Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

PENDAHULUAN
ASKEP
Rabu, 21 Januari 2015

Laporan Pendahuluan Askep Bayi Berat Badan Lahir


Rendah (BBLR)
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

KONSEP DASAR

Definisi BBLR

Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500
gram ( WHO, 1961 ). Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500
gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009).

BBLR Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram
atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayat, 2005).

Etiologi BBLR

Menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab kelahiran bayi berat badan
lahir rendah, yaitu:
 Factor genetik atau kromosom
 Infeksi
 Bahan toksik
 Insufisiensi atau disfungsi plasenta
 Radiasi
 Faktor nutrisi
 Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada masa kehamilan, plasenta
previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan sebagainya.
Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir rendah yang
berhubungan, yaitu :

1. Faktor ibu
a. Paritas
 Abortus spontan sebelumnya
 Infertilitas
 Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
 Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
 Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok
2. Faktor kehamilan
 Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
 Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3. Faktor janin
 Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
 Infeksi congenital (missal : rubella)
4. Faktor yang masih belum diketahui

Patofisiologi BBLR

Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral, seperti zat besi,
kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi
preterm mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia. Meningkatnya
kkal untuk bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm
sekitar 108 kkal/kg/hari
Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara isap dan menelan,
dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneumonia, belum berkembang dengan baik
sampai kehamilan 32-42 minggu. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus
sering terjadi pada bayi preterm. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim
yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendah
sampai sekitar kehamilan 34 minggu. Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja
bernafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu
makanan secara oral.
Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh dibandingkan dengan berat
badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit memberikan insulasi. Kehilangan panas ini
meningkatkan keperluan kalori. (Moore, 1997)

Tanda dan Gejala BBLR

Menurut Huda dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir rendah adalah:

1. Sebelum bayi lahir


 Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan lahir mati.
 Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
 Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat walaupun
kehamilannya sudah agak lanjut
 Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya. Sering dijumpai
kehamilan dengan oligradramnion gravidarum atau perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
 Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
 Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
 Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine.
 Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala lebih besar.
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
8. Otot hipotonik lemah.
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
11. Kepala tidak mampu tegak.
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit.
13. Nadi 100 – 140 kali / menit.

Penatalaksanaan BBLR

Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinanan yang dapat terjadi pada bayi
prematuritas maka perawatan dan pengawasan ditujukan pada pengaturan suhu , pemebrian
makanan bayi, Ikterus , pernapasan, hipoglikemi dan menghindari infeksi

1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas /BBLR.


Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermi karena pusat
pengaturasn panas belum berfungsi dengan baik metabolisme rendah dan permukaan badan relatif
luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim , apabila tidak ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan
disampingnya ditaruh botol berisi air panas sehingga panas badannya dapat dipertahhankan.

2. Makanan bayi premtur.


Alat pencernaan bayi belum sempurna lambung kecil enzim pencrnaan belum matang sedangkan
kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kgBB sehingga pertumbuhan dapat meningkat.
Pemberian minumbayi sekitar 3 jam setelahn lahir dan didahului derngan menghisap cairan lambung
, reflek masih lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sesikit dengan frekwensi
yang lebih sering. Asi merupakan makanan yasng paling utama sehingga ASI lah ynag paling dahulu
diberikan, bila faktor menghisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diberikan dengan sendok
perlahan lahan atau dengan memasang sonde. Permulaan cairan yang diberikan 50- 60 cc/kgBB/hari
terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kfBB/hari

3. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur dan bilirubin tak
berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat
oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan
kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau
lebih cepat bertambah coklat

4. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini tanda- tanda gawat
pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada
abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan

5. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir rendah, harus
diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur

6. Menghindari Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih lemah,
kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu
tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi persalinan dengan
prematuritas (BBLR)

Komplikasi BBLR
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya menurut Mitayani,
2009 yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi)
2. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
3. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/ cukup,
sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu
dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang berikutnya
4. Asfiksia neonetorum
5. Hiperbilirubinemia. Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini
mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.

