Anda di halaman 1dari 23

PEDOMAN PELAYANAN

TB-DOTS

RUMAH SAKIT UMUM PENYANGGA PERBATASAN BETUN

MALAKA

2018
PEMERINTAH KABUPATEN MALAKA
RUMAH SAKIT UMUM PENYANGGA PERBATASAN (RSUPP) BETUN
Jl. Sukabihanawa No.2, Desa Kamanasa, Kec, Malaka Tengah

BETUN Kode Pos 85762

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PENYANGGA PERBATASAN


(RSUPP) BETUN

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN TB-DOTS

DI RUMAH SAKIT UMUM PENYANGGA PERBATASAN BETUN

NOMOR : RSPP.445/ / V / 2018

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PENYANGGA PERBATASAN (RSUPP) BETUN

Menimbang : 1. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pengorganisasian dan


pelayanan bagian pemeliharaan sarana Rumah Sakit Umum Penyangga
Perbatasan Betun Kabupaten Malaka, maka diperlukan
penyelenggaraan pengorganisasian & pelayanan TB-DOTS;
2. bahwa agar pelayanan TB-DOTS di Rumah Sakit Umum Penyangga
Perbatasan Betun Kabupaten Malaka dapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya kebijakan Direktur Rumah Sakit sebagai landasan bagi
penyelenggaraan Pelayanan TB-DOTS di Rumah Sakit Umum
Penyangga Perbatasan Betun Kabupaten Malaka;
3. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam 1
dan 2, perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran;

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman


Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 45 Tahun 2014 tentang
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang
Penanggulangan Penyakit Menular
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun
2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PENYANGGA


PERBATASAN BETUN TENTANG PEDOMAN PELAYANAN TB-
DOTS DI RUMAH SAKIT UMUM PENYANGGA PERBATASAN
BETUN.

KEDUA : Pedoman Pelayanan TB-DOTS pada Rumah Sakit Umum Penyangga


Perbatasan Betun dimaksud dalam diktum kesatu sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KETIGA : Pedoman Pelayanan TB-DOTS Rumah Sakit Umum Penyangga
Perbatasan Betun harus dibahas sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga)
tahun sekali dan apabila diperlukan, dapat dilakukan perubahan sesuai
dengan perkembangan yang ada.
KEEMPAT : Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan ini
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten dengan melibatkan
organisasi profesi terkait sesuai dengan fungsi dan tugasnya masing-
masing.
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Betun
Pada Tanggal :

Direktur RSUPP Betun

dr. Oktelin Kurniawati Kaswadie


Penata MudaTk.I
NIP. 19811016 201412 2 002
Lampiran Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Penyangga Perbatasan Betun

Nomor : RSPP.445/ / V / 2018

Tentang : Pedoman Pelayanan TB-DOTS

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat yang telah di karuniakan kepada kita
sehingga kita dapat menyelesaikan Buku Pedoman Pelayanan TB-DOTS di Rumah Sakit Umum
Penyangga Perbatasan Betun. Buku ini merupakan acuan dalam pelaksanaan pelayanan TB-DOTS.
Buku pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan pada pasien TB.

Penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak dalam menyelesaikan
Buku Pedoman Pelayanan TB-DOTS. Kami sangat menyadari banyak terdapat kekurangan dalam
buku ini. Kekurangan ini secara berkesinambungan terus diperbaiki sesuai dengan tuntunan dalam
pengembangan Rumah Sakit Umum Penyangga Perbatasan Betun.

Betun, 2018

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................

Daftar Isi......................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................

1.1. Latar Belakang .....................................................................................

1.2. Tujuan Pedoman....................................................................................

1.3. Ruang Lingkup Pelayanan ...................................................................

1.4. Batasan Operasional.............................................................................

1.5. Landasan Hukum .................................................................................

BAB II. STANDAR KETENAGAAN ........................................................

