Anda di halaman 1dari 8

Komplikasi ginjal pada anestesia

Kesimpulan:
Gagal ginjal akut (AKI) perioperatif terjadi pada 30-40% semua kasus AKI di rumah sakit. Hal ini
berhubungan dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang signifikan secara klinis terlihat pada
peningkatan kadar kreatinin serum, dan menyebabkan risiko kematian 12 kali lipat pada bedah besar
abdomen. Kondisi komorbid seperti diabetes, hipertensi, gangguan hepar dan penyakit ginjal kronis
yang sudah ada merupakan faktor risiko mayor terhadap perkembangan kondisi AKI postoperatif,
tergantung jenis dan urgensi operasi. Pilihan terapi spesifik untuk gagal ginjal belum ada walaupun
terdapat beberapa faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang dikhawatirkan oleh ahli anestesi. Prinsip
penanganan anestesi yang optimal harus menghindari potensi nefrotoksik dan ketidakseimbangan
cairan yang bertujuan untuk mengurangi komplikasi ginjal postoperatif dengan menjaga ventilasi dan
kontrol tekanan darah sebagaimana strategi anestesi yang baik. Pilihan obat anestesi dapat
mempengaruhi fungsi ginjal. Pada tinjauan ini akan fokus terhadap perkembangan potensi pada AKI
perioperatif.

PENDAHULUAN
Beberapa penelitian terbaru terhadap kelompok Kidney disease Improving Global
kerja anestesi pada fungsi ginjal telah Outcomes (KDIGO) tahun 2011 yang
dilakukan beberapa abad lalu. Laporan awal mengklarifikasi dan sekarang diterima banyak
tentang efek anestesi eter yang diikuti induksi pihak sebagai definisi standar AKI (Tabel 1).
diketahui terjadi peningkatan produksi urin
dan ekskresi nitrogen nonprotein. Tabel 1 Klasifikasi stadium AKI menurut
Bagaimanapun 90 menit setelah anestesi KDIGO
terjadi penurunan kedua parameter dengan Stadi Kreatinin serum Produksi urin
presentasi 3,6% dan 2,2% dari kadar minimal. um
Kedua parameter ini pada pemulihan 1 hari 1 1,5-1,9 kali lipat < 0,5 ml/kg/jam
postoperatif menjadi 43% dan 84% dari kadar dari nilai selama 6-12 jam
minimal, dengan pemulihan sekresi lebih cepat minimal
daripada fungsi ekskresi nitrogen. Penulis ATAU
menyimpulkan, “kita memikirkan bahwa pada ≥ 0,3 mg/dL
2 2,0-2,9 kali lipat < 0,5 ml/kg/jam
kasus dengan anestesi eter yang lama akan
dari nilai selama ≥ 12 jam
menghambat aktivitas renal sehingga
minimal
mengganggu metabolisme umum dan kondisi 3 3,0 kali lipat dari < 0,3 ml/kg/jam
pasien.” Walaupun kedua obat anestesi dan nilai minimal selama ≥ 24 jam
teknik telah dikembangkan sejak 1905, efek ATAU ATAU
potensial kerusakan pada fungsi ginjal tetap ≥ 4,0 mg/dL Anuria selama ≥
ada. Suatu penelitian memperhatikan kondisi ATAU 12 jam
akut gangguan fungsi ginjal lebih banyak Direncanakan
mengarah kepada gagal ginjal akut, tetapi untuk terapi
masalah ini dinamakan dengan AKI. pengganti ginjal
Perkembangan definisi AKI mulai dari kreatinin ATAU
serum dan/atau produksi urin sekarang Pada pasien < 18
tahun dengan
diketahui sebagai penyebab morbiditas dan
penurunan
mortalitas, dan tingkat mortalitas pada kondisi
eGFR <35
berat yang membutuhkan terapi pengganti ml/menit per
ginjal mencapai sekitar 46%. Definisi 1,73 m2
selanjutnya mengenai AKI diajukan oleh
AKI dapat menyebabkan komplikasi umum seperti penyakit vaskuler, CKD,