Asuhan Keperawatan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Pengkajian

1. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan. Data subyektif terdiri
dari:
 Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
 Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan,
penghasilan pekerjaan, dan alamat
 Riwayat kesehatan
1. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada kasus BBLR yaitu:
 Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru.
 Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple, kelainan
kongenital, riwayat persalinan preterm.
 Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak teratur dan
periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
 Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan postdate
atau preterm).
 Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
 Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
 Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
2. Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
 Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3) asfiksia berat,
AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
 Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm ³ 2500 gram lingkar
kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
 Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial aesofagal.
 Pola nutrisiYang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi gastrointentinal,
muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu diberikan cairan parentral atau personde
sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk
mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
 Pola eliminasiYang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
BAK : frekwensi, jumlah
 Latar belakang sosial budayaKebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu
merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis psikotropikaKebiasaan ibu
mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan
tertentu.
 Hubungan psikologisSebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung
dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna sekali dimana bayi akan mendapatkan
kasih sayang dan perhatian serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain
halnya dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif
2. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan pemeriksaan dengan
menggunakan standart yang diakui atau berlaku.
 Keadaan umum : Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis
keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB
yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala
dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
 Tanda-tanda Vital : Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila
suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan
suhu normal tubuh antara 36,5C – 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit
respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan
belum teratur .
 Kulit : Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi
preterm terdapat lanugo dan verniks.
 Kepala : Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-
ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
 Mata : Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva,
warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
 Hidung : Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
 Mulut : Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
 Telinga : Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
 Lleher : Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
 Thorax: Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
 Abdomen : Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites
atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam
setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
 Umbilikus: Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda
infeksi pada tali pusat.
 Genitalia: Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara
uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor,
adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
 Anus: Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari
faeses.
 Ekstremitas : Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang
atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
 Refleks : Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah.
Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau
adanya patah tulang
Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR yaitu:
1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan
metabolik
2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi
residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan,
ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk)
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan
simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
5. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat
ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/
kegagalan mengonsentrasikan urine.
6. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi
sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan
dengan system sraf sentral dan respons stress fisiologis imatur.
7. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.
8. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan
kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
9. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban
kulit.
10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai
dengan orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap
agar bayinya cepat sembuh.

