Anda di halaman 1dari 61

KASUS SEMINAR STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA


CERVIX KLINIS III-B + ANEMIA + AKI dd ACKD + HIPOALBUMIN
DI RUANG MERAK RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA

Disusun oleh:

Arum Rahmawati, S. Kep. 131723143069


Ramona Irfan Kadji, S. Kep. 131723143074
Yhunika Nur Mastiyas, S. Kep. 131723143078
Simpliana Rosa, S. Kep 131723143082
Amanatul Firdaus, S.Kep. 131723143086
Anindita Nayang S., S. Kep. 131723143090

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATANUNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018

i
DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................Error! Bookmark not defined.
1.1. Latar Belakang ........................................................Error! Bookmark not defined.
1.2. Tujuan Penulisan ....................................................Error! Bookmark not defined.
1.3. Manfaat ...................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB 2 KONSEP TEORI ..................................................................................................... 1
2.1. Pengertian ................................................................................................................ 1
2.2. Etiologi .................................................................................................................... 1
2.3. Manifestasi Klinik ................................................................................................... 2
2.4. Stadium Karsinoma Serviks .................................................................................... 3
2.5. Patofisiologi ............................................................................................................. 4
2.6. Pemeriksaan Diagnostik .......................................................................................... 6
2.7. Penatalaksanaan ....................................................................................................... 7
2.8. Penyebaran ............................................................................................................... 7
2.9. Klasifikasi ................................................................................................................ 7
2.10. Perencanaan Terapi Radiasi ................................................................................. 8
2.11. Sitostatika dalam Ginekologi ............................................................................. 10
2.14. Konsep Asuhan Keperawatan Ca Cervix ........................................................... 17
BAB 3 TINJAUAN KASUS ............................................................................................... 26
BAB 4 PEMBAHASAN ..................................................................................................... 53
BAB 5 PENUTUP ............................................................................................................... 56

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ca serviks adalah kanker yang terjadi pada uterus, suatu daerah pada organ
reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim
(uterus) dengan liang senggama (vagina). Kanker ini biasanya terjadi pada wanita yang
telah berumur yang dikarenakan perjalanan kanker ini dari pertama kali terinfeksi
memerlukan waktu sekitar 10-15 tahun untuk berubah menjadi sebuah kasus kanker
serviks. Berdasarkan data Globocan, International Agency for Research on Cancer
(IARC) tahun 2002, Di Indonesia, hasil pemeriksaan patologi menyatakan lima kanker
terbanyak adalah kanker leher rahim, payudara, kelenjar getah bening, kulit dan
nasofaring (Harianto, 2004).
Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2015), kanker leher rahim
merupakan kanker kedua terbanyak ditemukan pada wanita di dunia. Kurang lebih
500.000 kasus baru kanker leher rahim terjadi tiap tahun dan tiga perempatnya terjadi di
Negara berkembang. Menurut data IPMG (International Pharmaceutical Manufactures
Group) setiap jam satu wanita di Indonesia meninggal dunia akibat kanker leher rahim
(serviks), sedangkan di Asia Pacifik setiap empat menit, dan setiap dua menit satu wanita
di dunia dapat meninggal akibat kanker serviks. Prevalensi kanker serviks di Indonesia
mencapai 90-100 kasus per 100.000 penduduk, dimana ditemukan 200.000 kasus baru
tiap tahunnya, bahkan menurut WHO kasus kanker serviks akan meningkat samapai
dengan tujuh kali lipat pada tahun 2030.
Ca serviks atau kanker rahim sendiri dapat disebabkan infeksi HPV (human
papilloma virus). Saat ini terdapat 138 jenis HPV yang sudah dapat teridentifikasi yang
40 diantaranya dapat ditularkan lewat hubungan seksual. Beberapa tipe HPV virus
jarang menimbulkan kanker, sedangkan tipe yang lain bersifat virus resiko tinggi.
Namun baik itu virus dengan resiko tinggi maupun rendaha keduanya tetap dapat
menimbulkan partumbuhan sel yang abnormal tetapi pada umunya yang banyak
menyebabkan pertumbuhan abnormal pada sel hanya HPV tipe resiko tinggi sehingga
dapat memicu terjadinya kanker. Virus HPV resiko tinggi yang dapat ditularkan melalui
hubungan seksual adalah tipe 7, 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 69, dan
mungkin masih terdapat beberapa tipe yang lain.

iii
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan
diagnosis sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi
prognosisnya. Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan
kemoterapi, atau kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu saja terapi
ini masih berupa “simptomatis” karena masih belum menyentuh dasar penyebab kanker
yaitu adanya perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih mendasar atau imunoterapi masih
dalam tahap penelitian. Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya
penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan
teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk
membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada perluasan
penyakit. Secara universal disetujui penentuan luasnya penyebaran penyakit melalui
sistem stadium.
Pasien dengan kanker serviks tentu pula memerlukan perawatan yang baik, untuk
itulah akhirnya penulis tergerak melakukan asuhan keperawatan terhadap klien dengan
penyakit tersebut di ruang Merak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

B. Rumusan Masalah
1 Apakah definisi dari ca servik?
2 Apakah etiologi dari ca servik?
3 Apakah patofisiologi ca servik?
4 Apakah manifestasi klinis ca servik?
5 Apakah stadium ca servik?
6 Apakah pemeriksaan ca servik?
7 Apakah penatalaksanaan ca servik?
8 Kemana penyebaran ca servik?
9 Apakah klasifikasi ca servik?
10 Apakah perencanaan ca servik?
11 Apakah sitostatika dalam ginekologi?
12 Apakah deteksi dari ca servik?
13 Apakah pencegahan dari ca servik?
C. Tujuan
1 Tujuan Umum
Setelah proses perkuliahan keperawatan maternitas diharapkan mahasiswa mampu
mengetahui mengenai konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan ca serviks

iv
2 Tujuan Khusus
a. Menjelaskan definisi dari ca servik.
b. Menjelaskan etiologi/ faktor pencetus dari ca servik.
c. Menjelaskan manifestasi klinis dari ca servik.
d. Menjelaskan patofisiologi ca servik.
e. Menjelaskan stadium ca servik
f. Menjelaskan pemeriksaan ca servik
g. Menjelaskan penatalaksanaan ca servik
h. Menjelaskan penyebaran ca servik
i. Menjelaskan klasifikasi ca servik
j. Menjelaskan perencanaan ca servik
k. Menjelaskan sitostatika dalam ginekologi
l. Menjelaskan deteksi dari ca servik
m. Menjelaskan pencegahan dari ca servik

v
1

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian

Kanker serviks / kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam

leher rahim / serviks ( bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.

Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan

kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol

proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks.

Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 – 55 tahun. 90 % dari

kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal

dari sel kelenjar penghasil lendir pada sluran servikal yang menuju ke dalam rahim.

2.2. Etiologi

Kanker serviks terjadi jika sel – sel serviks menjadi abnormal dan membelah

secara tak terkendali. Jika sel – sel serviks terus membelah, maka akan terbentuk suatu

masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak / ganas. Jika tumor tersebut

ganas, maka keadaannya disebut kanker serviks.

Penyebab terjadinya kelainan pada sel – sel serviks tidak diketahui secara pasti ,

tetapi terdapat beberapa factor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker

serviks yaitu :

a. HPV ( Human Papiloma Virus )

HPV adalah virus penyebab kutil genitalis ( kondiloma akuminata ) yang ditularkan

melalui hubungan seksual.

Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56.
2

b. Merokok

Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk

melawan infeksi HPV pada serviks.

c. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini

d. Berganti – ganti pasangan seksual

e. Suami / pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di

bawah 18 tahun, berganti – ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang

menderita kanker serviks.

f. Pemakaian DES ( dietilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.

g. Pemakaian pil KB

h. Infeksi herpes genitalis / infeksi klamiidia menahun.

i. Golongan ekonomi lemah ( kerna tidak mampu melakukan pap smear secara rutin

2.3. Manifestasi Klinik

a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan

b. Pendarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%)

c. Pendarahan yang terjadi di luar senggama (Tingkat II dan III)

d. Pendarahan spontan saat defekasi

e. Pendarahan spontan pervaginaan

f. Anemia akibat pendarahan berulang

g. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf.


3

2.4. Stadium Karsinoma Serviks

Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri :

Tahapan Lesi Lokasi Deskripsi


Tahap 0 Karsinoma in situ Kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak
terdapat bukti invasi.
Tahap 1 Karsinoma yang hanya Ukuran bukan merupakan kriteria
benar-benar berada dalam
serviks
Tahap 1A Makroinvasi
Tahap 1B Secara klinis jelas merupakan tahap I
Tahap II Kanker vagina Lesi telah menyebar di luar serviks
hingga mengenai vagina (bukan 1/3
bagian bawah) atau area paraservikal
pada salah satu sisi atau kedua sisi.
Tahap IIA Hanya perluasan vagina
Tahap IIB Perluasan paraservikal dengan atau tanpa
mengenai vagina.
Tahap III Kanker mengenai 1/3 Penyakit nodus limfe yang teraba tidak
bagian bawah vagina atau merata pada dinding pelvis. Urogram IV
telah meluas ke salah satu menunjukkan salah satu atau kedua ureter
atau kedua dinding pelvis tersumbat oleh tumor.
Tahap IIIA Meluas sampai 1/3 bagian bawah vagina
saja
Tahap IIIB Metastase karsinoma terisolasi yang
diraba pada dinding pelvis.
Tahap IV Perluasan kandung kemih Bukti bahwa karsinoma mengenai
kandung kemih tampak pada
pemeriksaan sitoskopi atau oleh adanya
fistulasi vesiko vagina.
Perluasan rectal penyebaran Karsinoma menyebar keluar pelvis sejati
jauh ke organ lainnya.
4

2.5. Patofisiologi

Karsinoma serviks timbul di batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio)

dan endoserviks kanalis serviks yang disebut sebagai squamo-columnar junction (SCJ).

