Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tugas sebuah perusahaan konsultan adalah mengawal klien pada tahap
awal proyek (tahap perencanaan dan perancangan) untuk mempersiapkan tahap
selanjutnya, serta pada masa konstruksi (pelaksanaan pembangunan fisik). Job
description konsultan secara umum adalah menerjemahkan keinginan dan
kebutuhan klien dengan mendampingi konsultan perencana dalam proses desain
yang dituangkan ke dalam dokumen gambar, perhitungan, dan dokumen
pendukung lainnya.Kemudian melakukan pengawasan dan pendampingan
kontraktor pada fase pelaksanaannya. Perencanaan di awal proyek yang matang
akan menghasilkan sebuah produk pedoman pelaksanaan yang akurat, yang
nantinya akan sangat turut menentukan kesuksesan sebuah proyek.
Konsultan Manajemen Konstruksi sebagai pendamping konsultasi bagi
user, maka harus mampu memahami dan menampung semua masukan dari
user, kemudian mengawasi dan mendampingi konsultan perencana dalam
menuangkannya ke desain. Prosesnya bisa terjadi berulang-ulang, dimana pada
umumnya pihak user memiliki banyak kebutuhan dan keinginan yang harus
diakomodasi (apalagi jika klien/user terdiri dari lebih dari satu orang/pihak
terkait, seperti banyak terjadi pada proyek-proyek instansi pemerintahan).
Proses diskusi, mendesain, presentasi, revisi desain/mendesain ulang, diskusi
lagi, presentasi lagi, mendesain lagi, dan begitu seterusnya, hampir pasti selalu
terjadi pada setiap proyek. Untuk itu, konsultan dituntut harus cerdas menyikapi
hal tersebut, agar tidak akan mengganggu pada proses konstruksinya.
Berdasarkan pada Keppres Th 80 No.2003 pasal 35, berisi tentang
Penghentian dan Pemutusan Kontrak, yaitu:
1. Penghentian kontrak dilakukan bilamana terjadi hal-hal di luar kekuasaan
para pihak untuk melaksanakan kewajiban yang ditentukan dalam kontrak,
yang disebabkan oleh timbulnya perang, pemberontakan, perang saudara,
sepanjang kejadian-kejadian tersebut berkaitan dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, kekacauan dan huru hara serta bencana alam yang
dinyatakan resmi oleh pemerintah, atau keadaan yang ditetapkan dalam
kontrak.
2. Pemutusan kontrak dapat dilakukan bilamana para pihak cidera janji
dan/atau tidak memenuhi kewajiban dan tanggung jawabnya sebagaimana
diatur di dalam kontrak.
3. Pemutusan kontrak yang disebabkan oleh kelalaian penyedia barang/jasa
dikenakan sanksi sesuai yang ditetapkan dalam kontrak berupa :
a. Jaminan pelaksanaan menjadi milik negara;
b. Sisa uang muka harus dilunasi oleh penyedia barang/jasa;
c. Membayar denda dan ganti rugi kepada negara;
d. Pengenaan daftar hitam untuk jangka waktu tertentu.
4. Pengguna barang/jasa dapat memutuskan kontrak secara sepihak apabila
denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan akibat kesalahan penyedia
barang/jasa sudah melampaui besarnya jaminan pelaksanaan.
5. Pemutusan kontrak yang disebabkan oleh kesalahan pengguna barang/jasa,
dikenakan sanksi berupa kewajiban mengganti kerugian yang menimpa
penyedia barang/jasa sesuai yang ditetapkan dalam kontrak dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Kontrak batal demi hukum apabila isi kontrak melanggar ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
7. Kontrak dibatalkan apabila para pihak terbukti melakukan KKN, kecurangan,
dan pemalsuan dalam proses pengadaan maupun pelaksanaan kontrak.