Intervensi
1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan ketidakseimbangan
metabolik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif
Kriteria hasil:
 Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
 Membran mukosa merah muda
Intervensi Rasional
Mandiri:  Membantu dalam membedakan
 Kaji frekwensi dan pola periode perputaran pernapasan normal dari
pernapasan, perhatikan adanya apnea dan serangan apnetik sejati, terutama sering
perubahan frekwensi jantung terjadi pad gestasi minggu ke-30
 Isap jalan napas sesuai kebutuhan  Menghilangkan mukus yang
 Posisikanm bayi pada abdomen neyumbat jalan napas
atau posisi telentang dengan gulungan  Posisi ini memudahkan pernapasan
popok dibawah bahu untuk menghasilkan dan menurunkan episode apnea, khususnya
hiperekstensi bila ditemukan adanya hipoksia, asidosis
 Tinjau ulang riwayat ibu terhadap metabolik atau hiperkapnea
obat-obatan yang akan memperberat  Magnesium sulfat dan narkotik
depresi pernapasan pada bayi menekan pusat pernapasan dan aktifitas
Kolaborasi : SSP
 Pantau pemeriksaan laboratorium  Hipoksia, asidosis netabolik,
sesuai indikasi hiperkapnea, hipoglikemia, hipokalsemia
 Berikan oksigen sesuai indikasi dan sepsis memperberat serangan apnetik
 Berikan obat-obatan yang sesuai  Perbaikan kadar oksigen dan
indikasi karbondioksida dapat meningkatkan funsi
pernapasan
2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat regulasi
residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sebkutan,
ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan metabolik buruk).
Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan
Kriteria hasil :
Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 – 37,50C)
Intervensi Rasional
Mandiri :  Hipotermia membuat bayi
 Kaji suhu dengan memeriksa suhu cenderung merasa stres karena dingin,
rektal pada awalnya, selanjutnya periksa penggunaan simpanan lemak tidak dapat
suhu aksila atau gunakan alat termostat diperbaruai bila ada dan penurunan
dengan dasar terbuka dan penyebar hangat. sensivitas untuk meningkatkan kadar CO2
 Tempatkan bayi pada inkubator atau penurunan kadar O2.
atau dalam keadaan hangat  Mempertahankan lingkungan
 Pantau sistem pengatur suhu , termonetral, membantu mencegah stres
penyebar hangat (pertahankan batas atas karena dingin
pada 98,6°F, bergantung pada ukuran dan  Hipertermi dengan peningkatan
usia bayi) laju metabolisme kebutuhan oksigen dan
 Kaji haluaran dan berat jenis urine glukosa serta kehilangan air dapat terjadi
bila suhu lingkungan terlalu tinggi.
 Pantau penambahan berat badan
berturut-turut. Bila penambahan berat  Penurunan keluaran dan
badan tidak adekuat, tingkatkan suhu peningkatan berat jenis urine dihubungkan
lingkungan sesuai indikasi. dengan penurunan perfusi ginjal selama
periode stres karena rasa dingin
 Perhatikan perkembangan
takikardia, warna kemerahan, diaforesis,  Ketidakadekuatan penambahan
letargi, apnea atau aktifitas kejang. berat badan meskipun masukan kalori
adekuat dapat menandakan bahwa kalori
Kolaborasi :
digunakan untuk mempertahankan suhu
 Pantau pemeriksaan laboratorium
lingkungan tubuh, sehingga memerlukan
sesuai indikasi (GDA, glukosa serum,
peningkatan suhu lingkungan.
elektrolit dan kadar bilirubin)
 Tanda-tanda hip[ertermi ini dapat
