Disusun oleh:
i
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................Error! Bookmark not defined.
1.1. Latar Belakang ........................................................Error! Bookmark not defined.
1.2. Tujuan Penulisan ....................................................Error! Bookmark not defined.
1.3. Manfaat ...................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB 2 KONSEP TEORI ..................................................................................................... 1
2.1. Pengertian ................................................................................................................ 1
2.2. Etiologi .................................................................................................................... 1
2.3. Manifestasi Klinik ................................................................................................... 2
2.4. Stadium Karsinoma Serviks .................................................................................... 3
2.5. Patofisiologi ............................................................................................................. 4
2.6. Pemeriksaan Diagnostik .......................................................................................... 6
2.7. Penatalaksanaan ....................................................................................................... 7
2.8. Penyebaran ............................................................................................................... 7
2.9. Klasifikasi ................................................................................................................ 7
2.10. Perencanaan Terapi Radiasi ................................................................................. 8
2.11. Sitostatika dalam Ginekologi ............................................................................. 10
2.14. Konsep Asuhan Keperawatan Ca Cervix ........................................................... 17
BAB 3 TINJAUAN KASUS ............................................................................................... 26
BAB 4 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 53
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................................... 56
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ca serviks adalah kanker yang terjadi pada uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim
(uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang
telah berumur yang dikarenakan perjalanan kanker ini dari pertama kali terinfeksi
memerlukan waktu sekitar 10-15 tahun untuk berubah menjadi sebuah kasus kanker
serviks. Berdasarkan data Globocan, International Agency for Research on Cancer
(IARC) tahun 2002, Di Indonesia, hasil pemeriksaan patologi menyatakan lima kanker
terbanyak adalah kanker leher rahim, payudara, kelenjar getah bening, kulit dan
nasofaring (Harianto, 2004).
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2015), kanker leher rahim
merupakan kanker kedua terbanyak ditemukan pada wanita di dunia. Kurang lebih
500.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi tiap tahun dan tiga perempatnya terjadi di
Negara berkembang. Menurut data IPMG (International Pharmaceutical Manufactures
Group) setiap jam satu wanita di Indonesia meninggal dunia akibat kanker leher rahim
(serviks), sedangkan di Asia Pacifik setiap empat menit, dan setiap dua menit satu wanita
di dunia dapat meninggal akibat kanker serviks. Prevalensi kanker serviks di Indonesia
mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk, dimana ditemukan 200.000 kasus baru
tiap tahunnya, bahkan menurut WHO kasus kanker serviks akan meningkat samapai
dengan tujuh kali lipat pada tahun 2030.
Ca serviks atau kanker rahim sendiri dapat disebabkan infeksi HPV (human
papilloma virus). Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi yang
40 diantaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Beberapa tipe HPV virus
jarang menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang lain bersifat virus resiko tinggi.
Namun baik itu virus dengan resiko tinggi maupun rendaha keduanya tetap dapat
menimbulkan partumbuhan sel yang abnormal tetapi pada umunya yang banyak
menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel hanya HPV tipe resiko tinggi sehingga
dapat memicu terjadinya kanker. Virus HPV resiko tinggi yang dapat ditularkan melalui
hubungan seksual adalah tipe 7, 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan
mungkin masih terdapat beberapa tipe yang lain.
iii
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan
diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi
prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan
kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu saja terapi
ini masih berupa “simptomatis” karena masih belum menyentuh dasar penyebab kanker
yaitu adanya perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih mendasar atau imunoterapi masih
dalam tahap penelitian. Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya
penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan
teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk
membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada perluasan
penyakit. Secara universal disetujui penentuan luasnya penyebaran penyakit melalui
sistem stadium.
Pasien dengan kanker serviks tentu pula memerlukan perawatan yang baik, untuk
itulah akhirnya penulis tergerak melakukan asuhan keperawatan terhadap klien dengan
penyakit tersebut di ruang Merak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
B. Rumusan Masalah
1 Apakah definisi dari ca servik?
2 Apakah etiologi dari ca servik?
3 Apakah patofisiologi ca servik?
4 Apakah manifestasi klinis ca servik?
5 Apakah stadium ca servik?
6 Apakah pemeriksaan ca servik?
7 Apakah penatalaksanaan ca servik?
8 Kemana penyebaran ca servik?
9 Apakah klasifikasi ca servik?
10 Apakah perencanaan ca servik?
11 Apakah sitostatika dalam ginekologi?
12 Apakah deteksi dari ca servik?
13 Apakah pencegahan dari ca servik?
C. Tujuan
1 Tujuan Umum
Setelah proses perkuliahan keperawatan maternitas diharapkan mahasiswa mampu
mengetahui mengenai konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan ca serviks
iv
2 Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi dari ca servik.
