Anda di halaman 1dari 19

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)

DI TATANAN RUMAH TANGGA

DISUSUN OLEH :

Nama : Tian Aldias Falah

NIM : 1704085

PRODI D3 TEKNIK ELEKTROMEDIK

STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG

6 DESEMBER 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat,
hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas makalah
Ilmu Kesehatan Masyarakat(IKM) dengan pokok bahasan “Penerapan PHBS di Tatanan
Rumah Tangga” dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Seperti kata pepatah "tak ada gading yang tak retak", oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah
kami selanjutnya.
Ucapan terima kasih kami kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua kalangan.

PENYUSUN

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1
1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ................................................................................................................ 2
1.3 TUJUAN ......................................................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................................. 3
2.1 PROMOSI KESEHATAN ............................................................................................................ 3
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PHBS ............................................................ 3
BAB III ......................................................................................................................................... 12
PENUTUP..................................................................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pengertian Sehat adalah suatu kondisi di mana segala sesuatu berjalan normal dan
bekerja sesuai fungsinya dan sebagaimana mestinya. Secara sederhana, sehat sinonim dengan
kondisi tidak sakit. Dalam kamus besar Sehat bahasa Indonesia, definisi sehat adalah baik
seluruh badan serta bagian-bagiannya. Dahulu, sehat identik dengan kondisi badan atau
tubuh. Tapi sekarang seiring kemajuan zaman, kata sehat tidak hanya berhubungan dengan
badan, tetapi juga segala sesuatu yang dapat bekerja, jika berlangsung secara normal dan
semestinya maka akan di sebut dengan sehat. Tetapi jika mengalami gangguan maka disebut
dengan istilah tidak sehat.
Kesehatan merupakan kondisi dimana kita berada jauh atau terbebas dari penyakit.
Merupakan suatu yang mahal jika dibandingkan dengan hal-hal yang lain. Bagaimana tidak,
harta yang melimpah, memiliki paras tampan atau cantik, memiliki badan tegap dan gagah,
semuanya itu akan sirna dengan sekejap jika kita terserang penyakit atau tidak sehat. Dengan
penyakit harta bisa habis digunakan untuk berobat, paras tampan atau cantik berubah menjadi
pucat dan tidak enak untuk dipandang, badan yang tegap dan gagah seketika roboh
dikarenakan lemas dan lesu akibat kondisi tubuh yang menurun drastis. Beginilah alur
kehidupan, semuanya menjadi seimbang. Ada sehat dan ada sakit, kita tidak akan selalu sehat
dan kita juga tidak akan selalu sakit. Semuanya itu bagaimana kita bisa menjaga diri untuk
terhindar dari penyakit sehingga kesehatan itu merupakan hal yang mutlak harus dijaga.
Mencegah sakit adalah lebih mudah dan murah dari pada mengobati seseorang apabila jatuh
sakit. Salah satu cara untuk mencegah hal tersebut adalah dengan bergaya hidup sehat. Gaya
hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan
hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.
Dengan semakin banyaknya penderita penyakit tidak menular (degeneratif) seperti jantung,
tekanan darah tinggi, kanker, stress dan penyakit tidak menular lainnya yang disebabkan
karena gaya hidup yang tidak sehat, maka untuk menghindarinya kita perlu bergaya hidup
yang sehat.

