Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kertas merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari pengolahan serat tanaman
kayu (wood) dan tanaman non kayu (non wood), serta serat sekunder yang berasal dari kertas
bekas (waste paper) (Haroen, 2011). Pada kurun waktu tahun 2005- 2009, produksi
kertas Indonesia mengalami peningkatan sebesar 0,9 % per tahun. Berdasarkan produksi
per jenis kertas dalam kurun waktu 2005 - 2009, jenis kertas industri dan budaya mengalami
produksi terbesar mencapai 8,6 juta ton atau sekitar 96,2% dari total produksi kertas nasional
(Media data, 2010). Peningkatan konsumsi kertas industri menyebabkan peningkatan kertas
limbah.

Sampah ini banyak berasal dari sampah pertokoan, sampah institusi perkantoran,
hingga sampah rumah tangga. Hal ini perlu diatasi agar tidak menimbulkan dampak negatif
terhadap lingkungan. Usaha penanganan kertas limbah ini sebaiknya dilakukan sedini
mungkin, sebanyak mungkin mendayagunakan kembali sampah, dan sedekat mungkin
dengan sumbernya, yang lebih dikenal dengan istilah reuse dan recycle (Sadoko, 1993 dalam
Iyus, 2008).

Pengolahan kertas limbah menjadi produk daur ulang telah banyak dilakukan. Jenis kertas
yang didaur ulang diantaranya adalah karton bekas, koran, kertas HVS hingga buku tulis
bekas. Jenis kertas tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan kerajinan
tangan dan souvenir seperti undangan pernikahan, pigura, stopmap, kotak tissue, yang
memiliki nilai jual di pasar.

Salah satu jenis produk yang dihasilkan dari pengolahan kertas limbah adalah egg tray
(kemasan telur). Kemasan telur saat ini mulai berpeluang menjadi bisnis yang prospektif
karena bahan baku yang digunakan mudah diperoleh dan tersedianya pasar.. Kemasan telur
merupakan kemasan untuk produk industri biologi, yaitu telur yang dihasilkan oleh unggas.
Maka salah satu cara untuk menanggulangi sampah kertas ini yaitu membuat usaha atau
kegiatan dengan memanfaatkan lagi kertas bekas tersebut menjadi kemasan telur, dimana
mempunyai nilai harga jual yang tinggi dan sangat diperlukan dalam produksi telur untuk di
distribusikan kepada konsumen.

1.2 Tujuan
Tujuan dari perancangan alat pengolah egg trray ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat meningkatkan performance dari alat pembuat egg tray sehingga pengolahan
kertas bekas dapat lebih dikembangkan.
2. Memanfaatkan kertas bekas menjadi barang yang dapat dipakai kembali.
3. Memanfaatkan limbah hasil gesekan kayu sebagai pembuat egg tray
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kertas

Kertas adalah bahan yang tipis, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal
dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan
hemiselulosa.

Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak
kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang
digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun keperluan toilet.

Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang menyumbangkan arti
besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu
menggunakan loh dari lempung yang dibakar. Hal ini bisa dijumpai dari peradaban
bangsa Sumeria, Prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutra, bahkan
daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada naskah naskah Nusantara beberapa abad
lampau.

2.2 Sejarah Kertas

1. Versi Mesir

Peradaban Mesir Kuno menggunakan papirus sebagai media tulis menulis. Penggunaan
papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan pada peradaban Mesir Kuno pada masa
bangsa firaun kemudian menyebar ke seluruh Timur Tengah sampai Romawi di Laut
Tengah dan menyebar ke seantero Eropa, meskipun penggunaan papirus masih dirasakan
sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus) itulah dikenal sebagai paper dalam bahasa
Inggris, papier dalam bahasa Belanda, bahasa Jerman, bahasa Perancis misalnya
atau papel dalam bahasa Spanyolyang berarti kertas.

Tercatat dalam sejarah adalah peradaban Cina yang menyumbangkan kertas bagi Dunia.
Adalah Tsai Lun yang menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah didapat di seantero
China pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini akhirnya menyebar ke Jepang dan Korea seiring
menyebarnya bangsa-bangsa China ke timur dan berkembangnya peradaban di kawasan itu
meskipun pada awalnya cara pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia.
Pada akhirnya, teknik pembuatan kertas tersebut jatuh ke tangan orang-orang Arab pada
masa Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam Pertempuran
Talas pada tahun 751 Masehi di mana para tawanan-tawanan perang mengajarkan cara
pembuatan kertas kepada orang-orang Arab sehingga pada zaman Abbasiyah, muncullah
pusat-pusat industri kertas baik di Bagdad maupun Samarkand dan kota-kota industri lainnya,
kemudian menyebar ke Italia dan India, lalu Eropa khususnya setelah Perang Salib dan
jatuhnya Grenada dari bangsa Moor ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia.