b. Menjelaskan etiologi/ faktor pencetus dari ca servik.
c. Menjelaskan manifestasi klinis dari ca servik.
d. Menjelaskan patofisiologi ca servik.
e. Menjelaskan stadium ca servik
f. Menjelaskan pemeriksaan ca servik
g. Menjelaskan penatalaksanaan ca servik
h. Menjelaskan penyebaran ca servik
i. Menjelaskan klasifikasi ca servik
j. Menjelaskan perencanaan ca servik
k. Menjelaskan sitostatika dalam ginekologi
l. Menjelaskan deteksi dari ca servik
m. Menjelaskan pencegahan dari ca servik
v
1
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
Kanker serviks / kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
leher rahim / serviks ( bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal
dari sel kelenjar penghasil lendir pada sluran servikal yang menuju ke dalam rahim.
2.2. Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel – sel serviks menjadi abnormal dan membelah
secara tak terkendali. Jika sel – sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu
masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak / ganas. Jika tumor tersebut
Penyebab terjadinya kelainan pada sel – sel serviks tidak diketahui secara pasti ,
tetapi terdapat beberapa factor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker
serviks yaitu :
HPV adalah virus penyebab kutil genitalis ( kondiloma akuminata ) yang ditularkan
Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56.
2
b. Merokok
bawah 18 tahun, berganti – ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang
g. Pemakaian pil KB
i. Golongan ekonomi lemah ( kerna tidak mampu melakukan pap smear secara rutin
a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan
2.5. Patofisiologi
Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio)
dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ).
Histologi antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari portio dengan epitel
kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ
ini berada di luar ostius uteri eksternum, sedangkan pada waniya umur > 35 tahun, SCJ
1. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lUmen vagina sebagai masa yang mengalami
2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan cenderung untuk
3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan
desak-mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio
yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi
patologik melalui tingkatan NIS I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma
invasif.. Sekali menjadi mikroinvasif atau invasif, prose keganasan akan berjalan terus.
Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh penderita.
Umumnya fase pra invasif berkisar antara 3 – 20 tahun (rata-rata 5 – 10 tahun). Perubahan
epitel displastik serviks secara kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya regresi
spontan dengan pengobatan / tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept dari
Richard. Hispatologik sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau squamos cell
Pathways
Virus herpes simplex
Virus HPV Faktor-faktor resiko
Sito megalo virus
Penekanan sel Ca
Ca Serviks pada saraf
Nyeri
Kurang pengetahuan
- Hipovolemi Ggn. Bodi Ggn. Pola Eksternal radiasi
- Anemia image Seksual
Cemas/Takut
Resti
Infeksi Kulit merah, Depresi Mulut
kering sumsum kering
Intoleransi
tulang stomatitis
aktifitas
Resti Hb
kerusakan
integritas
kulit Anemia
Sel-sel kurang O2
Gastrointestin kurang O2
Resti
kekurangan Mual, muntah
volume
cairan
Nutrisi kurang
Kelemahan/kelelahan
1. Pap Smear
Pap smear dapat mendeteksi sampai 90 % kasus kanker serviks secara akurat dan
Akibatnya angka kematian akibat kanker servikpun menurun sampai lebih dari 50
%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual / atau usianya telah mencapai 18
tahun, sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali / tahun.
Jika selam 3 kali berturut – turut menunjukkan hasil yang normal, pap smear bias
c. Karsinoma insitu ( kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar )
d. Kanker invasive ( kanker telah menyebar lapisan serviks yang lebih dalam /
pada pengobatan.
4. Penanda tumor
Zat yang dihasilkan dan disekresikan oleh sel tumor dan ditemukan dalam serum
7. Sinar X dada
2.7. Penatalaksanaan
3. Dia termi elektrokoagulasi : memusnahkan jaringan lebih luas dan efektif jika
2.8. Penyebaran
Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah yaitu:
2.9. Klasifikasi
Metode yang digunakan untuk mendeteksi CIN adalah papanikolaou (PAP) Test.