Histologi antara epitel gepeng berlapis (squamous complex) dari portio dengan epitel

kuboid/silindris pendek selapis bersilia dari endoserviks kanalis serviks. Pada wanita SCJ

ini berada di luar ostius uteri eksternum, sedangkan pada waniya umur > 35 tahun, SCJ

berada di dalam kanalis serviks. Tumor dapat tumbuh :

1. Eksofilik mulai dari SCJ ke arah lUmen vagina sebagai masa yang mengalami

infeksi sekunder dan nekrosis.

2. Endofilik mulai dari SCJ tumbuh ke dalam stomaserviks dan cenderung untuk

mengadakan infiltrasi menjadi ulkus.

3. Ulseratif mulai dari SCJ dan cenderung merusak struktur jaringan serviks dengan

melibatkan awal fornises vagina untuk menjadi ulkus yang luas.

Serviks normal secara alami mengalami proses metaplasi/erosio akibat saling

desak-mendesak kedua jenis epitel yang melapisi. Dengan masuknya mutagen, porsio

yang erosif (metaplasia skuamosa) yang semula fisiologik dapat berubah menjadi

patologik melalui tingkatan NIS I, II, III dan KIS untuk akhirnya menjadi karsinoma

invasif.. Sekali menjadi mikroinvasif atau invasif, prose keganasan akan berjalan terus.

Periode laten dari NIS – I s/d KIS 0 tergantung dari daya tahan tubuh penderita.

Umumnya fase pra invasif berkisar antara 3 – 20 tahun (rata-rata 5 – 10 tahun). Perubahan

epitel displastik serviks secara kontinyu yang masih memungkinkan terjadinya regresi

spontan dengan pengobatan / tanpa diobati itu dikenal dengan Unitarian Concept dari

Richard. Hispatologik sebagian besar 95-97% berupa epidermoid atau squamos cell

carsinoma sisanya adenokarsinoma, clearcell carcinoma/mesonephroid carcinoma dan

yang paling jarang adalah sarcoma.


5

Pathways
Virus herpes simplex
Virus HPV Faktor-faktor resiko
Sito megalo virus

Penekanan sel Ca
Ca Serviks pada saraf

Nyeri

Psikologis Pendarahan Bau busuk Pengobatan

Kurang pengetahuan
- Hipovolemi Ggn. Bodi Ggn. Pola Eksternal radiasi
- Anemia image Seksual
Cemas/Takut
Resti
Infeksi Kulit merah, Depresi Mulut
kering sumsum kering
Intoleransi
tulang stomatitis
aktifitas

Resti Hb 
kerusakan
integritas
kulit Anemia

Sel-sel kurang O2

Gastrointestin kurang O2
Resti
kekurangan Mual, muntah
volume
cairan
Nutrisi kurang

Kelemahan/kelelahan

Daya tahan tubuh berkurang


Resiko injury

Resiko tinggi infeksi


6

2.6. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pap Smear

Pap smear dapat mendeteksi sampai 90 % kasus kanker serviks secara akurat dan

dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

Akibatnya angka kematian akibat kanker servikpun menurun sampai lebih dari 50

%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual / atau usianya telah mencapai 18

tahun, sebaiknya menjalani pap smear secara teratur yaitu 1 kali / tahun.

Jika selam 3 kali berturut – turut menunjukkan hasil yang normal, pap smear bias

dilakukan 1 kali / 2 – 3 tahun.

Hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan stadium dari kanker serviks :

a. Displasia ringan ( perubahan dini yang belum bersifat ganas )

b. Displasia berat ( perubahan lanjut yang belum bersifat ganas )

c. Karsinoma insitu ( kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar )

d. Kanker invasive ( kanker telah menyebar lapisan serviks yang lebih dalam /

ke organ tubuh lainnya )

2. Scan (MRI, CT, Gallium) dan ultrasound

Dilakukan untuk tujuan diagnostik identifikasi metastatik dan evaluasi respon

pada pengobatan.

3. Biopsy (aspirasi, eksisi, jarum, melubangi)

Dilakukan untuk diagnosa banding dan menggambarkan pengobatan dan dapat

dilakukan melalui sumsum tulang, kulit, organ, dsb.

4. Penanda tumor

Zat yang dihasilkan dan disekresikan oleh sel tumor dan ditemukan dalam serum

(CEA, antigen spesifik prostat, HCG, dll.)

5. Tes kimia skrining


7

6. HDL dengan diferensial dan trombosit dapat menunjukkan anemia, perubahan

pada SDM dan SDP, trombosit berkurang atau meningkat.

7. Sinar X dada

Menyelidiki penyakit paru metastatik atau primer.

2.7. Penatalaksanaan

1. Krioterapi : metode pembekuan

2. Elektrokauter : menggunakan alat radiofrekuensi dengan melakukan eksisi loop

diathermy terhadap jaringan lesi pra kanker

3. Dia termi elektrokoagulasi : memusnahkan jaringan lebih luas dan efektif jika

dibandingkan dengan elektrokauter

4. Laser : sinar laser menggunakan muatan listrik

2.8. Penyebaran

Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah yaitu:

a. Ke arah fornises dan dinding vagina

b. Ke arah korpus uterus.

c. Ke arah paramerium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum

rektovaginal dan kandungkemih.

2.9. Klasifikasi

1. Kanker Serviks Pre-Invasif

Klasifikasi yang digunakan saat ini meliputi :

a. CIN I displasia ringan

b. CIN II displasia sedang

c. CIN III displasia berat dan karsinoma insitu

Metode yang digunakan untuk mendeteksi CIN adalah papanikolaou (PAP) Test.
8

PAP test terdiri dari 5 kategori.

a. Stadium I : Tidak ada sel abnormal

b. Stadium II : Sel epitel diidentifikasi, inflamasi harus diukur.

c. Stadium III : Kecurigaan Sel Abnormal

d. Stadium IV : Sel Malignan – karsinoma insitu

e. Stadium V : Sel malignan – kanker invasif

2. Kanker Serviks invasif

Terdapat 2 tipe yaitu mikro-invasif dan invasif

a. Karsinoma mikroinvasif

Adalah satu atau lebih lesi yang membesar tidak lebih dari 3 mm di bawah

membran basal tanpa adanya infasif limfatik atau vaskuler.

b. Karsinoma invasif

Adalah penyebaran karsinoma ke arah lain, kanker serviks invasif tidak

menampakkan gejala tunggal yang spesifik, yang terjadi adalah pendarahan yang

terjadi saat coitus atau latihan fisik, nyeri hematuria, dan gagal ginjal akibat

penyebaran kanker ke kandung kemih dan obstruksi serta pendarahan rektal serta

obstruksi bowel. Terapi pembedahan dan radioterapi.

3. Kanker Serviks Lanjut dan Berulang

Sekitar 1 dari 3 wanita dengan kanker serviks invasif, mempunyai penyakit

berulang atau persisten setelah terapi.

2.10. Perencanaan Terapi Radiasi

1. Terapi Radiasi Eksternal

a. Perawatan sebelum pengobatan

Kuatkan penjelasan tentang perawatan yang digunakan untuk prosedur.


9

b. Selama Terapi

1. Pilihlah kulit yang baik dengan menganjurkan menghindari sabun,

kosmetik dan deodoran.

2. Pertahankan keadekuatan nutrisi.

c. Perawatan Post Pengobatan

1. Hindari infeksi

2. Laporkan tanda-tanda infeksi

3. Monitor intake cairan dan juga keadekuatan nutrisi.

4. Beri tahu efek radiasi peresisten selama 10-14 hari sesudah pengobatan.

5. Lakukan perawatan kulit dan mulut.

2. Terapi Radiasi Internal

a. Pertimbangan Perawatan Umum

1. Teknik isolasi

2. Membatasi aktivitas

b. Perawatan Pre Insersi

1. Turunkan kebutuhan untuk enema atau BAB, selama beberapa hari.

2. Pasang kateter sesuai indikasi

3. Puasakan malam hari sebelum prosedur dilakukan

4. Latih nafas panjang, latih ROM

5. Jelaskan tentang pembatasan pengunjung.

c. Selama Terapi Radiasi

1. Monitor TTV tiap 4 jam

2. Latih ROM aktif dan nafas dalam setiap 2 jam

3. Beri posisi semi fowler

4. Beri makanan berserat dan cairan parenteral s/d 300 ml


10

5. Kateter tetap terpasang

6. Monitor intake dan output

7. Monitor tanda-tanda pendarahan

8. Beri support mental.

d. Perawatan Post pengobatan

1. Hindari komplikasi post pengobatan (tromboplebitis emboli pulmonal dan

pneumonia)

2. Hindari komplikasi akibat pengobatan itu sendiri (pendarahan, reaksi

kulit, diare, disuria dan distansia vagina)

3. Monitor intake dan output cairan.

3. Teknik Kombinasi Radiasi Eksternal dan Intrakaviter

Stadium I dan II : Aplikasi radium 6500 rad dengan 2x aplikasi radiasi eksternal

: 5000 rad / 5 minggu.