2. Versi China

Selama berabad-abad, kertas menjadi salah satu benda yang tak terpisahkan dari pencatatan
sejarah dunia.

Sebelum kertas ditemukan, orang kuno menggunakan beragam material untuk mencatat
sesuatu. Orang Mesir kuno menuliskan catatan di batang pohon, di piringan tanah oleh orang
Mesopotamia, di kulit domba oleh orang eropa dan yang lainnya.

Terinspirasi dari proses penggulungan sutra, orang China kuno berhasil menemukan bahan
seperti kertas yang disebut bo yang terbuat dari sutra. Namun produksi bo sangatlah mahal
karena kelangkaan bahan.

Pada awal abad kedua, pejabat pengadilan bernama Cai Lun berhasil menemukan kertas jenis
baru yang terbuat dari kulit kayu, kain, batang gandum dan yang lainnya. Kertas jenis ini
relatif murah, ringan, tipis, tahan lama dan lebih cocok untuk digunakan dengan kuas.

Pada awal abad ke tiga, proses pembuatan kertas pertama ini menyebar ke wilayah Korea dan
kemudian mencapai Jepang. kertas jenis ini merambah negeri Arab pada masa Dinasti Tang
dan mulai menyentuh Eropa pada abad ke 12.

Pada abad ke 16, kertas mencapai wilayah Amerika dan secara bertahap menyebar ke seluruh
dunia.

3. Versi Indonesia

Di Indonesia, Kertas pertama kali telah di buat di Ponorogo sejak abad ke 7 yang terbuat dari
kulit kayu pohon setempat.[1] kertas yang telah dibuat ponorogo dipergunakan sebagai
menulis para biksu yang belajar agama budha di kerajaan Sriwijaya karena cocok pada
daerah tropis. Namun meskipun sudah dapat membuat kertas, ponorogo tidak menuliskan
peristiwa pada kertas, melainkan pada sebuah lempengan tembaga pada temuan abad ke 9 di
desa Taji tentang peristiwa keagamaan Budha.[1]
Selain itu, kertas buatan ponorogo digunakan sebagai media melukis wayang beber,
yang menjadi cikal bakal dari wayang kulit. Ketika Islam di Indonesia, Kertas buatan
Ponorogo dipergunakan sebagai menulis kitab suci Al-Quran pada pesantren Tegalsari yang
diasuh oleh K.H Khasan Besari. Pada tahun 1799, seorang Prancis bernama Nicholas Louis
Robert menemukan proses untuk membuat lembaran-lembaran kertas dalam satu wire
screen yang bergerak, dengan melalui perbaikan-perbaikan alat ini kini dikenal sebagai mesin
Fourdrinier. Penemuan mesin silinder oleh John Dickinson pada tahun 1809 telah
menyebabkan meningkatnya penggunaan mesin Fourdrinier dalam pembuatan kertas-kertas
tipis. Tahun 1826, steam cylinder untuk pertama kalinya digunakan dalam pengeringan dan
pada tahun 1927 Amerika Serikat mulai menggunakan mesin Fourdrinier.

Peningkatan produksi oleh mesin Fourdrinier dan mesin silinder telah menyebabkan
meningkatnya kebutuhan bahan baku kain bekas yang makin lama makin berkurang. Tahun
1814, Friedrich Gottlob Keller menemukan proses mekanik pembuatan pulp dari kayu, tetapi
kualitas kertas yang dihasilkan masih rendah. Sekitar tahun 1853-1854, Charles
Watt dan Hugh Burgess mengembangkan pembuatan kertas dengan menggunakan proses
soda. Tahun 1857, seorang kimiawan dari Amerika bernama Benjamin Chew
Tilghman mendapatkan British Patentuntuk proses sulfit. Pulp yang dihasilkan dari proses
sulfit ini bagus dan siap diputihkan. Proses kraft dihasilkan dari eksperimen dasar oleh Carl
Dahl pada tahun 1884 di Danzig. Proses ini biasa disebut proses sulfat, karena
Na2SO4 digunakan sebagai make-up kimia untuk sisa larutan pemasak.

