Anda di halaman 1dari 10

Dalam Ulumul Qur’an dijelaskan tentang

pembahasan i’jaz, yaitu pembahasan bahwa Qur’an itu sudah


melemahkan semua orang untuk membuat ayat atau kata-kata
yang menyerupai Qur’an. Allah berfirman,
َ‫س َو ْال ِج ُّن َعلَى أ َ ْن يَأْتُوا بِ ِمثْ ِل َهذَا ْالقُ ْرآ َ ِن ََل يَأْتُونَ بِ ِمثْ ِل ِه َولَ ْو َكان‬ ِْ ‫ت‬
ُ ‫اْل ْن‬ ْ ‫قُ ْل لَئِ ِن‬
ِ َ‫اجت َ َمع‬
‫يرا‬ َ ‫ض‬
ً ‫ظ ِه‬ ٍ ‫ض ُه ْم ِلبَ ْع‬
ُ ‫بَ ْع‬
“Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul
untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak
akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun
sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang
lain.”” (QS. Al-Isra’: 88)
I’jaz inilah yang salah satu bukti yang menunjukkan bahwa
Qur’an merupakan firman Allah yang bisa
dijadikan hujjah dalam kehidupan.
Ada berbagai aspek dalam Qur’an yang menjadikannya bisa
mengi’jaz, dan salah satunya adalah aspek ilmiah. Maksudnya,
apa-apa yang disampaikan dalam Qur’an ternyata menunjukkan
terhadap berbagai ilmu pengetahuan atau sains. Banyak sekali
ayat-ayat yang menunjukkan kebenaran secara ilmiah. Ada
ungkapan “Semakin maju perkembangan Ilmu Pengetahuan,
maka akan semakin terungkap kebenaran Qur’an”.
Berikut di antara Ayat-ayat yang menjelaskan tentang sains:
Penciptaan alam semesta
ِ ‫ض َكانَتَا َرتْقًا فَفَت َ ْقنَا ُه َما َو َج َع ْلنَا ِمنَ ْال َم‬
‫اء ُك َّل‬ َ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬ َّ ‫أ َ َولَ ْم يَ َر الَّذِينَ َكفَ ُروا أ َ َّن ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬
َ‫ي أَفَ ََل يُؤْ ِمنُون‬ٍٍّ ‫َيءٍ َح‬
ْ ‫ش‬
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit
dan bumi keduanya dahulu menyatu kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup
berasal dari air, maka mengapa mereka tidak beriman?”(QS.
AL- ANBIYA: 30)
Ayat tersebut berkaitan dengan “Big bang theory” yaitu teori
terbentuknya alam semesta yang menyatakan bahwa pada
awalnya alam semesta merupakan satu kesatuan, kemudian
terjadi ledakan besar yang menghasilkan pecahan-pecahan dan
meluas. Teori Big Bang ini adalah teori penciptaan bumi yang
paling diakui di era modern. Sebelumnya muncul teori bahwa
alam ini statis sejak awal terciptanya. Lalu pada tahun 1929,
Ahli astronomi dari Amerika, Edwin Hubble mengemukakan
tentang teori Big Bang. Teori ini berawal dari pengamatan
Bubble pada bintang-bintang dengan menggunakan teleskop
raksasa. Ketika itu ia menemukan bahwa bintang-bintang itu
memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini
berarti bahwa bintang-bintang ini “bergerak menjauhi” kita.
Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari
sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat
cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat
cenderung ke warna merah. Selama pengamatan oleh Hubble,
cahaya dari bintang-bintang cenderung ke warna merah. Ini
berarti bahwa bintang-bintang ini terus-menerus bergerak
menjauhi kita.