 Berikan obat-obat sesuai dengan
berlanjut pada kerusakan otak bila tidak
indikasi : fenobarbital
teratasi.
 Stres dingin meningkatkan
kebutuhan terhadap glukosa dan oksigen
serta dapat mengakibatkan masalah asam
basa bila bayi mengalami metabolisme
anaerobik bila kadar oksigen yang cukup
tidak tersedia. Peningkjatan kadar bilirubin
indirek dapat terjadi karena pelepasan
asam lemak dari meta bolisme lemak
coklat dengan asam lemak bersaing dengan
bilirubin pada pada bagian ikatan di
albumin.
 Membantu mencegah kejang
berkenaan dengan perubahan fungsi SSP
yang disebabkan hipertermi
 Memperbaiki asidosis yang dapat
terjadi pada hiportemia dan hipertermia
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan penurunan
simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah, dan refleks lemah.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria hasil :
 Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat
 Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal
dengan penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.
Intervensi Rasional
Mandiri :  Menentukan metode pemberian
 Kaji maturitas refleks berkenaan makan yang tepat untuk bayi
dengan pemberian makan (misalnya :  Pemberian makan pertama bayi
mengisap, menelan, dan batuk) stabil memiliki peristaltik dapat dimulai 6-
 Auskultasi adanya bising usus, kaji 12 jam setelah kelahiran. Bila distres
status fisik dan statuys pernapasan pernapasan ada cairan parenteral di
 Kaji berat badan dengan indikasikan dan cairan peroral harus
menimbang berat badan setiap hari, ditunda
kemudian dokumentasikan pada grafik  Mengidentifikasikan adanya resiko
pertumbuhan bayi derajat dan resiko terhadap pola
 Pantau masuka dan dan pertumbuhan. Bayi SGA dengan kelebihan
pengeluaran. Hitung konsumsi kalori dan cairan ekstrasel kemungkinan kehilangan
elektrolit setiap hari 15% BB lahir. Bayi SGA mungkin telah
mengalami penurunan berat badan dealam
 Kaji tingkat hidrasi, perhatikan
uterus atau mengalami penurunan
fontanel, turgor kulit, berat jenis urine,
simpanan lemak/glikogen.
kondisi membran mukosa, fruktuasi berat
badan.  Memberikan informasi tentang
masukan aktual dalam hubungannya
 Kaji tanda-tanda hipoglikemia;
dengan perkiraan kebutuhan untuk
takipnea dan pernapasan tidak teratur,
digunakan dalam penyesuaian diet.
apnea, letargi, fruktuasi suhu, dan
diaphoresis. Pemberian makan buruk,  Peningkatan kebutuhan metabolik
gugup, menangis, nada tinggi, gemetar, dari bayi SGA dapat meningkatkan
mata terbalik, dan aktifitas kejang. kebutuhan cairan. Keadaan bayi
hiperglikemia dapat mengakibatkan diuresi
Kolaborasi :
pada bayi. Pemberian cairan intravena
 Pantau pemeriksaan laboratorium
mungkin diperlukan untuk memenuhi
sesuai indikasi : Glukas serum. Nitrogen
peningkatan kebutuhan, tetapi harus
urea darah, kreatin, osmolalitas
dengan hati-hati ditangani untuk
serum/urine, elektrolit urine
menghindari kelebihan cairan
 Berikan suplemen elektrolit sesuai
 Karena glukosa adalah sumber
indikasi misalnya kalsium glukonat 10%
utama dari bahan bakar untuk otak,
kekurangan dapat menyebabkan kerusakan
SSP permanen.hipoglikemia secara
bermakna meningkatkan mobilitas
mortalitas serta efek berat yang lama
bergantung pada durasi masing-masing
episode.