pada 20% pasien di rumah sakit dan dikenal hipertensi, gagal jantung dan diabetes
sebagai komplikasi bedah mayor pada sekitar berhubungan kuat dengan kejadian AKI
30-40% dari kasus AKI nosokomial yang terjadi postoperatif. Bagaimanapun insidensi AKI juga
saat perioperatif. Lebih lanjutnya, berhubungan dengan kondisi lain, seperti
perkembangan AKI perioperatif berhubungan pembedahan kardiovaskular (dilaporkan
dengan meningkatnya risiko sepsis, terdapat kasus AKI postoperatif dan rerata
koagulopati, dan ventilasi mekanik yang lama. insidensi 30%), bypass kardiopulmoner
Insidensi AKI postoperatif tergantung pada (berhubungan dengan kerusakan ginjal seperti
pembedahan, tetapi pada penelitian besar di kerusakan reperfusi iskemia, fenomena
amerika serikat mendapat kejadian AKI mikroemboli, penurunan tekanan perfusi renal
postoperatif sebanyak 11,8% dari 161.185 dan hemodilusi), pembedahan aorta (terjadi
pasien yang menjalani bedah mayor. Dari obstruksi mekanis aliran darah ketika
persentasi tersebut, AKI stadium 1 sebanyak penjepitan arteri), pembedahan transplantasi
76%, stadium 2 sebanyak 15%, dan stadium 3 organ selain ginjal (contohnya rerata kejadian
sebanyak 9%, dan sekitar 35% membutuhkan AKI pada transplantasi hepar ortotopik yaitu
transplantasi ginjal. AKI postoperatif juga 25-60% dan penelitian lain mendapatkan AKI
memiliki risiko mortalitas yang sebanding terjadi pada 50% pasien dan berhubungan
dengan morbiditasnya. Penelitian Kheterpal et dengan 90-hari harapan hidup sekitar 9%),
al menjelaskan terdapat peningkatan pembedahan intraperitoneal terutama reseksi
mortalitas sebanyak 8 kali lipat pada pasien AKI usus halus. Walaupun teknik laparaskopi
perioperatif. Lanjutnya, penelitian sistematik umumnya menurunkan risiko AKI postoperatif
terbaru yang menjelaskan outcome AKI pada risiko renal bisa berasal dari
82.514 pasien yang menjalani pembedahan pneumoperitoneum, dengan tekanan insuflasi
abdomen menemukan 13,4% terjadi kejadian yang tinggi berhubungan dengan oliguria, dan
gabungan dengan AKI. Komplikasi nonrenal dengan anuria yang disebabkan tekanan 30
postoperatif sering ditemukan dan pasien mmHg. Hal ini tidak hanya karena efek vaskular
dengan AKI lebih lama dirawat di rumah sakit. sentral tetapi karena kompresi parenkim ginjal.
Pada pasien dengan AKI memiliki tingkat Waktu mulai pembedahan juga berperan
mortalitas yang tinggi serta berisiko tinggi seperti pada pembedahan emergensi dapat
mengalami penyakit ginjal kronis (CKD) dan meningkatkan risiko AKI postoperatif. Derajat
penyakit ginjal stadium akhir (ESRD). kehilangan darah selama pembedahan juga
dapat meningkatkan kemungkinan AKI
Siapakah yang berisiko mengalami komplikasi postoperatif, sama pada transfusi eritrosit.
ginjal? Lebih lanjut, pasien dengan perdarahan dapat
Banyak faktor yang mempengaruhi rentan terkena nefrotoksin seperti obat
komplikasi ginjal pada masa perioperatif. kontras intravaskular yang dapat
Karena variasi potensi patofisiologi, terdapat menyebabkan AKI; bagaimanapun, risiko
tingkat konsistensi terhadap spesialisasi bedah kontras terhadap AKI tidak dapat menunda
dengan memperhatikan faktor risiko AKI, pelaksaaan pemeriksaan diagnostik.