Relativitas Waktu
‫سنَ ٍة ِم َّما‬ َ ‫ارهُ أ َ ْل‬
َ ‫ف‬ ِ ‫اء ِإلَى ْاْل َ ْر‬
ُ َ‫ض ث ُ َّم يَ ْع ُر ُج ِإلَ ْي ِه فِي يَ ْو ٍم َكانَ ِم ْقد‬ َّ ‫يُدَبِ ٍُّر ْاْل َ ْم َر ِمنَ ال‬
ِ ‫س َم‬
َ‫تَعُدُّون‬
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan)
itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah
seribu tahun menurut perhitunganmu” (QS. Al-Sajadah: 05)
‫سنَ ٍة‬ َ ‫ارهُ خ َْمسِينَ أ َ ْل‬
َ ‫ف‬ ُّ ‫ت َ ْع ُر ُج ْال َم ََلئِ َكةُ َو‬
ُ َ‫الرو ُح إِلَ ْي ِه فِي يَ ْو ٍم َكانَ ِم ْقد‬
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan
dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun” (QS. Al-
Ma’arij: 04)
Kedua ayat di atas berkaitan dengan temuan bahwa waktu akan
berjalan lebih lambat seiring dengan kecepatan cahaya. Semakin
kita bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya
maka semakin lambat pergerakan waktu kita. Teori ini
dikemukakan oleh Einstein dimana telah dilakukan penelitian
menggunakan dua buah jam atom: jam A dan jam B. Jam A
disimpan di bumi, sedangkan jam B dibawa keliling dunia via
pesawat jet. Hasilnya? Setelah sampai di bumi lagi, Jam B
menunjukkan keterlambatan waktu sepersekian juta detik
terhadap jam A.
Lapisan Atsmosfer
َ َ‫ار ِجعِ ْالب‬
‫ص َر ه َْل‬ ْ َ‫ت ف‬ ُ َ‫الر ْح َم ِن ِم ْن تَف‬
ٍ ‫او‬ َّ ‫ق‬ِ ‫ت ِطبَاقًا َما ت َ َرى فِي خ َْل‬
ٍ ‫س َم َوا‬ َ َ‫الَّذِي َخلَق‬
َ ‫س ْب َع‬
‫ور‬
ٍ ‫ط‬ ُ ُ‫ت َ َرى ِم ْن ف‬
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu
sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha
Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-
ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS.
Al-Mulk: 03)
Ilmu pengetahuan modern menemukan bahwa atmosfer terdiri
dari tujuh lapisan, yaitu: troposfer, stratosfer, ozonesfer,
mesosfer, termosfer, ionosfer, dan eksosfer. Sehingga bahasa
tujuh langit tersebut menunjuk pada tujuh lapisan atmosfer.
Lapisan Bumi
‫ض ِمثْلَ ُه َّن‬
ِ ‫ت َو ِمنَ ْاْل َ ْر‬
ٍ ‫س َم َوا‬ َ َ‫َّللاُ الَّذِي َخلَق‬
َ ‫س ْب َع‬ َّ
“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula
bumi”(QS. Al-Thalaq: 12)
Dalam ayat ini, disamping menjelaskan tentang lapisan langit,
Allah juga menjelaskan tentang jumlah lapisan bumi, yakni 7
lapis sebagaimana jumlah lapisan langit. Dalam sains modern
disebutkan bahwa bumi terdiri dari tujuh lapis. Teori
sebelumnya menyebutkan bahwa bumi terdiri dari tujuh lapis.
Kemudian US Geological Survey mengemukakan bahwa bumi
terdiri dari tujuh lapis. Ketujuh lapis tersebut adalah: 1). Kerak
Samudera yang ketebalan berkisar 5 sampai 15 KM. 2). Kerak
Benua yang ketebalan berkisar antara 30 sampai 35 KM. 3).
Selubung atas (upper mantle), ketebalan lapisannya 34-400 KM.
4). Selubung transisi, yang mempunyai ketabalan 400-700 KM.
5). Selubung bawah (lower mantle) yang memiliki ketabalan
700-2900 KM. 6). Inti luar (outer core), ketebalannya mencapai
2900 sampai 5100 KM. 7). Inti dalam (inner core), ketebalannya
adalah antara 5100 sampai 6370 KM.