2.1. Kualitikasi Sumber Daya Manusia.......................................................

2.2. Distribusi Ketenagaan ..........................................................................

2.3 Pengaturan Jaga ...................................................................................

BAB III. STANDAR FASILITAS .............................................................

3.1. Denah Ruang ........................................................................................

3.2. Standar Fasilitas ...................................................................................

BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN .............................................

4.1. Konsep Pelayanan Secara Umum ........................................................

4.2. Diagnosis TB........................................................................................

4.3. Pengobatan TB .....................................................................................

4.4. Pemeriksaan Miskroskopik ..................................................................

4.5. Alur Tata Laksana Pelayanan...............................................................

BAB V. LOGISTIK ....................................................................................

BAB VI. KESELAMATAN PASIEN.........................................................

6.1. Definisi .................................................................................................

6.2. Tujuan ..................................................................................................

6.3. Standar Patient Safety ..........................................................................


BAB VII. KESELAMATAN KERJA ........................................................

7.1. Pengertian.............................................................................................

7.2.Tujuan ...................................................................................................

7.3. Tata Laksana Keselamatan Karyawan .................................................

BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU.......................................................

BAB IX. PENUTUP...................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.


Sejak dahulu penyakit Tuberkulosis oleh masyarakat dikenal sebagai penyakit
menular dan merupakan salah satu masalah utama kesehatan di masyarakat indonesia. Hal
ini dapat dilihat dari masih banyaknya penderita tuberkulosis yang ditemukan di
masyarakat dan kematian yang disebabkannya. Pada tahun 1995, puskesmas merupakan
ujung tombak dalam pelayanan di masyarakat dengan menerapkan strategi DOTS
(Directly Observed Treatment Short-course). Dengan berjalannya waktu strategi DOTS
telah mulai dikembangkan di Balai Pengobatan Paru-Paru dan di Rumah Sakit, baik rumah
sakit swasta maupun rumah sakit pemerintah. Pada tahun 2004 survey prevalensi
tuberkulosis menunjukkan bahwa pola pencarian pengobatan tuberkulosis ke rumah sakit
ternyata cukup tinggi, yaitu sekitar 60 %. Pasien tuberkulosis ketika pertama kali sakit
mencari pengobatan ke rumah sakit. Melihat dari besarnya animo masyarakat mencari
pengobatan tuberkulosis ke rumah sakit, maka rumah sakit penyangga perbatasan betun
membuka pelayanan klinik TB DOTS yang bekerjasama dengan pemerintah dalam hal ini
adalah dinas kesehatan kabupaten malaka.

1.2. Tujuan.

a. Tuberkulosis tidak lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat indonesia.


b. Menurunkan angka kesakitan dan kematian tuberkulosis untuk mencapai
millenium development goals.
c. Menurunkan resistensi terhadap OAT.

1.3. Ruang Lingkup Pelayanan.


Ruang lingkup pelayanan Tuberkulosis di Rumah Sakit Umum Penyangga Perbatasan
Malaka adalah :
a. Penjaringan pasien tuberkulosis, menegakkan diagnosa dan pengobatan.
b. Pencatatan dan pelaporan pasien tuberkulosis.
c. Menginformasikan dan atau mengirim pasien ke unit TB DOTS puskesmas atau
rumah sakit lain.
d. PKRS berfungsi sebagai pelaksana penyuluhan TB DOTS di rumah sakit.

1.4. Batasan Operasional.

Batasan operasional dalam pelayanan Tuberkulosis adalah memberi asuhan


keperawatan kepada pasien tuberkulosis.

1.5. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.


2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan.
4. Keputusan menteri kesehatan No 203 / Menkes / SK / III / 1999 tentang gerakan terpadu
nasional penanggulangan tuberkulosis.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
340/Menkes/PER/III/2010 Tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit.
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia.

