.
 Tinggi balustrade sekitar 80-90 cm.

Perhitungan tangga:
60 cm < 2p + t < 65
 Tinggi optrede maupun antrede mempengaruhi kenyamanan, sehingga orang yang
naik tidak cepat lelah dan yang turun tidak mudah tergelincir.
 Pada bangunan komersial, kemiringan dan jenis tangga harus diperhatikan, karena
sangat mempengaruhi kenyamanan dan estetika dalam bangunan.

B. TANGGA DARURAT
Syarat tangga darurat:
 Kemiringan maximum 40 derajat
 Letak antar tangga darurat dalam bangunan 30-40 m (+100 feet)
 Harus terlindung dengan material tahan api termasuk dinding (beton) dan pintu
(metal) tahan api

Universitas Gadjah Mada 2


 Dilengkapi penerangan yang cukup dengan listrik cadangan menggunakan baterai
selama listrik bangunan dimatikan karena keadaan darurat
 Dilengkapi peralatan darurat
 Suplai udara segar diatur / dialirkan (menggunakan Exhaust fan atau Smoke
Vestibule pada puncak / ujung tangga) sehingga pernafasan tidak terganggu
 Pintu pada lantai terbawah terbuka langsung ke arah luar gedung
 Pada tangga darurat, tiap lantai harus dihubungkan dengan pintu masuk ke dalam
ruang tangga tsb.

RAMPS
Menurut kemiringannya, ramps dibagi menjadi:
1. Ramps rendah sampai dengan 5% kemiringan 0-50). Ramps jenis low atau landai
ini tidak perlu menggunakan anti selip untuk lapisan permukaan lantainya.
2. Ramps sedang atau medium dengan kemiringan sampai dengan 7% (50-100)
dianjurkan menggunakan bahan penutup lantai anti selip.
3. Ramps curam atau steep dengan kemiringan antara sampai dengan 90% (100-200)
yang dipersyaratkan harus menggunakan bahan anti selip pada permukaan lantai
dengan dibuat kasar. Untuk manusia, dilengkapi dengan railing terutama untuk
handicapped / disabled person (penderita cacat tubuh, yang sekarang lebih dikenal
sebagai para "Difable" atau Different ability people).

SISTEM TRANSPORTASI MEKANIS


Sistem transportasi jenis ini juga dikenal sebagai sistim transportasi dengan mesin
penggerak. Ada dua macam sistim transportasi jenis mekanis ini, ialah escalator (tangga
berjalan) dan elevator (lift).

ESKALATOR
Escalator atau tangga berjalan adalah alat transportasi antar lantai, sebagaimana tangga
(manual) yang menghubungkan satu lantai dengan satu lantai yang di atasnya maupun di
bawahnya dengan menggunakan sistem tangga yang berjalan dengan bertenaga/bergerak
atas bantuan tenaga mesin. Secara horizontal dibutuhkan ruang cukup luas untuk fasilitas
ini, karenanya, escalator biasa digunakan pada bangunan yang bersifat publik seperti mall,
bandar udara, dll.

Universitas Gadjah Mada 3


KECEPATAN (m/detik) LEBAR (m) KAPASITAS ANGKUT (orang/menit)
0,85 65
0,45 1,05 95
1,25 125
0,85 90
0,60 1,05 120
1,25 150
0,85 95
0,75 1,05 125
1,25 155

Syarat eskalator:
 Dilengkapi dengan railing,
 Tidak ada celah antara lantai dengan anak tangga pada escalator, dan
 Sebaiknya didesain secara otomatis.

PERLETAKAN ESKALATOR:
 Paralel. Diletakkan secara paralel. Perencanaannya lebih menekankan segi
arsitektural dan memungkinkan sudut pandang yang luas.
 Cross Over. Perletakan bersilangan secara menerus (naik saja atau turun saja).
Kurang efisien dalam sistim sirkulasi tetapi bernilai estetis tinggi.
 Double Cross Over. Perletakan bersilangan antara naik dan turun, sehingga dapat
mengangkut penumpang dengan dalam jumlah lebih banyak.