 Proses terjadinya hujan

‫ف َب ْينَهُ ث ُ َّم يَ ْج َعلُهُ ُر َكا ًما فَت َ َرى ْال َو ْدقَ َي ْخ ُر ُج ِم ْن ِخ ََل ِل ِه‬
ُ ٍّ‫س َحابًا ث ُ َّم يُ َؤ ِل‬ َّ ‫أَلَ ْم ت َ َر أ َ َّن‬
َ ‫َّللاَ يُ ْز ِجي‬
‫ص ِرفُهُ َع ْن َم ْن يَشَا ُء‬ ْ َ‫يب ِب ِه َم ْن يَشَا ُء َوي‬ ُ ‫ص‬ ِ ُ‫اء ِم ْن ِج َبا ٍل ِفي َها ِم ْن َب َر ٍد فَي‬ َّ ‫َويُن ِ ٍَّز ُل ِمنَ ال‬
ِ ‫س َم‬
‫ار‬
ِ ‫ص‬ َ ‫َب بِ ْاْل َ ْب‬
ُ ‫سنَا بَ ْرقِ ِه يَ ْذه‬َ ُ‫يَ َكاد‬
“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan,
kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian
menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu
hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan
(butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-
gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya
(butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan
dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan
kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan
penglihatan.”(QS. Al-Nur: 43)
Berdasarkan ayat tersebut, ada tiga tahap turunnya hujan, yaitu:
adanya angin yang menggerakkan awan, berkumpulnya awan,
terjadinya hujan. Berdasarkan pengamatan radar, memang ada
tiga tahap terjadinya hujan, dan hal itu sama dengan yang
dijelaskan dalam Qur’an
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan sebuah agama yang memiliki banyak penganut di dunia. Bahkan dapat
dikategorikan sebagai agama terbesar dan terbanyak dianut oleh masyarakat global sekarang ini.
Al-Qur’an yang merupakan sebuah kitab suci agama Islam yang langsung diwahyukan oleh
Allah SWT kepada Nabi Muhammad menjadi bahan acuan dan juga pengantar hidup kaum
muslim di dunia. Tetapi tanpa kita sadari bahwa di dalam ayat-ayat yang terkandung di dalam
Al-Qur’an terdapat ilmu-ilmu duniawi yang memang harus kita ketahui.
Selain dapat difungsikan sebagai pedoman hidup kaum muslim, Al-Qur’an juga
memiliki banyak mengandung ayat-ayat yang mengharuskan kita sebagai kaum muslim untuk
menuntut ilmu pengetahuan semasa hidupnya karena Allah SWT akan mengangkat derajat
orang-orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Sesuai firman Allah SWT dalam surat Al-
Mujadilah ayat 11 yang berarti :

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang- orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan”. (Q.S Al-Mujadilah [58]: 11)

Dengan demikian kita sebagai umat muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu agar
derajatnya dinaikkan oleh Allah SWT. Umat muslim sudah memiliki Al-Qur’an yang memang di
dalamnya sudah mengandung banyak sekali ilmu yang bisa umat muslim pelajari.

B. Tujuan
Dalam penulisan makalah ini penulis memiliki beberapa tujuan, antara lain :
1. Untuk memenuhi tugas harian mata kuliah Studi Islam
2. Untuk mengetahui konsep Al-Qur’an dalam ilmu sains
3. Untuk mengetahui konsep Al-Qur’an dalam ilmu sosial
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Al-Qur’an
Secara Bahasa (Etimologi), merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-’a (‫ )قرأ‬yang bermakna
Talaa (‫[ )تال‬keduanya berarti: membaca], atau bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi).
Sedangkan secara Syari’at (Terminologi) Al-Qur’an diartikan Kalam Allah SWT yang
diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Nabi Muhammad SAW yang diawali
dengan surat Al-Fatihah dan di akhiri dengan surat An-Naas.
Allah SWT menurunkan Al-Qur’an dengan malaikat Jibril sebagai pengantar wahyu yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di Gua Hiro pada tanggal 17 Ramadhan ketika Nabi
Muhammad SAW berusia 41 tahun. Surat pertama yang diterima Nabi Muhammad adalah surat
Al-Alaq ayat 1 sampai 5. Sedangkan Al-Qur’an terakhir turun pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun
10 Hijriyah yakni surat Al Maidah ayat 3. Perlu diketahui bahwa Al-Qur’an tidak turun
sekaligus, namun sedikit demi sedikit baik beberapa ayat, langsung satu surat, potongan ayat dan
sebagainya. Turunnya ayat dan surat dalam Al-Qur’an disesuaikan dengan kejadian yang ada
atau sesuai dengan keperluan. Lama Al-Qur’an diturunkan ke bumi adalah kurang lebih 22
tahun, 2 bulan dan 22 hari.
Al- Qur’an adalah kitab induk, rujukan utama bagi segala rujukan, sumber dari segala sumber, basis bagi
segala sains dan ilmu pengetuhan, sejauh mana keabsahan ilmu harus diukur standarnya adalah Al-Qur’an. Ia
adalah buku induk ilmu pengethuan, di mana tidak ada satu perkara apapun yang terlewatkan, semuanya telah
terkafer di dalamnya yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah
(Hablum minallah); sesama manusia (Hablum minannas); alam, lingkungan, ilmu akidah, ilmu sosial, ilmu alam, ilmu
emperis, ilmu agama, umum dan sebagainya.(Q.S. Al-an’am: 38).