8
a. Karsinoma mikroinvasif
Adalah satu atau lebih lesi yang membesar tidak lebih dari 3 mm di bawah
b. Karsinoma invasif
menampakkan gejala tunggal yang spesifik, yang terjadi adalah pendarahan yang
terjadi saat coitus atau latihan fisik, nyeri hematuria, dan gagal ginjal akibat
penyebaran kanker ke kandung kemih dan obstruksi serta pendarahan rektal serta
b. Selama Terapi
1. Hindari infeksi
4. Beri tahu efek radiasi peresisten selama 10-14 hari sesudah pengobatan.
1. Teknik isolasi
2. Membatasi aktivitas
pneumonia)
Stadium I dan II : Aplikasi radium 6500 rad dengan 2x aplikasi radiasi eksternal
4500-5000 rad.
1) Golongan yang terdiri atas obat-obat yang mematikan semua sel pada siklus
2) Golongan obat yang mematikan pada fase tertentu dari mana proliferasi obat
fase spesifik.
3) Golongan obat yang merusak semua sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih
2) Obat ini melepas alkil dalam selnya, menyebabkan gangguan pembentukan RNA.
Obat ini mempengaruhi proliferasi dan interface. Efek toksik adalah : depresi
Obat ini mempunyai identitas kimiawi yang sama, akan tetapi menghalangi
4) Obat Antibiotik
5) Obat alkaloid
6) Obat Hormon
Dasar terapi ini bahwa organ yang dalam keadaan normal, rentan terhadap
1) Pemberian Oral
Obat yang diberikan sebaiknya obat yang larut dalam lemak. Perlu diperhatikan
bahwa pemberian obat oral dapat menyebabkan kerusakan sel epitelium sehingga
pendarahan.
2) Pemberian Intramuskuler
sukar dihentikan.
12
3) Pemberian intravena
4) Pemberian intrapleura
Pemberian obat ini bertujuan untuk mengurangi produksi cairan pleura dan
5) Pemberian intraperitoneal
Pemberian ini bertujuan untuk mengurangi cairan asites, obat ini diberikan
intraperineum.
2) Penderita mengerti tujuan pengobatan dan mengetahui efek samping yang terjadi.
6) Hb > 10 gr%.
Selain persyaratan di atas, ada syarat yang harus dipenuhi dalam pemberian
pengobatan.
Efek toksik yang paling cepat tampak adalah efek pada traktus digestivus yaitu :
1) Gingivitis
2) Diare
13
3) Rasa mual
4) Muntah
5) Pendarahan usus
6) Anemia
7) Leukopenia
8) Trombositopenia
9) Kenaikan suhu
10) Hiperpigmentasi
Keluarnya cairan abnormal dari vagina merupakan salah satu gejala kanker serviks
yang paling mudah untuk dikenali dan umumnya dialami oleh kebanyakan wanita.
Penyebab keluarnya cairan abnormal ini adalah karena saat penyakit mulai
berkembang dalam serviks, maka sel-sel dalam rahim akan menjadi terganggu dan
2. Tumbuhnya kutil
Tumbuhnya kutil pada area kewanitaan adalah indikator lainnya dari infeksi HPV
3. Pendarahan abnormal
Selain keluarnya cairan yang abnormal dari vagina, pendarahan yang terjadi di luar
masa menstruasi juga merupakan salah satu dari gejala kanker serviks. Pendarahan
ini terjadi karena sel abnormal pada serviks akan mulai bertumbuh dan membelah
karena virus HPV. Hal inilah yang kemudian menyebabkan iritasi dan pendarahan.
14
4. Anemia
Rasa lelah yang sering muncul disertai dengan perasaan lemas dan kulit pucat juga
Saat serviks mengalami pembengkakan, kandung kemih dan ginjal akan mulai sesak
Kondisi serviks yang membengkak juga akan mengakibtkan kompresi organ dalam.
Pembuluh vena akan memadat sehingga menyulitkan darah untuk sampai di panggul
atau tungkai. Akibatnya, akan muncul rasa sakit pada kaki, pinggul, atau pinggang.