Stadium III : Radiasi eksternal seluruh pelvis 2000-3000 rad kemudian

4500-5000 rad.

Stadium IV : Hanya radiasi eksternal untuk pengobatan paliative.

2.11. Sitostatika dalam Ginekologi

a. Penggolongan obat sitostatika :

1) Golongan yang terdiri atas obat-obat yang mematikan semua sel pada siklus 

obat-obat non spesifik

2) Golongan obat yang mematikan pada fase tertentu dari mana proliferasi  obat

fase spesifik.

3) Golongan obat yang merusak semua sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel lebih

besar  obat-obat siklus spesifik.


11

b. Macam – macam obat :

1) Obat dengan Komponen Alkil (Alkilating Agent)

2) Obat ini melepas alkil dalam selnya, menyebabkan gangguan pembentukan RNA.

Obat ini mempengaruhi proliferasi dan interface. Efek toksik adalah : depresi

sumsum tulang dengan gejala neutropeni dan trombositopeni dan pengaruh

terhadap traktus digestivus dan folikel rambut (alopesia).

3) Obat Anti Metabolit

Obat ini mempunyai identitas kimiawi yang sama, akan tetapi menghalangi

berfungsinya metabolit tersebut, sehingga akan mengganggu siklus dalam sel.

4) Obat Antibiotik

Obat ini berkhasiat spesifik terhadap siklus sel.

5) Obat alkaloid

Golongan ini menghentikan proses mitosis pada fase metastasis.

6) Obat Hormon

Dasar terapi ini bahwa organ yang dalam keadaan normal, rentan terhadap

hormon tertentu, dapat dipengaruhi oleh hormon dari luar.

c. Cara Pemberian Obat

1) Pemberian Oral

Obat yang diberikan sebaiknya obat yang larut dalam lemak. Perlu diperhatikan

bahwa pemberian obat oral dapat menyebabkan kerusakan sel epitelium sehingga

mengakibatkan ulkus yang disertai depresi sumsum tulang. dapat disertai

pendarahan.

2) Pemberian Intramuskuler

Kurang dianjurkan karena dapat menimbulkan nekrosis, pendarahan lokal yang

sukar dihentikan.
12

3) Pemberian intravena

Pemberian intravena dapat dilakukan dengan penyuntikan langsung secara

“bolus” atau per infus.

4) Pemberian intrapleura

Pemberian obat ini bertujuan untuk mengurangi produksi cairan pleura dan

membunuh sel kanker.

5) Pemberian intraperitoneal

Pemberian ini bertujuan untuk mengurangi cairan asites, obat ini diberikan

intraperineum.

d. Syarat Pemberian Sitostatika

1) Keadaan umum harus baik

2) Penderita mengerti tujuan pengobatan dan mengetahui efek samping yang terjadi.

3) Faal ginjal dan hati baik.

4) Diagnosis histopatologik diketahui.

5) Jenis kanker diketahui sensitif terhadap kemoterapi.

6) Hb > 10 gr%.

7) Leukosit > 5000/ml.

8) Trombosit > 100.000/l.

Selain persyaratan di atas, ada syarat yang harus dipenuhi dalam pemberian

pengobatan.

1) Mempunyai pengetahuan sitostatika dan manajemen kanker.

2) Dilengkapi secara sarana laboratorium yang lengkap.

Efek toksik yang paling cepat tampak adalah efek pada traktus digestivus yaitu :

1) Gingivitis

2) Diare
13

3) Rasa mual

4) Muntah

5) Pendarahan usus

6) Anemia

7) Leukopenia

8) Trombositopenia

9) Kenaikan suhu

10) Hiperpigmentasi

11) Gatal - gatal

12) Kenaikan kadar ureum dan kreatinin.

2.12. Deteksi Dini


1. Keluarnya cairan abnormal

Keluarnya cairan abnormal dari vagina merupakan salah satu gejala kanker serviks

yang paling mudah untuk dikenali dan umumnya dialami oleh kebanyakan wanita.

Penyebab keluarnya cairan abnormal ini adalah karena saat penyakit mulai

berkembang dalam serviks, maka sel-sel dalam rahim akan menjadi terganggu dan

mulai melepaskan cairan abnormal tersebut.

2. Tumbuhnya kutil

Tumbuhnya kutil pada area kewanitaan adalah indikator lainnya dari infeksi HPV

yang dapat meningkatkan risiko wanita terserang kanker serviks.

3. Pendarahan abnormal

Selain keluarnya cairan yang abnormal dari vagina, pendarahan yang terjadi di luar

masa menstruasi juga merupakan salah satu dari gejala kanker serviks. Pendarahan

ini terjadi karena sel abnormal pada serviks akan mulai bertumbuh dan membelah

karena virus HPV. Hal inilah yang kemudian menyebabkan iritasi dan pendarahan.
14

4. Anemia

Rasa lelah yang sering muncul disertai dengan perasaan lemas dan kulit pucat juga

merupakan salah satu dari beberapa gejala kanker serviks.

5. Masalah saluran kemih

Saat serviks mengalami pembengkakan, kandung kemih dan ginjal akan mulai sesak

sehingga menghalangi keluarnya urin yang kemudian berakibat pada timbulnya

masalah saluran kemih.

6. Sakit pada kaki/pinggul/pinggang

Kondisi serviks yang membengkak juga akan mengakibtkan kompresi organ dalam.

Pembuluh vena akan memadat sehingga menyulitkan darah untuk sampai di panggul

atau tungkai. Akibatnya, akan muncul rasa sakit pada kaki, pinggul, atau pinggang.

7. Menurunnya berat badan

Saat kanker mulai mengganas, maka kondisi ini juga dapat mengakibatkan pada

menurunnya nafsu untuk makan. Nafsu makan yang menurun, otomatis akan

membuat berat badan dari penderitanya mengalami penurunan pula.

8. Nyeri saat berhubungan seks

Kanker serviks akan membuat penderitanya merasakan sakit yang tidak biasa ketika

melakukan hubungan seks.

9. Tulang menjadi rapuh

Kanker serviks yang telah berada pada stadium lanjut, akan menyebabkan tulang

menjadi lebih rapuh.

Segeralah lakukan pemeriksaan untuk deteksi dini kanker leher rahim secara rutin

dan berkala minimal 3 tahun sekali, dengan cara:

1. Pap Smear yang sudah dikenal masyarakat


15

Pap Smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid atau sesuai

petunjuk dokter, bagi perempuan yang sudah menikah atau sudah aktif melakukan

hubungan seksual. Dianjurkan melakukan pap smear setahun sekali. Lakukan Pap

Smear sesegera mungkin dan jangan menunggu sampai timbul gejala.

Persiapan Pap Smear

Beritahukan kepada dokter atau perawat/bidan obat-obatan apa saja yang

sedang Anda konsumsi. Pil KB yang mengandung estrogen atau progestin dapat

mempengaruhi hasil tes. Juga beritahukan kepada dokter atau perawat/bidan jika

Anda memiliki kemungkinan sedang hamil.

Kosongkan kandung kemih sebelum pemeriksaan dilakukan (buang air kecil

terlebih dahulu). Jika Anda mengalami perdarahan tiba-tiba (bukan karena

menstruasi) jangan batalkan rencana pemeriksaan. Konsultasikan dengan dokter

dan dokter akan memutuskan apakah pemeriksaan PAP SMEAR bisa dilakukan.

Syarat Pemeriksaan Pap Smear

1. Tidak berhubungan seksual dalam 3×24 jam sebelum pemeriksaan

2. Tidak menggunakan pembersih vagina baik cairan atau semprot

3. Tidak sedang dalam infeksi berat seperti keputihan yang parah

Cara Pemeriksaan Papa Smear

Pemeriksaan dilakukan di atas kursi periksa kandungan oleh dokter atau

bidan yang sudah dilatih dengan menggunakan alat untuk membuka liang

senggama. Pasien berbaring di atas meja periksa atau duduk di kursi periksa dan

kedua kaki diletakkan di atas penyangga kaki. Pemeriksa akan memasukkan alat

bernama speculum atau cocor bebek ke dalam vagina untuk membukanya.

Prosedur ini memungkinkan pemeriksa untuk dapat melihat ke dalam vagina dan

mulut rahim.
16

Ujung leher rahim diusap dengan spatula untuk mengambil cairan yang

mengandung sel-sel dinding rahim. Usapan ini kemudian diperiksa jenis sel-sel

lainnya di bawah mikroskop.