Ada beberapa sebutan untuk Al-Qur’an antara lain :


1. Al-Kitab (Kitabullah) yang merupakan sinonim dari kata Al-Qur’an yang berarti kitab suci yang
digunakan sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa. Nama Al-Kitab diterangkan dalam Al-
Qur’an surat Al-Baqarah ayat 2.
2. Az-Zikr yang artinya adalah peringatan. Nama ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Hijr
ayat 9.
3. Al-Furqan, artinya adalah pembeda. Nama ini diterangkan dalam surat Al-Furqan ayat 1.
4. As-Suhuf, yang berarti lembaran-lembaran seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-
Bayinah ayat 2.
Selain itu, Al-Qur’an juga memiliki banyak keistimewaan dan keutamaan antara lain :
1. Memberi pedoman dan petunjuk hidup lengkap beserta hukum-hukum untuk kesejahteraan dan
kebahagiaan manusia.
2. Memiliki ayat yang mengagumkan sehingga pendengar ayat suci Al-Qur’an dapat dipengaruhi
jiwanya.
3. Memberi gambaran umum ilmu alam untuk merangsang perkembangan berbagai ilmu.
4. Memiliki ayat-ayat yang menghormati akal pikiran sebagai dasar utama untuk memahami
hukum dunia manusia.
5. Menyamakan manusia tanpa pembagian strata, kelas, golongan dan lain sebagainya. Yang
menentukan perbedaan manusia di mata Allah SWT adalah taqwa.
6. Melepas kehinaan pada jiwa manusia agar terhindar dari penyembahan terhadap makhluk serta
menanamkan tauhid dalam jiwanya.

B. Konsep Al-Qur’an dalam Ilmu Sains


Sains dan ilmu pengetahuan merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci Al-
Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu sendri disebut dalam Al-Qur’an sebanyak 105 kali, tetapi dengan
kata jadiannya kata ‘ilm disebut lebih dari 744 kali. Sains merupakan salah satu kebutuhan
agama Islam, hal ini dibuktikan dengan fakta setiap kali umat Islam melaksanakan ibadah
memerlukan penentuan waktu yang tepat. Contohnya dalam melaksanakan shalat, menentukan
awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya memiliki waktu tertentu dan untuk
menentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi yang memang termasuk dalam ilmu
sains.
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa Al-Qur’an memiliki banyak keistimewaan dan
keutamaan di dalamnya. Salah satu keistimewaan dan keutamaan Al-Qur’an yakni memberi
gambaran umum ilmu alam untuk merangsang perkembangan berbagai ilmu. Dengan kata lain
di dalam Al-Qur’an juga terkandung banyak ilmu-ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia
untuk mengembangkan pengetahuan-pengetahun di dunia Sains.
Dalam pengkajian ayat-ayat yang terkandung di dalam Al-Qur’an terdapat banyak sekali
ilmu pengetahuan khususnya di bidang Sains yang akhirnya memang telah dibuktikan dengan
teori-teori dari para ilmuwan, antara lain :
1. Peristiwa Big Bang
Dalam surat Al-Anbiya ayat 30, Allah SWT berfirman yang artinya :

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya. Dan dari air
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman ?” (Al-
Anbiya : 30)

Pada tahun 1927, seorang ilmuwan bernama Hubble mengemukakan sebuah teori
mengenai asal muasal pembentukan jagad raya yang diberi nama Teori Big Bang. Sebuah teori
yang menjelaskan bahwa dahulu kala jagad raya adalah satu, yang akhirnya meledak dan
terpisah-pisah menjadi banyak bagian dan salah satu bagian tersebut adalah bumi. Hal ini
membuktikan keistimewaan Al-Qur’an bahwa sebelum Hubble mengemukakan teorinya, di
dalam Al-Qur’an sudah ada ayat yang menjelaskan bahwa dahulu kala alam semesta adalah satu.