Gambar: Perletakan escalator pada lantai bangunan berlantai banyak

Universitas Gadjah Mada 4


Tabel: Perbandingan antara lebar, kecepatan dan kapasitas penumpang escalator
KAPASITAS (jumlah penumpang/menit)
LEBAR KECEPATAN (m/detik)
(m) 0,45 0,6 0,75

0,85 65 90 95
1,05 95 120 125
1,25 12 150 155

ELEVATOR (LIFT)
Lift adalah alat transportasi vertikal antar lantai dalam bangunan bertingkat secara
menerus dengan menggunakan tenaga mesin. Fasilitas transportasi vertikal pada
bangunan berlantai banyak ini hanya membutuhkan ruangan yang relatif kecil. Lift
mempunyai kecepatan yang lebih tinggi dibanding alat transportasi dengan mesin lain
dalam hal memindahkan barang atau orang. Umumnya lift digunakan pada bangunan
yang mempunyai jumlah lantai lebih dari tiga.

Universitas Gadjah Mada 5


SEJARAH ELEVATOR:
 Elevator pertama kali diciptakan setelah revolusi industri, oleh Elisha Graves Otis
dan diperkenalkan kepada masyarakat umum pada New York Chrystal Exhibition
tahun 1853. Pemasangan elevator untuk pertama kali adalah pada bangunan
E.V.Houghwout dan Co's Store di Broadway, New York, Amerika Serikat pada
tahun 1857.
 Perkembangan teknologi elevator saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat
pesat, sehingga konsumen dapat dengan leluasa menentukan jenis lift yang sesuai
dengan kebutuhan dan desainnya.
 Saat ini merk elevator yang telah beredar di pasaran adalah General Electric, Gold
Star, Hitachi, Hyundai, Mitsubishi, Montgomery, Otis, Orenstein Et Koppel, Toshiba,
Westinghouse dsb.

JENIS ELEVATOR
BERDASARKAN SISTEM PENGGERAKNYA

A. TRACTION SYSTEM
Cara kerja sistim ini dengan menarik ke atas sebuah kabin (car) dengan penggantung
kabel baja, rel, dan beban pengimbang (counter weight) oleh motor listrik. Terdapat dua
jenis lift dengan mesin traction ini, yaitu:
 Traction System dengan arus bolak-balik, terdiri atas tiga sistim lainnya, yaitu:
type 2 speed elevator, sistim VVAC, dan sistem VVVF.
 Traction System dengan arus searah, terdiri atas dua sistim lainnya, yaitu: sistim
DC Gearless dan sistim Geared.

Beberapa catatan dari beberapa sistim di atas:


 Sistim 2 speed elevator adalah sistim traction AC dimana terdapat dua kecepatan
motor, yaitu pada waktu start dan stop, serta pada waktu running.
 Sistim VVAC adalah sistim traction mesin AC dimana pengaturan kecepatan
dipergunakan dengan sistem arus bolak-balik dan perubahan tegangan.
 Sistim VVVF adalah sistim traksi mesin dengan mempergunakan variable voltage
dengan variable frequency.
 Sistim DC Gearless (tak bergigi) dan Geared (bergigi) adalah sistim mesin
traction dengan mempergunakan motor DC. DC Gearless System sangat smooth
(lembut) dan umumnya karena mahal harganya dipergunakan untuk sistim dengan
kecepatan tinggi.

Universitas Gadjah Mada 6


B. HYDRAULIC SYSTEM
Cara kerja sistem ini adalah dengan mempompakan minyak dari reservoir ke plunger
sehingga bergerak ke atas mendorong kabin (car) dan turun karena gaya gravitas bumf.
Elevator jenis ini mempunyai kecepatan yang relatif lebih rendah dibanding sistem
traction. Maka umumnya banyak gedung memakai sistem traction karena disamping
lebih cepat juga perawatannya lebih mudah.