1
2

Tidak jarang istilah PHBS terdengar di masyarakat. Jika dilihat dari kepanjangannya
yakni Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, tentu kita langsung mengetahui apa itu PHBS,
singkat kata mengenai perilaku seseorang menyangkut kebersihan yang dapat mempengaruhi
kesehatannya. Banyak penyakit dapat dihindari dengan PHBS, mulai dari Diare, DBD, flu
burung, atau pun flu babi yang akhir-akhir ini marak.
Rumah Tangga merupakan unit terkecil dalam lingkungan. Perilaku hidup yang bersih
dan sehat selayaknya harus diterapkan dan ditanamkan kepada seluruh anggota keluarga.
Peranan keluarga dalam sebuah rumah memegang kunci utama untuk meningkatkan kualitas
kesehatan sejak dini. Karena jika keluarga sehat, akan membentuk masyarakat yang sehat
pula. Untuk itu, Sehat harus diawali dari dalam rumah sendiri.
Dengan menerapkannya terlebih dahulu di lingkungan rumah tangga, maka otomatis
akan lebih mudah menerapkan ke lingkungan yang lebih luas lagi, yaitu masyarakat. Karena
kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku
sehat, dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu kesehatan perlu
dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangakan
oleh semua pihak secara keseluruhan (totalitas).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana promosi PHBS oleh tenaga Kesehatan?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat di
Tatanan rumah tangga?
3. Bagaimana perilaku hidup bersih dan sehat pada tatanan rumah tangga?

1.3 TUJUAN
1. Agar Mahasiswa dapat mengetahui promosi PHBS oleh Tenaga Kesehatan.
2. Agar Mahasiswa dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
hidup bersih dan sehat.
3. Agar Mahasiswa dapat mengetahui pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) di Tatanan rumah tangga.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PROMOSI KESEHATAN


Perilaku kesehatan/ pendidikan kesehatan merupakan cabang ilmu kesehatan yang
mempunyai dua sisi, yakni sisi ilmu dan sisi seni. Dilihat dari seni yakni praktisi atau aplikasi
pendidikan kesehatan adalah merupakan penunjang bagi program-program kesehatan lain. Ini
artinya bahwa setiap program kesehatan yang telah ada misalnya pemberantasan penyakit
menular/ tidak menular, program perbaikan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, upaya
kesehatan ibu dan anak, program pelayanan kesehatan dan lain sebagainya sangat perlu
ditunjang serta didukung oleh adanya promosi kesehatan.
Promosi kesehatan bukanlah hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian
dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan semata, akan tetapi didalamnya
terdapat usaha untuk dapat menfasilitasi dalam rangka perubahan perilaku masyarakat.
Dalam hal ini organisasi kesehatan dunia WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi
mengenai promosi kesehatan : “Health promotion is the process of enabling people to
increase control over, and improve, their health. To reach a state of complete physical,
mental, and social well-being, an individual or group must be able to identify and realize
aspirations, to satisfy needs, and to change or cope with the environment”.(Ottawa
Charter,1986).
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah
proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental,
dan social, maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkunganya.
Promosi kesehatan merupakan proses pemberdayaan masyarakat agar mampu memelihara
dan meningkatkan kesehatanya. Proses pemberdayaan tersebut dilakukan melalui kelompok-
kelompok potensial masyarakat, bahkan semua komponen masyarakat. Promosi kesehatan
oleh tenaga kesehatan yaitu prromosi kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti
di rumah sakit, puskesmas, posyandu dan sekolahan.

2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PHBS


Menurut Lawrence Green factor-faktor yang mempengaruhi perilaku ada 3 faktor utama.
(Notoatmodjo,2007: 16-17) yaitu:

3
4

1. Enabling Factor ( Faktor pemungkin )


Faktor pemungkin merupakan faktor yang mencakup berbagai keterampilan dan sumber
daya, dimana keterampilan dan sumber daya merupakan poin penting yang diperlukan untuk
melakukan perubahan perilaku kesehatan. Sumber daya itu meliputi fasilitas pelayanan
kesehatan, personalia klinik atau sumber daya yang serupa itu. Faktor pemungkin ini juga
menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, jarak ketersediaan transportasi,
waktu dan sebagainya.
Sehingga mengapa kita perlu menginterfensi faktor enabling ini ? karena factor ini
merupakan faktor pendukung/pemungkin, yang dimana jika kita melakukan suatu interfensi
tentu akan sulit jika sarana dan prasarana tidak ada/ tidak mendukung.
Ketika kita melakukan interfensi pada masyarakat yang bertujuan untuk merubah pola pikir,
prilaku serta kebiasaan masyarakat itu, kita tentunya menggunakan 3 faktor prilaku, yakni :
faktor predisposisi ( predisposing factor ), faktor pemungkin ( enabling factor) dan Faktor
penguat (reinforcing factor).
Kemudian perilaku seseorang atau masyarakat mengenai kesehatan ditentukan oleh
pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang
bersangkutan. Namun jika hanya pengetahuan mengenai kesehatan saja dan tidak ada pra-
sarananya, maka masyarakat tentunya tidak akanbisa mendapatkan pelayanan dalam
mengobati diri mereka. Hal ini lah yang mengakibatkan mengapa kita perlu menginterfensi
enabling faktornya (ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan) agar
ketika masyarakat trelah mendapatkan pengetahuan mereka juga dapat mengaplikasikan
pengetahuan mereka sehingga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku yang
baik dan benar pada masyarakat.
*Seperti sebuah contoh :
seorang ibu hamil yang tidak mau memeriksakan kehamilannya di puskesmas disebabkan
karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat dari pemeriksaan kehamilan bagi
ibu dan janin yang dikandung, hal tersebut masuk pada ranah factor predisposisi
(predisposing factors). Kemudian jika seorang ibu sudah mendapatkan penyuluhan mengenai
pentingnya pemeriksaan kesehatan namun rumahnya jauh dari puskesmas/tempat
memeriksakan kehamilannya atau peralatan yang tidak lengkap hal tersebut kemudian masuk
dalam ranah factor pemungkin (enabling factors). Dan sebab lain mungkin karena para
petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lain disekitarnya tidak pernah memberikan contoh /
penyuluhan tentang pentingya pemeriksaan kehamilan hal tersebut masuk dalam reanah
factor penguat (reinforcing factors).
5

2. Faktor predisposisi (predisposing factor)


Adapun pengertian Faktor predisposisi (predisposing factor) adalah, Faktor yang
mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.
3. Faktor penguat (reinforcing factor)
Dan faktor penguat (reinforcing factor) merupakan Faktor-faktor yang meliputi sikap dan
perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas kesehatan. Termasuk juga disini
undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait
dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu
pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku
contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas terlebih lagi
petugas kesehatan. Di samping itu, undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat
perilaku masyarakat tersebut.
2.3 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI TATANAN RUMAH TANGGA
Dalam UU Kesehatan RI No. 36 Tahun 2009, “Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara social dan ekonomis”. Hal ini berarti bahwa kesehatan pada diri seseorang
atau individu itu mencakup aspek fisik, mental, spiritual dan social demi tercapainya keadaan
yang sejahtera bagi seseorang baik dengan produktivitasnya dan juga ekonominya. sejalan
dengan itu menurut Bloom (1974), derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu factor
lingkungan, factor perilaku, factor keturunan dan factor pelayanan kesehatan. Dari keempat
factor tersebut, factor kedua yaitu factor perilaku sangat berpengaruh dalam kesehatan
seseorang, terutama dalam penerapan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) baik
dilingkungan pribadi, keluarga, maupun masyarakat.
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah keadaan dimana individu-individu dalam rumah
tangga (keluarga) masyarakat Indonesia telah melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dalam rangka :
 Mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain.
 Menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan.
 Memanfaatkan pelayanan kesehatan.
6

 Mengembangkan dan menyelenggarakan upaya kesehatan bersumber masyarakat.