2. Orbit
Pada abad ke-15 seorang ilmuwan bernama Copernicus menemukan bahwa matahari
sebagai pusat peredaran. Tapi perlu diketahui bahwa jauh hari sebelum Copernicus
mengemukakan temuannya tersebut, di dalam Al-Qur’an sudah dituliskan bagaimana matahari
dan bulan beredar.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Anbiyak ayat 33 yang artinya :
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing
dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya” (Al-Anbiyak : 33).

Tanda yang tersendiri yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT di dalam ayat tersebut
adalah perjalanan matahari pada orbitnya sehingga ke penghujung pusingannya. Pusingan adalah
satu ketentuan dan ketetapan daripada Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Mengetahui bagi
setiap sesuatu.

3. Proses terjadinya hujan


Dalam surat An-Nuur ayat 43 Allah SWT berfirman yang artinya :

“Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan
keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu)
dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-
butiran) es itu kepada kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang
dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan” (An-Nuur
: 43).

Para peneliti bidang meteorologi menyebutkan bahwa fenomena awan tebal bermula
ketika angin menggiring/mengarak kawanan awan kecil ke convergence zone (tempat
berkumpul) dari awan-awan tersebut. Pengarakkan bagian-bagian ini menyebabkan
bertambahnya kualitas jumlah uap air dalam perjalanannya, terutama di sekitar convergence
zone. Ketika uap air sudah terlalu banyak, maka jatuhlah uap air tersebut ke permukaan bumi
yang disebut hujan.

C. Konsep Al-Qur’an dalam Ilmu Sosial


Pemahaman terhadap manusia secara lebih luas, mendasar, dan mendalam sebenarnya bisa melalui kitab suci.
Melalui Al-Qur’an misalnya, perilaku manusia dapat dipahami secara luas, mendalam, bahkan melebihi jangkauan ilmu-ilmu
sosial. Terdapat wilayah manusia yang gagal dipahami oleh ilmu sosial, tetapi justru dapat dipahami melalui Al-Qur’an. Secara
lebih luas dan mendalam, melalui Al-Qur’an, manusia bisa dipahami dari aspek akhlak, nafsu, hati, dan selain juga jasadnya.
Sebagaimana ilmu-ilmu sosial, Al-Qur’an tatkala menjelaskan siapa sebenarnya manusia, juga melalui konsep-konsep, kategori-
kategori, indikator-indikator, dan seterusnya.

Al Qur’an tatkala menjelaskan kategori tentang manusia maka disebut misalnya, ada tiga kelompok manusia, yaitu
apa yang disebut sebagai kelompok muttaqien, kafirien, dan munafiqien. Masing-masing dijelaskan indikator-indikatornya.
Misalnya, disebut sebagai kelompok muttaqien adalah :

(1) Orang-orang yang mengimani terhadap yang ghaib,


(2) Menegakkan shalat,
(3) Menginfaqkan sebagian rezekinya,
(4) Mengimani semua kitab-kitab suci yang diturunkan oleh Allah SWT, taurat, zabur, injil dan Al-
Qur’an,
(5) Orang-orang yang yakin akan datangnya hari akhir.

Dalam Al-Qur’an juga dijelaskan tentang konsep-konsep lainnya, misalnya siapa sesungguhnya orang yang
beruntung, orang merugi, orang fasad, dan seterusnya. Selain itu, Al-Qur’an juga menjelaskan tentang sejarah manusia, baik
sejarah pribadi maupun segolongan orang-orang tertentu. Al Qur’an juga menjelaskan tentang jiwa manusia. Dijelaskan bahwa
perilaku manusia sebenarnya bersumber dari hati atau disebut qolb. Hati manusia itu sendiri, dalam Al-Qur’an digambarkan
dalam keadaan berbeda-beda, misalnya ada hati yang sehat, hati yang sakit, dan juga hati yang telah mati. Masing-masing
keadaan hati itu selalu melahirkan watak, karakter atau pribadi yang berbeda-beda.