Sedangkan berdasarkan pada Keppres Th 80 No.2003 pasal 37, disebutkan


mengenai sanksi bagi penyedia barang/jasa apabila melakukan kesalahan dalam
melakukan tugasnya. Yaitu:
1. Pada ayat 1 tertulis, “Bila terjadi keterlambatan penyelesaian pekerjaan
akibat dari kelalaian penyedia barang/jasa, maka penyedia barang/jasa yang
bersangkutan dikenakan denda keterlambatan sekurang-kurangnya 1/1000
(satu perseribu) per hari dari nilai kontrak.” Maka dengan denda sekurang-
kurangya 1/1000 (satu perseribu) per hari dari nilai kontrak, akan
mengakibatkan kerugian. Karena denda akan mengurangi persentase
keuntungan perusahaan, sehingga hal ini sebisa mungkin dihindari.
2. Pada ayat 2 tertulis, “Bila terjadi keterlambatan pekerjaan/pembayaran
karena semata-mata kesalahan atau kelalaian pengguna barang/jasa, maka
pengguna barang/jasa membayar kerugian yang ditanggung penyedia
barang/jasa akibat keterlambatan dimaksud, yang besarannya ditetapkan
dalam kontrak sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku”.
3. Pada ayat 3 tertulis, “Konsultan perencana yang tidak cermat dan
mengakibatkan kerugian pengguna barang/jasa dikenakan sanksi berupa
keharusan menyusun kembali perencanaan dengan beban biaya dari
konsultan yang bersangkutan, dan/atau tuntutan ganti rugi”.
Dari Keppres Th 80 No.2003 pasal 35 ayat 4, serta pasal 37 khususnya
ayat dan ayat 3, terlihat bahwa pekerjaan konsultan juga mempunyai resiko
yang cukup besar dari berbagai segi, baik dari segi materiil maupun segi non
materiil yang berhubungan dengan ketepatan waktu, kebutuhan tenaga,
menjaga kepercayaan, serta kredibilitas perusahaan itu sendiri. Dalam hal
keterlambatan pekerjaan, nama baik dari perusahaan konsultan sangat penting
dan menjad pertaruhan, karena akan mempengaruhi kepercayaan dari
pengguna barang/jasa.
Apabila kepercayaan dari pengguna barang/jasa sudah pudar, maka
kesempatan konsultan untuk berkembang lebih baik kedepannya menjadi
semakin sempit. Hal ini juga akan sangat bepengaruh dengan masa depan
perusahaan penyedia barang/jasa apabila terjadi pemutusan kontrak, karena
akan masuk ke dalam daftar hitam dari penyedia barang/jasa.
Maka sebuah strategi khusus diperlukan guna menyiasati hal-hal tersebut
di atas. Sumber permasalahan dapat muncul dari sisi dalam/internal maupun
dari dapat muncul dari sisi luar/eksternal. Permasalahan yang bersumber dari
dalam/internal dapat disebabkan karena lemahnya manajemen dan sumber
daya dari perusahaan konsultan atau penyedia barang/jasa itu sendiri.
Sedangkan permasalahan yang bersumber dari luar/eksternal berhubungan
dengan hal-hal yang di luar kendali perusahaan, seperti terlalu bertele-telenya
klien/user, sering terjadi perubahan-perubahan pada proses perencanaan,
maupun pelaksanaan, lambatnya proses perizinan, birokrasi yang berbelit-belit,
sehingga akan mengganggu kelancaran waktu perencanaan maupun konstruksi.

1.2 Maksud, Tujuan dan Manfaat Praktek Profesi

1.2.1 Maksud

Maksud dari pelaksanaan kerja praktik profesi adalah :

 Mengetahui proses kerja atau kegiatan suatu biro konsultan pengawas


dalam mengelola suatu proyek.

 Mengetahui tahapan-tahapan pengawasan suatu proyek.

 Para mahasiswa praktik dapat mengetahui manajemen suatu perusahaan


baik biro konsultan maupun kontraktor.

 Untuk memenuhi persyaratan kurikulum mata kuliah jurusan arsitektur.

 Untuk melihat dan membandingkan antara teori yang didapat dalam proses
perkuliahan dengan teknis pelaksanaan dilapangan.

1.2.2 Tujuan
a. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk dapat memahami dan
melaksanakan tugas/pekerjaan sesuai dengan prosedur/kaidah yang
berlaku di perusahaan/instansi.
b. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengimplementasi pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh
dari kegiatan perkuliahan di dunia kerja.
c. Menambah wawasan keilmuwan mahasiswa yang tidak diperoleh di
bangku kuliah.

1.2.3 Manfaat

a. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi,


merumuskan dan memecahkan masalah yang berhubungan dengan
profesi keilmuannya.
b. Meningkatkan pengetahuan, penguasaan, dan penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang berhubungan dengan profesi
keilmuannya di dunia kerja.
c. Terbentuknya sikap mahasiswa yang disiplin, mandiri, dapat bekerja
secara teamwork, profesional dan dapat beradaptasi dengan kehidupan
dunia kerja yang sesungguhnya.
d. Ketersediaan tenaga kerja trampil yang siap kerja bagi dunia kerja.
1.3 Lingkup Pembahasan
 Waktu pelaksanaan kerja praktek ini adalah pada tanggal 14 april 2018 dan
berakhir di bulan Juni.
 Perusahaan tempat kerja praktek ini di CV. SUKMA
 Bangunan yang akan di desain merupakan sebuah panti asuhan

1.4 Metode
Metode yang diterapkan pada kerja praktek profesi ini adalah sebagai berikut :
Metode indentifikasi, yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung
(data primer), proses pelaksanaan pekerjaan dilapangan berdasarkan keadaan
yang terjadi pada saat kegiatan kerja praktik berlangsung.
Metode wawancara, yaitu denga melakukan tanya jawab dengan pihak yang
terkait dalam pengolahan proyek untuk mendapatkan data-data yang bersifat
non teknis.
Metode litaratur, yaitu dengan melihat bahan kuliah dan petunjuk dari tim
dosen mata kuliah kerja praktek profesi serta berdasarkan laporan dari para
senior kami.
Data-data yang diperoleh dari metode-metode diatas akan disusun dalam
suatu laporan yang berisi penjelasan menurut kegiatan pengawasan
dilapangan nantinya.
1.5 Sistematika Pembahasan
Sistematika penyusunan laporan kerja praktik profesi (KP) ini penulis
menjelaskan berdasarkan bab-bab, antara lain.
BAB II