2.3 Daur ulang Kertas

Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru
dengan tujuan mencegah adanya sampahyang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang
berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi,
mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan
proses pembuatan barang baru. Daur ulang adalah salah satu strategi
pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemprosesan,
pendistribusian dan pembuatan produk/material bekas pakai, dan komponen utama dalam
manajemen sampah modern dan bagian ketiga dalam proses hierarki sampah
4R(Reduce, Reuse, Recycle, and Replace).
Material yang bisa didaur ulang terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil,
dan barang elektronik. Meskipun mirip, proses pembuatan kompos yang umumnya
menggunakan sampah biomassa yang bisa didegradasi oleh alam, tidak dikategorikan sebagai
proses daur ulang. Daur ulang lebih difokuskan kepada sampah yang tidak bisa didegradasi
oleh alam secara alami demi pengurangan kerusakan lahan. Secara garis besar, daur ulang
adalah proses pengumpulan sampah, penyortiran, pembersihan, dan pemprosesan material
baru untuk proses produksi.

Pada pemahaman yang terbatas, proses daur ulang harus menghasilkan barang yang
mirip dengan barang aslinya dengan material yang sama, contohnya kertas bekas harus
menjadi kertas dengan kualitas yang sama, atau busa polistirena bekas harus
menjadi polistirenadengan kualitas yang sama. Seringkali, hal ini sulit dilakukan karena lebih
mahal dibandingkan dengan proses pembuatan dengan bahan yang baru. Jadi, daur ulang
adalah proses penggunaan kembali material menjadi produk yang berbeda. Bentuk lain dari
daur ulang adalah ekstraksi material berharga dari sampah, seperti emas dari
prosesor komputer, timah hitam dari baterai, atau ekstraksi material yang berbahaya
bagi lingkungan, seperti merkuri.

Daur ulang adalah sesuatu yang luar biasa yang bisa didapatkan dari sampah. Proses
daur ulang aluminium dapat menghemat 95% energi dan mengurangi polusi udara sebanyak
95% jika dibandingkan dengan ekstraksi aluminium dari tambang hingga prosesnya di pabrik.
Penghematan yang cukup besar pada energi juga didapat dengan mendaur ulang kertas,
logam, kaca, dan plastik.
BAB III

METODOLOGI

3.1 Skema Pembuatan

Adapun skema pembuatan kemasan telur dari kertas bekas adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Skema pembuatan

3.2 Alat dan bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada pembuatan kemasan telur dari kertas
bekas secara manual adalah :

1. Mesin Pulper

Mesin digunakan untuk membuat bubur kertas yang sudah di potong – potong. Mesin
ini digunakan dalam skala besar atau skala pabrik, dengan memproduksi banyak
kemasan telur setiap harinya. Jika dalam skala kecil bisa digunakan blender atau
mixer untuk membuat bubur kertas ini. Mesin pulper dapat dilihat pada gambar 3.1

Gambar 3.2 Mesin Pulper


2. Penyaringan

Penyaringan ini digunakan untuk menyaring serbuk kertas yang sudah di hancurkan
dan dibuat bubur, supaya pada saat pencetakan hasil yang diperoleh benar-benar
terhindar dari material yang lain. Mesin oenyaring daoat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Mesin Penyaring

3. Cetakan

Cetakan ini digunakan sebagai cetakan kemasan telur itu sendiri biasanya cetakan ini
berbentuk kerucut.

3.3 Proses Pengerjaan

Adapun tahapan proses pengerjaan pembuatan kemasan telur dari kertas bekas
adalah sebgai berikut :

1. Semua kertas bekas dimasukkan ke dalam mesin pulper atau mixer atau yang dikenal
dengan sebutan mesin pencampur, di dalam mesin pulper atau mixer juga harus
ditambahkan duplex dan karton cincang , ditambahkan kedua bahan tadi tujuannya
adalah agar hasilnya lebih keras dan lebih kuat.

2. Di dalam mesin pulper atau mixer ini juga ditambahkan air, tujuannya adalah agar
kertas - kertas dan limbah kardus bekas ini lebih mudah hancur hingga menjadi bubur
kertas, Setelah semua kertas menjadi bubur kertas kemudian bubur kertas tadi
dipindahkan ke tangki lain dengan bantuan pipa-pipa, didalam tangki ini bubur kertas
diaduk lagi selama 30 menit yang tujuannya adalah agar bubur kertas tadi menjadi
lebih halus. Setelah diaduk lagi selama 30 menit , maka langkah selanjutnya adalah
pencetakan, bubur kertas tadi akan dicetak pada cetakan.
3. Biasanya akan tersedia 2 jenis cetakan yakni untuk telur ayam dan telur puyuh, untuk
ukuran telur ayam biasanya berukuran 40 mm dan dalam satu wadah terdapat 30 butir
telur ayam , sedangkan untuk wadah telur puyuh berukuran 25 mm dan mampu
menampung hingga 100 butir telur puyuh.