JENIS ELEVATOR BERDASARKAN PENGGUNAANNYA


A. ELEVATOR PENUMPANG
Elevator jenis ini biasa dipakai untuk fasilitas transportasi vertikal manusia pada gedung
berlantai banyak:
a. Elevator Konvensional
Elevator ini merupakan jenis yang paling banyak dipakai, satu car memiliki satu
cabin dan satu motor penggerak, Berta pada umumnya terletak di dalam shaft yang
tertutup.
b. Double-deck Elevator
Jenis elevator ini hampir sama dengan elevator konvensional, hanya pada setiap
unit car memiliki dua cabin dan daya angkutnya menjadi besar.
c. Observation Car Elevator
Elevator ini merupakan pengembangan dari lift penumpang yang bergerak pada rel
yang terletak ditepi suatu dinding core. Salah satu sisi dari kabin biasanya diganti
dengan kaca yang dapat memungkinkan penumpang untuk melihat keluar.
d. Slant Elevator
Jenis ini merupakan pengembangan dari jenis lift konvensional yang tidak bergerak
vertikal penuh tetapi mempunyai sudut kemiringan tertentu. Elevator ini digerakkan
oleh satu motor penggerak dengan sistem traction.
e. Chair Elevator
Jenis elevator ini merupakan alat bantu khusus sehingga sering tidak dimasukkan
dalam kategori lift. Lift jenis ini merupakan lift yang khusus diciptakan sebagai alat
bantu bagi orang cacat, sehingga bentuknya menyerupai kursi yang bergerak pada
sisi dalam sepanjang tangga biasa.

Universitas Gadjah Mada 7


Syarat khusus lift penumpang:
1. Waktu menunggu tidak boleh terlalu lama.
2. Kecepatan yang disarankan:
JUMLAH LANTAI KECEPATAN DALAM (meter/menit)
4-10 60-150
10-15 150-210
15-20 210-240
20-50 240-360
lebih 50 360-450
RUMAH SAKIT 150-210
RUMAH TINGGAL 60

Universitas Gadjah Mada 8


Universitas Gadjah Mada 9
Universitas Gadjah Mada 10
Universitas Gadjah Mada 11
B. ELEVATOR BARANG
 Elevator barang ini biasa dipakai pada bangunan bengkel, industri, gudang dan
gedung parkir.
 Sistim penggerak dapat memakai sistem traction ataupun hydraulic, car dibuat dari
logam dan lapisan kayu pada lantainya serta telah dipersiapkan sedemikian rupa
untuk menerima benturan ataupun gesekan dengan barang yang diangkut.
Penerangan pada car mutlak diperlukan.
 Pada fasilitas elevator barang, car harus dilengkapi dengan peralatanperalatan yang
otomatis. Terutama dalam pengaturan penaikan ke lantai dengan menggunakan
automatic levelling.
 Pintu masuk pada elevator barang, umumnya dapat dibuka secara vertikal dan
minimum mempunyai ketinggian 6 (enam) kaki atau sekitar 2 meter.
 Komposisi yang dipersyaratkan, setiap lima lift penumpang diperlukan satu lift
barang. Kapasitas lift barang berkisar antara 1-5 ton.
 Ukuran dalam lift barang berkisar antara 1,60x2,10 meter sampai 3,10x4,20 meter,
dengan kecepatan bergerak maksimum 1,50-2,0 meter/ detik, sedangkan kecepatan
rata-rata yang ideal 0,25-1 meter/detik. Pada umumnya lift barang bergerak dengan
kecepatan 22,50-60 m/menit.
JUMLAH LANTAI KECEPATAN (meter/menit)
2-3 30
4-5 45
6-10 60

ELEVATOR BARANG (Freight Elevator)