TINJAUAN UMUM KONSULTAN PERENCANA

2.1 Pengertian Konsultan Perencana

Konsultan Perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas untuk
melaksanakan pekerjaan perencanaan, perencana dapat berupa perorangan
atau badan usaha baik swasta maupun pemerintah. Konsultan perencana
bertugas merencanakan struktur, mekanikan elektrikal, arsitektur, lanscape,
rencana anggaran biaya (RAB) serta dokumen-dokumen pelengkap lainnya.
Konsultan perencana mendapatkan proyek melalui proses lelang yang diadakan
panitia tender pekerjaan konstruksi

2.2 Persyaratan Konsultan Perencana


Sesuai dengan keputusan yang tercantum pada KEPRES No. 29 Tahun 1984
untuk disebut sebagai pihak konsultan perencana, maka harus memenuhi
syarat-syarat administratif dan teknis.
1. Adapun syarat administratif sebagai berikut :
a. Memiliki akte notaris yang berisi tentang kepemilikan modal, bentuk
badan hukum serta organisasi.
b. Memiliki Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK).
c. Memiliki Nomor Wajib Pajak (NPWP).
d. Terdaftar pada panitia pengadilan atau departemen kehakiman
(tergantung bentuk usahanya).
e. Terdaftar pada badan perencana.
Untuk terdaftar pada DPU Propinsi Daerah Tingkat I (bidang Cipta Karya)
suatu konsultan harus memenuhi :
a) Mengisi formulir dan dokumen pendaftaran dengan lampiran-lampiran :
 Akte pendirian.
 SIUJK.
 NPWP.
 Mempunyai referensi bank.
b) Bukti-bukti administratif
 Pimpinan perusahaan atau cabang.
 Menyanggupi untuk bertanggung jawab kepada semua hasil
perencanaan itu sendiri.
2. Syarat teknis
a. Memenuhi persyaratan tenaga-tenaga dalam bidang teknik
pembangunan yang dapat dibuktikan dalam ijazah keahlian,
pengalaman, dan referensi dari ahli perusahaan.
b. Memiliki nama perusahaan, persyaratan terdaftar pada Dirjen Cipta
Karya tersebut, umumnya hanya untuk bangunan-bangunan swasta
biasanya atas kepercayaan pemberi tugas dan diperkuat dengan bukti :
 SIUJK
 Referensi bank
 Referensi pengalaman kerja
2.3 Struktur Organisasi Konsultan Perencana
Tugas dan fungsi Pemegang Saham Kewenangan Pemegang Saham :

1. Bertanggung jawab atas biaya yang di butuhkan oleh perusahaan

2. Membuat dan mengubah keputusan/strategi sesuai kesepakatan

3. Berwenang menerima laporan mengenai keadaan perusahan

4. Menikmati keuntungan operasional

5. Mengevaluasi prestasi kerja bawahanya Dewan Komisaris

Tugas dan kewenangan Dewan Komisaris :

1. Melakukan pengawasan atas jalannya usaha PT dan memberikan nasihat


kepada direktur.

2. Dalam melakukan tugas, dewan direksi berdasarkan kepada kepentingan PT


dan sesuai dengan maksud dan tujuan PT.

3. Kewenangan khusus dewan komisaris, bahwa dewan komisaris dapat


diamanatkan dalam anggaran dasar untuk melaksanakan tugas-tugas
tertentu direktur, apabila direktur berhalangan atau dalam keadaan tertentu.

4. Membuat risalah rapat dewan komisaris dan menyimpan salinan rapat.

5. Melaporkan kepada PT mengenai kepemilikan saham dan/atau keluarga atas


saham PT dan saham di PT lainnya.

6. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan.

7. Mengawasi direktur utama.


Tugas Dan Wewenang Direktur Utama :

1. Memimpin perusahaan dengan menerbitkan kebijakan-kebijakan


perusahaan.

2. Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala bagian


(manajer)

3. Menyetujui anggaran tahunan perusahaan.

4. Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja perusahaan.

5. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pengadaan dan peralatan


perlengkapan.

6. Memimpin seluruh dewan atau komite eksekutif .

7. Menawarkan visi dan imajinasi di tingkat tertinggi (biasanya bekerjasama


dengan MD atau CEO).

8. Memimpin rapat umum, dalam hal: untuk memastikan pelaksanaan tata-


tertib; keadilan dan kesempatan bagi semua untuk berkontribusi secara
tepat; menyesuaikan alokasi waktu per item masalah; menentukan urutan
agenda; mengarahkan diskusi ke arah konsensus; menjelaskan dan
menyimpulkan tindakan dan kebijakan .

9. Bertindak sebagai perwakilan organisasi dalam hubungannya dengan dunia


luar.

