Jtptunimus GDL Adammiciga 6398 3 Babiit A PDF
Jtptunimus GDL Adammiciga 6398 3 Babiit A PDF
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stroke
A.1. Definisi
Stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut,
lebih dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak,
stroke sekunder karena trauma maupun infeksi.4,11 Kelompok umur lebih
dari 40 tahun merupakan faktor risiko tinggi terjadinya stroke.
A.2. Klasifikasi
Setiap jenis stroke mempunyai cara pengobatan, preventif, dan
prognosa yang berbeda, walaupun patogenesisnya serupa. Klasifikasi
modifikasi marshall, diantaranya :
1. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya
a. Stroke iskemik (sekitar 80% sampai 85% stroke terjadi).
1. Transient Ischemic Attack (TIA).
2. Trombosis serebri.
3. Embolia serebri.
b. Stroke haemoragik (sekitar 15% sampai 20% stroke terjadi).
1. Perdarahan intra serebral.
2. Perdarahan subarachnoid.
2. Berdasarkan stadium / pertimbangan waktu.
a. Transient Ischemic Attack.
b. Stroke ~ in ~ evolution.
c. Completed stroke.
3. Berdasarkan sistem pembuluh darah.
a. Sistem karotis.
b. Sistem vertebra-basilar.
http://digilib.unimus.ac.id
A.4. Epidemiologi
Stroke menduduki posisi ketiga di Indonesia setelah jantung dan
kanker. Sebanyak 28.5 persen penderita stroke meninggal dunia. Sisanya
menderita kelumpuhan sebagian maupun total hanya lima belas persen
saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke atau kecacatan.
Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menyebutkan bahwa 63,52 per
100.000 penduduk indonesia berumur di atas 65 tahun ditaksir menderita
stroke.
http://digilib.unimus.ac.id
A.6. Patogenesis
A.6.1. Patogenesis umum
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana
saja di dalam arteri – arteri yang membentuk sirkulus Willisi :
arteri karotis interna dan sistem vertebrobasilar atau semua cabang
– cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak
terputus selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau
kematian jaringan. Proses patologik yang mendasari mungkin
salah satu dari berbagai proses yang terjadi di dalam pembuluh
darah yang memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa, (1)
keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti
aterosklerosis dan thrombosis, robeknya dinding pembuluh darah,
atau peradangan; (2) berkurangnya perfusi akibat gangguan status
aliran darah, misalnya syok hiperviskositas darah; (3) gangguan
aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari
jantung atau pembuluh ekstrakranium; atau (4) ruptur vaskular
didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.11
Berdasarkan patogenesis stroke, maka perjalanan sakit akan
dijabarkan dibawah ini menjadi:12
http://digilib.unimus.ac.id
http://digilib.unimus.ac.id
http://digilib.unimus.ac.id
A.7. Diagnosis
A.7.2. Anamnesis
Proses anamnesis akan ditemukan kelumpuhan anggota
gerak sebelah badan, mulut mencong atau bicara pelo, dan tidak
dapat berkomunikasi dengan baik. Keadaan ini timbul sangat
mendadak, dapat sewaktu bangun tidur, sedang bekerja, ataupun
sewaktu istirahat.
A.7.3. Pemeriksaan fisik
Penentuan keadaan kardiovaskular penderita serta fungsi
vital seperti tekanan darah kiri dan kanan, nadi, pernafasan,
tentukan juga tingkat kesadaran penderita. Jika kesadaran
menurun, tentukan skor dengan skala koma glasglow agar
pemantauan selanjutnya lebih mudah, tetapi seandainya penderita
sadar tentukan berat kerusakan neurologis yang terjadi, disertai
pemeriksaan saraf – saraf otak dan motorik apakah fungsi
komunikasi masih baik atau adakah disfasia. Jika kesadaran
menurun dan nilai skala koma glasglow telah ditentukan, setelah
itu lakukan pemeriksaan refleks – refleks batang otak yaitu :