Saat kanker mulai mengganas, maka kondisi ini juga dapat mengakibatkan pada
menurunnya nafsu untuk makan. Nafsu makan yang menurun, otomatis akan
Kanker serviks akan membuat penderitanya merasakan sakit yang tidak biasa ketika
Kanker serviks yang telah berada pada stadium lanjut, akan menyebabkan tulang
Segeralah lakukan pemeriksaan untuk deteksi dini kanker leher rahim secara rutin
Pap Smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid atau sesuai
petunjuk dokter, bagi perempuan yang sudah menikah atau sudah aktif melakukan
hubungan seksual. Dianjurkan melakukan pap smear setahun sekali. Lakukan Pap
sedang Anda konsumsi. Pil KB yang mengandung estrogen atau progestin dapat
mempengaruhi hasil tes. Juga beritahukan kepada dokter atau perawat/bidan jika
dan dokter akan memutuskan apakah pemeriksaan PAP SMEAR bisa dilakukan.
bidan yang sudah dilatih dengan menggunakan alat untuk membuka liang
senggama. Pasien berbaring di atas meja periksa atau duduk di kursi periksa dan
kedua kaki diletakkan di atas penyangga kaki. Pemeriksa akan memasukkan alat
Prosedur ini memungkinkan pemeriksa untuk dapat melihat ke dalam vagina dan
mulut rahim.
16
Ujung leher rahim diusap dengan spatula untuk mengambil cairan yang
mengandung sel-sel dinding rahim. Usapan ini kemudian diperiksa jenis sel-sel
Apabila hasil pemeriksaan positif atau terdapat sel-sel yang tidak normal
harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli
kandungan.
IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual
pada serviks dengan pemberian asam asetat. Setelah dilihat posisinya, leher rahim
dipulas dengan asam asetat 3-5%, selama 1 menit. Pemberian ini tidak menyakitkan
dan hasilnya langsung saat itu juga dapat disimpulkan Normal (Negatif), atau Positif
1. Murah
penatalaksanaannya
Teknik IVA
1. Spekulum untuk melihat serviks yang telah dipulas dengan asam asetat 3-5%
2. Hasil (+) pada lesi prakanker terlihat warna bercak putih disebut : ACETO
WHITE EPITELIUM
2.13. Pencegahan
I : Imunisasi HPV
R : Rajin berolahraga
K : Kelola stress
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Keluhan utama
3. Status kesehatan
a. Gejala yang dirasakan
1) Gejala awal
2) Timbulnya gejala
- faktor yang memperbaiki gejala
- faktor yang memperburuk gejala
3) Deskripsi gejala
18
- lokasi
- kualitas
- kuantitas
4) Efek pada gaya hidup
b. Riwayat Ginekologi
- Karakteristik menstruasi
- Menarche
- Periode menstruasi terakhir
- Pengalaman menstruasi
- Pendarahan tengah siklus
- Menopause
- Kontrasepsi
- Usia pada saat kehamilan pertama
- Penyakit menular seksual
c. Status Obstetrik P …. A…..
4. Riwayat Medis Masa Lalu
a. Penyakit dan Pengobatan
b. Alergi
c. Penyakit masa kanak-kanak dan imunisasi.
d. Penyakit dan pembedahan sebelumnya
e. Kecelakaan atau cedera
f. Perilaku yang berisiko
- gaya hidup
- konsumsi kafein
- mengonsumsi alcohol
- obat-obatan
- praktik seks yang tidak aman
g. Riwayat penganiayaan
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Penyakit keturunan
b. Penyakit saat ini dalam keluarga
c. Riwayat penyakit jiwa dalam keluarga
19
d. Genogram
6. Riwayat psikososial
a. Koping individu
- Kesadaran diri dan harga diri
- Penatalaksanaan stress
- Penyalahgunaan zat
b. Pola kesehatan
Sirkulasi
- Gejala palpitasi
- Perubahan tekanan darah
Aktifitas istirahat dan tidur
- Kelemahan
- Perubahan pola istirahat dan tidur
- Adanya faktor – faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur
misalnya : nyeri, kecemasan, keringat malam dll
Integritas ego
- Factor stress ( perubahan peran, pekerjaan )
- Cara mengatasi stress misalnya merokok, minum alcohol, menunda
mencari pengobatan, keyakinan religius dll
- Masalah tentang perubahan penampilan misalnya alopesia, luka
cacat, pembedahan, menyangkal, menarik diri, marah dll
Nutrisi
