Kebijakan Keselamatan Dan Kesehatan Kerj
Kebijakan Keselamatan Dan Kesehatan Kerj
PEMBAHASAN
2.1 Kebijakan K3
Kebijakan adalah arah yang ditentukan untuk dipatuhi dalam proses kerja dan
organisasi perusahaan. Kebijakan yang ditetapkan manajemen menuntut
partisipasi dan kerja sama semua pihak. Setiap peserta diberi arahan dan
pemikiran yang akan membantunya mencapai sasaran dan hasil. Setiap kebijakan
mengandung sasaran jangka panjang dan ketentuan yang harus dipatuhi setiap
kategori fungsionaris perusahaan (Direksi, Manajer, Penyelia, dan Mandor).
Oleh karena itu, kebijakan K3 sangat penting dan menjadi landasan utama yang
diharapkan mampu menggerakkan semua partikel yang ada dalam organisasi
sehingga program K3 yang diinginkan dapat berhasil dengan baik.
Namun demikian, suatu kebijakan hendaknya jangan hanya bagus dan indah
diatas kertas tetapi tidak ada implementasi atau tindak lanjutnya sehingga akan
sia-sia belaka. Tanpa adanya kebijakan yang dilandasi dengan komitemen yang
kuat, apapun yang direncanakan tidak akan berhasil dengan baik.
Kebijakan K3 dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga
kerja yang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua tenaga kerja,
pemasok dan pelanggan. Kebijakan K3 bersifat dinamik dan selalu ditinjau ulang
dalam rangka peningkatan kinerja K3.
5. Dikomunikasikan
Dikomunikasikan kepada seluruh pekerja dengan maksud agar pekerja
memahami maksud dan tujuan kebijakan K3, kewajiban serta peran
semua pihak dalam K3. Komunikasi kebijakan K3 dapat dilakukan
melalui berbagai cara atau media, misalnya ditempatkan di lokasi-
lokasi kerja, dimasukkan dalam buku saku K3, website organisasi atau
bahan pembinaan dan pelatihan.
Banyak organisasi yang memiliki kebijakan K3 yang indah dan tertulis rapi
dalam bingkai kaca. Namun kebijakan ini sering kali hanya berupa slogan
kosong yang tidak tercermin dalam pelaksanaan dan kinerja K3 organisasi. Salah
satu factor penyebab antara lain karena pengembangan kebijakan K3 tidak
melalui proses yang baik.
Kinerja K3
Kebijakan K3 disusun dengan mempertimbangkan kinerja K3
sebelumnya, sehingga kebijakan K3 dapat menjadi pedoman untuk
peningkatan berkelanjutan. Kinerja K3 secara berkala harus dievaluasi
melalui kajian manajemen. Dengan demikian, kebijakan K3 juga
bersifat dinamis dan harus disempurnakan secara berkala.
Peningkatan berkelanjutan
Kebijakan K3 juga harus dapat memberikan ruang untuk peningkatan
berkelanjutan. Masalah K3 akan selalu timbul selama organisasi masih
hidup atau beroperasi. Karena itu, upaya K3 harus terus-menerus
ditingkatkan. Kebijakan K3 harus mempertimbangkan hal tersebut.
Peran pekerja
Adanya peran pekerja dalam pengembangan dan penyusunan
kebijakan, sehingga akan memperoleh dukungan dan partisipasi aktif
dari semua pihak. Pengembangan K3 dapat dilakuka misalnya melaui
komite K3, P2K3, atau perwakilan pekerja lainnya sehingga mereka
merasa memiliki dan turut bertanggung jawab untuk merealisirnya.
Berdasarkan masukan yang diterima dan dihimpun dari semua pihak, disusun
kebijakan. Kebijakan ini harus ditandatangani oleh pimpinan tertinggi dalam
organisasi atau unit kegiatan. Selanjutnya kebijakan tersebut dikomunikasikan
kepada semua pihak, misalnya dalam bentuk brosur, intranet, buletin, dan
pedoman K3.
2.4 Organisasi
DIREKTUR UTAMA
Berikut ini tertulis contoh dari kandungan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja
A. Pendahuluan
1. Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja menggarisbawahi hubungan
kerja manajemen dan karyawan dalam rangka pelaksanaan program
Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang efektif.
2. Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan komponen dasar
kebijakan manajemen yang akan member arah bagi setiap pertimbangan yang
menyangkut aspek operasional dari mutu, volume, hubungan kerja dan aspek
lainnya dari kebijakan manajemen.
3. Setiap program Kesehatan dan Keselamatan Kerja dilaksanakan oleh
Direkturnya sebagai pengemban fungsi Direktur Utama. Tugas utamanya
adalah menggalakkan kesadaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja di
kalangan fungsionaris lini dengan mengadakan bahan-bahan promosi,
perencanaan program, motivasi, rapat-rapat, inspeksi, dan sebagainya, untuk
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
6. Tanggungjawab Karyawan
a) Seluruh karyawan bertanggungjawab atas perbuatan-perbuatan
kearah pencegahan kecelakaan.
b) Tidak satu kerja pun yang dapat dinyatakan rampung jika
karyawan tidak memelihara keselamatan dirinya dan teman-teman
sejawatnya.
c) Seluruh karyawan harus melaporkan kepada dan meminta
pertolongan pertama dari mandor mereka untuk setiap luka betapa
pun kecilnya.
d) Kondisi, peralatan, atau perbuatan yang kurang selamat harus
segera dilaporkan kepada mandor.
e) Setiap karyawan wajib membaca, memahami, dan mematuhi
seluruh petunjuk dan arahan tentang K3.
f) Setiap karyawan yang mendapat perlengkapan K3 wajib
mempergunakannya.
g) Setiap karyawan harus menganggap rapat-rapat K3 sebagai bagian
dari tugasnya.