10. Memainkan bagian terkemuka dalam menentukan komposisi dari board dan
subkomite, sehingga tercapainya keselarasan dan efektivitas.

11. Mengambil keputusan sebagaimana didelegasikan oleh BOD atau pada


situasi tertentu yang dianggap perlu, yang diputuskan, dalam meeting-
meeting BOD.
12. Menjalankan tanggung jawab sebagai direktur perusahaan sesuai dengan
standar etika dan hukum.

13. Mengawasi kerja dari para direktur operasi dan direktur keuangan.

Direktur Keuangan Tugas Dari Direktur Keuangan :

1. Merencanakan dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan serta


pembelanjaan dan kekayaan perusahaan.

2. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan dibidang


administrasi keuangan, kepegawaian dan kesekretariatan.

3. Mengendalikan uang pendapatan, hasil penagihan, dan pengeluaran


perusahan

4. Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan direktur utama.

5. Membuat laporan keuangan perusahan setiap bulannya.

6. Memberikan gaji karyawan.

Tugas dari Direktur Operasi :

1. Memberikan laporan secara berkala kepada Direktur Utama.

2. Membuat strategi dan Kebijakan yang terkait dengan operasional.

3. Menghubungi supplier yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan


perusahan.

4. Mengatur dan mengawasi kerja dari bawahan.

5. Mengatur jam kerja bawahan dan mengawasi kehadiran dari bawahan.


Tugas Dan Wewenang Sekertaris Perusahan :

1. Membangun jaringan kerjasama dengan berbagai pihak Stakeholder.


2. Mengupayakan kelancaran pelaksanaan agenda Direksi.
3. Mengkomunikasikan kebijakan perusahaan kepada pihak internal dan
eksternal.
4. Melaksanakan kegiatan kesekretariatan perusahaan.
5. Mengelola dan mengembangkan sistem informasi perusahaan.
6. Menyiapkan laporan perusahaan sesuai ketentuan yang berlaku.
7. Mengkoordinasikan bahan-bahan laporan untuk Rapat Komisaris dan RUPS.
8. Melakukan pembinaan kepada pegawai sesuai kewenangan dan ketentuan.
 Biro Pemasaran Memimpin fungsi strategis dalam aspek operasi
danpengembangan pasar melalui riset, perumusan strategi dan
penetapan harga, promosi penjualan, distribusi serta penagihan.
 Biro Pengendalian Operasi dan Mutu Memimpin strategis dalam
perumusan, penerapan, pengendalian, evalusi dan peningkatan
menejemen mutu dan operasi secara menyeluruh dan terpadu.
 Biro Pengembangan Bisnis Memimpin strategis dalam penelitian,
pengembangan baik produk maupun teknologi produksi untuk
mengantisipasi kebutuhan pasar.
 Biro Keuangan. Memimpin fungsi strategis dalam penyusunan anggaran
pengusahaan dana, pengelolaan pajak, pembinaan dan pengembangan
sistem informasi akuntasi, koordinasi dalam perumusaan rencana
strategis dan tahunan serta evaluasi hasil usaha perusahaan.

2.4 Tanggung Jawab Konsultan Perencana

Tugas dan tanggung jawab konsultan perencana pada proyek konstruksi


secara umum adalah :

Konsultan Perencana
1. Merealisasikan gagasan/ kebutuhan owner berkaitan dengan pembangunan
suatu proyek konstruksi
2. Melakukan perencanaan dan perancangan proyek sesuai dengan keinginan
pemilik proyek (owner), baik untuk perencanaan struktur, arsitektur,
mekanikal, elektrikal, landscape, dan lain sebagainya yang meliputi gambar
bestek, Rencana Kerja dan Syarat-syarat, hitungan struktur serta
hitungananggaran dan biaya berdasarkan peraturan-peraturan dan syarat
yang ada.
3. Merencanakan spesifikasi bahan dan alat yang digunakan sesuai dengan
peraturan dan syarat yang ada serta mem berikan metode yang
harusditerapkan dalam pelaksanaan.
4. Memberikan saran, usulan dan pertimbangan kepada pengawas
danpelaksana apabila terjadi permasalahan di lapangan selama proses
konstruksi.
5. Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor mengenai hal-hal
yang kurang jelas dari gambar-gambar bestek serta Rencana Kerja dan
syarat-syarat (RKS).
6. Membuat dokumen lelang yang terdiri dari : (1) Perjanjian Pemborongan,
(2) Gambar-gambar bestek dan gambar-gambar detail, (3) Rencana Kerja
danSyarat-syarat (RKS), (4) Daftar uraian singkat dan tafsiran atau
hitunganvolume untuk setiap jenis pekerjaan.
7. Membantu dalam pelelangan proyek seperti memberikan penjelasan dalam
rapat Penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan membuat berita acara
penjelasannya.
8. Menghadiri rapat koordinasi pengelola/ pelaksana proyek secara berkala.
9. Mempertanggung jawabkan hasil perencanaan kepada pemberi tugas atau
pemilik proyek (owner).
2.5 Hak dan Wewenang Konsultan Perencana

 Mempertahankan desain dalam hal adanya pihak – pihak pelaksana bangunan

yang melaksanakan pekerjaan tidak sesuai dengan rencana.