- Keluhan mual
- Muntah
- Kebiasaan diet buruk : bahan pengawet, zat adiktif
- Anoreksia
- Kekurangan masa otot
- Perubahan BB
- Kakeksia
Eliminasi
- Perubahan pola defekasi
- Perubahan bising usus
20
- Distensi abdomen
Neurosensori
- Pusing
- Sinkop
Nyeri / kenyamanan
- Ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat dihubungkan dengan
proses penyakit
Keamanan
- Pemajanan terhadap kimia toksik, karsinogen,
- Ruam kulit
- Demam
- ulserasi
Interaksi social
- Masalah tentang fungsi dan tanggung jawab peran
seksualitas
- dampak pada hubungan, perubahan fungsi seksualitas
c. Spiritual
- Agama
- Praktik agama
7. Pemeriksaan Fisik
a. keadaan umum
b. head to toe
8. Pemeriksaan penunjang
9. Data pendukung lain
10. Kesimpulan
Kriteria hasil :
- Tidak ada tanda – tanda infeksi
- TTV dalam batas normal
- Hasil laboratorium dalam batas normal : lekosit
Intervensi :
- Tekankan pada pentingnya hygiene personal, hygiene oral
- Pantau TTV
- Berikan perawatan dengan prinsip aseptic
- Tempatkan klien pada lingkungan yang terhindar dari infeksi
- Kolaborasi pemeriksaan : kultur
- Kolaborasi pemberian antibiotik
- Kolaborasi pemeriksaan laboratorium : lekosit
5. Gangguan bodi image b.d. adanya bau tidak enak pada vagina.
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan bodi image setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
Kriteria hasil :
- Klien mengatakan dapat menerima perubahan pada tubuhnya
- Klien dapat berinteraksi dengan baik terhadap semua orang
- Klien dapat menggunakan sistem pendukung keluarga dan masyarakat
Intervensi :
- Tentukan persepsi klien tentang perubahan citra tubuh
- Anjurkan mengungkapkan emosi seperti marah, takut, frustrasi, dan cemas
- Beri umpan balik yang realistik
- Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam pengobatan
- Beri reinforcement positif atas usaha-usahanya untuk meningkatkan citra
tubuh
- Kaji respon adaptif
- Tunjukkan empati
- Kaji perilaku merusak diri
- Jaga kebersihan sekitar genitalia
- Berikan suport mental
6. Perubahan pola sexual b.d. adanya bau tidak enak pada vagina.
Tujuan :
Pola seksual tidak mengalami perubahan / gangguan setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
24
Kriteria hasil :
Klien/pasangan dapat mengungkapkan penerimaan akan perubahan pola
seksual
Intervensi :
- Jelaskan efek penyakit, kesehatan terhadap fungsi seksual
- Diskusikan perasaan klien terhadap fungsi seksual
- Diskusikan masalah tersebut dengan pasangan
- Beri waktu tersendiri untuk klien membicarakan masalah pola seksual.
11. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui rute
normal, abnormal, mual, muntah, perdarahan
Tujuan :
Klien menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
Kriteria hasil :
- Membran mukosa lembab
- Turgor baik
- TTV stabil
- Intake dan output seimbang
Intervensi :
- Pantau masukan dan haluaran, berat jenis
- Tinbang BB sesuai indikasi
- Pantau TTV
- Evaluasi nadi perifer dan pengisian kapiler
- Kaji turgor kulit dan kelembapan membran mukosa
- Dorong peningkatan masukan cairan sesuai toleransi klien
- Observasi adanya mual, muntah, perdarahan
- Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai indikasi
- Kolaborasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
26
BAB 3
TINJAUAN KSUS
Agama: Islam
Agama: Islam
Pendidikan: SMA
Pendidikan: SMA
Pekerjaan: IRT
Pekerjaan: Swasta
Suku/Bangsa: Indonesia
Suku/Bangsa: Indonesia
Alamat: Surabaya
Alamat: Surabaya
Keluhan Utama: Perdarahan pervaginam sejak pagi jam 06.30
Riwayat penyakit saat ini: Klien mengalami benjolan sejak 4 bulan dan dibawa ke dokter
Riwayat Sakit dan Kesehatan
umum tetapi tetap semakin besar benjolan tersebut dan benjolan semakin besar tidak
dirasa dan pada tanggal 19 mengalami perdarahan dan langsung di bawa ke IRD
Soetomo.
