Anda di halaman 1dari 3

1.

Sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia

Ternak ruminansia merupakan ternak pemamah biak seperti sapi, kerbau, kambing,

dan domba. Ternak jenis ini membutuhkan pakan berupa hijauan dari rerumputan dan daun-

daunan.

Jerami merupakan hijauan limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan

pakan ternak ruminansia. Jerami termasuk makanan kasar (Roughate) dengan kandungan

protein sebesar 3,6 % dan memiliki sekitar 80% zat-zat potensial yang dapat dicerna sebagai

sumber energi bagi ternak ( Komar, 1984 ). Ternak ruminansia memiliki mikroorganisme

selulosa yang terdapat pada rumennya. Hal ini memungkinkan selulosa yang terdapat pada

jerami dapat dicerna.

Dalam pengelolaanya menjadi pakan ternak, jerami diolah melalui proses

bioteknologi. Dalam hal ini digunakan starter mikroba yang mengandung proteolitimk,

lignolitik, selulolitik dan bersifat nitrogen non simbiotik. Jerami yang difermentasikan

dengan menggunakan stater mikroba (starbio) ini, akan memiliki kandungan nutrisi yang

lebih tinggi (meningkatnya protein dan menurunnnya serat kasar akibat adanya lignin) dan

juga memiliki sifat organoleptis (bau harum, asam) sehingga lebih disukai ternak ( Yunilas,

2009 ).

Potensi ini sangat berpeluang untuk dioptimalkan dan dikembangkan lebih lanjut.

Mengingat tingginya degradasi lahan akibat pertumbuhan penduduk yang

berdampak pada menurunnya sumber pasokan hijauan rumput dan daun-daunan yang

merupakan bahan pakan ternak konvensional.


C. Pertanian

1 Pupuk Organik

Dewasa ini, semakin marak seruan untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia

(anorganik) dan kembali memakai pupuk organik . Hal ini dilatarbelakangi oleh dampak

buruk dari pemakaian pupuk anorganik terhadap lingkungan. Antara lain tanah menjadi rusak

(penggunaan yang berlebihan dan terus-menerus akan menyebabkan tanah menjadi keras), air

tercemar, terjadi polusi udara, dan keseimbangan alam terganggu ( Indriani, 2001 ).

Penggunaan jerami telah lama dikenal sebagai bahan pembuatan kompos namun

masih jarang digunakan dengan alasan pembuatannya yang kurang praktis, kotor, dan kurang

efisien. Namun dengan teknologi pertanian yang selalu berkembang saat ini hal ini dapat

diatasi. Pembuatan kompos berbahan jerami dapat dibuat dengan aktivator yang dapat

mempercepat proses pengomposan sehingga kontinuitas produksi pupuk organik berbahan

jerami ini pun lebih terjamin.

Diantaranya dengan menggunakan aktivator EM4 (effective microorganism) yang

mengandung beberapa mikroorganisme yaitu bakteri fotosintetik, lactobacillus sp.,

streptomyces sp., ragi (yeast).,dan actinomycetes. Hasil pengomposannya disebut bokashi

jerami. Dalam proses pembuatanya juga diperlukan dedak, sekam dan sedikit gula pasir.

Untuk 1 ton jerami hanya diperlukan 1 liter EM4, yang perliternya hanya seharga Rp15.000.

umumnya proses pengomposan akan memerlukan waktu sekitar 4-7 hari.

Melihat prospek ini maka jerami cukup berpeluang untuk menggantikan atau

paling tidak mengurangi pemakaian pupuk kimia yang harganya mahal dan berdampak buruk

terhadap keseimbangan lingungan.


Pembuatan Pupuk Organik
Jerami padi varietas Cisantana berumur 10 hari setelah panen dicacah dengan panjang 5
cm, diberi perlakuan pengomposan dengan masing-masing dekomposer yang sudah
diencerkan dengan air, yaitu dekomposer koleksi Prof Dr Iswandi Anas Laboratorium
Bioteknologi Tanah IPB (D1) dan dekomposer komersial (D2). Pembuatan pupuk organik
dimulai dengan menyemprot cacahan jerami padi sambil diaduk dengan air yang telah
dicampur dengan dekomposer agar lembab dan merata, kemudian dimasukkan ke dalam
kotak yang terbuat dari bambu. Bak berisi jerami yang siap didekomposisi lalu ditutup
dengan plastik. Untuk membuat larutan dekomposer, 10 ml dekomposer dilarutkan dalam 1 L
air dan diaduk rata. Satu liter dekomposer dapat digunakan untuk 2 ton bahan organik.
Setelah satu minggu, bahan pupuk organik dibalik agar panasnya merata dan proses
dekomposisi berlangsung sempurna, dan proses dekomposisi dilakukan selama 6 minggu.
Parameter yang diamati, yaitu suhu, nilai C/N dengan CNS Truspec Leco, pH H 2O dengan pH
meter, volume pupuk organik yang dihasilkan, dan kandungan hara pupuk organik (N, P, K, Ca,
Mg, Fe, Cu, Zn, Mn). Pengambilan sampel untuk analisis nilai C/N dan pH dilakukan dalam
selang waktu (0, 1, 2, 3, 4, 5, dan 6 minggu).

Anda mungkin juga menyukai