 Menentukan warna dan jenis material yang akan digunakan dalam

pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

Supaya tugas dari konsultan perencana bisa berjalan dengan lancar


sebaiknya konsultan perencana membuat jadwal pertemuan rutin dengan
kontraktor untuk membahas hal-hal yang mungkin perlu mendapat pemecahan
dari perencana misalnya pembuatan gambar shop drawing atau saat aproval
material sebagai pedoman pelaksanaan proyek. Karena ada beberapa hal yang
umumnya menjadi permasalahan ketika di lapangan, misalkan dari produk
perencana yaitu material yang telah ditentukan pada RKS sulit ditemukan pada
saat pelaksanaan pekerjaan proyek berlangsung atau harganya terlalu mahal
melebihi RAB sehingga kontraktor mengusulkan persetujuan perubahan material
untuk digunakan sebagai pengganti. Masalah lainya perbedaan gambar rencana
dengan kondisi exsiting lapangan sehingga kontraktor membuat gambar
perubahan yang memerlukan persetujuan konsultan perencana dalam
pelaksanaan proyek. Intinya agar pelaksanaan pekerjaan bisa berjalan dengan
baik, maka diperlukan kerjasama dan hubungan yang baik dan terus menerus
hingga proyek selesai antara kontraktor dan konsultan perencana.

2.6 Lingkup Tugas dan Proses Pekerjaan Konsultan Perencana

Lingkup tugas

 Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik

proyek (bisa pihak swasta maupun pemerintah).

 Membuat gambar kerja pelaksanaan. Membuat Rencana kerja dan syarat –

sayarat pelaksanaan bangunan ( RKS ) sebagai pedoman pelaksanaan.


 Membuat rencana anggaran biaya (RAB).

 Memproyeksikan keinginan – keinginan atau ide – ide pemilik proyek ke dalam

desain bangunan.

 Melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan pelaksanaan

pekerjaan dilapangan yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan.

 Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi

kegagalan konstruksi. kemudian proses pelaksanaanya diserahkan kepada


konsultan pengawas. Konsultan pengawas ini sendiri adalah orang/instansi
yang menjadi wakil pemilik proyek di lapangan.

Proses pekerjaan

Konsultan perencana bertugas sejak tahap persiapan proyek dan


perencanaan sampai masa penyerahan pertama pekerjaan oleh kontraktor
yang antara lain adalah :

 Membantu mengelola proyek untuk melaksanakan pengadaan dokumen


pelelangan dan dokumen pelaksanaan atau konstruksi.
 Memberi penjelasan pekerjaan pada waktu pelelangan.
 Memberi penjelasan pekerjaan terhadap persoalan-persoalan perencanaan
yang timbul selama tahap konstruksi.
 Melakukan pengawasan untuk proyek.

Lingkup tugas konsultan perencana juga berwenang membuat uraian


pekerjaan dan syarat-syaratnya serta membuat analisa dan Rancangan
Anggaran Biaya ( RAB ) untuk proyek yang direncanakannya, sebagai berikut :

 Pekerjaan pokok adalah perencanaan seperti pembuatan sketsa gagasan,


pra – rancangan untuk mendapatkan izin membangun, rancangan
pelaksanaan, gambar – gambar detail, uraian dan syarat – syarat
pekerjaan serta Rencana Anggaran Biaya ( RAB ).
 Pekerjaan pelengkap yaitu pekerjaan penunjang desain seperti pembuatan
maket dan lain – lain.
 Pekerjaan khusus yaitu perencanaan yang membutuhkan keahlian khusus
di luar ilmu arsitektur seperti perhitungan konstruksi, mekanikal dan
elektrikal, dan lain – lain. Untuk keadaan ini, maka konsultan perencana
dapat menyerahkan kepada konsultan ME atau struktur, jika pada
konsultan tersebut tidak terdapat divisi khusus tersebut.

Struktur suatu konsultan perencana terdiri dari bidang– bidang


perencanaan struktur dan ME yang tercakup di dalamnya. Hal ini dimaksudkan
untuk memudahkan koordinasi dan kerjasama antara para ahli dari berbagai
disiplin ilmu, sekiranya ada pekerjaan khusus sebagaimana dimaksudkan di
atas.

2.7 Proses Pengadaan Proyek dan Badan-badan Yang Terlibat

Proses pengadaan proyek

1. Kerangka acuan kerja (term of reference)

Kerangka acuan kerja (KAK) adalah produk yang dibuat oleh owner atau
pemilik proyek untuk penyelesaian proyek yang akan diajukan kepada
konsultan perencana baik berupa tender terbuka maupun penunjukkan
langsung.