Penyakit yang pernah diderita keluarga: klien mengatakan keluarganya tidak memiliki
riwayat kanker
HPHT: - Dismenorhea: Ya
Menopouse: belum menoupouse
Lain-lain:
27
P2.................
Hamil Usia Jenis Usia anak KB/ Jenis/
Penolong Penyulit BB/PB
ke- kehamilan persalinan saat ini Lama
1 36 bulan Normal Bidan - 3000 17 tahun Kb suntik 3
Riwayat Obstetri
bln
2 38 bulan Normal bidan - 2900 14 tahun Kb suntik 3
bulan
Keterangan:
Genogram
cereinoma poorly
differentiated
dan Terapi
(Kelompok Merak)
30
Respon nyeri
DO:
- S: 36 C Sel tumbuh dan berkembang
- Ada benjolan cepat
berwarna kemerahan
- WBC: 35,60 x 10 3/ml
- Sekitar benjolan Penurunan imunitas
berwarna merah
- Terpasang kateter
31
Tumor membesar
Perdarahan pervaginam
Hipovolemia
Resiko infeksi
Resiko Perdarahan 09.30 6. Monitor tanda-tanda perdarahan 13.30 S: Pasien mengatakan masih
Perdarahan pervaginam + 250 cc perdarahan pervaginam.
/ hari berwarna merah O: - TD : 120/70 mmHg
09.35 kecokelatan. N : 90 x/m
7. Mencatat hasil Hb R : 20 x/m
Hb : 4.8 g/dL SB : 360C
09.35 8. Monitor TTV : - Wajah anemis
TD : 120/70 mmHg - Perdarahan berwarna merah
N : 90 x/m kecoklatan + 250 cc /hari.
R : 20 x/m A: Masalah belum teratasi
SB : 360C P : Intervensi dilanjutkan 1-5
9. Mencatat perdarahan pasien dan
09.40
menganjurkan selalu mengganti
pampers
37
Resiko Perdarahan 22.00 11. Monitor tanda-tanda 19 Juni ‘18 S: Keluarga Pasien mengatakan
perdarahan 14.00 sudah tidak mengeluarkan
Perdarahan sudah tidak keluar perdarahan pervaginam.
12. Mencatat hasil Hb O:
22.10 Hb : 4.8 g/dL
48
Resiko infeksi 21.00 13. Mencuci tangan setiap sebelum 19 Juni ‘18 S: -
tindakan ke pasien. 06.00
Sudah dilakukan oleh perawat O : S : 370C
dan keluarga. Ada benjolan di vagina
21.05 14. Memonitor tanda-tanda infeksi Kemerahan sekitar luka
Kemerahan sekitar luka Perdarahan + 200 cc/hari
22.05 15. Mengkaji luka yang di vagina Terpasang kateter
Luka berwarna merah, benjol- A : Masalah belum teratasi
benjol keluar dari vagina. P: Intervensi dilanjutkan 1-7
22.10 16. Memonitor suhu pasien
SB : 370C
17. Melihat hasil leukosit
22.15
WBC : 35,6 x 103/ml
S: -
Resiko injeksi 09.40 1. Mencuci tangan setiap sebelum 14.00
tindakan ke pasien. O : S : 370C
Sudah dilakukan oleh perawat dan Ada benjolan di vagina
keluarga. Kemerahan sekitar luka
09.45 2. Memonitor tanda-tanda infeksi Perdarahan + 250 cc/hari
50
Diagnosa
Tgl&Jam Implementasi Tgl&Jam Evaluasi Paraf
Keperawatan
Nyeri akut 26 Juni 2018 26 Juni 2018 S : -
14.30 1. Mengobservasi nyeri yang 15.30 O : k/u lemah
dirasakan klien (klien sudah TD tidak teraba, Nadi tidak
mengalami koma, tidak bisa teraba, RR tidak ada
terkaji) pupil midriasis maksimal,
2. Mengobservasi TTV klien reflex kornea tidak ada, pasien
(TD=70/palpasi, N=60x/menit, dinyatakan meninggal
RR=gasping) A : nyeri akut teratasi
P : intervensi dihentikan, klien
dinyatakan meninggal dunia.