Apabila hasil pemeriksaan positif atau terdapat sel-sel yang tidak normal

harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli

kandungan.

2. Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual

pada serviks dengan pemberian asam asetat. Setelah dilihat posisinya, leher rahim

dipulas dengan asam asetat 3-5%, selama 1 menit. Pemberian ini tidak menyakitkan

dan hasilnya langsung saat itu juga dapat disimpulkan Normal (Negatif), atau Positif

(ada lesi pra-kanker).

Beberapa Keuntungan IVA (Inspeksi Visual dengan aplikasi Asam Asetat)

1. Murah

2. Mudah, praktis, mampu laksana

3. Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan

4. Alat-alat yang dibutuhkan sederhana

5. Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana

6. Kinerja tes sama dengan tes lain

7. Memberikan hasil segera sehingga dapat diambil keputusan mengenai

penatalaksanaannya

Syarat Dilakukannya IVA Tes

1. Sudah melakukan hubungan seksual

2. Tidak sedang datang bulan/haid

3. Tidak sedang hamil


17

4. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

Teknik IVA

1. Spekulum untuk melihat serviks yang telah dipulas dengan asam asetat 3-5%

2. Hasil (+) pada lesi prakanker terlihat warna bercak putih disebut : ACETO

WHITE EPITELIUM

3. Tindak lanjut IVA (+) Biopsi

2.13. Pencegahan

S : Selalu jaga pola hidup sehat

I : Imunisasi HPV

C : Cek kesehatan berkala

E : Enyahkan asap rokok

R : Rajin berolahraga

D : Diet sehat dengan kalori seimbang

I : Istirahat yang cukup

K : Kelola stress

2.14. Konsep Asuhan Keperawatan Ca Cervix

A. Pengkajian

1. Identitas Klien
2. Keluhan utama
3. Status kesehatan
a. Gejala yang dirasakan
1) Gejala awal
2) Timbulnya gejala
- faktor yang memperbaiki gejala
- faktor yang memperburuk gejala
3) Deskripsi gejala
18

- lokasi
- kualitas
- kuantitas
4) Efek pada gaya hidup

b. Riwayat Ginekologi
- Karakteristik menstruasi
- Menarche
- Periode menstruasi terakhir
- Pengalaman menstruasi
- Pendarahan tengah siklus
- Menopause
- Kontrasepsi
- Usia pada saat kehamilan pertama
- Penyakit menular seksual
c. Status Obstetrik P …. A…..
4. Riwayat Medis Masa Lalu
a. Penyakit dan Pengobatan
b. Alergi
c. Penyakit masa kanak-kanak dan imunisasi.
d. Penyakit dan pembedahan sebelumnya
e. Kecelakaan atau cedera
f. Perilaku yang berisiko
- gaya hidup
- konsumsi kafein
- mengonsumsi alcohol
- obat-obatan
- praktik seks yang tidak aman
g. Riwayat penganiayaan
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Penyakit keturunan
b. Penyakit saat ini dalam keluarga
c. Riwayat penyakit jiwa dalam keluarga
19

d. Genogram
6. Riwayat psikososial
a. Koping individu
- Kesadaran diri dan harga diri
- Penatalaksanaan stress
- Penyalahgunaan zat
b. Pola kesehatan
 Sirkulasi
- Gejala palpitasi
- Perubahan tekanan darah
 Aktifitas istirahat dan tidur
- Kelemahan
- Perubahan pola istirahat dan tidur
- Adanya faktor – faktor yang mempengaruhi istirahat dan tidur
misalnya : nyeri, kecemasan, keringat malam dll
 Integritas ego
- Factor stress ( perubahan peran, pekerjaan )
- Cara mengatasi stress misalnya merokok, minum alcohol, menunda
mencari pengobatan, keyakinan religius dll
- Masalah tentang perubahan penampilan misalnya alopesia, luka
cacat, pembedahan, menyangkal, menarik diri, marah dll
 Nutrisi
- Keluhan mual
- Muntah
- Kebiasaan diet buruk : bahan pengawet, zat adiktif
- Anoreksia
- Kekurangan masa otot
- Perubahan BB
- Kakeksia

 Eliminasi
- Perubahan pola defekasi
- Perubahan bising usus
20

- Distensi abdomen
 Neurosensori
- Pusing
- Sinkop
 Nyeri / kenyamanan
- Ketidaknyamanan ringan sampai dengan berat dihubungkan dengan
proses penyakit
 Keamanan
- Pemajanan terhadap kimia toksik, karsinogen,
- Ruam kulit
- Demam
- ulserasi
 Interaksi social
- Masalah tentang fungsi dan tanggung jawab peran
 seksualitas
- dampak pada hubungan, perubahan fungsi seksualitas
c. Spiritual
- Agama
- Praktik agama
7. Pemeriksaan Fisik
a. keadaan umum
b. head to toe
8. Pemeriksaan penunjang
9. Data pendukung lain
10. Kesimpulan

B. Diagnosa Keperawatan - Intervensi

1. Nyeri b.d. penekanan sel kanker pada saraf, kematian sel.


Tujuan :
21

Nyeri hilang / berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x


24 jam
Kriteria hasil :
- Klien mengatakan nyeri hilang / berkurang dengan skala nyeri 0 – 3
- Ekspresi wajah rileks
- TTV dalam batas normal
Intervensi :
- Tentukan riwayat nyeri : lokasi, frekuensi, durasi, intensitas dan tindakan
penghilang yang digunakan
- Berikan tindakan kenyamanan dasar ( reposisi, gosok punggung, aktifitas
hiburan, musik, tertawa dll )
- Evaluasi penghilangan nyeri
- Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. metabolisme tubuh
meningkat, nafsu makan turun.
Tujuan :
Status nutrisi dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan tubuh setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
Kriteria hasil :
- Konjungtiva tidak anemis
- Sclera tidak ikterik
- BB dalam batas normal
- Hasil laboratorium dalam batas normal : Hb
Intervensi :
- Pantau masukan makanan setiap hari
- Ukur BB setiap hari / sesuai indikasi
- Dorong klien untuk makan makanan tinggi kalori, kaya nutrien
- Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
- Dorong penggunaan tehnik relaksasi, visualisasi sebelum makan
- Identifikasi adanya mual, muntah, anoreksia
- Dorong makan sedikit tapi sering
- Kolaborasi :
 Pemberian obat – obatan sesuai indikasi : fenotiazin, kortikosteroid,
vitamin, antasid
22

 Pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi : Hb

3. Resiko tinggi infeksi b.d. ketidakadekuatan pertahanan sekunder adanya


imunosupresi, supresi sumsum tulang ( efek dari pembatasan dosis baik kemoterpi
maupun radiasi, malnutrisi
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam

Kriteria hasil :
- Tidak ada tanda – tanda infeksi
- TTV dalam batas normal
- Hasil laboratorium dalam batas normal : lekosit
Intervensi :
- Tekankan pada pentingnya hygiene personal, hygiene oral
- Pantau TTV
- Berikan perawatan dengan prinsip aseptic
- Tempatkan klien pada lingkungan yang terhindar dari infeksi
- Kolaborasi pemeriksaan : kultur
- Kolaborasi pemberian antibiotik
- Kolaborasi pemeriksaan laboratorium : lekosit

4. Resiko tinggi injury b.d. kelelahan, kelemahan fisik.


Tujuan :
Tidak terjadi injury setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam.
Kriteria hasil :
- Klien berada pada kondisi yang jauh dari injury
- Klien atau keluarga dapat mendemonstrasikan tindakan pencegahan diri
dari injury.
Intervensi :
- Kaji mental klien
- Pantau status neuromuskuler
23

- Kaji kemampuan AKS, latihan dan ambulansi


- Pertahankan lingkungan yang aman
- Orientasikan terhadap lingkungan sekitar
- Sediakan peralatan yang dibutuhkan dan tempatkan dalam jangkauan
- Pertahankan pagar tempat tidur
- Beri penerangan yang adekuat
- Bantu klien dalam AKS

5. Gangguan bodi image b.d. adanya bau tidak enak pada vagina.
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan bodi image setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
Kriteria hasil :
- Klien mengatakan dapat menerima perubahan pada tubuhnya
- Klien dapat berinteraksi dengan baik terhadap semua orang
- Klien dapat menggunakan sistem pendukung keluarga dan masyarakat
Intervensi :
- Tentukan persepsi klien tentang perubahan citra tubuh
- Anjurkan mengungkapkan emosi seperti marah, takut, frustrasi, dan cemas
- Beri umpan balik yang realistik
- Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam pengobatan
- Beri reinforcement positif atas usaha-usahanya untuk meningkatkan citra
tubuh
- Kaji respon adaptif
- Tunjukkan empati
- Kaji perilaku merusak diri
- Jaga kebersihan sekitar genitalia
- Berikan suport mental

6. Perubahan pola sexual b.d. adanya bau tidak enak pada vagina.
Tujuan :
Pola seksual tidak mengalami perubahan / gangguan setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
24

Kriteria hasil :
Klien/pasangan dapat mengungkapkan penerimaan akan perubahan pola
seksual
Intervensi :
- Jelaskan efek penyakit, kesehatan terhadap fungsi seksual
- Diskusikan perasaan klien terhadap fungsi seksual
- Diskusikan masalah tersebut dengan pasangan
- Beri waktu tersendiri untuk klien membicarakan masalah pola seksual.

