Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kejahatan kekerasan merupakan salah satu bentuk kejahatan dalam

masyarakat yang perkembangannya semakin beragam baik motif, sifat, bentuk,

intensitas maupun modus operasinya.1 Secara epidemiologi, angka kekerasan

terhadap wanita di dunia masih terbilang tinggi. Data yang didapatkan dari World

Health Organization (WHO) tahun 2013, satu dari tiga wanita di seluruh dunia

menjadi korban kekerasan fisik ataupun kekerasan seksual. WHO menyebutkan

bahwa 30% kekerasan yang dialami oleh wanita di seluruh dunia terutama

dilakukan oleh mitra terdekat dari korban. Mitra yang dimaksud adalah suami,

pacar, atau sanak keluarganya.2

Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas

Perempuan) mencatat dalam kurun waktu 13 tahun (1998-2011) kasus kekerasan

seksual berjumlah hampir seperempat dari seluruh total kasus kekerasan yaitu

sebanyak 93.960 kasus dari seluruh kasus kekerasan terhadap perempuan yang

dilaporkan 400.939.3 Kejadian kekerasan terhadap wanita juga menunjukkan

angka yang cukup tinggi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Data

yang berhasil dihimpun oleh berbagai lembaga penyedia layanan bagi wanita

korban kekerasan di Indonesia khusus untuk wilayah sekitar DIY ditemukan lebih

dari 944 kasus dari tahun 1994 hingga 2000.4

Provinsi Riau turut menambahkan tingginya angka kasus-kasus kekerasan

seksual di Indonesia. Berdasarkan data yang didapatkan pada Pusat Pelayanan

Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Riau sejak

1
2

tahun 2010-2014 tercatat 78 kasus kekerasan seksual yang tertangani yang terjadi

di Provinsi Riau.5

Pada kasus kekerasan seksual, penyidik dapat memberikan Surat

Permintaan Visum (SPV) kepada instansi yang berwenang apabila korban

mendapati tindakan kekerasan seperti kekerasan seksual tersebut. Pembuktian

adanya kekerasan seksual yang dialami oleh korban tidaklah sulit, ditinjau dari

aspek medikolegal dokter wajib dapat memberikan kejelasan dari permasalahan

seperti lokasi luka-luka akibat kekerasan seksual, jenis luka yang ditimbulkan,

ataupun hal-hal didalam kekerasan seksual yang tidak meninggalkan jejak atau

bekas yang berbentuk luka.6

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Selasih Kabupaten Pelalawan

memiliki hak dan wewenang dalam pembuatan Visum et Repertum (VeR) dan

sering membuat VeR yang diperlukan oleh penyidik dari Kepolisian Sektor

(Polsek) yang ada di Kabupaten Pelalawan. Data lima tahun terakhir mengenai

profil kasus kekerasan seksual di Kabupaten Pelalawan belum tersedia. Oleh

karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kasus kekerasan seksual

yang diperiksa di RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan periode Januari 2011-

Desember 2015.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang maka rumusan masalah penelitian ini

adalah bagaimana profil kasus kekerasan seksual yang diperiksa di RSUD Selasih

Kabupaten Pelalawan periode Januari 2011-Desember 2015.


3

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana profil kasus

kekerasan seksual yang diperiksa di RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan periode

Januari 2011-Desember 2015.

1.3.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui angka kejadian kasus kekerasan seksual yang diperiksa di

RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan periode Januari 2011-Desember

2015.

2. Mengetahui data karakteristik korban kasus kekerasan seksual yang

meliputi usia, jenis kelamin, dan pekerjaan yang diperiksa di RSUD

Selasih Kabupaten Pelalawan periode Januari 2011-Desember 2015.

3. Mengetahui pola kekerasan yaitu jenis kasus, kondisi selaput dara serta

kondisi anus pada korban kasus kekerasan seksual yang diperiksa di

RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan periode Januari 2011-Desember

2015.

4. Mengetahui asal Polsek yang meminta VeR korban pada kasus kekerasan

seksual yang diperiksa di RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan periode

Januari 2011-Desember 2015.


4

1.4 Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti terutama

mengenai Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal serta sebagai

pengalaman belajar dan pengetahuan dalam melakukan penelitian.

2. Bagi RSUD Selasih Kabupaten Pelalawan serta bagian Forensik dan

Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan

mengenai epidemiologi kasus kekerasan seksual di Kabupaten Pelalawan.

3. Bagi pihak kepolisian

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi epidemiologi kasus

kekerasan seksual sehingga dapat dilakukan tindakan preventif.

4. Bagi peneliti lain

Penelitian ini dapat menjadi masukan, referensi, dan informasi bagi

penelitian selanjutnya di bidang Ilmu Kedokteran Forensik dan

Medikolegal.

Anda mungkin juga menyukai