Anda di halaman 1dari 3

Panduan MPASI dengan Metode WHO Edisi

Lengkap
Panduan MPASI menurut WHO merupakan proses penting yang mengedepankan kesiapan bayi
dalam menyambut makanan pendaming ASI. Banyak ibu-ibu yang kebingungan bagaimana dan
makanan apa yang harus diberikan pada bayi. Dalam beberapa kasus masih banyak ibu-ibu yang
memebrikan MPASI dibawah usia 6 bulan. Menurut panduan MPASI WHO, MPASI harus
diberikan pada usia 180 hari atau 6 bulan. Seiring dengan bertambahnya usia, tedapat kekosongan
pasokan energi dan nutrisi yang sudah tidak bisa hanya diperoleh dari ASI. Ada beberapa alasan
mengapa pemberian MPASI harus pada usia 6 bulan, tidak kurang dan tidak lebih. Berikut
beberapa alasannya;
 Kebutuhan nutrisi dan nafsu makan sudah tidak bisa dipenuhi sepenuhnya dari ASI
 Cadangan nutrisi penting seperti zat besi sudah habis terpakai dan tidak bisa dipenuhi hanya
dari ASI
 Rasa penasaran akan aneka tekstur dan rasa dari lingkungan sehingga fase eksplorasi ini
berguna saat pengenalan makanan baru.
 Imunitas bayi usia kurang 6 bulan masih lemah

Bayi yang masih berusia dibawah 6 bulan memiliki imunitas yang belum maksimal seperti bayi
diatas 6 bulan. Hal ini dapat mengakibatkan bayi mudah sakit bila kuman, bakteri dan virus masuk
kedalam tubuh bayi. Memberikan makanan pada bayi usia dibawah 6 bulan berarti membuka
kesempatan bagi kuman untuk masuk ketubuh bayi. Dikutip dari laman tabloit-nakita.com ASI
yang diberikan hingga usia 6 bulan justru memberikan perlindungan bagi si kecil terhadap
penyakit. Dengan ASI eksklusif, imunitas atau kekebalan tubuh bayi meningkat. Selain itu, bayi
yang diberi ASI eksklusif, kemungkinannya mengalami penyakit pernapasan akan lebih rendah.

 Berpeluang alami alergi makanan.

Usus bayi masih sangat rentan dan lemah. Usus bayi dibawah 6 bulan belum siap menerima
makanan padat. Bila dipaksakan memberi makanan padat, makanan tersbut justru akan
menimbulkan reaksi imun yang dapat mengakibatkan alergi. Umumnya produksi antibodi dan
terjadinya penutupan usus berlangsung pada usia sekitar 6 bulan.

 Kesulitan mencerna makanan

Bayi di bawah 6 bulan memiliki sistem pencernaan yang belum sempurna. Bila memaksa bayi
makan pada usia ini, pencernaan bayi harus bekerja ekstra keras. Makanan yang masuk tidak dapat
dicerna dengan baik karena pencernaan belum siap. Akibatnya, dapat terjadi gangguan pencernaan.

Menurut panduan MPASI WHO, MPASI juga tidak boleh diberikan pada usia lebih dari 6 bulan.
Selain pencernaan bayi sudah siap dan matang, kebutuhan nutrisi bayi usia ini juga semakin besar.
Mereka membutuhkan asupan makanan untuk terus bergerak aktif dan terus tumbuh. Bila
pemberian MPASI terlambat, ditakutkan terjadi kekurangan nutrisi yang berdampak pada tumbuh
kembang bayi. Bayi pada usia 0-2 tahun merupakan masa-masa pertumbuhan yang menentukan
masa depannya, baik dari segi fisik, kecerdasan maupun tingkah laku. Keterlambatan MPASI dapat
mengakibatkan gangguan pada perkembann oro-motoriknya sehingga kesulitan makan.

Menurut Dr. Annisa Karnady dalam memberikan MPASI menurut WHO harus meliputi hal-hal
berikut:

1. Frekuensi pemberian makan


 Pada awal MPASI usia 6 bulan, frekuensi makan diberikan dua kali.
 Pada umur 6-9 bulan, frekuensi MPASI diberikan 3 kali. Berikan snack biskuit atau buah
matang 1-2 kali sehari.
 Pada umur 9-11 bulan, frekuensi MPASI diberikan 4 kali sehari. Berikan snack 1-2 kali
sehari.
 Pada umur 12-24 bulan, frekuensi makan diberikan 5 kali sehari dan juga snack tambahan.

2. Jumah makanan yang diberikan

Frekuensi makan dan jumlah makanan yang diberikan menyesuaikan kapasitas lambung bayi dan
rata-rata kandungan kalori pada MPASI sektar 0,8 kcal/gram. Ukuran lambung bayi masih kecil,
bayi baru lahir memiliki ukuran lambung sebesar kelereng, umur tiga hari bertambah sebesar bola
bekel dan umur 1 minggu menjadi sebesar bola pingpong. Ukuran iniberangsur-angsur membesar
sesuai ukuran bola tenis pada bayi umur 6-12 bulan.