Kualifikasi sumber daya manusia yang ada dalam pelayanan TB DOTS rs baptis batu :

NO JABATAN KRITERIA
1 DOKTER -Bersertifikat pelatihan TB DOTS
-Minimal dokter umum

2 PERAWAT -Bersertifikat pelatihan TB DOTS


-Minimal berijazah D3 Keperawatan

3 FARMASI -Bersertifikat pelatihan TB DOTS


-Minimal berijazah D3 farmasi

4 LABORAT -Bersertifikat pelatihan TB DOTS


-Minimal berijazah analis

2.2. Distribusi Ketenagaan.

Untuk distribusi ketenagaan di setiap instalasi ada satu orang koordinator dan bergabung
dalam tim TB DOTS. Untuk waktu kerja masing-masing koordinator ini disesusaikan dengan
kondisi masing-masing instalasi dimana petugas / tim TB DOTS bekerja.
BAB III

STANDAR FASILITAS

3.1. Denah Ruang.

Gambar 1. Denah Poliklinik TB-DOTS RSUPP Betun

Gambar 2. Denah Ruang Isolasi TB RSUPP Betun


Gambar 3. Denah Lab TB RSUPP Betun

3.2. Standar Fasilitas.

1. Standar Peralatan Dan Pelaporan TB Dots Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit
Umum Penyangga Perbatasan Betun

Alat keperawatan diruang klinik TB DOTS RSUPP Betun

NO NAMA BARANG JUMLAH


1 MEJA 1
2 KURSI 3
3 TEMPAT TIDUR PERIKSA PASIEN 1
4 LEMARI ARSIP 1
5 BOX X-RAY 1
6 STETOSKOP 1
7 TENSIMETER 1
8 TIMBANGAN BADAN 1
9 MASKER 2
10 BUKU PELAPORAN TB 1

2. Standar Peralatan Dan Pelaporan TB Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum
Penyangga Perbatasan Betun

NO NAMA BARANG JUMLAH


1 RUANG ISOLASI 1
2 TEMPAT TIDUR PASIEN 6
3 MEJA PASIEN 6
4 KURSI 6
5 OKSIGEN SENTRAL 1
6 BUKU PELAPORAN TB 1

3. Standar Peralatan dan Pelaporan TB di Laboratorium Rumah Sakit Umum


Penyangga Perbatasan Betun

NO NAMA BARANG JUMLAH


1 MIKROSKOP 1
2 OBJEK GLASS 1 BOX
3 RAK PEWARNA 1
4 RAK PENGERING 1
5 BUNSEN 1
6 OSE 1
7 PIPET PEWARNA 1
8 HEMOSTAT/PENJEPIT OBJEK GLASS 1
9 LIDI 1
10 KOREK 1
11 REAGEN ZIEHL NEELSEN 1
12 BUKU PELAPORAN 2 (TB 04, TB 05)
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

4.1. Konsep Pelayanan Secara Umum.

Penatalaksanaan TB meliputi penemuan pasien dan pengobatan yang di kelola


dengan menggunakan strategi TB DOTS. Tujuan utama pengobatan pasien TB adalah
menurunkan angka kematian dan kesakitan serta mencegah penularan dengan cara
menyembuhkan pasien.

- Dilakukan secara kerjasama tim (team work) dokter, perawat dan farmasi,
laboratorium,serta melibatkan tenaga kesahatan lain yaitu gizi dan pendaftaran.

- Pelayanan dilakukan sesuai standar asuhan keperawatan.

- Peralatan yang tersedia memenuhi ketentuan undang-undang.

- Semua tindakan terdokumentasikan dengan baik.

- Harus ada sistem monitor dan evaluasi.

- Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif.

- Penjaringan tersangka pasien TB dilakukan di unit pelayanan.

- Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB terutama mereka yang BTA positif, yang
menunjukkan gejala sama, harus diperiksa dahaknya.