Maka dengan demikian, bahwa sebenarnya untuk memahami manusia, akan menjadi lebih sempurna manakala
ditempuh juga melalui rujukan kitab suci. Apalagi pengetahuan tentang manusia yang bersifat lebih mendasar dan menyeluruh.
Banyak ahli ilmu sosial dalam berupaya memahami tentang manusia mengalami kegagalan, atau tidak mendapatkan jawaban
yang memuaskan. Hal itu disebabkan di antaranya, karena keterbatasan piranti yang digunakan. Manusia selain menyandang
dimensi yang luas, juga bersifat unik. Oleh karena itu, kajian empirik untuk memahami manusia, tidak akan pernah berhasil
memuaskan, karena dimensi manusia yang luas dan sekaligus unik itu.

Kajian tentang perilaku manusia oleh para ilmuwan sosial akan membawa hasil, manakala hanya sebatas menyangkut
fenomena sosial yang tampak dan bersifat keseharian, yakni kehidupan nyata sehari-hari. Akan tetapi, tatkala akan menyentuh
aspek yang bersifat mendalam, mendasar, dan menyeluruh dari sisi-sisi kehidupan manusia, maka sumber yang sempurna, justru
berasal dari kitab suci, atau tegasnya dalam Islam adalah Al-Qur’an. Oleh karena itu, Al-Qur’an sebenarnya adalah merupakan
rujukan bagi siapapun yang berkeinginan memahami manusia, termasuk para ilmuwan sosial jika menghendakinya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam Al-Qur’an terdapat banyak sekali ayat-ayat yang menerangkan tentang berbagai
macam ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu umum, sehingga jika dikatakan bahwa Al-Quran
berlaku sepanjang zaman maka hal tersebut adalah benar, karena dalam Al-Qur’an terdapat ilmu-
ilmu yang sebenarnya telah lama diungkapkan oleh Al-Qur’an, namun baru dapat dijelaskan oleh
manusia ratusan tahun kemudian, sehingga kita selaku generasi muda muslim seharusnya
mempelajari Al-Qur’an tidak hanya mempelajari tentang tata bahasa semata, namun kita juga
harus bisa mengungkap ilmu-ilmu yang ada di dalamnya untuk dimanfaatkan dalam kehidupan
kita. Sains-sains yang ada di dunia ini tergolong pertama muncul ialah berdasarkan Al-Quran,
dan penerusannya oleh manusia dengan berbagai penemuan-penemuan hal baru di bumi. Al-
Qur’an ialah peletak dasar dari berbagai pengetahuan sains dan sosial.

B. Saran

1. Sudah saatnya para manusia menyadari sepenuhnya bahwa betapapun hebatnya manusia
sehingga dapat menguasai alam ini. Pada hakikatnya tetap adalah mahluk yang lemah yang
penuh dengan keterbatasan, untuk itu dengan kemajuan yang diperoleh hendaknya tidak untuk
menyombongkan diri serta menjauhi Sang Maha Pencipta Seluruh Alam Semesta.
2. Telah dikemukakan, bahwa Al-Qur’an bukanlah penghambat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, melainkan Al-Qur’an sebagai narasumber yang dijadikan landasan
berpikir oleh ilmuwan muslim pada masa lalu. Karena itu, hendaknya mendapat perhatian yang
serius untuk dikaji kembali bukan hanya ayat-ayat tersurat saja, melainkan juga mempelajari
pada ayat yang tersirat berupa fenomena alam dan isinya.

DAFTAR PUSTAKA

 Ahmad As Shohwy, dkk. 1995 . Al-Quran dan As-Sunnah dalam Iptek . Jakarta : Gema Insani
Pers
 http://hbis.wordpress.com/2009/11/11/makalah-al-quran-sebagai-sumber-hukum-islam/
 http://ml.scribd.com/doc/91675630/Sains-Dalam-Al-qur-An

Anda mungkin juga menyukai