ditunjukkan pada tabel 2. Faktor risiko yang

Tabel 2 Faktor risiko mayor yang mempengaruhi AKI preoperatif


Kategori Faktor risiko Keterangan
Demografis Umur >65 tahun dan neonatus berisiko
Jenis kelamin Laki-laki berisiko
Suku Amerika afrika berisiko tinggi di amerika
Status Pasien ICU Meningkat risiko AKI postoperatif
Skor ASA Skor tinggi meningkatkan risiko
Kondisi patologis Penyakit akut Meningkatkan risiko AKI
Sepsis Menurunkan kreatinin  AKI
Disfungsi multiorgan Mungkin terdapat AKI
Trauma Kerusakan tambahan berisiko
Hipertensi abdominal
Komobiditas CKD Risiko major AKI
DM Mungkin memiliki CKD sebelumnya
Obesitas Sindrom metabolik dapat mengganggu
hemodinamik ginjal
Penyakit vaskular Menigkatkan AKI postoperatif dan
perifer tindakan yang berisiko tinggi
Penyakit arteri koroner Risiko AKI postoperatif meningkat
Gagal jantung kronis
Hipertensi
PPOK
Gangguan hepar Meningkatkan AKI postoperatif dan
tindakan yang berisiko tinggi
anemia Komorbiditas lain dan risiko transfusi

Mengurangi risiko komplikasi renal pada beragam berdasarkan tipe pembedahan, dan
anestesia terdapat pertambahan data mengenai AKI
Sudah banyak publikasi mengenai pada pembedahan nonkardiak. Penelitian
tatalaksana anestesi pada pasien dengan analisis retrospektif terhadapt 160.000 pasien
gangguan fungsi ginjal, dan melewati penilaian di amerika serikat dengan AKI sesuai kriteria
preoperatif harus menemukan adanya CKD KDIGO terdapat jumlah insidensi 4,1% pada
atau AKI. Pemeriksaan lanjut harus dilakukan bedah THT, 18,7% bedah jantung. Risiko relatif
untuk mengurangi risiko atau komplikasi yang (RR) perkembangan AKI menggunakan pasien
menyebabkan gangguan farmakodinamik, bedah umum sebagai acuan yaitu bedah
interaksi obat, dan komorbiditas pada pasien jantung (RR 1.22; 95%CI 1.17–1.27); bedah
tersebut patofisiologi AKI postoperatif masih thoraks (RR 0.92; 95%CI 0.87–0.98); bedah
beragam, dengan berbagai perdebatan; hal ortopedi (RR 0.70; 95%CI 0.67–0.73); bedah
yang jarang dibahas yaitu komplikasi ke ginjal vaskuler (RR 0.68; 95%CI 0.64–0.71); urologi
yang diakibatkan anestesia secara langsung (RR 0.65; 95%CI 0.61–0.69); dan bedah THT (RR
dan tidak langsung. Hal ini berhubungan 0.32; 95%CI 0.28–0.37). walau sistem skor
dengan penyebab tunggal tetapi lebih karena risiko telah dirancang untuk membantu dalam
banyak faktor alami (grafik 1). Kemungkinan menentukan risiko pasien bedah, skor ini
adanya perbaikan dari kerusakan ginjal kurang berhasil pada pasien bedah jantung,
tergantung dari kerusakan, bersama dengan sama seperti tingkatan risiko terganggu oleh
faktor risiko baik yang dapat atau tidak dapat definisi variabel AKI dan ketidakturutan
dimodifikasi. outcome. Ulasan sistematik terbaru yang
memprediksi risiko pada subjek bedah
Faktor risiko tidak dapat dimodifikasi nonkardiak menemukan adanya validasi
Beberapa faktor risiko yang tetap dan eksternal dan analisa dampak kuat yang
sulit dimodifikasi muncul secara akut, seperti kurang, dan direkomendasikan untuk data
umur, riwayat CKD, komorbiditas lebih jauh sebelum digunakan secara klinis.
kardiovaskular, dan obesitas. Telah
didiskusikan bahwa insidensi AKI postoperatif
Faktor yang dapat dimodifikasi merupakan faktor risiko tersendiri AKI
Walaupun tata laksana untuk AKI yang postoperatif melalui hipoperfusi renal dan
telah tegak secara dasar yaitu dukungan dari pengurangan aliran darah ke medula yang
gaya hidup, terdapat beberapa strategi yang sebagian. Kebanyakan pasien dengan
dapat diterapkan untuk meminimalkan haemodinamik yang tidak stabil pada
komplikasi renal. Ringkasan pada figur 2. beberapa stadium. Penelitian retrospektif
pada 33.000 pasien yang diperiksa hubungan
Pendekatan preoperatif antara mean arterial pressure (MAP)
Visit preoperatif memberi kesempatan intraoperatif, postoperatif AKI, dan trauma
kepada ahli anestesi untuk melakuan miokardium, ditemukan bahwa insidensi AKI
intervensi untuk mengurangi risiko AKI postoperatif sebanyak 7,4%. Batas atas MAP
postoperatif. Meminimalkan puasa diketahui yang meningkatkan risiko AKI postoperatif dan
bermanfaat seperti pada puasa yang trauma miokardium yaitu 55 mmHg. Tidak
menyebabkan stres metabolik, dan heran, risiko AKI meningkat dengan MAP < 55
menganggu fungsi mitokondria dan sensitivitas mmHg, dengan periode hipotensi lebih dari 20
insulin, sebagai akitbat dari meningkatnya menit memiliki RR 1,51. Meningkatnya
risiko AKI. Resusitasi volume preoperatif mortallitas dicobakan pada ≥ 20 menit
diperlukan untuk menghindari hipovolemia pemberian MAP kurang dari 55 mmHg, tetapi
yang dikarenakan gangguan ginjal, dan tidak ada interaksi dengan MAP preoperatif
pengobatan nefrotoksik sebagikan dihentikan sehingga secara absolut nilai MAP dapat
sebisa mungkin. Angiotensin converting digunakan. Tambahannya, pemberian MAP
enzyme receptor (ACE-I) dan angiotensisn ≤65 mmHg dalam waktu lama dapat
receptor blocker (ARB) berperan dalam meningkatkan risiko AKI postoperatif.
