Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Zehnder (2006) perawatan saluran akar merupakan perawatan
endodontik yang sering dilakukan didunia kedokteran gigi dengan
mempertahankan gigi yang infeksi menggunakan bahan kimia yang dapat
diterima secara biologis dan melakukan tindakan mekanik dengan cara
mengambil seluruh jaringan pulpa yang mengalami nekrosis atau pulpa yang
sudah tidak vital. Perawatan saluran akar mempunyai mekanisme yaitu yang
pertama adalah tahap preparasi biomekanis saluran akar, merupakan suatu tahap
yang membuka jalan masuk menuju kamar pulpa dari korona untuk mendapatkan
pandangan letak jalan masuk ke saluran akar dan memungkinkan tercapainya
daerah apeks saluran akar secara langsung. Tahap kedua yaitu tahap desinfeksi
yang berupa irigasi dan desinfeksi saluran akar dan tahap terakhir yaitu tahap
obturasi. Perawatan saluran akar mempunyai kategori keberhasilan yaitu melalui
keadaan pada saat asepsis, pembersihan jaringan pulpa yang dengan keseluruhan,
dan proses preparasi biomekanis serta obturasi (Walton, 2008).
Irigasi saluran akar dilakukan untuk membersihkan jaringan nekrotik,
mikroorganisme, dan serpihan dentin. Beberapa larutan irigasi yang sering
digunakan adalah EDTA (Ethylene diamine tetraacetic acid), Chlorhexidine dan
NaOCl. Idealnya larutan irigasi memiliki efek antibakteri spektrum luas, tidak
toksik, mampu melarutkan sisa jaringan pulpa nekrotik, mencegah terbentuknya
smear layer selama preparasi saluran akar atau mampu melarutkannya segera
setelah terbentuk (Tanumihardja, 2010). Ketiga bahan tersebut masih memiliki
kekurangan seperti pada sodium hipoklorit yang tidak dapat menghilangkan
smear layer karena hanya melarutkan jaringan organik dan bersifat toksis saat
dimasukkan ke dalam jaringan periradikuler, pada larutan irigasi EDTA paparan
yang lebih lama dapat menyebabkan erosi pada peritubular dan intratubular dentin
serta kurang efektif dalam efek antibakteri. Larutan irigasi Chlorhexidine juga
masih memiliki kekurangan yaitu tidak dapat menghilangkan biofilm dan debris

1
organik serta adanya efek negatif pada kualitas pengisian saluran akar sehingga
chlorhexidine bukan merupakan bahan larutan irigasi utama (Haapsalo dkk,
2010).
Beberapa tahun terakhir perhatian pemerintah Indonesia terhadap
pemanfaatan bahan herbal di bidang kesehatan terus meningkat. Banyak peneliti
yang mengembangkan bahan herbal sebagai sumber obat yang memiliki efek
antimikroba serta kemungkinan daya toksik yang lebih rendah. Bahan herbal
dapat mengurangi efek samping dan memiliki nilai yang lebih ekonomis
(Tanumihardja, 2013).
Jeruk purut (Citrus hystrix) merupakan tumbuhan perdu yang
dimanfaatkan terutama buah dan daunnya sebagai bumbu penyedap masakan.
Dalam perdagangan internasional dikenal sebagai kaffir lime (Munawaroh dan
Handayani, 2010). Tanaman ini banyak dijumpai sehingga mudah dijangkau oleh
masyarakat. Tanaman buah jeruk purut berasal dari genus Citrus merupakan salah
satu tanaman yang menghasilkan minyak atsiri. Salah satu bagian dari tanaman
jeruk purut yang menghasilkan minyak atsiri adalah daunnya yang juga
mengandung alkaloid, polifenol, tannin dan flavonoid (Rahmi dkk, 2013).
Minyak atsiri memiliki khasiat sebagai antibakteri dengan merusak
dinding sel dan menghambat pertumbuhan serta mematikan bakteri dengan
mengganggu terbentuknya dinding sel. Jeruk purut memiliki efek farmakologis
sebagai antiseptik dan mempunyai antioksidan yang sangat tinggi. Beberapa
penelitian yang sudah dilakukan melaporkan bahwa ekstrak metanol buah jeruk
purut dan beberapa fraksinya mempunyai aktivitas antibakteri dengan tingkat
sedang sampai kuat terhadap beberapa bakteri Gram positif dan Gram negatif.
Ekstrak etil asetat dan minyak atsiri kulit buah jeruk purut lebih poten terhadap S.
aureus dibanding E. Coli (Yuliani dkk, 2011).
Keunggulan dari pemilihan ekstrak daun jeruk purut dibandingkan dengan
bahan alami lainnya adalah lebih mudah didapat, jumlah ekstrak minyak atsiri
lebih banyak didapatkan pada daun jeruk purut daripada batang kayu putih (M.
cajuputi), serta kandungan sitronelal yang lebih tinggi dibandingkan bahan alami
lainnya seperti serai wangi. Sitronelal sendiri merupakan salah satu kandungan