Resiko Perdarahan 26 Juni 2018 26 Juni 2018 S : -
14.00 1. Mengobservasi tanda-tanda 15.30 O : k/u lemah
perdarahan Terpasang NGT dan keluar
cairan warna kehitaman
Masih terjadi perdarahan
pervaginam
Klien mengalami penurunan
kesadaran (koma)
A : perdarahan masih terjadi
P : hentikan intervensi, klien
dinyatakan meninggal dunia
Resiko Infeksi 26 Juni 2018 26 Juni 2018 S : -
14.10 1 Mencuci tangan sebelum dan 15.30 O : k/u lemah
sesudah melakukan tindakan Kesadaran koma
keperawatan Suhu 37,9oC
2 Mengukur suhu tubuh klien Benjolan di vagina berwarna
o
(37,9 C) kekuningan
Pasien diindikasikan untuk
pasang NGT oleh karena
52
BAB 4
PEMBAHASAN
Kanker serviks / kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam leher rahim / serviks ( bagian terendah dari rahim yang menempel pada
Pasien Ny. “S” yang menderita kanker servik di Ruang Merak berusia 42 tahun, hal
ini menjukkan sesuai dengan teori penderita kanker servik berusia 35-45 tahun.
Dalam teori menyebutkan bahwa faktor resiko terjadinya kanker servik adalah
pemakaian kontrasepsi hormonal antara lain adalah KB suntik, pasien Ny. S juga
Manifestasi klinis yang muncul pada Ny. S berupa perdarahan pervaginam yang
USG abdomen, foto thorak, dan biopsi. Sedangkan menurut teori pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan untuk pasien kanker serviks adalah pap smear, scan, foto
thorak, tes kimia skrining, HDL, dan lain-lain, hal ini karena pemeriksaan yang
telah dilakukan untuk Ny. S sudah cukup untuk menegakkan diagnosa kanker
serviks.
b.d. ancaman kematian, ancaman perubahan status kesehatan, fungsi peran dan pola
interaksi; Nyeri b.d. penekanan sel kanker pada saraf, kematian sel; Defisit nutrisi
b.d. metabolisme tubuh meningkat, nafsu makan turun; Resiko tinggi infeksi b.d.
54
tulang efek dari pembatasan dosis baik kemoterpi maupun radiasi, malnutrisi;
Resiko tinggi injury b.d. kelelahan, kelemahan fisik; Gangguan bodi image b.d.
adanya bau tidak enak pada vagina; Perubahan pola sexual b.d. adanya bau tidak
Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. S antara lain; nyeri akut
menurunnya daya tahan tubuh. Diagnosa keperawatan yang muncul pada teori tidak
semua muncul pada pasien Ny. S, hal ini karena sifat manusia yang unik. Pasien
dengan diagnosa medis yang sama tetapi mempunyai masalah yang tidak sama,
sehingga membutuhkan intervensi keperawatan yang tidak sama pula atau berbeda.
Pada tanggal 24 Juni 2018 jam 01.00 dini hari, pasien mengalami kejang
diposisikan head tilt chin lift dan diberikan O2 masker 8 Lpm serta injeksi
pasien gelisah. TTV: TD 152/89 mmHg, nadi 142, RR 30, SB 37,50C, SaO2 79%.
Hasil laboratorium saat itu ; albumin 2.3 post transfusi albumin 1 btl, Hb 4.8 post
Pada hari selanjutnya tanggal 25 Juni 2018, keadaan umum pasien lemah,
terpasang infus drip nabic 50 Meq dan Nacl 0,9% 1000 cc, Hb 3,9 post transfusi 3
bag PRC. Pasien diindikasikan untuk pasang NGT oleh karena kesadarannya
menurun. Saat dipasang NGT, keluar cairan berwarna merah kehitaman dari
Pada tanggal 26 Juni 2018 pukul 09.00 WIB, keadaan umum pasien lemah,
keluarga pasien sudah diberikan informasi terkait kondisi terminal pasien, pasien
didberikan drip Neprisol 6 x 50 ml dan pasien masih dipuasakan. Pukul 15.15 WIB,
gasping. Pukul 15.30 TD tidak teratur, nadi tidak teraba, RR tidak ada, pupil
midriasis maksimal, reflex kornea tidak ada, pasien dinyatakan meninggal di depan
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
tetapi ada beberapa faktor resiko yang diduga memicu ca cervik secara teori
seperti menikah pada usia muda (umur 20 tahun) dan menggunakan KB suntik
5.2 Saran
meningkat.