hipotesi intraoperatif dan mengurasi tkanan Hubungan antara AKI dan hipotensi
perfusi glomerulus, dan harus intraoperatif muncul pada penelitian. Karena
dipertimbangkan untuk menghentikan obat MAP penting, rendahnya tekanan perfusi arteri
tersebut pada hari pelaksanaan pembedahan, diastolik yang mengaktivasi sistem RAAS dan
dan administrasi obat tersebut harus diawasi meningkatkan kadar hormon antidiuretik juga
secara teratur postoperatif. Bagaimanapun, berhubungan dengan perjalanan AKI pada
bukti kurang kuat untuk pendekatan ini, dan pasien bedah jantung.
pedoman ACC/AHA 2014 menyarankan untuk Sebagai tambahan untuk mengurangi
melanjutkan ACE-I preoperatif. Pasien yang hipotensi akibat anestesi, pilihan terapi untuk
mengonsumsi beta blocker dapat berisiko hipotensi menjadi antara terapi cairan atau
hipotensi dan bradikardi intraoperatif, dan vasopresor atau inotropik. Terapi cairan harus
pada pasien dengan curah jantung yang diperhatikan pada pasien dengan risiko tinggi
terbatas atau dengan faktor risiko lain mengalami AKI postoperatif dan pada pasien
dipertimbangkan untuk menghentikan yang menjalani bedah risiko tinggi, walau pada
pemberian obat. Obat antiinflamasi nonsteroid literatur belum jelas. Metaanalisis mengenai
harus digunakan seimbang untuk melawan AKI optimasi hemodinamik ditemukan rendahnya
dan adanya faktor risiko lainnya, contoh pada tingkat kejadian AKI dan mortalitas bila
bukti meningkatnya insidensi AKI pada pasien menggunakan cairan dan inotropik.
yang menjalani artoplasti panggul di mana Bagaimanapun, analisis terbaru post-hoc pada
obat yang digunakan yaitu alagesia. percobaan acak terkontrol POM-O
menemukan bahwa penggunaan noradrenalin
Pendekatan intraoperatif intraoperatif dan laktatemia yang persisten
- Kardiovaskular berhubungan dengan peningkatan kreatinin
Pencegahan hipotensi intraoperatif postoperatif, di mana pemberian cairan tidak
sangat penting, dikarenakan hipotensi mencegah AKI. Kelebihan pada pemberian
terapi cairan yaitu menghindari kelebihan - Vaskular
cairan, yang dihubungakan dengan Walaupun tidak berefek langsung pada
peningkatan AKI dan mortalitas, di samping anestesia, sindrom emboli kolesterol
pemberian cairan yang berbatas waktu merupakan penyebab AKI yang tidak terlihat.