7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan produksi energi,


hipermetabolik
Tujuan :
Klien tidak mengalami intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam
Kriteria hasil :
- Klien mampu melakukan aktifitas sesuai kemampuan klien
- TTV dalam batas normal
Intervensi :
- Rencanakan tindakan keperawatan yang memungkinkan periode istirahat
- Buat tujuan aktifitas realistis dengan klien
- Dorong klien untuk melakukan aktifitas apa saja bila mungkin ( duduk,
berjalan, bangun )
- Tingkatkan aktifitas sesuai kemampuan
- Pantau respon fisiologis terhadap aktifitas
- Kaji respon TTV tiap 4 jam

8. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d. radiasi, kemoterapi, penurunan


imunologis
Tujuan :
Tidak terjadi kerusakan integritas kulit setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
25

Integritas kulit utuh


Intervensi :
- Kaji kulit dengan efek samping terapi kanker
- Gunakan air hangat dan sabun ringan waktu mandi
- Anjurkan klien untuk menghindari mengaruk
- Ubah posisi / alih baring sesering mungkin
- Hindari untuk memakai krim apapun kecuali dengan resep dokter
- Anjurkan klien untuk memakai pakaian lembut dan longgar
- Kaji efek samping dermatologis yang dicurigai pada kemoterapi
- Kolaborasi untuk pemberian salep topikal.

11. Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui rute
normal, abnormal, mual, muntah, perdarahan
Tujuan :
Klien menunjukkan keseimbangan cairan yang adekuat setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
Kriteria hasil :
- Membran mukosa lembab
- Turgor baik
- TTV stabil
- Intake dan output seimbang
Intervensi :
- Pantau masukan dan haluaran, berat jenis
- Tinbang BB sesuai indikasi
- Pantau TTV
- Evaluasi nadi perifer dan pengisian kapiler
- Kaji turgor kulit dan kelembapan membran mukosa
- Dorong peningkatan masukan cairan sesuai toleransi klien
- Observasi adanya mual, muntah, perdarahan
- Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai indikasi
- Kolaborasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi
26

BAB 3

TINJAUAN KSUS

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS


(KASUS GINEKOLOGI)
PSROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Pengkajian tanggal: 20-06-2018 Jam : 10.00 WIB


Tanggal MRS : 19-06-2018 No. RM : 12.xx.xx.20
Ruang/Kelas : Merak/III Dx. Medis: Ca Cerviks Klinis
IIIB+Anemia+AKI dd ACKD+Hipoalbumin

Nama Suami: Tn.R


Nama Ibu: Ny.S
Ke:
Umur: 43 tahun
Umur: 45 tahun
Identitas

Agama: Islam
Agama: Islam
Pendidikan: SMA
Pendidikan: SMA
Pekerjaan: IRT
Pekerjaan: Swasta
Suku/Bangsa: Indonesia
Suku/Bangsa: Indonesia
Alamat: Surabaya
Alamat: Surabaya
Keluhan Utama: Perdarahan pervaginam sejak pagi jam 06.30

Riwayat penyakit saat ini: Klien mengalami benjolan sejak 4 bulan dan dibawa ke dokter
Riwayat Sakit dan Kesehatan

umum tetapi tetap semakin besar benjolan tersebut dan benjolan semakin besar tidak
dirasa dan pada tanggal 19 mengalami perdarahan dan langsung di bawa ke IRD
Soetomo.

Penyakit/operasi yang pernah diderita: aklien tidak pernah operasi

Penyakit yang pernah diderita keluarga: klien mengatakan keluarganya tidak memiliki
riwayat kanker

Riwayat alergi: O ya √ tidak Keterangan:

Lain-lain: Tidak ada masalah

Menarche: 12 tahun Siklus: Teratur


Menstruasi

Banyaknya: Tidak tahu Lama: 6-8 hari


Riwayat

HPHT: - Dismenorhea: Ya
Menopouse: belum menoupouse
Lain-lain:
27

P2.................
Hamil Usia Jenis Usia anak KB/ Jenis/
Penolong Penyulit BB/PB
ke- kehamilan persalinan saat ini Lama
1 36 bulan Normal Bidan - 3000 17 tahun Kb suntik 3
Riwayat Obstetri

bln
2 38 bulan Normal bidan - 2900 14 tahun Kb suntik 3
bulan

Keterangan:
Genogram

Keadaan umum: Lemah Kesadaran: CM


Observasi

Berat badan: 58 kg ; Tinggi badan: 162 cm


Tanda Vital: TD: 130/80 mmHg ; Nadi: 98 x/mnt ; Suhu: 360C ; RR: 20x/mnt
CRT: <2 detik ; Akral: Dingin ; GCS: E4V5M6
Lain-lain: Tidak Ada

Rambut: Kotor, lembab


Mata: konjungtiva Anemis; Sklera Tidak Ikterik ; Pupil Isokor, reflek cahaya +/+
O Edema palpebra ; O Penglihatan kabur ; lain-lain: Tidak ada keluhan
Hidung: O Epistaksis ; lain-lain: Tidak ada masalah
Kepala dan leher

Mulut: mukosa bibir Kering ; lidah bersih ; gigi bersih


Kebersihan mulut: bersih ; lain-lain: Tidak ada masalah
Telinga: gangguan pendengaran: Tidak ada ; O Otorhea ; O otalgia ;
O tinitus ; kebersihan: Bersih ; lain-lain: Tidak ada
Cloasma: _______________ ; Jerawat: ________________
O Nyeri telan ; O pembesaran kelenjar tiroid ; O Vena jugularis
Lain-lain: Tidak nyeri tekan
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah

Jantung: Irama: Teratur ; S1/S2: Tunggal ; Nyeri dada: Tidak Ada


Bunyi: normal
Dada (Thoraks)

Nafas: Suara nafas: vesikuler, Keterangan:


Jenis: dispnoe / kusmaul / ceyne stokes, Keterangan:
Batuk: Tidak Ada ; Sputum: Tidak ada ; Nyeri: Tidak Ada
Payudara: konsistensi Kenyal ; areola Coklat hitam ; papilla ___________
Simetris/asimetris ; Produksi ASI Tidak Ada ; Nyeri Tidak Ada
Lain-lain:
Masalah keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
28

 Peristaltik usus: 10-15 x/menit


Perut (Abdomen)  Ginekologi:
Pembesaran: tidak ; benjolan: tidak , area: -
Ascites: ada / tidak ; Peristaltik: 10-15 x/menit ; Nyeri tekan: Tidak Ada
Luka: Tidak Ada ; Lain-lain: Tidak ada
Lain-lain:
Masalah keperawatan: Tidak Ada masalah keperawatan

Keputihan: Tidak Ada ; Perdarahan: Ada per hari <200 cc/hari


Laserasi: - ; VT: Ø Tidak di lakukan; eff: ___________
Genitalia

Miksi: ____________________________ ; Defekasi: Klien tidak bisa BAB sejak MRS


Lain-lain: Ada massa pada vagina, benjolan diameter 5cm berwarna merah kecoklatan,
bentuk benjolan seperti anggur dan keluar pendarahan
Masalah keperawatan: Resiko Syok dan Resiko Perdarahan

Kemampuan pergerakan: bebas ; Kekuatan otot:


Refleks: Patella ____ ; Triceps ____ ; Biceps ____ ; Babinsky: _____
Tangan dan

Brudzinsky: ____ ; Kernig ____ Keterangan:


kaki

Edema: Tidak Ada ; Luka: Tidak ada


Lain-lain: Terpasang infus di tangan kanan
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah

Aspek Sebelum sakit Sesudah sakit


Nutrisi Klien makan 3x/hariporsi habis Klien makan porsi sedikit dan
tidak dihabiskan
Eliminasi Klien BAB dan BAK normal Klien terpasang kateter
Istirahat/tidur Klien tidur >7jam Klien sering tertidur
Aktivitas Klien biasanya dirumah sebagai Klien hanya berbaring di
Perubhan

ibu rumah tangga tempat tidur


Seksual Klien memiliki anak 2 -
Kebersihan Diri Klien mandi 2x/hari Klien hanya di seka dengan
keluarganya
Koping - Pasrah dan menerima
Ibadah Klien sholat saat dirumah Klien berdoa dan beristghfar
Konsep diri

*) coret yang tidakperlu


29

Kontrasepsi: klien menggunakan KB suntik 3 bulan


Perilaku Kesehatan
Perawatan diri: klien perawatan dibantu oleh keluarganya
Pengetahuan dan
Merokok: klien tidak merokok
Obat-obatan/Jamu: klien tidak pernah minum jamu-jamuan tetapi obat dokter dan pasien
lupa obatnya apa saja
Lain-lain: -

Masalah keperawatan: tidak ada masalah

Laboratorium Biopsi USG Lain-lain


Invasive non Pro USG upper
keratunizing lower
squamous cell
Pemeriksaan Penunjang

cereinoma poorly
differentiated
dan Terapi

Terapi/ Tindakan medis:


Pro transfusi Hb > 10gr/dl
Inj. Trasamin 500 mg tiap 8 jam
Inf Ns 500 cc
Vip albumin/ 8jam
Po Paliatif = Pamol 500/4jam
Codein 10g/4jam
Amitripilin 0-0-12,5
Nistatin drop

Surabaya, 20 Juni 2018


Ners,

(Kelompok Merak)
30

FORMAT ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: Klien mengatakan nyeri CA Cerviks Nyeri Akut
dibagian perut dan vagina,
nyeri ditusuk-tusuk. Nyeri Sel-sel ganas/karsinoma
skala 6, nyeri saat dibuat gerak
maupun diam
Menekan jaringan sekitar

DO: Iskemia jaringan


TD :120/80 mmHg
N : 98x/menit
S : 36C Pengerluaran histamin
RR : 20 x/mnt
- Wajah menyeringai
- Klien gelisah kesakitan Penekanan ujung syaraf
- Ada benjolan di vagina simpatik

Respon nyeri

DS: Klien mengatakan Ca cerviks Resiko Perdarahan


pendarahan pervagina sejak
pagi
Sel tumbuh dan berkembang
cepat
DO:
TD : 120/80 mmHg
N : 98 x/menit Penurunan imunitas
-Perdarahan pervagina >200
cc/hari
- Hb: 4,8 g/dl Tumor membesar
- Wajah pucat, anemis
- perdarahan berwarna merah
kecoklatan Perdarahan pervaginam
_ benjolan berwarna merah
keluar dari vagina
Resiko perdarahan

DS: - Ca cerviks Resiko Infeksi

DO:
- S: 36 C Sel tumbuh dan berkembang
- Ada benjolan cepat
berwarna kemerahan
- WBC: 35,60 x 10 3/ml
- Sekitar benjolan Penurunan imunitas
berwarna merah
- Terpasang kateter
31

Tumor membesar

Perdarahan pervaginam

Hipovolemia

Resiko terjadinya syok

Kekebalan tubuh menurun

Mudah terkena infeksi

Resiko infeksi

DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN (P-E-S)

1. Nyeri akur berhubungan dengan infiltrasi kanker

2. Resiko perdarahan berhubungan dengan terbukanya pembuluh darah

3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya penurunan imunitas


32

FORMAT INTERVENSI KEPERAWATAN

TANGGAL DIAGNOSA TUJUAN dan RENCANA (INTERVENSI) RASIONAL


KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
(P-E-S)
19-6-2018 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Mengetahui tingkat nyeri pasien
keperawatan 1x24 jam di secara komprehensif, lokasi, dan menentukan tindakan yang
harapkan nyeri hilang karakteristik, durasi dan akan dilakukan selanjutnya
dengan kualitas 2. Mengurangi rasa nyeri pasien
Kriteria hasil : 2. Ajarkan tentang teknik non 3. Mengetahui tanda kegawatan
1. Mampu mengontrol farmakologi : relaksasi nafas 4. Mengurangi rasa nyeri
nyeri dalam 5. Mnengurangi nyeri pada pasien
2. Skala nyeri 0 3. Observasi TTV pasien 6. Terapi selanjutnya
3. Wajah rileks 4. Berikan posisi yang nyaman
4. Ttv dalam batas normal 5. Anjurkan istirahat yang cukup
(TD: 110-140 mmHg ; 6. Kolaborasi dengan tim medis :
N: 60-100 x/mnt ; S: Dokter
36,5C-37,5C ; RR: 16-
24 x/mnt
19-6-2018 Resiko perdarahan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda-tanda 1. Untuk mengetahui tanda-tanda
keprawatan 1x24 jam perdarahan syok
diharapakan tidak ada 2. Catat hasil Hb 2. Mengetahui tindakan selanjutnya
perdarahan dengan 3. Monitor TTV 3. Mengethaui tanda kegawatan
Kriteria hasil : 4. Anjurkan pasien untuk 4. Agar tidak terjadi perdarahan
1. Tekanan darah dalam membatasi aktivitas 5. Pasien tidak terjadi syok
batas normal 5. Catat perdarahn pasien 6. Untuk terapi selanjutnya
(TD 110-140 mmHg) 6. Kolaborasi dengan tim medis
2. Tidak ada perdarahan
pervagina
3. Tidak ada distensi
abdominal
33

4. Hb dalam batas normal


<10 d.dl
5. Tidak anemi
19-6-2018 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Cuci tangan setiap sebelum 1. Mencegah terjadinya infeksi
keprawatan 1x24 jam dan sesudah tindakan berlanjut
diharapkan tidak terjadi keperawatan 2. Mengurangi infeksi berlanjut
perdarahan dengan 2. Monitor tanda-tanda infeksi 3. Melihat adanya infeksi
KH : 3. Monitor luka pada pervagina 4. Melihat adanya infeksi berlanjut
1. Klien bebas dari tanda- 4. Monitor suhu pasien 5. Mengurangi adanya tanda-tanda
tanda infeksi 5. Catat hasil leukosit pasien infeksi
2. Leukosit dalam batas 6. Lakukan rawat luka pada 6. Memberikan terapi selanjutnya
normal benjolan pasien
WBC: 3,37- 10,10 x 10 7. Kolaborasi dengan tim medis :
3/ml Dokter
3. Tidak ada pus di luka
4. Menunjukan perilaku
hidup sehat
34

FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf
dan Jam dan Jam
Nyeri akut 19 Juni ‘18 1. Melakukan pengkajian nyeri 19 Juni ‘18 S = klien mengatakan masih nyeri
08.10  Nyeri diperut dan daerah vagina, 14.00 dibagian perut dan vagna,nyeri
terasa seperti ditusuk-tusuk, seperti ditusuk-tusuk, skala 5, terasa
skala nyeri 5, terasa saat saat dibuat bergerak maupun diam
bergerak atau diam
08.15 2. Mengajarkan tentang teknik O=
relaksasi nafas dalam  TD=120/80 mmHg, S=36,3oC
 Pasien kooperatif dan N =98x/mnt, RR=20x/menit
menjalankan instruksi perawat  Grimace
12.00 3. Mengobservasi TTV  Klien nampak gelisah
 TD=120/80 mmHg, N =98x/mnt
S=36,3oC RR=20x/menit A = masalah belum teratasi
12.10 4. Memberikan posisi nyaman (head up
30o P = lanjutkan intervensi no 1-6
12.15 5. Menganjurkan untuk istirahat yang
cukup
 Klien mengerti dan keluarga
mendampingi’
13.00 6. Kolaborasi dengan tim medis
Resiko Perdarahan 09.00 1. Monitor tanda-tanda perdarahan 19 Juni ‘18 S: Pasien mengatakan masih
 Perdarahan pervaginam + 200 cc 14.00 perdarahan pervaginam.
/ hari berwarna merah O: - TD : 120/70 mmHg
kecokelatan. N : 90 x/m
09.10 2. Mencatat hasil Hb R : 20 x/m
 Hb : 4.8 g/dL SB : 360C
12.00 3. Monitor TTV : - Wajah pucat
 TD : 120/70 mmHg - Hb : 4.8 g/dL
N : 90 x/m - Perdarahan + 200 cc /hari.
R : 20 x/m A: Masalah belum teratasi
35

SB : 360C P : Intervensi dilanjutkan 1-6


13.30 4. Mencatat perdarahan pasien dan
menganjurkan selalu mengganti
pampers
 Keluarga selalu mengganti dan
dibantu perawat
13.35 5. Kolaborasi dengan tim medis :
 Pro: transfusi PRC 1 kolf
 Inj. Asam tranexamat 3x500 mg

Resiko infeksi 09.00 1. Mencuci tangan setiap sebelum 19 Juni ‘18 S: -


tindakan ke pasien. 14.00
 Sudah dilakukan oleh perawat O : S : 370C
dan keluarga. Ada benjolan di vagina
09.05 2. Memonitor tanda-tanda infeksi Kemerahan sekitar luka
 Kemerahan sekitar luka Perdarahan + 200 cc/hari
09.05 3. Mengkaji luka yang di vagina Terpasang kateter
 Luka berwarna merah, benjol- A : Masalah belum teratasi
benjol keluar dari vagina. P: Intervensi dilanjutkan 1-7
09.10 4. Memonitor suhu pasien
 SB : 370C
5. Melihat hasil leukosit
09.15
 WBC : 35,6 x 103/ml
09.20 6. Kolaborasi dengan dokter
Rawat luka dengan metronidazole tab
tanpa dibalut perban.
09.20 7. Kolaborasi dengan tim medis untuk
rawat luka dengan metronidazole tanpa
dibalut perban
Nyeri Akut 20 Juni 20 Juni S : Klien mengatakan nyeri di
2018 jam 2018 jam bagian perut dan vagina, nyeri
09.00 1. Melakukan pengkajian nyeri 13.00 ditusuk-tusuk, skala nyeri 4,
36