Kolaborasi :
 Hipoglikemia dapat terjadi pada
awal 3 jam lahir bayi SGA saat cadangan
glikogen dengan cepat berkurang dan
glukoneogenesis tidak adekuat karena
penurunan simpanan protein obat dan
lemak.
 Mendeteksi perubahan fungsi ginjal
berhubungan dengan penurunan simpanan
nutrien dan kadar cairan akibat malnutrisi.
 Ketidakstabilan metabolik pada
bayi SGA/LGA dapat memerlukan
suplemen untuk mempertashankan
homeostasis.
4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif
Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi
Kriteri hasil :
 Suhu 350C
 Tidak ada tanda-tanda infeksi
 Leukosit 5.000 – 10.000
Intervensi Rasional
Mandiri :  Untuk mengetahui lebih dini
 Kaji adanya tanda – tanda infeksi adanya tanda-tanda terjadinya infeksi
 Lakukan isolasi bayi lain yang  Tindakan yang dilakukan untuk
menderita infeksi sesuai kebijakan insitusi meminimalkan terjadinya infeksi yang
 Sebelum dan setelah menangani lebih luas
bayi, lakukan pencucian tangan  Untuk mencegah terjadinya infeksi
 Yakinkan semua peralatan yang  Untuk mencegah terjadinya infeksi
kontak dengan bayi bersih dan steril  Untuk mencegah terjadinya infeksi
 Cegah personal yang mengalami yang berlanjut pada bayi
infeksi menular untuk tidak kontak
langsung dengan bayi.
5. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem,
kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan
mengonsentrasikan urine.
Tujuan : cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
 Bebas dari tanda dehidrasi.
 Menunjukkan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.
Intervensi Rasional
Mandiri :  Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam,
 Bandingkan masukan dan sementara kebutuhan terapi cairan kira-
pengeluaran urine setiap shift dan kira 80-100 ml/kg/hari pada hari pertama,
keseimbangan kumulatif setiap periodik 24 meningkat sampai 120-140 ml/kg/hari
jam pada hari ketiga postpartum. Pengambilan
 Pantau berat jenis urine setiap darah untuk tes menyebabkan penurunan
selesai berkemih atau setiap 2-4 jam kadar Hb/Ht.
dengan menginspirasi urine dari popok  Meskipun imaturitas ginjal dan
bayi bila bayi tidak tahan dengan kantong ketidaknyamanan untuk
penampung urine. mengonsentrasikan urine biasanya
 Evaluasi turgor kulit, membran mengakibatkan berat jenis yang rendah
mukosa, dan keadaan fontanel anterior. pada bayi preterm ( rentang normal1,006-
1,013). Kadar yang rendah menandakan
 Pantau tekanan darah, nadi, dan
volume cairan berlebihan dan kadar lebih
tekanan arterial rata-rata (TAR)
besar dari 1,013 menandakan
Kolaborasi : ketidakmampuan masukan cairan dan
 Pantau pemeriksaan laboratorium dehidrasi.
sesuai dengan indikasi Ht
 Kehialangan atau perpindahan
 Berikan infus parenteral dalam cairan yang minimal dapat dengan cepat
jumlah lebih besar dari 180 ml/kg, menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh
khususnya pada PDA, displasia turgor kulit yang buruk, membran mukosa
bronkopulmonal (BPD), atau entero coltis kering, dan fontanel cekung.
nekrotisan (NEC)
 Kehilangan 25% volume darah
 Berikan tranfusi darah. mengakibatakan syok dengan TAR < 25
mmHg menandakan hipotensi.
 Dehidrasi meningkatkan kadar Ht
diatas normal 45-53% kalium serum
 Hipoglikemia dapat terjadi karena
kehilangan melalui selang nasogastrik
diare atau muntah.
 Penggantian cairan darah
menambah volume darah, membantu
mengenbalikan vasokonstriksi akibat
dengan hipoksia, asidosis, dan pirau kanan
ke kiri melalui PDA dan telah membantu
dalam penurunan komplikasi enterokolitis
nekrotisan dan displasia bronkopulmonal.
 Mungkin perlu untuk
mempertahankan kadar Ht/Hb optimal dan
menggantikan kehilangan darah.
6. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau hipotensi sistemik,
dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang berhubungan dengan system
sraf sentral dan respons stress fisiologis imatur.
Tujuan : pasien mendapatkan asuhan untuk mencegah cedera dan memeprtahankan aliran
darah sistemik dan otak memadai, glukosa dan oksigen otak adekuat; tidak memperlihatkan
adanya perdarahan intaventrikular.
Kriteria hasil:
 Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan tekanan intrakranial atau perdarahan
intraventrikel.
Intervensi Rasional
 Kurangi rangsangan lingkungan  Respons stres, terutama
 Organisasikan asuhan selama peningkatan tekanan darah, dapat
jamsibuk normal sebanyak mungkin miningkatkan resiko peningkatan TIK
 Tutup dan buka kelambu dan  Untuk meminimalkan gangguan
lampu tidur tidur dan kebisingan intermiten yang sering
 Tutup inkubator dengan kain dan  Untuk memungkinkan jadwal siang
pasang tanda “jangan diganggu” dan malam
 Kaji dan tangani nyeri  Untuk mengurangi cahaya dan