D. Sanksi-sanksi
Dalam pelaksanaan setiap kebijakan yang diterapkan perlu adanya sanksi-sanksi
yang diberlakukan, hal ini merupakan bukti ketegasan dari kebijakan itu sendiri.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. Petunjuk dan arahan yang tidak dipatuhi harus diuabah menjadi perintah
Direktur Utama.
2. Setiap karyawan yang tidak membaca, memahami, dan mematuhi buku pintar
(pedoman) K3 harus dibebaskan dari tugas tanpa upah untuk mempelajari
buku pintar K3. Setelah menguasai inti buku tersebut, barulah dia dibenarkan
bekerja kembali.
3. Untuk setiap kecelakaan, kelompok yang bersangkutan harus
memperbincangkannya di tempat kerja diluar jam kerja.
a) Untuk setiap keadaan hampir celaka tanpa ada waktu terbuang yang
dilaporkan, anggota kelompok yang bersangkutan harus menambah
jam kerja selama 15 menit.
b) Untuk setiap kecelakaan dengan waktu terbuang yang dilaporkan,
anggota kelompok yang bersangkutan harus menambah jam kerja
selama 1 jam.
4. Jika seseorang mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang menimbulkan
cacat, cacat total, meninggal dunia, dan atau kerusakan peralatan, maka
setelah penelitian diadakan karyawan yang bersangkutan harus diberhentikan.
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak akan berarti jika Pimpinan
Utama Perusahaan tidak menetapkan kebijakannya yang konsisten dan berlaku di
seluruh Perusahaan. Pedoman manufaktur yang baik, maupun Buku Pegangan
K3 masih membutuhkan kebijakan manajerial agar efektif dan bermakna dalam
rangka pencegahan kerugian menyeluruh.
Penanggulangan kecelakaan dan penyakit akibat kerja hanya akan berhasil jika:
a) Manajemen sungguh-sungguh menyadarri bahwa akar dari setiap
kecelakaan atau penyakit akibat kerja terletak pada manajemen.
b) Manajemen memberi wewenang penuh kepada manajer K3.
c) Kebijakan K3 ditetapkan.
d) Perlengkapan kebijakan K3 dimasyarakatkan kepada karyawan.
1. Pasal 7:
Ayat 1: Penetapan kebijakan K3 sebagaimana dimaksud dalam pasal 6
ayat 1 huruf a dilaksanakan oleh pengusaha.
Ayat 2: Dalam menyusun kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat 1,
pemgusaha paling sedikit harus:
a. Melakukan tinjauan awal kondisi K3 yang meliputi:
1. Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko;
2. Perbandingan penerapan K3 dengan perusahaan dan sector lain yang
lebih baik;
3. Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan;
4. Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang
berkaitan dengan keselamatan; dan
5. Penilaian efisiensi dan efektivitas sumber daya yang disediakan.
b. Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus-
menerus; dan
c. Memperhatikan masukan dari pekerja/buruh dan/atau serikat
pekerja/serikat buruh.
Ayat 3: Kebijakan K3 sebagaimana dimaksud pada ayat 1 paling sedikit
memuat:
a. Visi;
b. Tujuan perusahaan;
c. Komitmen dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan
secara menyeluruh yang bersifat umum dan/atau operasional.
d. Pasal 8: Pengusaha harus menyebarluaskan kebijakan K3 yang telah ditetapkan
kepada seluruh pekerja/buruh, orang lain selain pekerja/buruh yang berada di
perusahaan, dan pihak lain yang terkait.
Untuk lebih jelasnya Pasal 7 dan 8 tersebut diatas dapat dilihat penjelasannya
pada Lampiran 1 PP RI No. 50 Tahun 2012 sebagai berikut:
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kebijakan K3 merupakan bukti otentik dari komitmen manajemen dalam
pelaksanaan K3 dan menjadi acuan bagi manajemen untuk menyusun
program K3 yang akan dilaksanakan.
2. Kebijakan K3 harus tertulis dan formal hal ini diperuntukkan sebagai
pedoman kerja sehari-hari, mempermudah pelaksanaan dan pengawasannya,
serta mempermudah pekerja untuk mengikuti ketentuan dan peraturan K3
(hak dan kewajiban).
3. Keriteria kebijakan K3 adalah sesuai dengan sifat dan skala resiko K3
organisasi, mencakup komitmen untuk peningkatan berkelanjutan, termasuk
adanya komitmen, didokumentasikan, diimplementasikan dan dipelihara
serta dikomunikasikan, tersedia bagi pihak lain yang terkait dan ditinjau
ulang secara berkala.
4. Faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan kebijakan K3 adalah
kebijakan dan objektif organisasi secara korporat, resiko dan potensi bahaya
yang ada dalam organisasi, peraturan dan standard K3 yang berlaku, kinerja
K3, persyaratan pihak luar, peningkatan berkelanjutan, ketersediaan sumber
daya, peran pekerja, dan partisipasi semua pihak.
5. Regulasi terkait kebijakan K3 yaitu Peraturan Pemerintah RI No.50 Tahun
2012 tentang Penerapan SMK3 pada pasal 7 dan pasal 8.
3.2 Saran
1. Setiap perusahaan sebaiknya memiliki kebijakan K3 yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan serta mengikuti/ berpedoman pada PP RI No.50
Tahun 2012.
2. Dalam kebijakan K3 semua pihak terkait harus melaksanakan peranannya
sebaik mungkin.
DAFTAR PUSTAKA