 Isi dari KAK adalah


 Pendahuluan
 Deskripsi proyek
 Jasa yang disediakan oleh konsultan
 Lingkup pekerjaan konsultan
 Pelayanan manajemen
 Pendanaan proyek dan pelaksanaan jadwal proyek
 Kebutuhan tenaga ahli
 Diagaram organisasi konsultan
 Logisitk, fasilitas, dan peralatan konsultan

2. Studi kelayakan proyek

Studi kelayakan proyek menganalisa manfaat-manfaat proyek dengan


menganalisa aspek-aspek :

 Tinjauan aspek pasar dan permintaan


 Tinjauan aspek teknis
 Tinjauan aspek manajemen dan koordinasi pelaksanaan proyek
 Tinjauan aspek finansial
 Tinjauan aspek hokum

3. Detail engineering desain

Setelah hasil studi kelayakan proyek memenuhi kriteria pemilik proyek,


selanjutnya dilakukan penyusunan perencanaan proyek yang lebih terinci
dalam bentuk paket pekerjaan (WBS), susunan organisasi proyek, rencana
anggaran biaya, jadwal induk (master schedule), perhitungan dan
rancangan teknis, spesifikasi umum dan teknis, gambar kerja serta
kelengkapan administrasi lainnya

Pada fase ini biasanya pemilik proyek menugaskan konsultan perencana


melakukan perencanaan teknis terhadap seluruh kebutuhan proyek.

Pengadaan atau pelelangan proyek

1. Jenis-jenis pelelangan
2. Pelelangan umum atau terbuka
3. Pelelangan terbatas
4. Pemilihan langsung
5. Pengadaan langsung
6. Tahapan-tahapan pelaksanaan pelelangan
7. Pengumuman akan dilangsungkannya pelelangan melalui media masa
serta papan pengumuman di instansi bersangkutan.
8. Pendaftaran peserta lelang
9. Pengambilan dokumen penawaran dari panitia lelang
10. Penjelasan (aanwijsing), berupa penjelasan administratif dokumen
penawaran, tinjauan ke lokasi proyek dengan membuat berita acaranya
11. Pemasukan dokumen penawaran dari peserta lelang
12. Pembukaan dokumen penawaran
13. Penilaian penawaran oleh panitia yang menguasai secara profesional
mengenai harga penawaran proyek.
14. Usulan calon pemenang penawaran lelang dengan membuat rangking
penilaian terhadap tiga besar penawaran terendah.
15. Penetapan pemenang, dilanjutkan pengumuman pemenang lelang,
setelah harga penawaran terendah dengan kualifikasi persyaratan.
16. Sanggahan oleh peserta lelang boleh dilakukan bila keputusan
pemenang lelang tidak sesuai dengan aturan-aturan yang telah
disepakati.
17. Keputusan pemenang lelang oleh pemilik proyek dilakukan bila semua
permasalahan selama pelelangan telah diselesaikan.

Konsep perencanaan tahapan pelaksanaan

Langkah-langkah perencanaan yang perlu dilakukan adalah sebagai


berikut:

1. Melakukan kajian terhadap gambar rencana dan spesifikasi teknis


proyek yang ada, agar bila tidak sesuai dengan kondisi pelaksanaan
dapat disempurnakan dengan melakukan konfirmasi ke konsultan
perencana.
2. Melakukan perhitungan yang teliti terhadap volume pekerjaan,
kebutuhan material, peralatan serta tenaga kerja yang digunakan
3. Menyusun anggaran biaya pelaksanaan yang rinci yang disesuaikan
dengan alokasi sumber daya yang dibutuhkan dan dana yang tersedia
4. Memilih jenis teknologi dan peralatan yang sesuai dengan kebutuhan
pelaksanaan
5. Perumusan kegiatan dengan jadwal yang akurat dan terpadu
6. Persiapan aspek administratif, pengadaan serta pengorganisasian
pihak-pihak yang terlibat, penyusunan program kerja, perencanaan
pengelolaan resiko, perencanaan kesehatan dan keselamatan kerja
serta perencanaan sistem informasi manajemen

Rekayasa nilai (value engineering)

Rekayasa nilai secara umum dapat diartikan sebagai suatu usaha kreatif
dalam mencapai suatu usaha kreatif dalam mencapai suatu tujuan dengan
mengoptimalkan biaya dan kinerja dari suatu fasilitas atau sistem.