berhubungan dengan menurunnya AKI dan Emboli dapat terjadi secara spontan, tetapi
pada penggunaan obat inotropik. Mengingat sering terjadi selama intervensi yang merusak
dampak hipotensi pada AKI postoperatif, permukaan plak, seperti arteriografi dan
pemberian vasopresor yang bijaksana pada bedah vaskular, dan menimbulkan kerusakan
penanganan hipotensi intraoperatif menjadi iskemia pada organ ujung melalui kombinasi
diperlukan. Noradrenalin terbukti insersi mekanis dan inflamasi pada arteri
meningkatkan aliran darah renal, laju filtrasi target. Faktor risikonya sama seperti AKI
glomerular dan produksi urin. Vasopresor meliputi jenis kelamin laki-laki, hipertensi,
dapat bermanfaat dibandingkan merokok, hiperkolesterolemia, diabetes, dan
noradrenaline, tetapi manfaat definitif belum aneurisma aorta. Karakter klasik yaitu trias
terlihat. Dopamin dosis rendah tidak gagal ginjal, livedo reticularis, dan eosinofilia
digunakan lagi sebagai proteksi renal dan tidak dapat menimbulkan gejala demam, mialgia,
direkomendasikan sebagai terapi pada AKI. dan gangguan banyak orga. Perkiraan kejadian
sindrom emboli kolesterol yang disebabkan
- Respirasi oleh prosedur vaskular mulai dari 0,15% pada
Penurunan fungsi ginjal dengan nafas penelitian klinis hingga 25-30% pada serial
sesak pada relawan yang sehat telah diteliti 70 otopsi. Hal ini dapat disimpulkan sindrom ini
tahun yang lalu, dengan penurunan fungsi terjadi perlahan dari prosedur intravaskular
berlanjut selama beberapa jam diikuti dengan lebih sering. Tidak terdapat terapi spesifik
berhentinya ventilasi. Penelitian terakhir untuk sindrom ini, dengan pendekatan suportif
menjelaskan terdapat sifat multifaktorial dari seperti modifikasi faktor risiko, statin dan
efek ventilasi mekanis paru pada fungsi ginjal antiplatelet bersamaan dengan tindakan
dengan efek merugikan dari hiperkapnea, bedah dan endovaskular dapat mengurangi
hipoksia dan curah jantung. Ulasan sistematik penyebab dari sindrom ini.
terakhir menemuan bahwa ventilasi mekanik Teknik anestesi
berhubungan dengan peningkatan 3 kali lipat Data terbatas mengenai anestesi umum
dalam kemungkinan adanya AKI. dan regional terhadap proteksi ginjal. Pada
Bagaimanapun, terdapat tingkat keberagaman penelitian retrospektif terhadap pasien bedah
yang tinggi pada beberapa percobaan, dan aorta abdominal terbuka, yang diberikan
perlu penelitian selanjutnya untuk morfin intratekal sedikit mengalami AKI
menjelaskan strategi spesifik untuk daripada yang diberikan analgesik sistemik
meminimalkan risiko AKI postoperatif dari atau yang dilakukann teknik epidural thorak,
ventilasi. Pada model hewan, dampak ventilasi walau terdapat faktor yang membingungkan
muncul lebih banyak pada sepsis umum, dan seperti disparitas volume dan penggunaan
ventiasi terlindungi mungkin dapat membantu presor. Studi selanjutnya tidak terdapat efek
bahkan pada pasien tanpa cedera paru akut baik dari anestesi umum maupun regional
(ALI). Pendekatan pragmatis pada pasien pada perbaikan aneurima endovaskular untuk
bedah berisiko tinggi yaitu untuk mengatur menghindari AKI postoperatif. Percobaan
volume tidal ventilasi yang rendah sebanyak 5- besar terhadap 260.000 kasus GA dan 64.000
7 ml/kg menggunakan pengaturan PEEP kasus anestesi regional dari arsip Program
dengan menentukan oksigenasi dan Peningkatan Mutu Bedah Nasional tidak
komplians, bersamaan dengan pencegahan menemukan adanya manfaat pada tiap
hipoksia dan hiperkarbia. anestesi terhadap komplikasi ginjal, meskipun
anestesi regional dihubungkan dengan
manfaat yang signifikan pada komplikasi trauma seperti crush injury, juga dari
perioperatif lainnya. Menariknya, anestesi gas komplikasi imobilisasi lama dan sindrom
halogen tidak mudah terbakar seperti kompartemen. Penyebab lainnya yaitu
metoksifluran dihubungkan dengan efek pemakaian obat-obat terlarang, dan penyebab
nefrotoksik yang signifikan melalui yang jarang seperti hiperpireksia malignan dan
terbentuknya fluorida anorganik. kelainan kongenital. Pecahnya otot lurik akan
Bagaimanapun dapat diterima bahwa tidak berkembang menjadi nekrosis mitosit yang
hanya sevofluran tidak nefrotoksik secara menyebabkan AKI pada sekita 50% pasien
klinis, anestesi gas memberi efek proteksi pada dengan rhabdomiolisis melalui vasokonstriksi
multiorgan diikuti dengan iskemi atau ginjal, pembentukan sumbatan intralumen dan
inflamasi selama perioperatif. Lebih lagi, sitotoksik langsung, dipicu oleh protein haem.