2
dalam minyak atsiri yang memiliki manfaat sebagai antibakteri dan antiseptik
(Ramadhinta, dkk., 2016; Widiyanto, 2013). Pada penelitian sebelumnya untuk
mengetahui tingkat efektivitas konsentrasi minyak atsiri yang diamati adalah 10%,
12,5%, 15%, 17,5%, dan 20%. Konsentrasi terbaik dalam menghambat
pertumbuhan bakteri adalah 20%, namun minyak atsiri juga mengandung asam
yang dapat menurunkan kekerasan saluran akar. Peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian terhadap konsentrasi 10%, 15% dan 20% dari minyak atsiri karena daya
hambat dari bakteri terhadap kekerasan saluran dentin saling bertolak belakang
(Darjono, 2016)
Penggunaan bahan irigasi dapat menyebabkan perubahan komposisi kimia
dari dentin sehingga komposisi organik dan anorganik akar berubah. Akibatnya
terjadi perubahan terhadap kekerasan, permeabilitas dan kelarutan dentin (Scelza
dkk, 2003).
Berdasarkan penjelasan diatas, pada penelitian ini dilakukan uji kekerasan
mikro dentin pasca perawatan saluran akar dengan irigasi menggunakan minyak
atsiri dengan konsentrasi 10%, 15%, dan 20% dari ekstrak daun jeruk purut.
Pengujian kekerasan dentin saluran akar diharapkan dapat menjadi informasi di
bidang Kedokteran Gigi dan sebagai pertimbangan klinis operator dalam memilih
bahan alternatif irigasi saluran akar, yang menimbulkan perubahan sifat dentin
yang minimal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan dapat dirumuskan


masalah, bagaimana pengaruh perbedaan konsentrasi minyak atsiri daun jeruk
purut (Cytrus Hystrix) sebagai bahan alternatif irigasi saluran akar terhadap
kekerasan mikro dentin?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum

3
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh
perbedaan konsentrasi ekstrak daun jeruk purut (Citrus hystrix) sebagai
larutan irigasi terhadap kekerasan mikro dentin.
2. Tujuan Khusus
a. Membandingkan efek minyak atsiri dengan konsentrasi 10% dan 15%
dari ekstrak daun jeruk purut sebagai larutan irigasi terhadap
kekerasan mikro dentin.
b. Membandingkan efek minyak atsiri dengan konsentrasi 15% dan 20%
dari ekstrak daun jeruk purut sebagai larutan irigasi terhadap
kekerasan mikro dentin.
c. Membandingkan efek minyak atsiri dengan konsentrasi 10% dan 20%
dari ekstrak daun jeruk purut sebagai larutan irigasi terhadap
kekerasan mikro dentin.
d. Menganalisis efek minyak atsiri konsentrasi 10%, 15% dan 20%
sebagai bahan alternatif irigasi saluran akar terhadap kekerasan mikro
dentin.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian diharapkan sebagai media dalam menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan tentang kekerasan mikro dentin pasca perawatan saluran
akar dengan bahan alternatif irigasi menggunakan ekstrak daun jeruk purut
(Citrus hystrix).
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif bahan
desinfeksi kavitas yang efektif dan efisien untuk digunakan secara luas
oleh masyarakat.

4
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian penelitian
No. Penelitian sebelumnya Persamaan Perbedaan
1. Judul: Pengaruh Lama Terdapat Pada penelitian
Aplikasi dan Jenis Bahan persamaan dengan sebelumnya
Pencampur Serbuk Kalsium melakukan uji menggunakan larutan
Hidroksida Terhadap kekerasan mikro irigasi chorhexidine
Kekerasan Mikro Dentin dentin. dan campuran serbuk
Saluran Akar Ca(OH)2 sedangkan
Peneliti: Andina Rizkia Putri penelitian ini
Kusuma menggunakan ekstrak
Tahun: 2016 minyak atsiri daun
Dipublikasikan dalam: jeruk purut
ODONTO Dental Journal
2. Judul: Analisis Minyak Penggunaan 1. Pada penelitian
Atsiri Serai (Cymbopogon minyak atsiri dari sebelumnya
citratus) Sebagai Alternatif ekstrak bahan menggunakan
Bahan Irigasi Saluran Akar alternatif untuk minyak atsiri dari
Gigi dengan Menghambat irigasi saluran akar ekstrak serai
Pertumbuhan Enterococcus sedangkan pada
faecalis penelitian ini
Peneliti: Uswatun Nisaa’ menggunakan
Arum Darjono minyak atsiri dari
Tahun: 2016 ekstrak daun
Dipublikasikan oleh: jeruk purut.
Majalah Sultan Agung 2. Pada penelitian
UNISSULA sebelumnya
melakukan uji
hambat
pertumbuhan
enterococcus
faecalis
sedangkan pada
penelitian ini
melakukan uji
kekerasan mikro
dentin.
3. Judul: Aktivitas Antibakteri Penelitian Penelitian
Minyak Atsiri Daun Jeruk menggunakan sebelumnya
Purut (Citrus hystrix) ekstrak minyak mengukur aktivitas
Terhadap Staphylococcus atsiri dari daun antibakteri minyak
aureus dan Escherichia coli jeruk purut (citrus atsiri daun jeruk purut
Penulis: Ratna Yuliani, Peni hytrix) sedangkan penelitian
Indrayudha, dan Septi ini melakukan uji
Sriandita Rahmi kekerasan dentin

5
Tahun: 2011 pasca irigasi
Dipublikasikan oleh: menggunakan minyak
Pharmacon atsiri daun jeruk purut
saat perawatan
saluran akar.

Anda mungkin juga menyukai