4.2. Diagnosis TB.

- Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari

- Diagnosis TB pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA )


melalui pemeriksaan mikroskopik dahak dan/atau foto thorak

4.3. Pengobatan TB.

- Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,


mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap OAT.

- OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat dan dalam jumlah
cukup dan dosis tepat.
- Perlu adanya seorang pengawas menelan obat (PMO) untuk menjamin kepatuhan
pasien menelan obat.

- Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap awal/intensif dan tahap lanjutan.

4.4. Pemeriksaan Mikroskopik.

Laboratorium sebagai sarana pendukung penegakan diagnosa melakukan


pemeriksaan mikroskopis deteksi Basil Tahan Asam (BTA) dengan pewarnaan ziehl neelsen
dan pembacaan skala IUATLD dengan tahap tahap pemeriksaan sebagai berikut :

1. Ose yang akan digunakan dibakar dengan api sampai berwarna merah.

2. Pembuatan preparat harus tipis dan rata, setelah preparat kering kemudian difiksasi
diatas nyala api sebanyak 3x.

3. Preparat yang sudah difiksasi, didinginkan dulu, baru ditetesi dengan larutan karbon
fuksin, bakar dengan nyala api selama 5 menit (jangan sampai mendidih).

4. Setelah dingin buanglah karbol fuksin tersebut dan dibilas dengan air.

5. Lunturkan dengan alkohol asam sampai sisa warna luntur, kurang lebih 10 menit,
kemudian dibilas dengan air.

6. Kemudian ditetesi dengan larutan Methylen Blue selama 30 detik, dibilas dengan
air dan keringkan.

7. Periksa di bawah mikroskop dengan pembebasan lensa 100x, yang sebelumnya preparat
diberi oil imersi. Bakteri tahan asam akan tampak berwarna merah dan lainnya akan
tampak berwarna biru.

8. Laporkan hasil pengamatan menurut IUAT (International Union Against


Tuberculosis).
ALUR TATALAKSANA PENDERITA TB

POLI UMUM
INSTALASI
PASIEN LABORATORIUM
POLI SPESIALIS

UGD
INSTALASI
RADIOLOGI

UNIT DOTS RS

FARMASI

UPK LAIN/KADER REKAM MEDIS

PKMRS

RAWAT INAP

MIKROSKOP CARA PELAPORAN

Tdk ditemukan BTA/100LP - 0 /negatif

1-9 - Scanty tulis jumlah kuman

10 - 99 - +1

1 – 10 BTA/1LP - +2

>10 BTA/1LP - +3

4.5. Alur Tatalaksana Pelayanan.

Pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan RS dan
Standar Prosedur Operasional.
A. Alur Diagnosis dan Tatalaksana Pasein TB Paru Dewasa
B. Alur Diagnosis dan Tatalaksana Pasien TB Paru Anak

Tabel: Sistem Pembobotan (scoring system) gejala dan pemeriksaan penunjang Diagnosis
TB ANAK.

PARAMETER 0 1 2 3
Kontak TB Tidak Jelas Laporan BTA (+)
keluarga, BTA
(-) atau tidak
tahu
Uji tuberkulin negatif Positif (≥10
mm, atau ≥
5mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat Bawah garis Klinis gizi
badan/keadaan gizi merah (KMS) buruk (BB/U<
atau BB/U < 60%)
80%
Demam tanpa ≥ 2 minggu
sebab jelas
Batuk-batuk ≥ 3 minggu
Pembesaran ≥ 1 cm, Jumlah
kelenjer limfe koli, >1, tidak nyeri
aksila, inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi pembengkakkan
panggul,lutut,falang
Foto thorax Normal/tidak Kesan TB
jelas
BAB V

LOGISTIK

Kegiatan logistik Obat Anti Tuberkulosis dan Pot Dahak dalam pelayanan TB RS.
Penyannga perbatasan malaka merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan
kebutuhan, pengadaan, pendistribusian, monitoring dan evaluasi.