MENURUT MUATANNYA
Ada tiga macam elevator barang (freight elevator), yaitu:
a. Elevator barang dengan muatan barang biasa
Muatannya tidak diperkenankan melebihi 25% kapasitas yang sudah ditentukan.
Kapasitasnya angkutnya berkisar antara 50 Pounds (Lbs) per-sqft atau sekitar 277,78
kg/m2.

b. Elevator barang dengan muatan kendaraan bermotor


Car elevator jenis ini menanggung muatan yang cukup besar. Kapasitas angkut yang
diperkenankan sekitar 30 psf (Lbs/sqft) atau sekitar 126,5 kg/m2.

c. Elevator barang dengan muatan kendaraan berat, misalnya: truk


Kapasitas angkut elevator jenis ini lebih besar, yaitu 50 psf (Lbs/sqft).

Universitas Gadjah Mada 12


C. DUMB WAITERS
Dumbwaiters atau Ejection Elevator berfungsi sebagai pengantar. Elevator jenis ini
ukurannya kecil dan biasa dipakai untuk mengantar makanan, minuman dll. pada
bangunan berlantai banyak, seperti pada hotel, rumah sakit, dll. Kecepatan elevator ini
berkisar antara 300 fpm (Feet per-minute) dengan kapasitas angkutnya sebesar 100
Pounds (Lbs) atau sekitar 50 kg, dan penggeraknya menggunakan sistem traction
dengan motor kecil.

D. ELEVATOR KHUSUS
1. Paternoster elevator
 Merupakan jenis elevator penumpang yang digunakan untuk mengangkut
penumpang dari lantai satu ke lantai yang lainnya secara acak (random).
 Dapat mengangkut 30 orang per-menit, jika yang dilayani bangunan 5 lantai.
 Pada bangunan 11 lantai, diperkirakan dapat mengangkut 35 orang permenitnya.
 Pada bangunan 16 lantai, dapat mengangkut 42 orang per-menitnya.
 Apabila terlalu banyak orang yang akan menggunakannya, kapasitas
pengangkutan diperkirakan dapat membengkak sekitar 60%.
 Pada elevator jenis ini, jumlah car lebih dari satu. Car tersebut tidak terdapat
pada seluruh lantai tetapi hanya terdapat pada lantai tertentu.
 Pada prinsipnya, Paternoster Elevator hampir sama dengan Double Deck
Elevator, dengan batasan sebagai berikut:
a. Dimensi car: tinggi minimum 2,2 m dengan lebar/kedalaman 1 m, luas lantai
maksimal 0,93 m2, ketinggian pintu gerbang berkisar antara 2,6-2,7 m.
b. Kecepatan maksimal 0,4 meter per-detik.

2. Elevator untuk orang cacat


Elevator ini harus mempunyai peralatan yang lebih dibanding dengan elevator biasa,
karena pemakainya adalah orang cacat atau "Difable". Perbedaan elevator ini
dengan lainnya, yaitu pada pengolahan car, perletakan sistem kontrol yang ada,
dimensi maupun ukurannya, sehingga memenuhi persyaratan sesuai kondisi
penggunanya. Pada saat ini, hampir semua elevator yang digunakan untuk
kepentingan publik juga perlu memiliki fasilitas yang sesuai untuk para "Difable".

Universitas Gadjah Mada 13


PERLETAKAN ELEVATOR PADA BANGUNAN

 Dibagi menjadi beberapa zone transportasi, yaitu:


a. Low Zone Transportation
b. Medium Zone Transportation
c. High Zone Transportation

 Kecepatan untuk masing-masing zone tersebut berbeda-beda tergantung dari fungsi dan
kebutuhan masing-masing.
 Jarak antar elevator / lift juga harus diperhatikan dengan balk, minimal memenuhi
standar, apalagi jika terdapat lebih dari 2 buah car elevator datam sebuah lobby, maka
harus ada suatu space yang cukup tuas, yang diberikan di sekitar area (halt) pada lift.
 Diperkirakan di sekitar datam lobby dekat lift membutuhkan ruang untuk menunggu
paling tidak sekitar 5 Sqft (square foot) per-orang. Sedangkan bila agak terpaksa,
misalnya terjadi kondisi berjejal, luasan tersebut dapat berkurang menjadi 3-4 Sqft per-
orang.