Rekayasa nilai dapat diartikan sebagai :

1. Melakukan kajian dengan menjamin fungsinya tetap seperti yang


diinginkan.
2. Fungsi menjadi tolak ukur dari pencarian alternatif pemecahan masalah
3. Selain adanya kriteria biaya rendah, juga didapatkan kinerja yang tinggi
4. Optimasi biaya dan kinerja untuk mendapatkan manfaat bersih yang
besar

Proses rekayasa nilai membutuhkan seorang yang profesional / tim yang


dapat bertindak sebagai konsultan rekayasa nilai dengan kemampuan
sebagai berikut :
1. Mampu mengoptimalkan biaya yang diperlukan dengan tetap menjaga
efektivitas instalasi proyek yang dikerjakan
2. Mampu mengalokasikan dana dan waktu yang diperlukan sesuai
dengan tujuan dan sasaran proyek
3. Mampu menggunakan manajemen perencanaan yang matang dalam
penentuan efektivitas pemecahan masalah yang dihadapi
4. Mampu menggunakan tinjauan rekayasa nilai dalam multi disiplin ilmu
5. Mendokumentasikan hasil yang diperoleh guna inovasi di masa datang

Pelaksanaan rekayasa nilai dilakukan dengan waktu tahapan sebagai


berikut :

Pada tahapan selama atau segera setelah detail design engineering


belum diserahkan kepada kontraktor, dimana tanggungjawab studi adalah
pemilik proyek. Konsultan rekayasa nilai yang ditunjuk oleh pemilik proyek
melakukan penyempurnaan desain serta mencari alternatif lain, baik jenis
dan spesifikasi material maupun dimensi dari instalasi yang akan dibangun
tanpa mengurangi fungsi instalasi yang diinginkan.

Pada tahapan selama atau sebelum pelaksanaan konstruksi, dengan


tanggungjawab kontraktor. Setelah menerima dokumen kontrak yang
terdiri atas spesifikasi teknis dan gambar-gambar kerja, kontraktor
mengevaluasi berdasarkan pengalaman kontraktor melakukan pekerjaan
sejenis. Bila hasil evaluasi diperoleh penghematan biaya, maka pemilik
proyek memberikan bonus kepada kontraktor sebagai jasa atas usahanya
melakukan penghematan.

Proses rekayasa nilai dilakukan dalam kerangka sistematis sehingga hasil


akhir yang dicapai sesuai tujuan yang direncanakan, dengan cara sebagai
berikut :
1. Melakukan identifikasi masalah dengan mengumpulkan informasi dan
data dari perencanaan yang telah ada sebelumnya serta dari dokumen
perencanaan proyek yang sedang ditangani. Kemudian, dilakukan
perumusan masalah berdasarkan fakta-fakta yang didapat dari
indentifikasi masalah.
2. Mengkaji obyek dimana rekayasa nilai hendak dilakukan dengan acuan
fungsi dari instalasi tetap, bahkan kalau dapat meningkat. Lalu,
dihitunglah biaya alternatif sebagai hasil kajian terhadap fungsi
obyeknya.
3. Melakukan analisis biaya versus fungsi terhadap beberapa alternatif
untuk mendapatkan solusi terbaik dari segi biaya, fungsi dan kinerja
instalasi / obyek
4. Setelah didapatkan solusi terpilih, hasil rekayasa nilainya dikembangkan
dan diverifikasi terhadap standar-standar yang berlaku serta
pengalaman-pengalaman lain yang telah dilakukan sebelumnya
5. Kemudian biaya rekayasa nilainya ditetapkan dengan tambahan
pertimbagan-pertimbangan teknis
6. Pada akhirnya, hasil rekayasa nilai didokumentasikan dan dipaparkan
kepada pemilik proyek untuk memperoleh persetujuan

Perumusan struktur dan hierarki proyek

1. Work breakdown structure (WBS)


Wbs memudahkan penjadwalan dan pengendalian karena
merupakan elemen perencanaan yang terdiri atas kerangka-kerangka
seperti di bawah ini :
 Kerangka penjabaran program
 Kerangka perencanaan detail
 Kerangka pembiayaan
 Kerangka penjadwalan
 Kerangka cara pelaporan
 Kerangka penyusunan organisasi

Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan WBS secara


umum disusun berdasarkan klasifikasi sebagai berikut :

 Pembagian sub divisi pekerjaan berdasarkan spesifikasi pekerjaan


 Pembagian pihak, seperti kontraktor utama, subkontraktor dan
pemasok
2. Hierarki Organisasi Proyek

Hierarki organisasi proyek atau organizing analysis table yang


bertingkat dimulai dari tingkat paling atas seperti pimpinan proyek
hingga paling akhir, misal pelaksana.

Hierarki ini disusun dengan tujuan mempermudah pengelolaan dan


alokasi SDM sesuai dengan tanggungjawab dalam organisasi proyek

Tanggung jawab personel dibagi berdasarkan tingkatan pada


elemen pekerjaan. Tanggung jawab ini disesuaikan dengan
kemampuannya dalam menangani beban tugas yang diberikan
kepadanya

Personel yang bertanggung jawab pada masing-masing tingkatan


tadi telah memahami tugasnya berdasarkan job description dan
prosedur operasional pelaksanaan proyek.

Perencanaan sumber daya

1. Perencanaan biaya proyek


Biaya yang diperlukan untuk suatu proyek dapat mencapai
jumlah yang sangat besar dan tertanam dalam kurun waktu yang
cukup lama. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi biaya
proyek dengan tahapan perencanaan biaya proyek sebagai berikut :
 Tahapan pengembangan konseptual, biaya dihitung secara
global berdasarkan informasi desain yang minim. Dipakai
perhitungan berdasarkan unit biaya bangunan berdasarkan
harga per meter persegi
 Tahapan desain konstruksi, biaya proyek dihitung secara agak
detail berdasarkan volume pekerjaan dan informasi harga
satuan
 Tahapan pelelangan, biaya proyek dihitung oleh beberapa
kontraktor agar didapat penawaran terbaik, berdasarkan
spesifikasi teknis dan gambar kerja yang cukup dalam usaha
mendapatkan kontrak pekerjaan
 Tahapan pelaksanaan, biaya proyek pada tahapan ini dihitung
lebih detail berdasarkan kuantitas pekerjaan, gambar shop
drawing dan metode pelaksanaan dengan ketelitian yang lebih
tinggi.

Komponen biaya total proyek terdiri atas :

 Biaya Langsung (Direct Cost), merupakan biaya tetap selama


proyek berlangsung, biaya tenaga kerja, material dan peralatan
 Biaya Tak Langsung (Indirect Cost), merupakan biaya tidak tetap
yang dibutuhkan guna penyelesaian proyek. Biaya ini adalah biaya
manajemen proyek, tagihan pajak, biaya perizinan, asuransi,
administrasi, ATK, keuntungan/profit.

2. Perencanaan tenaga kerja

Sumber daya manusia atau tenaga kerja, sebagai penentu


keberhasilan proyek, harus memiliki kualifikasi, ketrampilan dan
keahlian yang sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai
keberhasilan suatu proyek.
Perencanaan SDM dalam suatu proyek mempertimbangkan juga
perkiraan jenis, waktu dan lokasi proyek, baik secara kualitas
maupun kuantitas.

Faktor lain yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan


tenaga kerja adalah :

 Produktifitas tenaga kerja


 Jumlah tenaga kerja pada periode yang paling maksimal
 Jumlah tenaga kerja tetap dan tidak tetap
 Keahlian tenaga kerja

3. Perencanaan peralatan

Peralatan yang digunakan dalam suatu proyek dipengaruhi oleh


produktivitas alat terhadap volume pekerjaan yang akan dilakukan,
sedangkan jumlah peralatan yang dibutuhkan bergantung pada hal-
hal berikut :

 Durasi kegiatan/ waktu yang tersedia


 Kondisi lapangan
 Keadaan cuaca
 Efisiensi alat
 Kemampuan operator
 Kapasitas dan jumlah alat

4. Perencanaan penggunaan material

Perencanaan terhadap material dimaksudkan agar dalam


pelaksanaan pekerjaan penggunaan material menjadi efisien dan
efektif dan tidak terjadi masalah akibat tidak tersedianya material
pada saat dibutuhkan.
Informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan material adalah
sebagai berikut :

1. Kualitas material yang dibutuhkan : menggunakan tipe tertentu


dengan mutu harus sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam
spesifikasi proyek
2. Spesifikasi teknis material : merupakan dokumentasi
persyaratan teknis material yang direncanakan dan
menjadi acuan untuk memenuhi kebutuhan material
3. Lingkup penawaran yang diajukan oleh beberapa pemasok :
dengan memilih harga yang paling murah dengan kualitas
meterial terbaik
4. Waktu pengiriman (delivery) : menyesuaikan dengan schedule
pemakaian material, biasanya beberapa material dikirim
sebelum pekerjaan dimulai
5. Pajak penjualan material : menjadi beban bagi pemilik proyek
yang telah dihitung dalam harga satuan material atau dalam
harga proyek secara keseluruhan
6. Termin dan kondisi pembayaran kepada logistik material yang
dilakukan : harus disesuaikan dengan cashflow proyek agar
likuiditas keuangan proyek tetap aman
7. Pemasok material adalah rekanan terpilih yang telah bekerja
sama dengan baik dan memberikan pelayanan yang
memuaskan pada proyek-proyek sebelumnya
8. Gudang penimbunan material harus cukup untuk menampung
material yang siap dipakai, karena itu kapasitas dan lalu
lintasnya harus diperhitungkan
9. Harga material saat penawaran lelang dapat naik sewaktu-
waktu pada tahap pelaksanaan proyek, karena itu perhitungan
eskalasi harga harus dimasukkan dalam komponen harga satuan
10. Jadwal penggunaan material harus sesuai antara kebutuhan
proyek dengan waktu pengiriman material dari pemasok.
Penggunaan sub schedule material untuk setiap item pekerjaan
mutlak dilakukan agar tidak mempengaruhi ketersediaan
material dalam proyek.

Badan-badan yang terlibat


2.8 Hubungan Antara Pemberi Tugas (owner) Dengan Konsultan

Konsultan dengan pemilik proyek, ikatan berdasarkan kontrak. Konsultan


memberikan layanan konsultasi di mana produk yang dihasilkan berupa gambar-
gambar rencana dan peraturan serta syarat-syarat, sedangkan pemilik proyek
memberikan biaya jasa atas konsultasi yang diberikan oleh konsultan.

Anda mungkin juga menyukai