1. Reaksi pupil terhadap cahaya.
2. Refleks kornea.
3. Refleks okulosefalik.
http://digilib.unimus.ac.id
http://digilib.unimus.ac.id
http://digilib.unimus.ac.id
B. Hipertensi
B.1. Definisi
Menurut The Sixth Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, adan Treatment of High Blood Pressure (1997)
hipertensi merupakan tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih atau
tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau sedang dalam
pengobatan anti hipertensi.6
B.2. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi, yaitu :
Tabel 2.1. Klasifikasi tekanan darah tinggi pada orang dewasa 18 tahun ke atas
BP Classification Systolic BP Diastolic BP (mmHg)
Normal 120 and < 80
Prehypertension 120 – 139 or 80 – 90
Stage 1 hypertension 140 – 159 or 90 – 99
Stage 2 hypertension 160 or 100
Sumber : (7)
B.3. Etiologi
Hipertensi belum dapat diketahui secara pasti penyebabnya. Bila
hipertensi yang benar – benar tidak diketahui penyebabnya, maka di
namakan hipertensi essensial atau hipertensi primer, karena untuk
membedakan dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab – sebab
yang diketahui.7
B.4. Epidemiologi
Prevalensi hipertensi pada penduduk umur 18 tahun ke atas di
Indonesia adalah sebesar 31,7%. Prevalensi hipertensi tertinggi di
Kalimantan Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%).
Prevalensi hipertensi di Jawa Barat sebesar 29,4%.3
http://digilib.unimus.ac.id
http://digilib.unimus.ac.id
http://digilib.unimus.ac.id
http://digilib.unimus.ac.id
http://digilib.unimus.ac.id
C.2. Klasifikasi
Tabel 2.2 klasifikasi etiologis diabetes melitus
I. Diabetes melitus tipe i
(destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defesiensi insulin absolute)
A. Melalui proses imunologik
B. Idiopatik
http://digilib.unimus.ac.id
C.4. Etiologi
Faktor keturunan berperan dalan kejadian penyakit ini dan
didukung oleh faktor – faktor pencetus antara lain, kegemukan, kurang
olahraga, makan terlalu banyak, sering mengalami stres, dan dapat pula
dipicu oleh konsumsi jangka panjang obat – obatan yang dapat
menaikkan kadar glukosa darah, misalnya obat – obat anti alergi yang
mengandung hormon kortikosteroid.
C.6. Patogenesis
Ada 3 faktor penting yang perlu diperhatikan pada patogenesis DM
tipe 2, yaitu: 11
1. Faktor individu atau genetik etnis yang membuat rawan DM.
http://digilib.unimus.ac.id
http://digilib.unimus.ac.id
C.8. Diagnosis
Diagnosis diabetes melitus harus didasarkan atas pemeriksaan
kadar glukosa darah dengan memperhatikan asal bahan darah yang
diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Pemeriksaan yang
dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan
bahan darah plasma vena. 11
Tabel 2.3 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan dan diagnosis DM
Bukan DM Belum DM
Pasti DM
Kadar Glukosa plasma vena < 110 110 – 199 200
darah Sewaktu darah kapiler < 90 90 – 199 200
(mg/dl)
Kadar Glukosa plasma vena < 110 110 – 125 126
darah puasa (mg/dl) darah kapiler < 90 90 – 109 110
Sumber : (9)
Kriteria diagnosis diabetes mellitus menurut WHO (1994), adalah11,15
1. Normo-glikemia, bila GDP < 110 mg/dl atau GD2JPP < 140 mg/dl
2. IFG atau IGT, bila FPG > 110 mg/dl dan IFG < 126 mg/dl atau
GD2JPP >140 dan IGT < 200 mg/dl
3. Diabetes, bila FPG > 126 mg/dl atau GD2JPP > 200 mg/dl atau
ditemukannya gejala – gejala diabetes dengan konsentrasi glukosa
plasma sewaktu > 200 mg/dl
Kriteria diagnosis DM menurut ADA (American Diabetes Association)
tahun 2001 adalah sebagai berikut :11,15
1. Gejala diabetes ditambah kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dl (11,1
mmol/l). Sewaktu didefinisikan sebagai waktu kapanpun pada suatu
hari tanpa menghiraukan waktu sejak makan terakhir. Gejala klasik
http://digilib.unimus.ac.id
http://digilib.unimus.ac.id
D. Kerangka teori
1. Umur 1. Merokok
2. Jenis kelamin 2. Diabetes melitus
3. Hipertensi
4. Hiperkoleterolemia
Hialinisasi lapisan
Insufisiensi insulin
otot pembuluh
serebral
Penimbunan Hiperlipo
Diameter pembuluh sarbitol dalam proteinemia
lumen jadi menetap intima vaskular
Gambar 2.1
http://digilib.unimus.ac.id
Umur
Diabetes
Millitus
Gambar 2.2
F. Hipotesis
1. Ada hubungan umur dengan kejadian stroke.
2. Ada hubungan hipertensi dengan kejadian stroke.
3. Ada hubungan diabetes melitusdengan kejadian stroke.
http://digilib.unimus.ac.id