4. Setelah dicetak , tempat telur masih basah , masih ada proses lagi yang harus di
jalankan yakni mengurangi kandungan kadar air , caranya adalah dimasukkan
kedalam mesin pemanas atau lebih dikenal dengan sebutan oven, namun mesin
pemanas ini hanya mampu mengurangi kadar air hingga 50%. Tempat telur yang
sudah kering , kemudian disusun dan dipress dengan menggunakan mesin press dan
dikemas, jika pada industri sederhana, proses ini biasanya hanya memanfaatkan panas
dari sinar matahari itu sendiri.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil rancangan egg tray

Egg tray atau baki telur terbuat dari limbah kertas dan kardus. Untuk membuat egg
tray diperlukan alat untuk membuatnya. Sebelum merancang alat berikut adalah skema
proses mesin egg tray yang diinginkan.

Gambar 4.1 Skema Alat Egg Tray

Dari skema pada Gambar 4.1 dapat di hasilkan rancangan alat pembuat egg tray dari
pengolahan awal kertas bekas hingga menjadi egg tray siap dipasarkan. Perancangan alat ini
ingin mencapai produksi dengan kapasitas 1000 pch egg tray dalam 1 jam. yang mana pada
perancangan meliputi perancangan hopper receiver, mesin crusher untuk menghancurkan
bahan baku pulp, tangki mixer digunakan untuk mencapur potongan bahan baku, tang
memompa formula keki buffer/tangki standarisasi yang berguna untuk standarisasi larutan
pulp dengan penambahan bahan lainnya, pompa slurry berguna untuk memompa formula
pulp ke mesin forming egg tray, mesin forming egg tray merupakan mesin utama yang
digunakan untuk membuat atau mencetak egg tray, dan yang terakhir adalah continous tunnel
dryer atau pengering egg tray.

Dari alur mesin diatas maka diperolehlah alat pembuat egg tray dengan kapasitas
1000 pch/jam. bentuk dari alat rancangan adalah sebagai berikut:

Gambar 4.2. Alat Pembuat Egg Tray.


BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari proses pembuatan kemasan telur dan rancangan alat yang
dibuat adalah sebgai berikut :

1. Kemasan telur bisa di produksi hanya memanfaatkan alat – alat yang sederhana saja,
tetapi harus sesuai prosedur agar memperoleh hasil yang baik dan untuk
meningkatkan maka dengan perancangan alat dengan kapasitas 1000 pch perjam
dapat meningkatkan hasil pengolahan.
2. Proses Produksi kemasan telur dimulai dari tahap pembuatan pulp, tahap
pembersihan pulp, tahap pencetakan, tahap pengeringan, dan terakhir tahap
pengepakan. Yang mana dengan adanya alat pembuat egg tray ini dapat mengurangi
tenaga manusia dalam pengerjaan pembuatannya.
3. Usaha ini jika di kembangkan di masyarkat sangat potensial melihat bahan baku yang
mudah dicari dan mudah dalam proses pengerjaan.

5.2 Saran

Adapun saran dari proses pembuatan kemasan telur yang dibuat adalah sebgai berikut

1. Proses pembuatan kemasan telur merupakan dari industri peternakan yang


memanfaatkan limbah kertas industri menjadi produk yang bernilai ekonomis.
2. Mengingat masih terbukanya peluang usaha egg tray, dan untuk menjaga stabilitas
produksi egg tray di masa depan hendaknya perlu diperhatikan kontinuitas
ketersediaan bahan baku pembuatan, perbaikan serta peningkatan managemen
produksi di setiap skala usaha, serta strategi pemasaran yang dipilih.
TUGAS
METALLURGY SERBUK

PERANCANGAN ALAT PEMBUAT EGG TRAY

oleh

Kelompok : 2 (Dua)
Anggota Kelompok :
1. Delta Yevi Angraini (G1C014001)
2. Pedi Kurniawan (G1C015017)
3. Hotman Rudianto S (G1C015042)
4. Yusditira (G1C0130 )

Tanggal Penyerahan : Mei 2018

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BENGKULU
2018

Anda mungkin juga menyukai