(modul-PHBS)
Upaya ini harus dimulai dari menanamkan pola piker sehat yang menjadi tanggung
jawab kita kepada masyarakat dan harus dimulai dan diusahakan oleh diri sendiri. Upaya ini
adalah untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya sebagai satu
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif. Dalam mengupayakan
perilaku ini dibutuhkan komitmen bersama-sama saling mendukung dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat khususnya keluarga sehingga pembangunan kesehatan dapat
tercapai maksimal. (makalah phbs)
Salah satu strategi utama mencapai tujuan Pembangunan Kesehatan di Indonesia adalah
menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS). PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai
hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri
dibidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Indicator PHBS tatanan rumah tangga adalah suatu alat ukur atau merupakan suatu petunjuk
yang membetasi fakor perhatian untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan dan
rumah tangga. Indikator PHBS tatanan rumah tangga sebagai berikut:
1. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
Melakukan pemberantasan sarang nyamuk agar rumah bebas jentik nyamuk. Rumah
bebas jentik nyamuk adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk
secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
a. Pemeriksaan jentik Berkala
Pemeriksaa jentik berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangan nyamuk
(tempat-tempat penampungan air) yang ada didalam rumah seperti bak mandi/wc, vas bunga,
tatakan kulkas, dll dan diluar rumah seperti talang air, alas pot kembang, ketiak daun, lubang
pohon, pagar bamboo, dll yang dilakukan secara teratur sekali dalam seminggu.
b. 3 M plus (menguras, menutup, mengubur, plus menghindari gigitan nyamuk)
1) PSN merupakan kegiatan pemberantasan telur, jentik dan kepompong nyamuk
penular berbagai penyakit seperti demam berdarah dengue, cikungunya, malaria,
filariasis di tempat-tempat perkembanganya.
2) 3 M plus adalah tiga cara plus yang dilakukan pada saat PSN yaitu:
a) Menguras
b) Menutup
7

c) Mengubur
c. Manfaat rumah bebas jentik
1) Populasi nyamuk menjadi terkendali sehingga penularan penyakit dengan
perantara nyamuk dapat dicegah atau dikurangi.
2) Kemungkinan terhindar dengan penyakit semakin besar seperti demam
berdarah dengue, malaria, cikungunya.
3) Lingkungan rumah menjadi bersih dan sehat.
d. Cara pemeriksaan jentik berkala
1) Mengunjungi setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja untuk memeriksa
tempat yang sering menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk/ tempat
penampungan air di dalam dan di luar rumah serta memberikan penyuluhan tentang
PSN kepada anggota rumah tangga.
2) Menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik.
3) Jika ditemukan jentik, anggota rumah tangga diminta untuk ikut menyaksikan/
melihat jentik, kemudian dilanjutkan dengan PSN kepada anggota rumah tangga.
4) Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada kartu jentik rumah dan pada formulir
pelaporan ke puskesmas.
2. Menggosok gigi.
Menggosok gigi harus dengan cara yang baik dan benar. Jika asal-asalan saja maka
hasilnya tidak akan maksimal dan memberikan hasil yang kurang baik bagi gigi.
3. Tidak menyalahgunakan miras/narkoba.
Penyalahgunakan narkotika, psikotropika dan minuman keras pada umumnya disebabkan
karena karena zat-zat tersebut menjanjikan suatu yang dapat memberikan rasa kenyamanan,
kenyamanan, kesenangan dan ketenangan, walaupun hal itu sebenarnya hanya dirasakan
secara semu.
4. Menimbang balita.
Menimbang balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhan setiap bulan.
Penimbangan dilakukan setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5 tahun di posyandu.
Manfaat penimbangan balita yaitu mengetahui apakah balita tumbuh sehat, mengetahui dan
mencegah gangguan pertumbuhan balita, mengetahui balita yang sakit, untuk mengetahui
kelengkapan imunisasi dan untuk mendapatkan penyuluhan gizi.
8