Secara keseluruhan kebutuhan logistik baik obat maupun pot untuk specimen dahak
RS.penyangga perbatasan malaka masih mengandalkan dari dinas kesehatan kota betun dengan
terlebih dahulu mengisi form permintaan.
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

6.1. Definisi.

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman.

6.2. Tujuan.

- Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

- Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

- Menurunnya kejadian tidak diharapakan (KTD) di RS

- Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan


kejadian tidak diharapkan

6.3. Standart Patien Safety.

Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan klinik TB DOTS adalah:

1. Ketepatan Identitas. Target 100% label identitas tidak tepat apabila tidak terpasang,
salah pasang, salah penulisan nama, salah penulisan gelar (Tn/Ny/An), salah jenis
kelamin, salah alamat.

2. Terpasang gelang identitas pasien rawat inap. Target 100% pasien yang masuk ke rawat
inap terpasang gelang identitas pasien.

3. Pelaksanaan SBAR. Target 100% konsul ke dokter via telpon menggunakan


metode SBAR.

4. Ketepatan penyampaian hasil pemeriksaan penunjang. Target 100% yang dimaksud


tidak tepat apabila : salah ketik hasil, mengetik terbalik dengan hasil lain, hasil tidak
terketik, salah identitas.

5. Ketepatan pemberian obat. Target 100% yang dimaksud tidak tepat apabila salah
obat, salah dosis, salah jenis, kurang/kelebihan dosis, salah rute pemberian, salah
identitas pada etiket, salah pasien

6. Ketepatan tranfusi. Target 100% yang dimaksud tidak tepat apabila salah identitas pada
permintaan salah tulis jenis produk darah,salah pasien
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

7.1. Pengertian.

Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat kerja /
aktifitas karyawan lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.

7.2. Tujuan.

a. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RS Penyangga perbatasan malaka.

b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.

c. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.

d. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya


kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

7.3. Tata Laksana Keselamatan Karyawan.

a. Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan


infeksi, yaitu :

 Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat menularkan infeksi.


 Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatu boot/alas kaki
tertutup, celemek, masker dll) terutama bila terdapat kontak dengan spesimen pasien
yaitu: urin, darah, muntah, sekret, dll.
 Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah menangani pasien.
b. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius.
c. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu:
 Dekontaminasi dengan larutan klorin
 Pencucian dengan sabun.
 Pengeringan.

d. Menggunakan baju kerja yang bersih


BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu dilakukan untuk mencegah kesalahan dalam pemeriksaan, penegakan


diagnosis, pengobatan maupun pemeriksaan laboratorium agar hasil pemeriksaan tepat dan benar.

Pemantauan Mutu OAT. Mutu OAT diperiksa melalui pemeriksaan pengamatan fisik obat
yang meliputi :
a. Keutuhan kemasan dan wadah.
b. Penandaan/label termasuk persyaratan penyimpanan.
c. Pengontrolan nomer batch dan tanggal kadaluarsa. Pemantauan Mutu Laboratorium.
Pada prinsipnya pemantauan mutu laboratorium berdasarkan standart pemeriksaan
laboratorium.
BAB IX

PENUTUP

Pada dasarnya pelayanan TB DOTS baik di rawat jalan maupun di rawat inap merupakan
bagian pelayanan di RSUPP Betun tidak saja membutuhkan ketrampilan teknis medis ataupun
asuhan keperawatan saja, tetapi unsur pengelolaan/manajemen pelayanan juga sangat
mempengaruhi keberhasilan pelayanan ini. Dimana masing-masing pihak terkait dapat memahami
perannya yang selanjutnya akan melakukan pelayanan sesuai kriteria yang telah ditetapkan. Telah
disusun suatu Pedoman Pelayanan TB DOTS sebagai acuan untuk melaksanakan dan mengelola
pelayanan kesehatan tuberkulosis di ruang lingkup RSUPP Betun.

Anda mungkin juga menyukai