 Pada awal MPASI jumlah makanan yang diberikan sekitar 2-3 sendok makan dewasa.
 Usia 6-9 bulan menjadi ½ cangkir
 Usia 9-11bulan menjadi ¾ cangkir
 Usia 12-24 menjadi 1 cangkir penuh

3. Tekstur makanan
 Pada umur 6 bulan tekstur makanan lumat (bubur saring, pure atau makanan yang
ditumbuk/dihaluskan). Pastikan makanan tidak terlalu cair sehingga gunakan sedikit saja air.
 Usia 8 bulan sudah dapat dikenalkan dengan finger food seperti kentang rebus, ketela atau
buah-buahan.
 Umur 9-11 bulan tekstur naik menjadi makanan lembek (nasi tim, bubur tanpa saring atau
makanan yang dicincang halus).
 Umur 12 bulan bayi sudah dapat makan makanan keluarga.

Tekstur makanan ini disesuaikan dengan perkembangan oro-motoriknya. Bayi umur 5 bulan baru
belajar menggerakkan sendiri rahangnya dan semkin kuat refleks hisapnya. Bayi 7 bulan dapat
membersihkan sendok dengan bibirnya. Bayi saat ini bisa menggerakkan sendi rahang naik turun,
gigi mulai tumbuh untuk memotong makanan. Mulai umur 8 bulan bayi mulai mampu
menggerakkan lidah kesamping dan mendorong makann ke geliginya. Umur 10 bulan merupakan
usia yang krisis bagi bayi karena usia ini diharapkan bayi mampu makan makanan semi padat.
Umur 12 bulan sendi rahang bayi telah stabil dan mampu melakuka gerakan rotasi sehingga sudah
bisa lebih canggih dalam mengunyah makanan kasar. Pada usia ini bayi siap makan makanan
keluarga.
4. Varietas jenis bahan makanan

Pada awal MPASI berikan satu jenis makanan terlebih dahulu, kemudian tambahkan bahan baru
setiap 2-4 hari nya untuk pengenalan. Pada makanan pertama, prioitaskan yang menjadi sumber
karbohidrat seperti bubur beras, bubur jagung, kentang, pisang kerok atau alpukat. Segera berikan
bahan pangan sumber zat besi hewani. Anda bisa menambahkan minyak zaitun atau minyak sayur
kedalam bubur untuk meningkatkan kandungan energi.

Hindari makanan dan minuman manis seperti teh, soda atau biskuit manis. Jauhkan juga gula dan
garam sebelum sikecil berusia satu tahun. Susu sapi dan hewan lain juga belum boleh menjadi
minuman utama bayi dibawah 12 bulan karena terkait dengan resiko perdarahan dalam saluran
cerna serta menghambat penyerapan zat besi. Anda boleh memberikan daging merah, ikan dan telur
pada bayi karena ginjal bayi sudah mampu berkembang dengan baik dan mampu mengeluarkan
sisa metabolisme. Berikan juga air putih sebanyak 120-240 ml per hari sebagai supai cairan dan
mencegah sembelit.

5. Pemberian makan dengan cara aktif/responsiv

MPASI bukan hanya sekedar makanan namun juga cara makan, kapan waktu makan, tepat makan
dan faktor pemberi makanan sehingga dalam MPASI juga diperhatikan faktor psikolosial anak.

 Suapi bayi dengan penuh perhatian. Dorong ia untuk mau makan tapi jangan paksa untuk
makan.
 Jika ia menolak makan maka ganti kombinasi makanan, rasa, tekstur dan metode makanan.
 Minimalisir gangguan saat anak makan agar perhatiannya tidak mudah teralihkan.

6. Higienitas

Pada masa-masa ini bayi sangat rentan terkena diare sehingga iu harus emmastikan kebrsihan
makanan, air, alat makan, proses memasan dan tangan. Cuci tangan ibu dan bayi saat mau makan
atau saat memasak. (baca juga: cara mengatsi diare) Makanan bayi bisa disimpan dikulkas dalam
rentang yang tidak terlalu lama. Masak dengan benar hingga makanan matang. Bubur bayi tidak
disimpan dikulkas sebaiknya digunakan dalam waktu dua jam. Pastikan makanan mentah yang
dimakan bayi bersih dan aman. Pisahkan makanan mentah dan matang.

Cara memasak bubur lumat:

1 sendok nasi +2 sendok air panaskan menggunakan panci kecil dengan api sedang hingga bahan
tercampur jadi lembek lalu saring dengan kawat. Boleh dengan bumbu bawang dan daun salam. Air
bisa diganti dengan kaldu.

Anda mungkin juga menyukai