KOMPONEN ELEVATOR
A. MACHINE. Berfungsi sebagai penggerak elevator dengan dua macam sumber daya
listrik yaitu arus bolak batik dan arus searah.
B. CYLINDRICAL. Bekerja sebagai katrol penggulung dimana alur-alurnya dililiti kabet
baja.
C. CAR. Fungsi dari bagian ini adalah untuk membawa penumpang atau barang, yang
terbuat dari bahan yang ringan dan mempunyai daya tahan yang tinggi terhadap waktu
pakai. Car bergerak datam suatu tabung yang berfungsi sebagai shaft atau core.
D. COUNTER WEIGHT. Fungsi dari komponen ini adalah untuk mengimbangi beban car
dan beban muatan agar mesin penggerak dapat beroperasi lebih ringan.
E. GUIDE RAIL (Ret). Terdapat dua jenis ret, yaitu ret untuk kereta lift dan ret untuk beban
pengimbang (counter weight). Rel yang dipasang adalah baja dengan profit T yang
digunakan untuk bergerak dengan bantuan guide shoes sebagai pemegang jalur.
F. BRAKE (REM). Berfungsi untuk menghentikan putaran silinder sesuai dengan perintah.
G. CABLES (Kabel). Berfungsi untuk menarik dan mengutur kereta (car) dan beban
pengimbang. Biasanya dipakai 4-5 kabet yang tiap kabelnya mempunyai gaga tarik
yang lama.

Universitas Gadjah Mada 14


H. CONTROL PANEL. Adalah alat perekam perintah yang mempengaruhi gerak reaksi lift.
I. GOVERNOR. Adalah alat untuk menghentikan beban pengimbang dan kereta karena
jatuh bebas.
J. LIMIT SWITCH. Alat otomatis yang menghentikan laju kereta lift/elevator.
K. RHEOSTATIC CONTROL. Kontrol tenaga listrik dengan bermacam-macam tahapan
pada field sirkuit yang terdapat pada motor pengangkat.
L. OPERATING DEVICE. Adalah alat pengontrol dalam operasi-operasi lain.
M. HOISTWAY. Adalah lorong (tabung) luncur kereta dan beban pengimbang, yang dapat
berupa core ataupun hanya shaft Baja yang tidak mempunyai kaftan langsung dengan
struktur bangunan.
N. PITS (Sumur). Merupakan bagian bawah dari Hoistway yang merupakan dasar minimal
dan tempat berhentinya elevator. Pits berisi bantalan yang dapat meredam benturan
akibat luncuran kereta maupun beban pengimbang.
O. MACHINE ROOM. Ruangan ini dapat berada di atas hoistway ataupun berada di bawah
(lantai basement). Ketinggian ruang, ventilasi udara, akustik yang meredam kebisingan
merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam ruang mesin.

Elevator yang ideal adalah yang menghasilkan waktu menunggu di setiap lantai yang
minimal, percepatan yang nyaman / komfort, angkutan vertikal yang cepat, pemuatan dan
penurunan yang cepat di setiap lantai.

PERSYARATAN UMUM LIFT


1. Bangunan lebih dari tiga lantai harus dilengkapi dengan lift sebagai alat transportasi.
2. Jalan masuk ke dalam lift harus dilengkapi dengan:
 penutup gulungan (roller shutter)
 pintu dengan adanya Jaya tahan api minimal 1 jam
 cabin dilengkapi dengan pelengkap komunikasi
 pada saat beroperasi tidak boleh menimbulkan suara gaduh
 cabin dilengkapi dengan telepon, penerangan dan penghawaan yang baik
3. Jika menggunakan traction system, dimensi kabel yang digunakan berukuran minimum
12 mm.
4. Jumlah kabel minimal tiga bush.
5. Balok pemikul harus dari baja atau beton bertulang.
6. Rel lift harus dari bahan baja.
7. Pada saat beroperasi ruang lift atau cabin harus tertutup rapat.
8. Lubang masuk lift tidak boleh lebih dari satu.