5. Membuang sampah.
Sampah yang dibuang sembarangan dapat mencemari lingkungan. Kia harus membuang
sampah pada tempatnya. Sampah sebaiknya dibuang berdasarkan jenisnya. Pembuangan
sampah organic sebaiknnya dibedakan dengan sampah anorganik.
6. Mencuci tangan menggunakan sabun.
Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit. Bila
digunakan kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat masuk
kedalam tubuh yang dapat menimbulkan penyakit. Sabun dapat membersihkan kotoran dan
membunuh kuman, karena tanpa sabun kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.
Manfaat mencuci tangan.
a. Membunuh kuman penyakit yang ada ditangan.
b. Mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera disentri, typus, cacingan, penyakit
kulit, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), flu burung atau severe acute respiratory
syndrome (SARS).
c. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman
7. Bebas asap rokok.
Indonesia merupakan salah satu Negara penyuplay kebutuhan tembakau dunia dan sudah
banyak diekspor ke luar negeri. Selain itu, pendapatan Negara lebih banyak didapatkan dari
tembaka. Tanah Indonesia yang subur dan cocok untuk bertanam tembakau inilah yang
menjadikannya sebagai Negara yang sebagian masyarakat perokok aktif terutama para pria.
Ironinya, sudah banyak generasi muda Indonesia yang mencoba merokok arau bahkan sudah
kecanduan merokok. Mulai dengan Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah (SMA),
baik itu remaja pria atau wanita. Riset mengungkapkan sebanyak 54,59% remaja dan
perempuan merokok dengan tujuan mengurangi ketegangan dan setres, lainya beralasan
untuk bersantai 29,6%, merokok sebagaimana dilakukan pria 12,84%, pertemanan 2,29% dan
agar diterima dalam kelompok 0,92%. Padahal merokok dapat menyebabkan
ketergantungan,terlihat pada sebagian besar para perokok akan merasakan hal yang akan
dalam dirinya ketika suatu hari tidak merokok. Selain itu, merokok juga dapat mengakibatkan
beberapa macam ganguan kesehatan dari mulai ujung rambut sampai ujung kaki. Perilaku
merokok saat ini merupakan kebiasaan yang sangat wajar dipandang oleh anggota
masyarakat Indonesia. Perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan
perilaku yang masih ditolerir oleh masyarakat. Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan
9

sehari-hari dilingkungan rumah, kantor, angkutan umum, maupun dijalan-jalan. Beberapa


Dampak merokok adalah :
a. Rambut rontok.
b. Penyakit kulit.
c. Memicu sel kanker.
d. Mengakibatkan tuli.
e. Pengeperoposan tulang/
f. Karies gigi.
g. Emphysema.
h. Penyakit jantung.
i. Diskloria jari.
j. Tukak lambung.menderita penyakit throboangiosis obliteran/ beurger.
Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik untuk diri
sendiri maupun disekelilingnya. Aspek-aspek perilaku merokok meliputi:
a. Fungsi merokok, individu yang menjadikan merokok sebagai penghibur bagi
berbagai keperluan menunjukan bahwa memiliki fungsi yang begitu penting bagi
kehidupanya.
b. Tempat merokok, individu yang melakukan aktifitas merokok dimana saja, bahkan
diruangan yang dilarang untuk merokok menunjukan bahwa perilaku merokoknya sangat
tinggi.
c. Intensitas merokok, seseorang yang merokok dengan jumlah batang rokok yang
banyak menunjukan perilaku merokoknya sangat tinggi.
d. Waktu merokok, seseorang yang merokok di segala waktu pagi, siang, sore , malam
menunjukan perilaku merokok yang tinggi.
Peran keluarga, tenaga kesehatan dan kader untuk menciptakan rumah tanpa asap rokok :
a. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku tidak merokok kepada seluruh
anggota keluarga.
b. Menggalang kesepakatan keluarga untuk menciptakan rumah tanpa asap rokok.
c. Menegur anggota rumah tangga yang merokok dalam rumah.
d. Tenaga kesehatan harus mampu mengajak dan memotifasi dan memberdayakan
masyarakat .
e. Upaya yang dilaksanakan oleh departemen kesehatan bukan suatu kampanye anti
merokok tetapi penyuluhan tentang hubungan rokok dengan kesehatan.
10

f. Kegiatan diutamakan pada pencegahan bagi yang belum merokok.