menggunakan metode farmakologis dan tidak membangunkan periode istirahat bayi
non-farmakologis  Nyeri meningkatkan tekanan darah
 Kenali tanda stres fisik dan  Untuk segera memberi intervensi
stimulasi berlebih yang memadai
 Hindari obat dan larutan hipertonis Akan meningkatkan tekanan darah
 Pertahankan oksigenasi yang otak
adekuat  Hipoksia akan meningkatkan aliran
 Hindari memutar kepala ke darah otak tekanan intrakranial
samping tiba-tiba  Akan mengurangi aliran arteri
karotis dan oksigenasi ke otak
7. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.
Tujuan: pasien tidak memperlihatkan adanya nyeri yang dirasakan
Kriteria hasil :
 Pasien tidak merintih/menagngis kesakitan
 Pasien tidak memperlihatkan tanda nyeri atau tanda nyeri yang minimal
Intervensi Rasional
 Kaji keefektifan upaya kontrol  Beberapa upaya (misalnya
nyeri non farmakologis menggosok) dapat meningkatkan distres
 Dorong orang tua untuk bayi prematur
memberikan upaya kenyamanan bila  Sebagai orang tua bayi,
mungkin kenyamanan lebih efektif diberikan
 langsung oleh orang tua kepada bayinya
Tunjukkan sikap sensitif dan kasih
sayang pada bayi  Seorang bayi sangat membutuhkan
kasih sayang, khususnya dari orang tua
8. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan dengan kelahiran
premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan orang tua.
Intervensi Rasional
 Berikan nutrisi yang maksimal  Untuk menjamin penambahan berat
 Berikan periode istrahat yang badan dan pertunbuhan otak yang tetap
teratur tanpa gangguan  Untuk mengurangi panggunaan
 Kenali tanda stimulus yang O2 dan kalori yang tidak perlu
berlebihan (terkejut, menguap, aversi aktif,  Untuk membiarkan istirahat bayi
menangis) denagn tenang
 Tingkatkan interaksi orang tua-  Sangat penting untuk pertumbuhan
bayi dan perkembangan normal
9. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas, kelembaban
kulit.
Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit
Kriteria hasil:
 Kulit tetap bersih dan utuh
 Tidan terlihat adanya tanda-tanda terjedinya iritasi
Intervensi Rasional
 Observasi tekstur dan warna kulit.  Untuk mengetahui adanya kelainan
 Jaga kebersihan kulit bayi. pada kulit secara dini
 Ganti pakaian setiap basah.  Meminimalkan kontak kulit bayi
dengan zat-zat yang dapat merusak kulit
 Jaga kebersihan tempat tidur.
pada bayi
 Lakukan mobilisasi tiap 2 jam.
 Untuk meminimalisir terjadinya
iritasi pada kulit bayi
 Untuk mencegah kerusakan kulit
pada bayi
10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai dengan
orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan berharap agar
bayinya cepat sembuh.
Tujuan: keluarga mendapat informasi tentang kemajuan kondisi bayinya
Kriteria hasil:
 Orang tua/ keluarga mengekpresikan perasaan dan keprihatinan mengenai bayi dan
prognosis serta memperlihatkan pemahaman dan kjeterlibatan dalan asuhan
Intervensi Rasional
 Kaji tingkat pemahaman klien  Belajar tergantung pada emosi dan
berikan instruksi /informasi pada klien kesiapan fisik dan diingatkan pada tahapan
maupun keluarga tentang penyakitnya, individu
baik tertulis atau lisan.  Menurunkan ansietas dan dapat
 Jelaskan proses penyakit individu. menimbulkan perbaikan partisipasi pada
Dorong orang terdekat menanyakan rencana pengobatan.
pertanyaan  Meningkatkan kerjasama dalam
 Jelaskan tentang dosis obat, program pengobatan dan mencegah
frekwensi, tujuan pengobatan dan alasan penghentian obatsesuai perbaikan kondisi
tentang pemberian obat kepeda keluarga pasien.
 Kaji potensial efek samping  Mencegah/menurunkan
pengobatan ketidaknyaman sehubungan dengan terapi
dan meningkatkan kerjasam dalam program
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai denga yang telah direncanakan,
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan
perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarakan oleh hasil
keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
E. Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang
hendak dicapai.

DAFTAR PUSTAKA
 Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta : EGC.
 Doenges, E. Marilynn. (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.
 Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : EGC.
 Tambayong, (2000) . Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
 WWW. Pediatric.com
 Direktorat Bina Kesehatan Keluarga. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal
Emergensi Dasar (PONED). Jakarta: Depkes RI
 http://www.scribd.com/doc/47352330/Inkubator-Bayi
 http://www.scribd.com/doc/86864688/26-Incubator-Perawatan
 http://lianerako.blogspot.com/2014/01/askep-bblr-berat-badan-lahir-rendah-dan.html

Anda mungkin juga menyukai