premedikasi dengan obat gas tampak sebagai Anestesia menyamarkan nyeri dan parestesi
efek pelindung. Dalam hal logis secara biologis, pada kompresi otot yang lama yang dapat
anestesi gas diketahui mengaktivasi beberapa mengganggu kesadaran pasien, dan
jalur yang berperan dalam produksi rhabdomiolisis dilaporkan pada pasien yang
sitoproteksi dan molekul sinyal antiinflamasi, menjalani prosedu bedah dengan nekrosis
yang dapat mengurangi trauma iskemia- tekanan pada otot terjadi karena posisi.
reperfusi renal yang terlihat selama prosedur Prosedur yang lama > 4 jam dan tinggi Imt
bedah seperti transplantasi organ, jantung, bersama dengan anestesia hipotensi
dan vaskular. Sampai saat ini, bukti mengenai merupakan faktor risiko yang signifikan, dan
gas anestesi yang melindungi renal tercampur pemasangan torniket juga berhubungan
aduk. Ulasan sistemik terkini pada pasien yang dengan rhabdomiolisis. Deteksi dan
menjalani bedah jantung diperkirakan penanganan yang cepat dapat mengurangi
bermanfaat, tetapi pada penelitian tersebut keparahan dari kerusakan, tetapi
dikacaukan dengan kurangnya persamaan membutuhkan indeks kecurigaan yang tinggi;
laporan AKI; walaupun berpengaruh positif resusitasi volume yang cepat yaitu pengobatan
pada kreatinin postoperatif, tidak terdapat utama, bersamaan dengan indentifikasi dan
efek pada titik akhir yang keras seperti perbaikan terhadap penyebab terjadinya
transplantasi ginjal cedera otot. Hal ini termasuk penghentian
Kontrol glikemia obat yang berpotensi bahaya; kontrol suhu
Meski menggunakan terapi insulin pasien; dan penanganan infeksi. Berbagai jenis
intensif untuk mencapai kadar glukosa cairan intravena telah digunakan untuk
terkontrol ketat digunakan untuk keamanan, menangani rhabdomiolisis, namun tidak
terdapat bukti hiperglikemia dapat terdapat percobaan acak terkontrol yang
meningkatkan risiko AKI postoperatif. membuktikan kelebihan salah satu dari semua
Terdapat bukti yang menyarankan bahwa regimen. Walaupun transplantasi ginjal
variasi glikemia merupakan variabel bebas digunakan untuk tatalaksana AKI sekunder
untuk AKI dan mortalitas pada berbagai kondisi akibat rhabdomiolisis, terdapat bukti sedikit
klinis, seperti bedah jantung. Data tersebut untuk menunjukkan hasil yang lebih baik
menunjukkan lebih baik menghindari dalam pencegahan AKI akibat rhabdiomiolisis
hiperflikemia berlanjut dan menghindari yang diinduksi berulang-ulang dan pengobatan
perubahan cepat dari gula darah melalui konvensional. Pada bagian ini mencerminkan
pemantauan reguler pada kelompok berisiko buruknya kualitas metodologi laporan studi
tinggi. dan kurangnya data mengenai hasil klinis yang
penting.
- Muskuloskeletal
Cedera otot yang menyebabkan AKI - Pendekatan postoperatif
melalui rhabdomiolisis dapat diakibatkan dari
Manajemen postoperatif segera pada tidak sensitif terhadap perubahan fungsi ginjal
pasien dengan risiko signifikan AKI dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Pasien
postoperatif berprinsip yang sama seperti yang dengan massa otot berkurang mungkin tidak
diuraikan di atas, yaitu melindungi tekanan mengalami peningkatan kreatinin serum yang
perfusi ginjal, resusitasi volume yang tepat dan besar meskipun cedera ginjal parah, dan pada
menghindari potensi nephrotoxins. individu dengan fungsi ginjal premorbid yang
Pertimbangan harus diberikan untuk fasilitas normal, kreatinin serum mungkin tidak akan
perawatan postoperatif level 1 atau 2 bila pernah naik ke tingkat yang patologis. AKI
sesuai, pemantauan seketat mungkin dan subklinis juga membawa risiko jangka pendek
pengobatan dini dapat membantu mencegah dan jangka panjang yang signifikan. Namun,
AKI, mengingat beberapa komplikasi beberapa tahun terakhir, banyak percobaan
postoperatif berhubungan dengan disfungsi dilakukan untuk menemukan molekul yang
ginjal. Efek postoperatif seperti perdarahan, bisa memperbaiki AKI pada awal deteksi, serta
sepsis, dan disfungsi kardiak akut harus diatasi berpotensi membantu dalam diferensial
melalui diagnosis dan penanganan yang tepat diagnosis dan peningkatan manajemen pasien.