Untuk dapat berhenti merokok perlu adanya niat dan tekat yang kuat, baik yang udah
mengalami kecanduan merokok, hal ini mungkin akan terasa sakit, namun dengan
disadari niat mungkin keinginan untuk berhenti merokok akan dapat terwujud. Selain itu,
perlu juga adanya dukungan dari orang terdekat dan mendapatkan pendidikan kesehatan
dengan pendidikan kesehatan, leaflet, dan poster-poster yang dipasang di tempat-tempat
yang memungkinkan dapat dengan mudah dilihat.
8. Gizi seimbang.
Susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi
makanan, aktifitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal.
9. Menggunakan air bersih.
Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi,
berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya,
agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar sakit.
a. Manfaat menggunakan air.
1) Terhindah dari gangguan penyakit diare, kolera, disentri, thypu, cacingan, penyakit
mata, penyakit kulit atau keracunan.
2) Setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya.
b. Syarat-syarat air bersih.
1) Air tidak berwarna.
2) Air tidak keruh, harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran
lainya.
3) Air tidak berasa, tidak bersa asin, tidak berasa asam, tidak payau dan tidak pahit
harus bebas dari bahan kimia beracun.
4) Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang.
10. Menggunakan jamban sehat.
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia
yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa yang dilengkapi
dengan unit penumpungan kotoran dan air untuk membersihkan.
a. Jenis jamban
1) Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air.
11

2) Jamban tangkiseptik/leher angsa digunakan untuk : daerah yang cukup air, daerah
yang padat penduduk karena dapat menggunakan “multiple latrine” yaitu suatu lubang
penampungan yang dapat digunakan untuk beberapa jamban.
3) Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran hendaknya ditinggikan kurang
lebih 60 cm dari permukaan air pasang.
b. Manfaat menggunakan jamban
1) Menjaga lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau.
2) Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya.
3) Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular
penyakit diare, kolerra disentri, typus, cacingan, penyakit saluran pencernaan,
penyakit kulit, dan keracunan.
c. Syarat jamban sehat
1) Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan
lubang penampungan minimal 10 meter).
2) Tidak berbau.
3) Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga atau tikus.
4) Tidak mencemari tanah sekitarnya.
5) Mudah dibersihkan dan aman digunakan.
6) Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
7) Penerangan dan ventilasi yang cukup.
8) Lantai kedap air dan luas ruangan memadahi.
9) Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
d. Cara memelihara jamban sehat
1) Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air.
2) Bersihkan jamban secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih.
3) Didalam jamban tidak ada kotoran yang terlihat.
4) Tidak ada serangga dan tikus yang berkeliaran.
5) Tersedia alat pembersih.
6) Bila ada kerusakan, segera perbaiki.
11. Kepadatan hunian rumah.
Kepadatan hunian rumah adalah perbandingan antara luas lantai rumah dengan anggota
keluarga dalam satu rumah tinggal. Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh perumahan
dinyatakan dalam m2 perorang.
BAB III

PENUTUP
Promosi kesehatan oleh tenaga kesehatan dilakukan untuk memberikan pengetahuan
kesehatan pada masyarakat untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental, dan social.
Perilaku hidup Bersih dan sehat dalam masyarakat memiliki 11 indikator dimana agar
bertujuan individu-individu dalam rumah tangga (keluarga) masyarakat Indonesia
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. factor perilaku sangat berpengaruh dalam
kesehatan seseorang, terutama dalam penerapan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
baik dilingkungan pribadi, keluarga, maupun masyarakat. Salah satu perilaku yang sampai
saat ini masih menjadi masalah di Indonesia adalah kebiasaan merokok. Padahal merokok
dapat menyebabkan ketergantungan, merokok juga dapat mengakibatkan beberapa macam
ganguan kesehatan dari mulai ujung rambut sampai ujung kaki. Cara untuk menanggulaingi
kebiasaan merokok perlu adanya dukungan dari orang terdekat dan mendapatkan pendidikan
kesehatan dari tenaga kesehatan maupun kader.

12

Anda mungkin juga menyukai