Universitas Gadjah Mada 15


9. Jarak antara tepi lantai cabin dengan tepi lantai bangunan pada pintu lift maksimal 4 cm.
10. Tiap lift harus mempunyai motor penggerak dan panel kontrol sendiri.
11. Lift hanya dapat bergerak setelah pintu dalam keadaan tertutup.
12. Hoist way tidak boleh merupakan cerobong.
13. Dasar lobang lift harus mempunyai pondasi kedap air.
14. Pintu dilengkapi dengan alat otomatis untuk menghindari kecelakaan.
15. Pada cabin harus dilengkapi dengan panel kontrol yang jelas.
16. Pintu lift harus dibuat double (pintu cabin dan pintu shaft).
17. Elevator barang tidak diperkenankan menjadi satu dengan tangga darurat.
18. Etevator harus dibuat secara khusus, merupakan satu kesatuan dengan bangunannya
sendiri atau berdiri sendiri. Tabung lift dibuat secara menerus sampai ke puncak
bangunan dan dibuat sedemikian rupa sehingga kuat menahan rel yang akan dilalui lift.
Bahan dibuat dari beton dan tahan terhadap air maupun api.
19. Ruang mesin lift mempunyai ketinggian minimal 2,10 meter. Cukup penerangannya
serta terlindung dari bahaya petir (bila terletak di penthouse), kebakaran maupun
kebocoran air. Pintu ruang mesin harus mempunyai ukuran minimal seperti pintu-pintu
rumah pada umumnya, supaya dapat dilalui dengan leluasa bila ada perbaikan
sewaktu-waktu.
20. Perlengkapan yang tidak ada hubungannya dengan elevator tidak diperkenankan
berada dalam tabung lift / ruang mesin lift.

PERSYARATAN STRUKTURAL
1. Ruang mesin, pits, dan tabung lift merupakan kesatuan dari konstruksi bangunan.
2. Tabung lift harus merupakan konstruksi masif dan cukup kaku dan kuat untuk menahan
rel lift.
3. Tabung lift haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga beban pengimbang dapat berjalan
sejajar dengan kereta lift.
4. Pit (sumur lift) harus ada pada dasar tabung lift dengan kedalaman menyesuaikan
kecepatan dan jenis lift, dan dengan konstruksi kedap air.
5. Dinding dan kereta lift direncanakan untuk tidak terjadi gesekan-gesekan yang
membisingkan.
6. Tangga darurat harus tetap disediakan untuk mengantisipasi keadaan darurat.

PERSYARATAN TEKNIS
1. Tiap unit lift harus mempunyai motor penggerak sendiri-sendri.
2. Minimal jumlah kabel baja yang boleh dipakai adalah tiga buah bila memakai sistem
lilitan dan harus memenuhi syarat-syarat standar yang ada.

Universitas Gadjah Mada 16


3. Balok pemikul mesin lift harus terbuat dari baja profit atau beton bertulang.
4. Rel harus dari baja profit.
5. Pada kereta harus ada pintu darurat yang terletak di bagian atas kereta.
6. Daya muat harus ditetapkan dan bila melebihi kapasitas secara otomatis lift tidak mau
bergerak.
7. Pintu lift harus dapat membuka dan menutup secara halus.
8. Di dekat pintu masuk dan di dalam kereta dilengkapi dengan tombol, serta indikator
kedudukan lift.
9. Di dalam kereta harus terdapat penerangan yang cukup dan komunikasi apabila terjadi
kemacetan.
10.Kecepatan lift harus konstan dan halus pada saat start maupun berhenti.
11.Khusus untuk lift penumpang, interval tidak boleh lama.

PERHITUNGAN ELEVATOR
A. WAKTU MENUNGGU (INTERVAL atau WAITING TIME)
Untuk bangunan komersial dan perkantoran diperhitungkan waktu menunggu sekitar 30
detik.

Jika jumlah lift total dihitung atas dasar daya angkut pada beban puncak saatsaat sibuk,
maka untuk proyek perkantoran jumlah lift totalnya harus ditambah dengan 30-40 %,
sebab sebagian lift di dalam zone dipakai untuk lalu lintas antar lantai sehingga waktu
menunggu di lantai dasar dapat memanjang menjadi 90 detik atau lebih. Waktu
menunggu juga tergantung jenis gedung.
JENIS GEDUNG WAKTU MENUNGGU (detik)
Perkantoran 25-45
Flat 50-120
Hotel 40-70
Asrama 60-80

Waktu menunggu minimum adalah sama dengan waktu pengosongan lift ialah kapasitas
lift kali 1,5 detik perpenumpang.

Universitas Gadjah Mada 17


B. DAYA ANGKUT LIFT
Tergantung dari kapasitas dan frekwensi pemuatan lift. Standart daya angkut lift diukur
untuk daya waktu 5 menit jam-jam sibuk.
Daya angkut 1 lift dalam 5 menit adalah:

m = kapasitas lift (daya angkut 75 kg perorang).


W = waktu menunggu (waiting time atau interval) dalam detik = T/N
Jika satu zone dilayani satu lift, maka waktu menunggu sama dengan waktu perjalanan
bolak-balik lift, sebesar:

C. WAKTU PERJALANAN BOLAK-BALIK


 Waktu ini hanya dapat dihitung secara pendekatan, sebab perjalanan lift antar lantai
pasti tidak akan mencapai kecepatan yang menjadi kemampuan lift itu sendiri dan
pada perjalanan lift non-stop.
 Kecepatan konstannya baru tercapai setelah lift bergerak beberapa lantai dulu,
misalnya lift dengan kemampuan bergerak 6 m/detik baru dapat mencapai
kecepatan tersebut setelah bergerak sepuluh lantai.
 Dalam praktek, perhitungan elevator ditakukan oleh supllier lift yang menghitung
kebutuhan lift berdasarkan data-data dari pabrik pembuatnya.

D. BEBAN PUNCAK (PEAK LOAD) LIFT


Beban puncak diperhitungkan berdasarkan persentasi empiris terhadap jumlah penghuni
gedung, yang diperhitungkan haris terangkat oleh beberapa lift dalam lima menit pertama
jam-jam padat (rush hour). Untuk Indonesia persentasi tersebut adalah:
JENIS PERSENTASI JUMLAH PENAKSIRAN JUMLAH
GEDUNG PENGHUNI GEDUNG PENGHUNI GEDUNG
(%) (m2/orang)
Perkantoran 4 4
Flat 3 3
Hotel 5 5

Universitas Gadjah Mada 18


E. EFISIENSI LIFT DALAM BANGUNAN
 Efisiensi bangunan sangat tergantung Was lantai yang dipakai oleh inti / core
gedung dimana tabung lift ada di dalamnya.
 Besarnya rongga yang dipakai oleh tabung lift tergantung tinggi gedung.
 Secara empiris luas core gedung adalah sekitar 5-10 kali luas tabung lift.
 Bangunan perkantoran pada umumnya memerlukan luas core yang lebih besar
dari pada apartemen.
F. PERHITUNGAN JUMLAH LIFT DALAM SATU ZONE
Jika beban puncak lift datam suatu gedung diperhitungkan sebesar P % kali jumlah
penghuni gedung atas dasar a" m2 per-orang Was lantai netto, maka beban puncak lift:

P = persentasi empiris beban puncak


lift (%) a = luas lantai kotor pertingkat
(m persegi) n = jumlah lantai
k = luas inti gedung (m persegi)
a" = luas lantai netto perorang (m persegi)

Universitas Gadjah Mada 19

Anda mungkin juga menyukai