dan perhatian pada rhabdomiolisis dan Biomarker baru AKI ini memiliki kemampuan
hipertensi intraabdominal akan memperbaiki untuk mengidentifikasi cedera pada sistem
outcome. Pencitraan traktus urinarius harus tubular, dan untuk mengidentifikasi pasien
dilakukan pada pasien dengan obstruksi dapat yang akan mengalami AKI.
berdampak pada AKI. Bila AKI derajat berat Sejumlah biomarker potensial baru itu
berkembang, penanganannya harus terukur dalam urin atau plasma pasien dengan
difokuskan untuk meminimalkan sekuele akut AKI, termasuk neutrofil gelatinase terkait
seperti asidosis metabolik, uremia simptom lipocalin, molekul cedera ginjal 1 (KIM-1),
dan hiperkalemia, bila diperlukan perlu interleukin 18, protein hepar tipe asam lemak
transplantasi ginjal. AKI dipantau dari kreatinin (L-FABP), penghambat jaringan
serum dan produksi urin, perlu diketahui metaloproteinase 2 (TlMP-2) dan protein
bahwa oliguria postoperatif dapat terjadi faktor pertumbuhan mirip insulin 7. Meski
sebagai respon fisiologi dan akibat retensi biomarker AKI bekerja lambat, bisa
garan dan air akibat hipovolemia. dibayangkan sebuah skenario dimana
Bagaimanapun, respon neuroendokrin yang stratifikasi risiko biomarker menjadi bagian
mirip seperti nyeri, trauma, dan bedah dapat integral dari perawatan pasca operasi pada
berdampak oliguria pada ketidak seimbangan pasien beresiko terkena AKI. Hal ini tidak
hemodinamik. Karena itu pemberian cairan membantu selama operasi, di mana teknologi
yang berlebihan dapat berbahaya. diagnostik untuk menilai fungsi ginjal terbatas.
Namun terdapat kemajuan terbaru dalam
Perhatian lanjut pengembangan pemantauan real-time laju
Identifikasi pasien perioperatif yang filtrasi glomerulus menggunakan pelacak neon
berisiko AKI relatif mudah, mengingat yang mungkin memberikan penilaian laju
ditentukan faktor risiko yang telah filtrasi glomerulus (GFR) menit-ke-menit, dan
diidentifikasi. Namun, definisi AKI bisa menjadi dengan demikian memberikan informasi
sulit jika premorbid kreatinin serum tidak mengenai efek anestesi pada fungsi ginjal.
tersedia, seperti yang mungkin terjadi dalam
situasi darurat, dan mungkin dikenali Kesimpulan
terlambat setelah gangguan perioperatif. AKI perioperatif merupakan komplikasi
Konsentrasi serum kreatinin dan produksi urin terpenting yang berhubungan dengan
adalah penanda fungsional status ginjal, bukan morbiditas dan mortalitas Dengan definisi AKI
penanda langsung cedera ginjal. Memang, yang standar memungkinkan untuk pelaporan
serum kreatinin adalah biomarker lambat dan dan diagnosis AKI yang tepat. Ada banyak
faktor risiko AKI postoperatif, beberapa di
antaranya adalah faktor tetap, termasuk
keadaan dan urgensi operasi, usia dan
komorbiditas pasien. Pendekatan personal dan
multidisiplin terhadap perawatan setiap pasien
di lingkungan operasi mungkin membantu
meminimalkan risiko komplikasi ginjal terkait
dengan anestesi, termasuk memodifikasi
pengelolaan perioperatif seperti menghindari
obat nefrotoksik dan hipotensi, pemberian
cairan terpandu, penggunaan vasopressor atau
inotropik jika diperlukan, menghindari volume
tidal ventilasi yang tinggi, dan menghindari
hiperglikemia atau variasi glukosa darah
plasma yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai