Anda di halaman 1dari 54

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Kehamilan

a. Pengertian

Hamil adalah suatu masa dari mulai terjadinya pembuahan dalam rahim

seorang wanita terhitung sejak hari pertama haid terakhir sampai bayinya

dilahirkan. Kehamilan terjadi ketika seorang wanita melakukan hubungan seksual

pada masa ovulasi atau masa subur (keadaan ketika rahim melepaskan sel telur

matang), dan sperma (air mani) pria pasangannya akan membuahi sel telur matang

wanita tersebut. Telur yang telah dibuahi sperma kemudian akan menempel pada

dinding rahim , lalu tumbuh dan berkembang selama kira-kira 40 minggu (280

hari) dalam rahim dalam kehamilan normal (Sari, 2013).

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama hamil

normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama

haid terakhir. Dibagi menjadi 3 bagian ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan

triwulan pertama (sebelum 14 minggu), kehamilan triwulan kedua (antara 14-28

minggu), kehamilan triwulan ketiga (antara 28-36 minggu atau sesudah 36

minggu) (Mangkuji, 2012).

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine mulai

sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2005).

9
10

Kehamilan adalah peristiwa dimulainya dari ovulasi sampai terjadinya

persalinan adalah kira – kira 280 hari (40 minggu), dan tidak lebih dari 300 hari

(43 minggu). (Mochtar, 2002). Lamanya kehamilan mulai dari ovulasi sampai

partus adalah kira – kira 280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43

minggu). Kehamilan 40 minggu ini disebut kehamilan postmatur. Kehamilan 28

dan 36 minggu disebut kehamilan prematur. Kehamilan yang terakhir ini akan

mempengaruhi viabilitas (kelangsungan hidup) bayi yang dilahirkan, karena bayi

yang terlalu muda mempunyai prognosis buruk (sarwono, 2007).

Menurut sarwono (2007), ditinjau dari tuanya kehamilan dibagi menjadi 3

bagian, yaitu

1) Kehamilan triwulan pertama (0-12 minggu)

2) Kehamilan triwulan kedua (12-18 minggu)

3) Kehamilan triwulan ketiga (28- 40 minggu)

Dalam triwulan pertama alat – alat mulai dibentuk, dalam triwulan kedua

alat – alat telah dibentuk, tetapi belum sempurna dan viabilitas janin masih

disangsikan. Bila hasil konsepsi dikeluarkan dari kavum uteri pada kehamilan

dibawah 20 minggu disebut abortus (keguguran), bila hal ini terjadi dibawah 36

minggu disebut partus prematurus (persalnan prematur). Kelahiran dari 38 minggu

sampai 40 minggu disebut partus aterm (sarwono, 2007).

b. Jenis-jenis kehamilan

Jenis-jenis Kehamilan menurut prawihardjo adalah :

1) Kehamilan matur , yaitu kehamilan 37-40 minggu

2) Kehamilan Postmatur, yaitu kehamilan lebih dari 43 minggu


11

3) Kehamilan Prematur, yaitu kehamilan antara 28 minggu-36

minggu (PUSDIKNAKES, 2013)

c. Perubahan-Perubahan Maternal

Suatu kehamilan normal biasanya berlangsung 280 hari. Selama itu

terjadi perubahan yang menakjubkan baik pada ibu maupun

perkembangan janin. Janin berkembang dari 2 sel kesuatu bentuk yang

mampu hidup diluar uterus. Badan ibu yang berubah untuk mendukung

perkembangan dari kehidupan baru dan untuk menyiapkan masuknya

janin kedunia luar. (Diluar rahim ibunya.). (PUSDIKNAKES, 2013).

1) Trimester pertama

Tanda fisik pertama yang dapat dilihat pada beberapa ibu adalah

perdarahan sedikit/ spotting sekitar 11 hari setelah konsepsi pada

saat embrio melekat pada lapisan uterus. Jika seseorang ibu

mempunyai siklus menstruasi 28 hari, perdarahan ini terjadi

beberapa hari sebelum ia akan mendapat menstruasi. Perdarahan

implantasi ini biasanya kurang dari lamanya menstruasi,

perubahan fisik berikutnya biasanya adalah nyeri dan pembesaran

payudara diikuti oleh rasa kelelahan yang kronis atau menetap

dan sering kencing. Ibu akan mengalami dua gejala yang terakhir

selama tiga bulan berikutnya. “ morning sickness” atau mual dan

muntah biasanya dimulai sekitar 8 minggu dan mungkin terakhir

sampai 12 minggu. Pada usia kehamilan 12 minggu pertumbuhan

uterus diatas simpisis pubis bila dirasakan. Ibu biasanya


12

mengalami kanaikan berat badan sekitar 1-2 kg selama trimester

pertama. (PUSDIKNAKES, 2013).

2) Trimester Kedua

Uterus akan terus tumbuh. Pada usia kehamilan 16 minggu uterus

biasanya berada pada pertengahan antara simpisis pubis dan

pusat. Penambahan berat bada sekitar 0,4-0,5 kg/minggu. Ibu

mungkin akan mulai merasa mempunyai banyak anergi. Pada usia

kehamilan 20 minggu fundus berada dekat dengan pusat.

Payudara mulai mengeluarkan kolostrum. Ibu merasakan gerakan

bayinya, dan juga mengalami perubahan yang normal pada

kulinya meliputi adanya cloasma, linea nigra, dan strie

gravidarum. (PUSDIKNAKES, 2013)

3) Trimester ketiga

Pada usia kehamilan 28 minggu fundus berada pada pertengahan

antara pusat dan xipoid. Pada usia kehamilan 32-36 minggu

fundus mencapai prosesus xipoid. Payudara penuh dan nyeri

tekan. Sering kencing kembali terjadi. Sekitar usia kehamilan 38

minggu bayi masuk / turun kedalam panggul. Sakit punggungSv

dan sering kencing meningkat. ibu mungkin menjadi sulit tidur.

Kontraksi braxton hicks meningkat. (PUSDIKNAKES, 2013).

d. Tanda – tanda dan Gejala saat hamil

Tanda-tanda kehamilan adalah sekumoulan tanda dan gejala yang timbul

pada wanita hamil, baik fisiologis dan psikologi pada masa kehamilan
13

4) Amenorhoe (tidak dapat haid)

Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak

dapat haid lagi. Penting diketahui dengan tanggal hari pertama

haid terkahir, supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan bila

persalianan akan terjadi.

5) Nausea dan Emesis (Mual dan Muntah)

Nausea dan Emesis (Mual dan Muntah) sering terjadi pada pagi

hari, tetapi tidak selalu, keadaan ini disebut Morning Sickness.

6) Ngidam

Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi

menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

7) Pingsan

Sering dijumpai bila berada di tempat-tempat ramai. Dianjurkan

untuk tidak pergi ketempat ramai pada bulan pertama, akan hilang

sesudah kehamilan 16 minggu.

8) Mammae menjadi tegang dan Membesar

Keadaan ini dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron

yang merangsang duktuli dan alveoli di mammae.

9) Anoreksia (Tidak Nafsu Makan)

Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia, tetapi setelah itu

nafsu makan akan timbul lagi.


14

10) . Sering BAK

Terjadi karena kandung kencing pada bulan-bulan pertama

kehamilan tertekan oleh uterus yang membesar. Pada triwulan

kedua umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang

membesar keluar dari rongga panggul, pada akhir triwulan gejala

bisa tinbul karena janin mulai keruang panggul dan menekan

kembali rongga panggul.

11) . Obstipasi

Obstipasi terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oelh

pengaruh hormon steroid.

12) . Pigmentasi Kulit

Terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas

13) . Epulis

Apulis adalah suatu hipertrofi ginggivea, sering terjadi pada

triwulan pertama.

14) . Varises

Sering terjadi atau dijumpai padatriwulan terakhir.

e. Fisiologi Kehamilan

1) Tanda-tanda kehamilan

Terlambat menstruasi, mual-mual, perubahan selera makan dan

lebih menyukai makanan-makanan tertentu, perubahan-perubahan

pada payudara, bertambah lendir di vagina, sering kencing dan

kelelahan.
15

2) Lama kehamilan

Jika siklus menstruasi anda rata-rata 28 hari, maka masa

pembuahan terjadi sekitar hari ke-14 dan bukan merupakan hari

pertama kehamilan anda. Skala waktu ini menunjukkan bahwa

kehamilan yang sebenarnya berlangsung sekitar 266 hari sejak

pembuahan, terjadi selama 40 minggu atau 280 hari .Berikut ini

adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh ibu dan janin di

dalam kandungan mulai dari Trimester III (TM-III) (Stoppart,

2011):

a) Minggu ke-28

Kulit pada perut anda menjadi sangat tegang dan tipis, serta

terlihat amat kencang. Kepala janin anda kini menjadi lebih

kecil dibandingkan dengan tubuhnya. Lemak mulai menumpuk

dan sebuah zat lemak, yakni vernix, menutupi kulit janin anda,

sehingga ia tidak lembab di dalam cairan amnionnya. Panjang

janin 37 cm (14 in) dan beratnya 900 gram.

b) Minggu ke-32

Anda akan merasa sangat lelah dan sulit bernafas. Gerakan-

gerakan janin dapat dirasakan dan dilihat jelas dengan USG.

Ketika rahim naik, anda mungkin akan merasakan sakit di

tulang rusuk bagian bawah karena janin dan rahim menekan ke

atas di bawah diafragma. Pusar anda akan terlihat rata dengan

permukaan perut dan linea nigra akan tampak jelas menggurat


16

ke bawah pada perut anda. Janin telah terbentuk sempurna dan

dalam kebanyakan kasus, posisi kepala berada di bawah.

Plasenta mencapai kematanganya. Panjang janin 40,5 cm (16

in), dan beratnya 1,6 kg.

c) Minggu ke-36

Kepala janin akan menekan-nekan. Tekanan-tekanan ini

akan meredakan masalah pernafasan, tetapi mungkin anda akan

merasakan sakit di sekitar panggul. Urin kembali bertambah

banyak. Naluri keibuan menjadi sangat kuat. kontraksi braxton

hicks (gerakan-gerakan lemah yang tidak menyakitkan selama

kehamilan). Payudara anda tidak akan membesar sampai ASI

keluar setelah anda melahirkan. Janin sudah turun ke bawah.

Selaput pelangi mata janin kini berwarna biru. Kuku-kuku jari

sudah tumbuh sampai ujung jari. Panjang janin 46 cm (18 in)

dan beratnya 2,6 kg.

d) Minggu ke-40

Kepala janin sudah di dalam posisi sangat ke bawah.

Gerakan-gerakan janin menurun karena ruangan rahim menjadi

sempit, tetapi pukulan tangan dan tendangan kaki yang kuat

masih dapat dirasakan. Panjang janin sekitar 51 cm (20 in) dan

beratnya rata-rata 3,4 kg. Pada janin laki-laki, nuah pelir sudah

turun
17

f. Kebutuhan ibu hamil

Berikut adalah kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan ibu semasa

hamil TM-III :

1) Oksigen

Seorang ibu hamil sering mengeluh tentang rasa sesak dan

pendek nafas. Hal ini disebabkan karena diafragma tertekan akibat

membesarnya rahim. Kebutuhan oksigen meningkat 20%. Ibu

hamil sebaiknya tidak berada ditempat-tempat yang terlalu ramai

dan penuh sesak, karena akan mengurangi masukan oksigen.

2) Nutrisi

Kebutuhan energi pada kehamilan trimester 1 memerlukan

tambahan 100 kkal/hari (menjadi 1900-2000 kkal/hari).

Selanjutnya pada trimester II dan III, tambahan energi yang

dibutuhkan meningkat menjadi 300 kkal/hari, atau sama dengan

mengkonsumsi tambahan 100gr daging ayam atau minum 2 gelas

susu sapi cair. Idealnya kenaikan berat badan sekitar

500gr/minggu. Kebutuhan makan ibu hamil dengan berat badan

normal per hari.

3) Personal Hygiene

Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi dan ganti pakaian

minimal 2 x sehari, menjaga kebersihan alat genetalia dan pakaian

dalam, serta menjaga kebersihan payudara.

4) Pakaian
18

Longgar, nyaman, dan mudah di pergunakan, menggunakan

kutang / BH dengan ukuran sesuai ukuran payudara dan mampu

menyangga seluruh payudara, tidak memakai sepatu tumit tinggi,

sepatu berhak rendah, baik untuk punggung dan postur tubuh dan

dapat mengurangi tekanan pada kaki.

5) Eliminasi

Ibu hamil akan sering ke kamar mandi terutama saat malam

hingga menganggu tidur, sebaiknya intake cairan sebelum tidur di

kurangi, gunakan pembalut untuk mencegah pakaian dalam yang

basah dan lembab sehingga memudahkan masuk kuman, setiap

habis BAB dan BAK bersihkan dengan baik.

6) Seksual

Pilih posisi yang nyaman dan tidak menyebabkan nyeri bagi

wanita hamil, sebaiknya menggunakan kondom karena

prostatglandin yang terdapat dalam semen bisa menyebabkan

kontraksi, lakukanlah dalam frekuensi yang wajar 2 sampai 3 kali

seminggu.

7) Mobilisasi dan Body Mekanik

Melakukan latihan atau senam hamil agar otot-otot tidak

kaku, jangan melakukan gerakan tiba-tiba atau spontan, jangan

mengangkat secara langsung benda-benda yang cukup berat,

jongkok terlebih dahulu lalu kemudian mengangkat benda,


19

apabila bangun tidur miring dulu baru kemudian bangkit dari

tempat tidur.

8) Istirahat atau Tidur

Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat/ tidur yang cukup.

Kurang istirahat / tidur ibu hamil akan terlihat pucat, lesu dan

kurang gairah. Usahakan tidur malam lebih kurang 8 jam dan

tidur siang lebih kurang 1 jam. Umumnya ibu mengeluh susah

tidur karena rongga dadanya terdesak perut yang membesar atau

posisi tidurnya jadi tidak nyaman. Tidur yang cukup dapat

membuat ibu menjadi rileks, bugar dan sehat. Solusinya saat

hamil tua, tidurlah dengan menganjal kaki ( dari tumit hingga

betis) menggunakan bantal. Kemudian lutut hingga pangkal paha

diganjal dengan satu bantal. Bagian punggung hingga pinggang

juga perlu diganjal bantal. Letak bantal bisa di sesuaikan, jika

ingin tidur miring ke kiri, bantal diletakkan demikian rupa

sehingga ibu nyaman tidur dengan posisi miring ke kiri. Begitu

juga bila ibu ingin tidur posisi ke kanan (Hani,2011) .

2. Persalinan

a. Pengertian

Persalinan merupakan proses pergerakan janin, plasenta, dan membran

dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan

dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan

kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus
20

meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap

untuk pengeluaran janin dari rahim ibu. Persalinan adalah saat yang

menegangkan, menggugah emosi, menyakitkan, dan menakutkan bagi ibu

maupun keluarga (Rohani, 2014).

Pada kehamilan akhir, perubahan produksi hormon menyebabkan

relaksasi ligamen dan tulang rawan pada sendi panggul, memungkinkan mobilitas

yang lebih tinggi pada sendi sakro ilika dan simfisis pubis. Mobilitas panggul

memungkinkan perubahan bentuk dan ukuran panggul yang tidak ketara, sehingga

dapat memfasilitasi posisi optimal kepala janin pada kala I, yaitu gerakan-gerakan

utama fleksi, rotasi interna dan penurunan janin pada kala II (Simkin, 2005).

b. Fisiologi Persalinan

Perubahan-perubahan fisiologi yang dialami ibu selama persalian

dibagi dalan 4 kala, adalah (Rohani, 2014) :

1) Kala I

a) Sistem reproduksi

Kala I dimulai dari munculnya kontraksi persalinan yang

ditantai dengan perubahan serviks secara progressif dan

diakhiri dengan pembukaan serviks lengkap. Pada kala I terjadi

berbagai perubahan pada sistem reproduksi wanita, diantaranya

adalah sebagai berikut :

1)) Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahim

(SBR)
21

Saat SAR berkontraksi, ia akan menjadi tebal dan

mendorong janin keluar, sedangkan SBR serviks

mengadakan relaksasi dan dilatasi menjadi saluran yang

tipis dan teregang yang akan dilalui oleh bayi.

2)) Uterus

Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap penipisan

dan pembukaan serviks, serta pengeluaran bayi dalam

persalinan. Kontraksi uterus saat persalinan sangat unik

karena kontraksi ini merupakam kontraksi otot yang

menimbulkan rasa yang sangat sakit.

3)) Perubahan pada serviks .

a)) Pendataran

Pendataran adalah pemendekan dari kanalis servikalis,

yang semula berupa saluran yang panjangnya beberapa

milimeter sampai 3 cm, menjadi satu lubang dengan

pinggir yang tipis.

b)) Pembukaan

Pembukaan dibagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan

fase aktif. Fase laten yang dimulai pada pembukaan

serviks 0 dan berakhir sampai pembukaan serviks

mencapai 3 cm. Pada fase ini kontraksi uterus

meningkat. Frekuensi, durasi, dan intensitasnya setiap

10-20 menit, lama 15-20 detik dengan intensitas cukup


22

menjadi 5-7 menit, lama 30-40 detik dan dengan

intensitas yang kuat. Fase aktif fase yang dimulai pada

pembukaan serviks 4 cm dan berakhir sampai

pembukaan serviks mencapai 10 cm. Pada fase ini

kontraksi uterus menjadi efektif ditandai dengan

meningkatnya frekuensi, durasi, dan kekuatan

kontraksi. Tekanan puncak kontraksi yang dihasilkan

mencapai 40-50 mmHg. Di akhir fase aktif, kontraksi

berlangsung antara 2-3 menit sekali selama 60 detik,

dengan kekuatan lebih dari 40 mmHg. Dibagi menjadi

3 fase:Fase akselerasi: dari pembukaan 3 menjadi 4

cm. Fase dilatasi maksimal: dari pembukaan 4 cm

menjadi 9 cm selama 2 jam. Fase deselerasi: dilatasi

serviks dari 9 cm menuju pembukaan lengkap (10 cm).

c)) Perubahan pada vagina dan dasar panggul.Setelah

ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar

panggul ditimbulkan oleh bagian depan janin. Oleh

bagian depan yang maju itu, dasar panggul tiregang

menjadi saluran dengan dinding-dinding yang tipis.

b) Sistem kardiovaskuler

1)) Tekanan darah (TD)

Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus,

sistol meningkat 10-20 mmHg dan diastol meningkat 5-10


23

mmHg. Antara kontraksi, tekanan darah kembali normal

seperti sebelum persalinan.

2)) Detak jantung

Detak Jantung berhubungan dengan peningkatan

metabolisme, detak jantung secara dramatis naik selama

kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung meningkat

dibandingkan sebelum persalinan.

3)) Jantung

Jantung pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan

dari uterus dan masuk ke dalam sistem vaskular ibu. Hal ini

menyebabkan peningkatan curah jantung sebesar 10-15 %.

4)) Hematologi

Hemoglobin akan meningkat 1,2 mg/100 ml selama

persalinan dan kembali seperti sebelum persalinan pada

hari pertama postpartum, asalkan tidak ada kehilangan

darah yang abnormal; waktu koagulasi darah akan

berkurang dan terjadi peningkatan plasma; gula darah akan

berkurang.

c) Sistem pencernaaan

Metabolisme karbohidrat aerob maupun anaerob akan

meningkat secara terus-menerus, motilitas lambung dan

penyerapan makanan padat secara substansi berkurang sangat

banyak selama persalinan, rasa mual dan muntah biasa terjadi


24

sampai berakhirnya kala I persalinan, persalinan memengaruhi

sistem saluran cerna wanita, bibir dan mulut menjadi kering

akibat wanita bernafas melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai

respon emosi terhadap persalinan.

d) Suhu tubuh

Suhu tubuh selama persalinan akan meningkat, hal ini terjadi

karena terjadinya peningkatan metabolisme. Peningkatan suhu

tubuh tidak boleh melebihi 1-2 oF (0,5-1 oC).

e) Sistem pernapasan

Peningkatan laju pernapasan selama persalinan adalah

normal, hal ini mencerminkan adanya kenaikan metabolisme.

f) Sistem perkemihan

Proteinuria yang sedikit (+1) dianggap normal dalam

persalinan. Pada trimester kedua, kandung kemih menjadi

organ abdomen. Selama persalinan, wanita dapat mengalami

kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai

alasan: edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa

tidak nyaman, sedasi, dan rasa malu. Poliuria sering terjadi

selama persalinan, mungkin disebabkan oleh peningkatan curah

jantung, peningkatan filtrasi dalam gromelurus, dan

peningkatan aliran plasma darah.

g) Perubahan endokrin
25

Sistem endokrin akan diaktifkan selama persalinan di mana

terjadi penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar

estrogen, prostaglandin, dan oksitosin.

h) Perubahan integumen

Adaptasi integuman khususnya distensibilitas yang besar

pada introitus vagina yang terbuka.

i) Perubahan muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal mengalami stres selama persalinan.

Diaforesis, keletihan, proteiuria (+1), dan kemungkinan

peningkatan suhu menyertai peningkatan aktivitas otot yang

menyolok.

j) Perubahan Psikologi pada Ibu Bersalin Kala I

Oleh karena rasa nyeri dalam persalinan sudah menjadi

pokok pembicaraan di antara wanita sejak zaman dahulu,

banyak calon ibu menghadapi kehamilan dan kelahiran

anaknya dengan perasaan takut dan cemas. Ketakutan dapat

berpengaruh pada his dan lancarnya pembukaan (Rohani,

2014).

2) Kala II

a) Kontraksi dorongan otot-otot persalinan

Pada waktu kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga

menjadi tebal dan menjadi lebih pendek. Kavum uteri menjadi

lebih kecil serta mendorong janin dan kantong ke arah segmen


26

bawah rahim dan serviks. Sifat-sifat lain dari his adalah

involunter, intermiten, terasa sakit, terkoordinasi dan simetris,

terkadang dapat dipengaruhih dari luar secara fisik, kimia, dan

psikis.

b) Pergeseran organ dasar panggul

Saat persalinan segmen atas berkontraksi, menjadi tebal, dan

mendorong anak keluar. Sementara itu, segmen bawah dan

serviks mengadakan relaksasi, dilatasi, serta menjadi yang tipis

dan teregang yang nantinya akan dilalui bayi. Tanda fisik dini

pada persalinan kala II adalah ketuban pecah spontan, tekanan

rektum, sensasi ingin defekasi, muntah, bercak atau keluar

cairan merah terang dari vagina. Tanda lanjut kala II adalah

perineum mengembung, vagina melebar, dan anus mendatar,

bagian presentasi tampak dan uterus berlanjut selama kontraksi.

3) Kala III

a) Fisiologi kala III

Kala III merupakan periode di mana penyusutan volume

rongga uterus setelah kelahiran bayi. Penyusutan ukuran ini

menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengketan

plasenta. Oleh karena tempat perlengketan menajadi kecil,

sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta

menjadi berlipat, menebal, dan kemuadian lepas dari dinding


27

uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah

uterus atau ke dalam vagina.

Fase pengeluaran plasenta terbagi tiga fase, Kustner: degan

meletakkan tangan disertai tekanan pada /di atas simfisis, tapi

pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti plasenta

belum lepas, tetapi bila diam atau maju berarti plasenta sudah

lepas. Klein: sewaktu his, rahim didorong sedikit, bila tali pusat

kembali berarti plasenta belum lepas, tetapi bila diam atau

turun berarti plasenta sudah lepas. Strassman: tegangkan tali

pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti

plasenta belum lepas, tetapi bila tidak bergetar plasenta sudah

lepas.

b) Manajemen aktif kala III

Memberikan suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama

setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali,

masase fundus uteri.

4) Kala IV

Selama 10-45 menit berikutnya setelah kelahiran bayi, uterus

berkontraksi menjadi ukuran sangat kecil yang mengakibatkan

pemisahan antara dinding uterus dan plasenta, dimana nantinya

akan memisahkan plasenta dari tempat lekatnya. Pelepasan

plasenta membuka sinus-sinus plasenta dan menyebabkan

perdarahan. Akan tetapi, dibatasi sampai rata-rata 350 ml oleh


28

mekanisme sebagai berikut: serabut otot polos uterus tersusun

terbentuk angka delapan mengelilingi pembuluh-pembuluh darah

ketika pembuluh darah tersebut melalui dinding uterus. Oleh

karena itu, kontraksi uterus setelah persalinan bayi menyempitkan

pembuluh darah yang sebelumnya menyuplai darah ke plasenta.

a) Evaluasi uterus, konsistensi, dan atonia

Setelah kelahiran plasenta, uterus dapat ditemukan di

tengah-tengah abdomen kurang lebih dua per tiga sampai tuga

per empat antara simfisis pubis dan umbilikal. Uterus yang

berkontraksi normal harus keras ketika disentuh. Jiga segmen

atas uterus keras, tetapi perdarahan uterus tetap, pengkajian

segmen bawah perlu dilakukan. Uterus yang lunak, hipotonik,

longgar, tiak berkontraksi dengan baik disebut sebagai keadaan

atonia uterus.

b) Pemeriksaan serviks, vagina, dan perineum

Setelah memastikan uterus berkontraksi secara efektif dan

perdarahan berasal dari sumber lain, bidan hendaknya

menginspeksi perineum, vagina bawah, dan area periuretra

untuk mengetahui adanya memar, pembentukan hematom,

laserasi pada pembuluh darah, atau mengalami perdarahan.

c. Kebutuhan ibu masa persalinan

Asuhan sayang ibu adalah pendamping persalinan, KIE, membantu

ibu memilih posisi, mengajari cara meneran, dukungan psikologi dan


29

pemberian nutrisi. Kebutuhan fisiologis adalah makan dan minum,

oksigen, istirahat selama tidak ada his, BAB dan BAK, pertolongan

persalinan yang berstandar. Kebutuhan rasa aman adalah memilih

tempat dan penolong persalinan, informasi tentang proses persalinan,

posisi yang dikehendaki ibu, pemamntauan selama persalinan,

intervensi yang diperlukan. Kebutuhan harga diri adalah merawat bayi

sendiri dan menetekkan, asuhan kebidanan dengan memperhatikan

privasi ibu, pelayanan yang bersifat simpati dan empati, informasi bila

akan melakukan tindakan, memberikan pujian pada ibu terhadap

tindakan positif yang ibu lakukan. Kebutuhan aktualisasi diri adalah

Memilih tempat dan penolong persalinan yang diinginkan, memilih

pendamping selama perslinan, bounding attachment, ucapan selamat

atas kelahiran bayinya (Sumarah, dkk, 2009).

d. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

1) Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua

2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin dan memasukkan 1 buah alat suntik

sekali pakai 3 cc ke dalam wadah partus set.

3) Memakai celemek plastic

4) Memastikan lengan / tangan tidak memakai perhiasan, mencuci

tangan dengan sabun di air mengalir

5) Memakai sarung tangan DTT pada tangan kanan yang di gunakan

untuk periksa dalam


30

6) Mengambil alat suntik sekali dengan tangan kanan, isi dengan

oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set.Bila

ketuban belum pecah, pinggirkan ½ kocher pada partus set

7) Membersihkan vulva dan perineum menggunakan kapas DTT

(basah) dengan gerakan dari vulva ke perineum (bila daerah

perineum dan sekitarnya kotor karena kotoran ibu yang keluar,

bersihkan daerah tersebut dari kotoran),

8) Melakukan pemeriksaan dalam dan pastikan pembukaan sudah

lengkap dan selaput ketuban sudah pecah

9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan kedalam larutan

klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai

pastikan DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit)

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his, bila ia sudah merasa

ingin meneran

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran, (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setelah duduk

dan pastikan ia merasa nyaman)

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran


31

14) Saat kepala janin terlihat di vulva dengan diameter 5-6 cm,

memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu

15) Mengambil kain bersih, melipat 1/3 bagian dan meletakkannya

dibawah bokong ibu

16) Membuka tutup partus set

17) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

18) Saat sub-occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan

melindungi perineum dengan dialas lipatan kain di bawah bokong,

sementara tangan kiri menahan puncak kepala agar tidak terjadi

defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir. (minta ibu untuk tidak

meneran dengan nafas pendek-pendek) Bila didapatkan mekonium

pada air ketuban, segera setelah kepala lahir lakukan penghisapan

pada mulut dan hidung janin menggunakan penghisap lendir De

Lee

19) Menggunakan kasa/kain bersih untuk membersihkan muka janin

dari lendir dan darah

20) Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi

luar secara spontan

22) Setelah janin menghadap paha ibu, tempatkan kedua telapak tangan

biparietal kepala janin, tarik secara hati-hati ke arah bawah sampai

bahu anterior / depan lahir, kemudian tarik secara hati-hati ke atas

sampai bahu posterior/belakang lahir. Bila terdapat lipatan tali


32

pusat yang terlalu erat hingga menghambat putaran paksi luar atau

lahirnya bahu, minta ibu berhenti meneran, dengan perlindungan

tangan kiri, pasang klem di dua tempat pada tali pusat dan potong

tali pusat di antara dua klem tersebut.

23) Setelah bahu lahir, tangan kanan menyangga kepala, leher dan bahu

janin bagian posterior dengan posisi ibu jari pada leher (bagian

bawah kepala) dan ke empat jari pada bahu dan dada / punggung

janin, sementara tangan kiri memegang lengan dan bahu janin

bagian anterior saat badan dan lengan lahir

24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri pinggang ke

arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai

bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut

janin)

25) Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan

kanan sedemikian rupa sehingga bayi menghadap ke arah

penolong.nilai bayi, kemudian letakkan bayi di atas perut ibu

dengan posisi kepala lebih rendah dari badan (bila tali pusat terlalu

pendek, letakkan bayi di tempat yang memungkinkan)

26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi

kecuali bagian tali pusat

27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari

umbilicus bayi.Melakukan urutan tali pusat ke arah ibu dan

memasang klem diantara kedua 2 cm dari klem pertama.


33

28) Memegang tali pusat diantara 2 klem menggunakan tangan kiri,

dengan perlindungan jari-jari tangan kiri, memotong tali pusat di

antara kedua klem.Bila bayi tidak bernafas spontan lihat

penanganan khusus bayi baru lahir

29) Mengganti pembungkus bayi dengan kain kering dan bersih,

membungkus bayi hingga kepala

30) Memberikan bayi pada ibu untuk disusui bila ibu menghendaki.

31) Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal

32) Memberi tahu ibu akan disuntik

33) Menyutikan Oksitosin 10 unit secara intra muskuler pada bagian

luar paha kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu

untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh

darah

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari

vulva

35) Meletakkan tangan kiri di atas simpisis menahan bagian bawah

uterus, sementara tangan kanan memegang tali pusat menggunakan

klem atau kain kasa dengan jarak antara 5-10 cm dari vulva

36) Saat kontraksi, memegang tali pusat dengan tangan kanan

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah

dorso kranial.Bila uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu atau

keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu


34

37) Jika dengan peregangan tali pusat terkendali tali pusat terlihat

bertambah panjang dan terasa adanya pelepasan plasenta , minta

ibu untuk meneran sedikit sementara tangan kanan menarik tali

pusat ke arah bawah kemudian ke atas sesuai dengan kurva jalan

lahir hingga plasenta tampak pada vulva.

38) Setelah plasenta tampak di vulva, teruskan melahirkan plasenta

dengan hati-hati.Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta

dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu

pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.

39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri

dengan menggosok fundus secara sirkuler menggunakan bagian

palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus

teraba keras)

40) Sambil tangan kiri melakukan masase pada fundus uteri, periksa

bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan

untuk memastikan bahwa seluruh kotelidon dan selaput ketuban

sudah lahir lengkap, dan memasukkan ke dalam kantong plastik

yang tersedia

41) Memeriksa apakah ada robekan pada introitus vagina dan perenium

yang menimbulkan perdarahan aktif.Bila ada robekan yang

menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan

42) Periksa kembali kontraksi uterus dan tanda adanya perdarahan

pervaginam, pastikan kontraksi uterus baik


35

43) Membersihkan sarung tangan dari lendir dan darah di dalam larutan

klorin 0,5 %, kemudian bilas tangan yang masih mengenakan

sarung tangan dengan air yang sudah di desinfeksi tingkat tinggi

dan mengeringkannya

44) Mengikat tali pusat kurang lebih 1 cm dari umbilicus dengan

sampul mati

45) Mengikat balik tali pusat dengan simpul mati untuk kedua kalinya

46) Melepaskan klem pada tali pusat dan memasukkannya dalam wadah

berisi larutan klorin 0, 5%

47) Membungkus kembali bayi

48) Berikan bayi pada ibu untuk disusui

49) Lanjutkan pemantauan terhadap kontraksi uterus, tanda perdarahan

pervaginam dan tanda vital ibu.

50) Mengajarkan ibu/keluarga untuk memeriksa uterus yang memiliki

kontraksi baik dan mengajarkan masase uterus apabila kontraksi

uterus tidak baik.

51) Mengevaluasi jumlah perdarahan yang terjadi

52) Memeriksa nadi ibu

53) Merendam semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5 %

54) Membuang barang-barang yang terkontaminasi ke tempat sampah

yang di sediakan

55) Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir dan darah dan

menggantikan pakaiannya dengan pakaian bersih/kering


36

56) Memastikan ibu merasa nyaman dan memberitahu keluarga untuk

membantu apabila ibu ingin minum

57) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%

58) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%

melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

59) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

60) Melengkapi partograf dan memeriksa tekanan darah.

3. Nifas

a. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya

placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan

secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari

(Setyo, 2011).

b. Fisiologi Nifas

Peristiwa yang terpenting pada periode kala nifas (masa

setelah melahirkan) adalah terjadinya perubahan fisik dan laktasi

(manyusui). Berikut ini adalah perubahan-perubahan fisiologis yang

dialami ibu pada masa nifas (Manuaba, 2009) :

1) Pengembalian bentuk rahim

Sebelum hamil berat 30 gram dan setelah hamil menjadi 2500

gram. Setelah persalinan, terjadi proses sebaliknya yang

disebut involusi yang secara berangsur otot rahim mengecil


37

kembali, sampai seberat semula pada minggu ke-7 (42 hari). Proses

ini berlangsung cepat dengan perkiraan urutan perubahan TFU

akan berada setinggi pusat segera setelah janin lahir, sekitar 2 jari

di bawah pusat setelah plasenta lahir, pertengahan pusat dan

simfisis pada hari ke lima postpartum, dan setelah 12 hari

postpartum tidak dapat diraba lagi (Maritalia, 2012). Berikut

adalah tabel perubahan berat badan uterus pada masa nifas:

2) Pola pengeluaran lokia

Urutan pengeluaran lokia terjadi dimulai oleh keluarnya lokia

rubra, berupa darah, agak gelap, mungkin ada gumpalan dan

terjadi antara 2-5 hari; lokia sanguinolenta, cairan berupa lendir

bercampur darah, warna merah muda terjadi antara 6-14 hari; dan

lokia alba, cairan yang keluar berupa lendir putih yang terjadi

sampai kala nifas berakhir.

3) Perubahan Kulit

Setelah persalinan, hormonal berkurang dan hiperpigmentasi

pun berkurang. Pada dinding perut akan menjadi putih mengkilap

yaitu striae albikan.

4) Dinding Perut

Dinding perut kendur dan lebih kendur sesuai dengan jumlah

kehamilan. Tetapi dindingnya dinding perut dapat dikurangi

dengan melakukan latihan dinding perut melalui senam kesegaran

jasmani.
38

5) Defekasi dan berkemih

Defekasi, akan menjadi biasa setelah sehari, kecuali ibu tajut

pada luka episiotomi. Bila sampai tiga hari belum defekasi,

sebaiknya dilakukan klisma untuk merangsang defekasi sehingga

tidak mengalami sembelit yang menyebabkan jahitan terbuka.

Berkemih, sebagian besar mengalami pertambahan urine, karena

terjadi pengeluaran air tubuh yang berlebih, yang disebabkan oleh

pengenceran (hemodilusi) darah pada waktu hamil.

6) Pemberian ASI

Memberi ASI sampai tetes terakhir, kanan dan kiri bergantian,

sehingga kedua payudara tidak terdapat bendungan. Masukkan

puting susu sedemikuan rupa sehingga puting susu seolah-olah

melayang di mulut bayi, dengan demikian semburan ASI sempurna

dan sekaligus mengurangi kemungkinan luka puting. Perlukaan

puting susu harus diobati, sehingga memperkecil kemungkinan

abses payudara. ASI sebaiknya jangan dibuang tetapi disimpan

dalam botol untuk dapat diberikan bila ibu keluar rumah. ASI

pertama (colostrum) harus diberikan karena mengandung kasein

dan antibodi (kekebalan tubuh) untuk mengurangi kemungkinan

diare.

a. Kebutuhan ibu masa Nifas

Kebutuhan yang diperlukan oleh ibu pada masa nifas adalah sebagai

berikut (Wilandari, 2011):


39

1) Kebutuhan Gizi Ibu Menyusui

Selama menyusui, ibu dengan status gizi baik rata-rata

memproduksi ASI sekitar 800 cc yang mengandung sekitar 600

kkal. Energi, penambahan kalori sepanjang 3 bulan pertama

pasca partum mencapai 500 kkal. Rekondasi ini berdasarkan pada

asumsi bahwa tiap 100 cc ASI berkemampuan memasok 67-77

kkal. Rata-rata produksi ASI sehari 800 cc yang berarti

mengandung 600 kkal. Sesungguhnya, tambahan kalori tersebut

hanya sebesar 700 kkal, sementara sisanya (sekitar 200 kkal)

diambil dari cadangan indogen, yaitu timbunan lemak selama

hamil. Protein, selama menyusui, ibu membutuhkan tambahan

protein diatas normal sebesar 20 gram/hari. Dasar ketentuan ini

adalah tiap 100 cc ASI mengandung 1,2 gram protein. Dengan

demikian , 830 cc ASI mengandung 10 gram protein.

2) Eliminasi

BAB dan BAK, dalam 6 jam pertama post partum, pasien

sudah harus dapat buang air kecil. Dalam 24 jam pertama, pasien

juga sudah juga sudah harus dapat buang air besar karena smakin

lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit baginya

untuk buang air besar secara lancar.

b. Asuhan masa nifas

Menurut Kemenkes RI (2016) ada beberapa pelayanan

kesehatan ibu nifas diantaranya adalah sebagai berikut:


40

1) Menanyakan kondisi ibu nifas secara umum.

2) Pengukuran tekanan darah, suhu tubuh, pernapasan, dan nadi.

3) Pemeriksaan lokhia dan perdarahan.

4) Pemeriksaan kondisi jalan lahir dan tanda infeksi.

5) Pemeriksaan kontraksi rahim dan tinggi fundus uteri.

6) Pemeriksaan payudara dan anjuran pemberian Air Susu Ibu (ASI)

Eksklusif.

7) Pemberian Kapsul Vitamin. A.

8) Pelayanan kontrasepsi Pasca Persalinan.

9) Konseling.

10) Tatalaksana pada ibu nifas sakit atau ibu nifas dengan komplikasi.

11) Memberikan nasihat yaitu:

a) Makan makanan yang beraneka ragam yang mengandung

karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur, dan buah-

buahan.

b) Kebutuhan air minum pada ibu menyusui pada 6 bulan

pertama adalah 14 gelas sehari dan pada 6 bulan kedua

adalah 12 gelas sehari.

c) Menjaga kebersihan diri, termasuk kebersihan daerah

kemaluan, ganti pembalut sesering mungkin.

d) Istirahat cukup, saat bayi tidur ibu istirahat.

e) Bagi ibu yang melahirkan dengan cara operasi caesar maka

harus menjaga kebersihan luka bekas operasi.


41

f) Cara menyusui yang benar dan hanya memberi Air Susu Ibu

(ASI) saja selama 6 bulan.

g) Perawatan bayi yang benar.

h) Jangan membiarkan bayi menangis terlalu lama, karena akan

membuat bayi stress.

i) Lakukan stimulasi komunikasi dengan bayi sedini mungkin

bersama suami dan keluarga.

j) Untuk berkonsultasi kepada tenaga kesehatan untuk

pelayanan Keluarga Berencana (KB) setelah persalinan.

4. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Neonatus normal adalah neonatus yang lahir dari kehamilan 37-40

minggu dan BB lahir 2500-4000 gram (Maryanti, 2011).

Bayi adalah hasil konsepsi yang telah berhasil melewati proses

persalinan baik normal atau buatan. Bayi lahir normal adalah bayi

yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa

memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42

minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai Apgar >7 dan

tanpa cacat bawaan (Jasiun, 2006).

b. Fisiologis Bayi Baru Lahir

Perubahan-perubahan fisiologi yang dialami oleh bayi baru lahir

adalah (Maryanti, 2011) :

1) Perubahan Sistem Respirasi


42

Awal adanya pernapasan disebabkan oleh empat faktor,

menurunya O2 sedangkan CO2 menaik, tekanan terhadap rongga

dada ketika melewati jalan lahir, rangsangan dingin di daerah

muka, dan refleks hering breur (refleks inflasi dan refleks

deflasi). Refleks inflasiuntuk menghambat overekspansi paru-paru

saat pernapasan kuat. refleks deflasi untuk menghambat pusat

ekspirasi dan menstimulasi pusat inspirasi saat paru-paru

mengalami deflasi.

Mekanisme terjadinya pernapasan untuk pertama kalinya terjadi

dalam 2 proses, yakni mekanisme rangsangan mekanis dan

mekanisme rangsangan kimiawi, termal, mekanikal, dan sensori.

Mekanisme rangsangan mekanis, terjadi saat bayi melewati vagina

yang menyebabkan terjadinya penekanan pada rongga thorak janin,

sehingga udara masuk ke dalam alveolus dan cairan amnion keluar.

Mekanisme rangsangan kimiawi, termal, mekanikal, dan sensori,

menimbulkan peningkatan O2 pada alveolus, maka terjadilah

pembukaan pembuluh darah paru. Dengan demikian terjadilah

peningkatan aliran darah paru. Sehingga paru berisi udara dan

cairan dari alveolus keluar.

2) Perubahan sistem kardiovaskuler

Perubahan sistem kardiovaskuler yang terjadi yaitu: penutupan

foramen ovale, penutupan duktus arteriosus botali, vena dan arteri

umbilikalis, perubahan sistem termogenik.


43

Foramen ovale menutup, karena adanya perubahan tekanan

pada atrium. Berawal ketika tali pusat di potong, merangsang

timbulnya pernapasan. Saat paru berkembanng terjadi penurunan

tekanan terhadap atrium kanan karena kurangnya aliran darah.

Sehingga kini atrium kiri mempunyai tekanan yang lebih besar dari

atrium kanan. Maka foramen ovale menutup akan menjadi fosa

ovalis.

Penutupan duktus arteriosus botali, setelah voramen ovale

menutup dimana darah yang berada pada atrium kanan akan

dialirkan melalui arteri pulmonalis menuju paru. Sehingga darah

yang menuju ke duktus arteriosus botali akan berkurang dan secara

fungsional terjadi penutupan duktus arteriosus botali, dalam 10-15

jam akan berubah menjadi ligamentum arteriosus dan menutup

permanen dalam 2-3 minggu.

Vena dan arteri umbilikalis, duktus venosus dan arteri

hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam

beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Setelah

duktus venosus menutup akan menjadi ligamentum venosum, vena

dan arteri umbilikalis akan menjadi ligamentum teres dan

ligamentum medial umbilikalis. Denyut jantung neonatus berkisar

140 x/i dan volume darah berkisar 80-110 ml/kg.

Perubahan sistem termogenik, setelah bayi keluar dari rahim,

kini bayi berada dalam lingkungan kamar bersalin, dan adanya


44

perubahan suhu. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban

menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Suhu

normal pada neonatus adalah 36,5-37,0 oC. Penggunaan lemak

coklat (yang diyakini banyak terdapat pada midskapula, leher

psterior, di bawah clavikula sampai aksila dan sekitar trakea,

esofagus, interskapula dan arteri mamaria, aorta abdominal, ginjal

dam kelenjar adrenal) sebagai usaha menghasilkan suhu

meningkatkan panas tubuh. Jaringan lemak coklat kaya

vaskularisasi yang bermanfaat membawa nutrient seluler dan

sampah metabolis pada tempatnya dan menyebarkan panas.

3) Perubahan sistem urinaris

Neonatus harus miksi dalam waktu 24 jam setelah lahir, urine

encer, warna kekuning-kuningan dan tidak berbau. Fungsi ginjal

belum sempurna karena jumlah nefron belum sebanyak orang

dewasa.

4) Perubahan sistem gastrointestinal

Kapasitas lambung neonatus berkisar 30-90 ml. Pengosongan

lambung terjadi 2-4 jam setelah makan. Neonatus memiliki enzim

lipase dan amilase dalam jumlah sedikit. Feses bayi keluar dalam

48-72 jam setelah lahir, berwarna hijau kehitam-hitaman, keras,

dan mengandung empedu, berubah warna menjadi kuning

kecoklatan setelah 3-5 hari. Bayi BAB 4-6 x sehari. Hubungan

antara esophagus bawah dan lambung belum sempurna sehingga


45

menyebabkan gumoh. Untuk memfungsikan otak memerlukan

glukosa dalam jumlah tertentu. Untuk mengoreksi penurunan kadar

glukosa dapat dilakukan dengan penggunaan ASI, menggunakan

cadangan glikogen, dan dari lemak.

5) Perubahan sistem hepar

Segera setelah lahir hati menunjukkan perubahan biokimia dan

morfologis berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar

lemak dan glikogen. Enzim hepar belum aktif benar, sehingga

neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis.

6) Perubahan sistem imunitas

Sistem imunitas neonatus belum matang, sehingga rentan

terhadap berbagai alergi dan infeksi. Kekebalam alami disediakan

pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL

membunuh mikroorganisme asing, tetapi pada neonatus sel-sel ini

belum matang. ASI memberikan kekebalan pasif pada bayi,

terutama kolostrum dalam bentuk latoferin, lisosom, faktor

antitripsin, faktor bifidus.

7) Perubahan-perubahan sistem reproduksi

Pada neonatus perempuan labia mayora dan labia minora

mengaburkan vestibulum dan manutupi klitoris. Pada laki-laki

testis sudah turun. Pada laki-laki dan perempuan penarikan

estrogen maternal menghasilkan kongesti di dada dan kadang


46

mensekresi susu pada hari ke 4/5. Untuk alasan yang sama gejala

haid dapat berkembang pada bayi perempuan.

8) Perubahan sistem skletal

Tubuh neonatus kelihatan sedikit tidak proporsional, tangan

sedikit lebih panjang dari kaki, punggung kelihatan lurus dan dapat

ditekuk dengan mudah, neonatus dapat mengangkat dan memutar

kepala ketika menelungkup.

9) Perubahan sistem neuromuskular

Sistem saraf neonatus baik secara anatomi dan fisiologi. Ini

menyebabkan kegiatan refleks spina dan batang otak dengan

kontrol minimal oleh lapisan luar serebrum. Beberapa aktifitas

refleks yang terdapat pada neonatus antara lain: refleks

moro/peluk, refleks rooting, refleks mengisap dan menelan, refleks

batuk dan bersin, refleks genggam, refleks melangkah dan berjalan,

refleks otot leher, refleks babinsky.

c. Kebutuhan Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pencegahan

infeksi saat melakukan penanganan sangat diperlukan. Bentuk

pencegahan infeksi pada masa janin dan neonatus antara lain:

imunisasi maternal (tetanus, rubella, varicela, hepatitis B), dan

penggunaan saleb mata untuk mencegah infeksi mata karena

klamidia, gonore dan jamur. Rawat gabung, bertujuan untuk


47

bantuan emosional, penggunaan ASI, pencegahan infeksi, dan

pendidikan kesehatan (Maryanti, 2011).

Bantuan emosional, hubungan ibu dan bayinya sangat penting

ditumbuhkan pada saat-saat awal dan bayi akan memperoleh

kehangatan, kelembutan dan kasih sayang ibu. Penggunaan ASI,

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, dan produksi ASI akan

lebih lancar jika bayi semakin sering menyusui. Pencegahan

infeksi, kolostrum yang mengandung antibodi dalam jumlah tinggi,

akan melapisi seluruh permukaan mukosa dari saluran cerna bayi

sehingga akan mempunyai kekebalan yang tinggi dan akan

mencegah infeksi terutama diare. Pendidikan kesehatan, dengan

rawat gabung petugas akan lebih mudah dalam memberikan

penkes, keinginan ibu untuk bangun, menggendong bayi, dan

merawat bayi akan mempercepat pemulihan ibu (Maryanti, 2011).

d. Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Penanganan Bayi Baru Lahir

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi

tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Aspek-aspek penting dari asuhan

segera bayi baru lahir :

1) Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat

2) Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dan kulit ibunya sesegera

mungkin.

3) Segera setelah melahirkan badan bayi lakukan penilaian sepintas :


48

4) Sambil secara cepat menilai pernapasannya (menangis kuat, bayi

bergerak aktif, warna kulit kemerahan) letakkan bayi dengan handuk

diatas perut ibu

5) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah/lendir dari wajah

bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang

pernapasan bayi (sebagian besar bayi akan menangis atau bernapas

spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir).

6) Dan nilai APGAR SKORnya, jika bayi bernafas megap-megap atau

lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

PENILAIAN APGAR SKOR (tabel 2.1)

Nilai
Tanda 0 1 2
Denyut
Tidak ada Lambat < 100 >100
jantung(pulse)
Usaha Lambat, tidak Menangis dengan
Tidak ada
nafas(respisration) teratur keras
Fleksi pada
Tonus otot(activity) Lemah Gerakan aktif
ekstremitas
Kepekaan
Tidak ada Merintih Menangis kuat
reflek(gremace)
Tubuh merah
Biru Seluruhnya merah
Warna(apperence) muda,
pucat muda
ekstremitas biru
Sumber : Saifuddin, 2002

2. Klem dan potong tali pusat

1) Klem tali pusat dengan 2 buah klem pada klem pertama kira-kira 2

dan 3 cm dari pangkal pusat bayi

2) Potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi

dari gunting dengan tangan kiri


49

3) Pertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat. Potong tali

pusat dengan gunting yang perawatan alat steril atau desinfeksi

tingkat tinggi

4) Periksa tali pusat setiap 15 menit, apabila masih terjadi perdarahan

pengikatan ulang yang lebih ketat.perawatan tali pusat , jangan

membungkus punting tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan

cairan atau bahan apapun ke punting tali pusat (JNPK-KR/

POGI,APN, 2007)

3. Jagalah kehangatan bayi

Pada waktu bayi baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu

badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membuatnya

tetap hangat. Dengan cara:

1) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit

bayi dengan kulit ibu

2) Ganti handuk atau kain yang basah dan bungkus bayi dengan selimut

dan memastikan bahwa kepala terlindungi dengan baik untuk

mencegah keluarnya panas tubuh

3) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15

menit yaitu:

a) Apabila telapak bayi terasa dingin, periksa suhu aksila bayi

b) Apabila suhu bayi kurang dari 36,5°C, segera hangatkan bayi

c) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya


50

d) Jangan segera menimbang bayi atau memandikan bayi baru lahir

(memandikan bayi setelah 6 jam)

4. Identifikasi bayi

Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin yang persalinannya yang

mungkin lebih dari satu persalinan maka alat pengenal harus diberikan

kepada setiap bayi baru lahir:

1) Alat yang digunakan hendaknya kebal air, tidak mudah melukai, tidak

mudah sobek, tidak mudah lepas (gelang bayi)

2) Pada alat identifikasi harus tercantum :

a) Nama bayi /Nama ibu

b) Tanggal lahir dan jam

c) Nomor bayi

d) Jenis kelamin

e) Nama ibu lengkap

5. Pemberian ASI dini

Memberikan ASI dini (dalam 1 jam pertama setelah bayi baru lahir) akan

memberikan keuntungan yaitu:

1) Merangsang produksi ASI

Rangsangan isapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh

serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon

prolaktin (hormon ini yang memacu payudara untuk menghasilkan

ASI.
51

2) Memperkuat reflek menghisap

a) Reflek rooting (reflek mencari putting susu)

b) Reflek suckling (reflek menghisap)

c) Reflek swallowing (reflek menelan)

3) Mempercepat hubungan batin ibu dan bayi (membina ikatan

emosional dan kehangatan ibu-bayi).

4) Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui

kolostrum.

5) Merangsang kontraksi uterus dan mencegah terjadi perdarahan pada

ibu.

6. Perawatan mata

Memberikan eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% untuk mencegah

penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). Obat mata

diberikan pada 1 jam pertama setelah persalinan.

7. Pemberian vitamin K

Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada

bayi baru lahir lakukan hal-hal berikut :

1) Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin

K peroral 1mg/hari.

2) Bayi resiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5-1 mg

IM dipaha kiri.
52

8. Pemberian Imunisasi Hepatitis B

Pemberian imunisasi Hepatitis B ini untuk mencegah infeksi Hepatitis B

di berikan pada usia 0 (segera setelah lahir menggunakan uniject) di

suntik, IM dipaha kanan dan selanjutnya di berikan ulangan sesuai

imunisasi dasar lengkap.

9. Pemantauan lanjutan

Tujuan pemantauan bayi baru lahir yaitu untuk mengetahui aktifitas bayi

normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang

memerlukan perhatian dan tindak lanjut dari petugas kesehatan. Dua jam

pertama sesudah lahir

Hal-hal yang di nilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah

kelahiran yaitu:

1) Kemampuan menghisap kuat atau lemah

2) Bayi tampak aktif atau lunglai

3) Bayi tampak kemerahan atau biru

Masa transisi adalah waktu ketika bayi melakukan stabilitasi dan

penyusaian terhadap kehidupan diluar uterus. Ada 3 priode transisi, yaitu:

1) Tahap pertama /periode reaktif adalah dimulai segera setelah lahir

dan berakhir setelah 30 menit.

2) Tahap kedua/ periode interval adalah berlangsung mulai menit 30

sampai 2 jam setelah lahir (biasanya pada priode ini banyak tidur).

3) Tahap ketiga /periode reaktif kedua adalah yang berlanjut dari dua

jam sampai enam jam.


53

5. Keluarga Berencana

a. Pengertian

Perencanaan keluarga, seorang perempuan telah dapat melahirkan,

segera setelah ia mendapat haid yang pertama. Kesuburan seorang

perempuan akan terus berlangsung sampai mati haid. Kehamilan dan

kelahiran terbaik, artinya risiko paling rendah untuk ibu dan anak,

adalah 20-35 tahun. Persalinan pertama dan kedua paling renah

risikonya. Jarak antara dua kelahiran sebaiknya 2-4 tahun (Abdul,

2010).

b. Fisiologis Keluarga Berencana

Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus. Tujuan umum yaitu pemberian dukungan dan

pemantapan penerimaan gagasan KB. Tujuan khusus yaitu penurunan

angka kelahiran yang bermakna. Untuk mencapai tujuan tersebut,

pelayanan KB digolongkan ke dalam 3 fase yaitu fase menunda

kehamilan, fase menjarangkan kehamilan, fase menghentikan

kehamilan (Pinem, 2009).

Fase menunda kehamilan ditujukan untuk Pasangan Usia Subur

(PUS) dengan usia kurang dari 20 tahun, dengan ciri kontrasepsi

reversibilitas tinggi dan efektifitas tinggi. Fase menjarangkan

kehamilan ditujuan pada perempuan usia 20-30/35 tahun dan jarak

antar kelahiran diharapkan 2-4 tahun, dengan ciri kontrasepsi

reversibilitas cukup tinggi, efektifitas cukup tinggi, tidak menghambat


54

ASI. Fase menghentikan kehamilan ditujukan kepada perempuan usia

di atas 30 tahun, dengan ciri kontrasepsi efektifitas sangat tinggi, dapat

dipakai untuk jangka panjang (Pinem, 2009).

Metode kontrasepsi terbagi atas 2 jenis menurut BKKBN (2011),

yaitu:

1) Non hormonal

a) Metode Amenore Laktasi (MAL)

kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu

(ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa

tambahan makanan atau minuman apa pun lainnya.

b) Metode keluarga berencana alamiah

c) Senggama terputus

Senggama terputus adalah metode keluarga berencana

tradisional, di mana pria mengluarkan alat kelaminnya (penis)

dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi.

d) Metode barier (kondom, diafragma, spermisida).

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat

terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik

(vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada

penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintetis

yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir

tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai

bentuk seperti puting susu. Berbagai bahan telah ditambahkan


55

pada kondom baik untuk meningkatkan efektivitasnya

(misalnya penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris

aktivitas seksual).

e) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

AKDR adalah alat kontrasepsi yag dipasang dalam rahim

dengan menjepit kedua saluran yang menghasilkan indung telur

sehingga tidak terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastic

polietilena, ada yang dililit oleh tembaga dan ada yang tidak.

f) Kontrasepsi mantap (tubektomi dan vasektomi)

Tubektomi (Metode Operasi Wanita/MOW) adalah metode

kontrasepsi untuk perempuan yang tidak ingin anak lagi. Perlu

prosedur bedah untuk melakukan tubektomi sehingga

diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan

lainnya untuk memastikan apakah seorang klien sesuai untuk

menggunakan metode ini, sedangkan vasektomi adalah metode

kontrasepsi laki laki yang tidak ingin anak lagi. Perlu prosedur

bedah untuk melakukan vasektomi sehingga diperlukan

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk

memastikan apakah seorang klien sesuai untuk menggunakan

metode ini.

2) Hormonal

a) Progestin menurut BKKBN (2011) terbagi atas injeksi, pil,

implant dan AKDR dengan progestin.


56

1)) Kontrasepsi suntikan progestin sangat efektif, aman, dapat

dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi,

kembalinya kesuburan lebih lambat rata-rata 4 bulan, dan

cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi

ASI.

2)) Kontrasepsi pil progestin (minipil) cocok untuk perempuan

menyusui yang ingin memakai pil KB, sangat efektif pada

masa laktasi, dosis rendah, tidak menurunkan produksi ASI,

tidak memberikan efek samping estrogen, efek samping

utama adalah gangguan pendarahan; perdarahan bercak,

atau perdarahan tidak teratur, dapat dipakai sebagai

kontrasepsi darurat.

3)) Kontrasepsi implan efektif 5 tahun untuk Norplant, 3 tahun

untuk Jadena, Inoplant, atau Implanon, nyaman, dapat

dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi, kesuburan

segera kembali setelah implant dicabut, efek samping

utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak

dan amenore, aman dipakai pada masa laktasi.

4)) AKDR dengan progestin efektif dengan proteksi jangka

panjang (satu tahun), tidak mengganggu hubungan suami

istri, tidak berpengaruh terhadap ASI, kesuburan segera

kembali sesudah AKDR diangkat, efek sampingnya sangat

kecil, memiliki efek sistemik yang sangat kecil.


57

b) Kombinasi: pil dan injeksi

1)) Pil kombinasi sangat efektif dan reversible, harus diminum

setiap hari, pada bulan-bulan pertama efek samping berupa

mual dan perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan

segera akan hilang, efek samping serius sangat jarang

terjadi, dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, baik

yang sudah mempunyai anak maupun belum, dapat mulai

diminum setiap saat bila yakin sedang tidak hamil, tidak

dianjurkan pada ibu yang menyusui, dapat dipakai sebagai

kontrasepsi darurat.

2)) Keuntungan kontrasepsi suntikan kombinasi risiko terhadap

kesehatan kecil, tidak berpengaruh pada hubungan suami

istri, tidak diperlukan pemeriksaan dalam, jangka panjang,

efek samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan

obat suntik.

c. Kebutuhan klien keluarga berencana

Klien berhak untuk memperoleh informasi dan mempunyai akses

terhadap berbagai metode KB yang mereka pilih, efektif, aman,

terjangkau dan juga metode-metode pengendalian kehamilan lainnya

yang tidak bertentangan dengan hukum dan perundang-undangan yang

berlaku. Sehingga klien KB membutuhkan KIE, konseling serta

pelayanan kontrasepsi.
58

B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

1. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan

Asuhan kehamilan yang dilakukan yakni melakukan dokumentasi asuhan

kebidanan kehamilan secara sistematis, yaitu melakukan anamnesis, melakukan

pemeriksaan fisik dengan prinsip head to toe, melakukan pemeriksaan vital signs,

pemeriksaan leopold, medengarkan denyut jantung janin (DJJ), pemeriksaan

laboratorium sebagai pemeriksaan penunjang, melakukan konseling, memberikan

pendidikan kesehatan tentang senam hamil, dan pemberian imunisasi tetanus

toxoid (TT) (Kusmiyati, 2010).

Asuhan ibu hamil berbeda setiap kali kunjungan. Pada trimester I asuhan

yang diberikan kepada ibu hamil adalah pemeriksaan kehamilan meliputi

pemberian TT, tablet tambah darah, vitamin dan mineral, serta pemberian nasehat

dan penyuluhan terarah seperti perawatan diri, gizi, perawatan payudara, pola

istirahat, senam hamil, tanda-tanda bahaya kehamilan, keluhan yang dirasakan.

Pada trimester II asuhan yang diberikan sama dengan asuhan yang diberikan pada

trimester I ditambah dengan penyuluhan tentang keuntungan pemberian ASI,

persiapan diri untuk memberikan ASI eksklusif, persiapan persalinan, dan KB.

Pada trimester III asuhan yang diberika sama dengan asuhan pada trimester II

ditambah dengan penyuluhan mengenai persiapan menghadapi persalinan,

perawatan bayi baru lahir (BBL), persiapan keluarga dalam menghadapi

persalinan (Pinem, 2009).

Masalah yang Lazim Timbul pada Trisemester III: Selama trimester

ketiga, rahim akan membesar sampai ketinggian tepat di bawah tulang payudara.
59

Kadar progesteron yang tinggi dan rahim yang naik membuat sesak dapat

menimbulkan gangguan pencernaan dan nyeri ulu hati. Sesak napas atau nyeri di

iga bagian bawah terjadi karena rahim menekan diafragma dan iga. Varises di

kaki, wasir, dan pergelangan kaki yang bengkak kadang-kadang terjadi karena

meningkatnya tekanan di dalam perut. Menurunnya aliran darah dari anggota

gerak bawah, dan efek progesteron yang membuat dinging-dinding pembuluh

darah menjadi relaks. Meningkatnya berat rahim serta berubahnya pusat gravitasi

yang disebabkan oleh janin, sakit punggung menjadi sesuatu yang sering terjadi.

Diakhir kehamilan sering kali timbul kecemasan, tidur yang tidak nyenyak,

kelelahan dan ketidaknyamanan biasa yang muncul karena harapan akan segera

menghadapi persalinan dan mengakhiri kehamilan.

2. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

Asuhan persalinan dibagi di dalam 4 kala, sebagai berikut (Rohani,

2014):

a. Kala I

Asuhan yang diberikan adalah memonitor kemajuan persalinan

dengan partograf, memonitor keadaan ibu dan bayi, menganjurkan

posisi dan tindakan yang menyenangkan ibu, menganjurkan keluarga

untuk mendampingi ibu, membuat rujukan jika terjadi keadaan yang

abnormal.

b. Kala II

Asuhan yang diberikan antara lain evaluasi kontinu kesejahteraan

terhadap ibu, terhadap janin, dan kemajuan persalinan, perawatan


60

tubuh wanita, pendamping persalinan, persiapan kelahiran,

penatalaksanaan kelahiran.

c. Kala III

Asuhan pada kala ini adalah melakukan pengeluaran plasenta

dengan 3 langkah, yaitu pemberian suntikan oksitosin, penegangan tali

pusat terkendali (PTT), dan masase fundus uteri, memeriksa plasenta,

pemantauan kontraksi, robekan jalan lahir dan perineum, higiene,

dan vital sign, memperhatikan nutrisi dan istirahat ibu.

d. Kala IV

Asuhan yang diberikan adalah evaluasi uterus, konsistensi, dan

atonia; pemeriksaan serviks, vagina, dan perineum; pemantauan dan

evaluasi lanjut. Pemantauan kala IV dilakukan 6 kali dalam 2 jam, 4

kali dilakukan setiap 15 menit pada jam pertama, dan 2 kali dilakukan

setiap 30 menit pada jam kedua.

3. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Tujuan asuhan nifas adalah melakukan pencegahan, diagnosa dini dan

pengobatan komplikasi pada ibu, merujuk ibu bila ada komplikasi, memberikan

dukungan emosional kepada ibu, mengajari ibu bagaimana perawatan bayi yang

benar, memonitor keadaan ibu baik psikologis maupun fisiologis, dan memberi

peluang kepada ibu untuk merawat bayinya untuk meningkatkan hubungan ibu

dan bayi (Maryunani, 2009).

Asuhan nifas dilakukan dalam 3 kali kunjungan (K3). Kunjungan pertama

(K1) dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan, bertujuan untuk mencegah
61

perdarahan, mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, mengajari dan

memberikan konseling kepada keluarga cara mencegah perdarahan, pemberian air

susu ibu (ASI) awal, bounding attchment, mencegah hipotermia pada bayi. K2

dilakukan pada 2-6 hari setelah persalinan, bertujuan untuk memeriksa involusio

uteri, pemberian ASI, pendidikan kesehatan tentang keluarga berencana (KB),

pengeluaran lokia, keluhan yang dirasakan ibu. K3 dilakukan pada 2-6 minggu

setelah persalinan, bertujuan untuk memeriksa involusio uteri, tanda bahaya masa

nifas (seperti demam, infeksi, perdarahan abnormal), nutrisi ibu, pemberian ASI,

nutrisi dan perawatan bayi, penyulit-penyulit yang dirasakan ibu, dan memberikan

konseling KB (Maryunani, 2009).

4. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Asuhan bayi baru lahir adalah melakukan pemeriksaan fisik pada bayi,

memandikan bayi, perawatan tali pusat, perawatan bayi dalam inkubator,

penanganan kegawatdaruratan pada bayi, kegawatdaruratan seperti resusitasi, dan

pemberian imunisasi dasar pada bayi (hepatitis B dan vit. K), mencegah infeksi

mata dengan pemberian saleb mata 1 jam setelah bayi lahir (Hidayat, 2009).

5. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana

Asuhan keluarga berencana (KB) yang dimaksud adalah

konseling, informed choice, persetujuan tindakan medis (informed consent), serta

pencegahan infeksi dalam pelaksanaan pelayanan KB baik pada klien dan petugas

pemberi layanan KB. Konseling harus dilakukan dengan baik dengan

memperhatikan beberapa aspek seperti memperlakukan klien dengan baik,

petugas menjadi pendengar yang baik, memberikan informasi yang baik dan benar
62

kepada klien, menghindari pemberian informasi yang berlebihan, membahas

metode yang diingini klien, membantu klien untuk mengerti dan

mengingat. Informed choice adalah suatu kondisi peserta/calon KB yang memilih

kontrasepsi didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat informasi

(Saifuddin, 2006).

C. Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian dan tinjauan teori yang telah dijelaskan maka asuhan

kebidanan pada ibu dan bayi mencakup asuhan kebidanan pada ibu hamil, asuhan

kebidanaan pada ibu bersalin, asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dan asuhan

keluarga berencana.

Adapun kerangka konsep asuhan kebidanan pada ibu dan bayi di BPS

Radhiah, Amd.keb Kecamatan Glumpang Baro Kabupaten Pidie adalah sebagai

berikut:

Anda mungkin juga menyukai