 Nyeri di perut dan vagina, nyeri nyeri saat bergerak maupun


terasa seperti ditusuk-tusuk, skala diam.
nyeri 4, nyeri saat bergerak O : - TD : 120/70 mmHg
09.10 maupun Diam (terus menerus). N : 90 x/m
2. Mengajarkan teknik relaksasi R : 20 x/m
 Pasien mengerti dan mampu SB : 360C
09.15 mempraktekkannya. - Wajah menyeringai Sambil
3. Mengobservasi TTV pasien : memegangi perut.
 TD : 120/70 mmHg A : Masalah belum teratasi
N : 90 x/m P : Intervensi dilanjutkan 1-5
R : 20 x/m
SB : 360C
09.20 4. Menganjurkan istirahat
 Pasien bedrest di atas tempat
09.25 tidur.
5. Kolaborasi dengan tim medis

Resiko Perdarahan 09.30 6. Monitor tanda-tanda perdarahan 13.30 S: Pasien mengatakan masih
 Perdarahan pervaginam + 250 cc perdarahan pervaginam.
/ hari berwarna merah O: - TD : 120/70 mmHg
09.35 kecokelatan. N : 90 x/m
7. Mencatat hasil Hb R : 20 x/m
 Hb : 4.8 g/dL SB : 360C
09.35 8. Monitor TTV : - Wajah anemis
 TD : 120/70 mmHg - Perdarahan berwarna merah
N : 90 x/m kecoklatan + 250 cc /hari.
R : 20 x/m A: Masalah belum teratasi
SB : 360C P : Intervensi dilanjutkan 1-5
9. Mencatat perdarahan pasien dan
09.40
menganjurkan selalu mengganti
pampers
37

 Keluarga selalu mengganti dan


09.45 dibantu perawat
10. Kolaborasi dengan tim medis :
 Transfusi PRC 1 kolf
 Inj. Asam tranexamat 3x500 mg
Resiko injeksi 09.40 14.00 S: -
7. Mencuci tangan setiap sebelum
O : S : 370C
tindakan ke pasien.
Ada benjolan di vagina
 Sudah dilakukan oleh perawat
09.45 Kemerahan sekitar luka
dan keluarga.
Perdarahan + 250 cc/hari
8. Memonitor tanda-tanda infeksi
09.50 Rawat luka (+)
 Kemerahan sekitar luka A : Masalah belum teratasi
9. Mengkaji luka yang di vagina P: Intervensi dilanjutkan 1-6
 Luka berwarna merah, benjol-
benjol keluar dari vagina.
10. Memonitor suhu pasien
 SB : 370C
14.30 11. Melihat hasil leukosit
 WBC : 35,6 x 103/ml
12. Kolaborasi dengan dokter
 Rawat luka dengan metronidazole
tab tanpa dibalut perban.
38

FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf


dan Jam dan Jam
Nyeri akut 21-6-2018 1. Melakukan pengkajian nyeri 21-6-2018 S : klien mengatakan masih merasa Firda
10.00 - Nyeri perut, menjalar kebelakng 13.00 nyeri di perut dan vagina
pasien mulia gelisah, skla nyeri 6,
nyeri saat diam maupun bergerak O : - TD : 120/80 mmHg
2. Mengajurkan teknik relaksasi nafas - N : 98x/mnt
dalam - S : 37 c
- Klien kooperatif - RR : 22 x/mnt
3. Mengobservasi ttv pasien Klien tampak gelisah
- TD : 120/80 mmHg Wajah menyeringai
- N : 98 x/mnt A : Masalah belum teratasi
- S : 37 c P : Lanjutkan intervensi no 1-5
- RR : 22 x/mnt
4. Menganjurkan banyak istirahat
5. Melanjutkan advis dari dokter
39

Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf


dan Jam dan Jam
Resiko perdarahan 21-6-2018 1. Monitor tanda tanda perdarahan 21-6-2018 S : klien mengatakan masih ada Firda
10.00 - Perdarahan pervagina >250 cc/hari 13.00 perdarahan
2. Mencatat hasil Hb pasien
- 5,5 g/dl O : - TD : 120/80 mmHg
3. Memonitor TTV - N : 98x/mnt
- TD : 120/80 mmHg - S : 37 c
- N : 98x/mnt - RR : 22 x/mnt
- S : 37 c Hb 5,5 g/dl
- RR : 22 x/mnt Wajah anemis
4. Mengajarkan pasien istirahat Perdarahan pervagina berwarna
- Pasien bedrest ditempat tidur merah kecoklatan
5. Kolaborasi dengan tim medis A : Masalah belum teratasi
- Pasien mendapatkan transfusi darah P : Lanjutkan intervensi no 1-5
40

Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf


dan Jam dan Jam
Resiko Infeksi 21-6-2018 1. Mencuci tangan setiap sebelum 21-6-2018 S : klien mengatakan masih merasa Firda
10.00 tindakan 13.00 nyeri di perut dan vagina
- Perawat selalu mencuci tangan
sebelum dan sesudah tindakan O : - S : 37 8 c
2. Memonitor tanda-tanda infeksi - Ada benjolan di vagina
- Tampak kemerahan disekitar luka - Kemerahan sekitar luka
3. Mengkaji luka yang di vagina - Perdarahn >200 cc/menit
- Tampak kemerahan, pus – - Rawat luka +
4. Memonitor suhu pasien A : Masalah belum teratasi
- S: 37 8 c P : Lanjutkan intervensi no 1-5
5. Kolaborasi dengan dokter
- Rawat luka menggunakan metro
tab tanpa di balut perban
41

Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf


dan Jam dan Jam
Nyeri akut 22-6-2018 6. Melakukan pengkajian nyeri 22-6-2018 S : klien mengatakan masih merasa Firda
10.00 - Nyeri perut, menjalar kebelakng 13.00 nyeri di perut dan vagina, skala 6,
pasien mulia gelisah, skla nyeri 6, nyeri saat diam
nyeri saat diam maupun bergerak
7. Mengajurkan teknik relaksasi nafas O : - TD : 140/80 mmHg
dalam - N : 98x/mnt
- Klien kooperatif - S : 37 c
8. Mengobservasi ttv pasien - RR : 24 x/mnt
- TD : 140/80 mmHg Klien tampak gelisah
- N : 98 x/mnt Wajah menyeringai
- S : 37 c A : Masalah belum teratasi
- RR : 24 x/mnt P : Lanjutkan intervensi no 1-5
9. Menganjurkan banyak istirahat
10. Melanjutkan advis dari dokter
42

Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf


dan Jam dan Jam
Resiko perdarahan 22-6-2018 6. Monitor tanda tanda perdarahan 22-6-2018 S : klien mengatakan masih ada Firda
10.00 - Perdarahan pervagina >250 cc/hari 13.00 perdarahan
7. Mencatat hasil Hb pasien
- 5,5 g/dl O : - TD : 140/80 mmHg
8. Memonitor TTV - N : 98x/mnt
- TD : 140/80 mmHg - S : 37 c
- N : 98x/mnt - RR : 24 x/mnt
- S : 37 c Hb 5,5 g/dl
- RR : 24 x/mnt Wajah anemis
9. Mengajarkan pasien istirahat Perdarahan pervagina berwarna
- Pasien bedrest ditempat tidur merah kecoklatan
10. Kolaborasi dengan tim medis A : Masalah belum teratasi
- Pasien mendapatkan transfusi darah P : Lanjutkan intervensi no 1-5
43

Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf


dan Jam dan Jam
Resiko Infeksi 22-6-2018 6. Mencuci tangan setiap sebelum 22-6-2018 S : klien mengatakan masih merasa Firda
10.00 tindakan 13.00 nyeri di perut dan vagina
- Perawat selalu mencuci tangan
sebelum dan sesudah tindakan O : - S : 37 8 c
7. Memonitor tanda-tanda infeksi - Ada benjolan di vagina
- Tampak kemerahan disekitar luka - Kemerahan sekitar luka
8. Mengkaji luka yang di vagina - Perdarahn >200 cc/menit
- Tampak kemerahan, pus – - Rawat luka +
9. Memonitor suhu pasien A : Masalah belum teratasi
- S: 37 8 c P : Lanjutkan intervensi no 1-5
10. Kolaborasi dengan dokter
- Rawat luka menggunakan metro
tab tanpa di balut perban
44

Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf


dan Jam dan Jam
Nyeri akut 23-6-2018 1. Melakukan pengkajian nyeri 23-6-2018 S : klien mengatakan masih merasa Firda
14.00 - Nyeri perut, menjalar kebelakng 20.30 nyeri di perut dan vagina
pasien mulia gelisah, skla nyeri 6,
nyeri saat diam maupun bergerak O : - TD : 130/80 mmHg
2. Mengajurkan teknik relaksasi nafas - N : 94x/mnt
dalam - S : 37 c
- Klien kooperatif - RR : 24 x/mnt
3. Mengobservasi ttv pasien Klien tampak gelisah
- TD : 130/80 mmHg Wajah menyeringai
- N : 94 x/mnt A : Masalah belum teratasi
- S : 37 c P : Lanjutkan intervensi no 1-5
- RR : 24 x/mnt
4. Menganjurkan banyak istirahat
5. Melanjutkan advis dari dokter
45

Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf


dan Jam dan Jam
Resiko perdarahan 23-6-2018 1. Monitor tanda tanda perdarahan 23-6-2018 S : klien mengatakan masih ada Firda
14.00 - Perdarahan pervagina >250 cc/hari 20.30 perdarahan
2. Mencatat hasil Hb pasien
- 5,5 g/dl O : - TD : 130/80 mmHg
3. Memonitor TTV - N : 94x/mnt
- TD : 130/80 mmHg - S : 37 c
- N : 94x/mnt - RR : 24 x/mnt
- S : 37 c Hb 5,5 g/dl
- RR : 24 x/mnt Wajah anemis
4. Mengajarkan pasien istirahat Perdarahan pervagina berwarna
- Pasien bedrest ditempat tidur merah kecoklatan
5. Kolaborasi dengan tim medis A : Masalah belum teratasi
- Pasien mendapatkan transfusi darah P : Lanjutkan intervensi no 1-5
46

Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf


dan Jam dan Jam
Resiko Infeksi 23-6-2018 1. Mencuci tangan setiap sebelum 23-6-2018 S : klien mengatakan masih merasa Firda
14.00 tindakan 20.30 nyeri di perut dan vagina
- Perawat selalu mencuci tangan
sebelum dan sesudah tindakan O : - S : 37 8 c
2. Memonitor tanda-tanda infeksi - Ada benjolan di vagina
- Tampak kemerahan disekitar luka - Kemerahan sekitar luka
3. Mengkaji luka yang di vagina - Perdarahn >200 cc/menit
- Tampak kemerahan, pus – - Rawat luka +
4. Memonitor suhu pasien A : Masalah belum teratasi
- S: 37 8 c P : Lanjutkan intervensi no 1-5
5. Kolaborasi dengan dokter
- Rawat luka menggunakan metro
tab tanpa di balut perban
47

Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi (SOAP) Paraf


dan Jam dan Jam
Nyeri akut 24 Juni ‘18 1. Melakukan pengkajian nyeri 19 Juni ‘18 S = Keluarga klien mengatakan
21.10  Nyeri diperut dan daerah vagina, 01.00 klien tiba-tiba berteriak dengan mata
terasa seperti ditusuk-tusuk, keatas disertai kejang
skala nyeri 5, terasa saat O=
bergerak atau diam  TTV: TD 152/89 mmHg,
21.15 2. Mengajarkan tentang teknik nadi 142, RR 30, SB 37,50C,
relaksasi nafas dalam SaO2 79%
 Pasien kooperatif dan  Pukul 01.00 pasien
menjalankan instruksi perawat mengalami kejang dan
22.00 3. Mengobservasi TTV disertai fluksus dengan
 TD=120/80 mmHg, N =98x/mnt penurunan kesadaran (GCS
S=36,3oC RR=20x/menit
22.10 E4V2M4)
4. Memberikan posisi nyaman (head up
30o  Pasien diposisikan head tilt
22.15 5. Menganjurkan untuk istirahat yang chin lift dan diberikan O2
cukup masker 8 Lpm
 Klien mengerti dan keluarga  injeksi diazepam
mendampingi’  Hasil laboratorium saat itu ;
01.30 6. Kolaborasi dengan tim medis albumin 2.3 post transfusi
albumin 1 btl, Hb 4.8 post
transfusi 3 bag PRC, pH
6.91, PO2 73, PCO2 26.
A = masalah belum teratasi

P = lanjutkan intervensi no 1-6

Resiko Perdarahan 22.00 11. Monitor tanda-tanda 19 Juni ‘18 S: Keluarga Pasien mengatakan
perdarahan 14.00 sudah tidak mengeluarkan
Perdarahan sudah tidak keluar perdarahan pervaginam.
12. Mencatat hasil Hb  O:
22.10 Hb : 4.8 g/dL
48

13. Monitor TTV : - TTV: TD 152/89 mmHg,


22.00 TTV: TD 152/89 mmHg, nadi 142, RR 30, SB
nadi 142, RR 30, SB 37,50C, 37,50C, SaO2 79%
SaO2 79%
- Wajah pucat
14. Mencatat perdarahan pasien
dan menganjurkan selalu - Hb : 4.8 g/dL
mengganti pampers A: Masalah belum teratasi
22.30 Keluarga selalu mengganti dan P : Intervensi dilanjutkan 1-6
dibantu perawat
15. Kolaborasi dengan tim medis :
Pro: transfusi PRC 1 kolf
23.35 Inj. Asam tranexamat 3x500
mg

Resiko infeksi 21.00 13. Mencuci tangan setiap sebelum 19 Juni ‘18 S: -
tindakan ke pasien. 06.00
 Sudah dilakukan oleh perawat O : S : 370C
dan keluarga. Ada benjolan di vagina
21.05 14. Memonitor tanda-tanda infeksi Kemerahan sekitar luka
 Kemerahan sekitar luka Perdarahan + 200 cc/hari
22.05 15. Mengkaji luka yang di vagina Terpasang kateter
 Luka berwarna merah, benjol- A : Masalah belum teratasi
benjol keluar dari vagina. P: Intervensi dilanjutkan 1-7
22.10 16. Memonitor suhu pasien
 SB : 370C
17. Melihat hasil leukosit
22.15
 WBC : 35,6 x 103/ml

Nyeri Akut 25 Juni 20 Juni S : Keluarga klien mengatakan klien


2018 jam 2018 jam sudah sulit diajak berkomunikasi
09.00 6. Melakukan pengkajian nyeri 13.00 dan pasien nampak gelisah dan
Pasien sudah tidak bisa dilakukan restarain
merespon ketika ditanyai O:
49

09.10 7. Mengobservasi TTV pasien : - keadaan umum pasien


TD : 110/70 mmHg lemah
N : 80 x/m - kesadaran delirium
R : 20 x/m - GCS E3V4M5, TD 110/70
SB :37,9 0C mmHg, nadi 80 x/m, SB
09.15 8. Menganjurkan istirahat 37,90C
Pasien bedrest di atas tempat tidur.
09.20 - terpasang infus drip nabic
9. Kolaborasi dengan tim medis
Transfusi PRC 1 kolf
50 Meq dan Nacl 0,9%
Inj. Asam tranexamat 3x500 mg 1000 cc, Hb 3,9 post
transfusi 3 bag PRC.
Resiko Perdarahan 09.25 1. Monitor tanda-tanda perdarahan A : Masalah belum teratasi
Perdarahan pervaginam tidak keluar P : Intervensi dilanjutkan 1-5
09.30 2. Mencatat hasil Hb
Hb : 3,9 g/dL
09.35 3. Monitor TTV :
TD : 110/70 mmHg S: Keluarga Pasien mengatakan
N : 80 x/m 13.30 masih perdarahan pervaginam.
R : 20 x/m O: - TD : 110/70 mmHg
SB :37,9 0C N : 80 x/m
09.40 4. Mencatat perdarahan pasien dan R : 20 x/m
menganjurkan selalu mengganti SB :37,9 0C
pampers - Wajah anemis
Keluarga selalu mengganti dan - Perdarahan berwarna merah
dibantu perawat kecoklatan + 250 cc /hari.
09.45 5. Kolaborasi dengan tim medis : A: Masalah belum teratasi
Inj. Asam tranexamat 3x500 mg P : Intervensi dilanjutkan 1-5

S: -
Resiko injeksi 09.40 1. Mencuci tangan setiap sebelum 14.00
tindakan ke pasien. O : S : 370C
Sudah dilakukan oleh perawat dan Ada benjolan di vagina
keluarga. Kemerahan sekitar luka
09.45 2. Memonitor tanda-tanda infeksi Perdarahan + 250 cc/hari
50

Kemerahan sekitar luka Rawat luka (+)


09.50 3. Mengkaji luka yang di vagina A : Masalah belum teratasi
Luka berwarna merah, benjol- P: Intervensi dilanjutkan 1-6
benjol keluar dari vagina.
10.00 4. Memonitor suhu pasien
SB : 370C
11.00 5. Melihat hasil leukosit
WBC : 35,6 x 103/ml
12.30 6. Kolaborasi dengan dokter
Rawat luka dengan metronidazole
tab tanpa dibalut perban.
51

Diagnosa
Tgl&Jam Implementasi Tgl&Jam Evaluasi Paraf
Keperawatan
Nyeri akut 26 Juni 2018 26 Juni 2018 S : -
14.30 1. Mengobservasi nyeri yang 15.30 O : k/u lemah
dirasakan klien (klien sudah TD tidak teraba, Nadi tidak
mengalami koma, tidak bisa teraba, RR tidak ada
terkaji) pupil midriasis maksimal,
2. Mengobservasi TTV klien reflex kornea tidak ada, pasien
(TD=70/palpasi, N=60x/menit, dinyatakan meninggal
RR=gasping) A : nyeri akut teratasi
P : intervensi dihentikan, klien
dinyatakan meninggal dunia.
Resiko Perdarahan 26 Juni 2018 26 Juni 2018 S : -
14.00 1. Mengobservasi tanda-tanda 15.30 O : k/u lemah
perdarahan Terpasang NGT dan keluar
cairan warna kehitaman
Masih terjadi perdarahan
pervaginam
Klien mengalami penurunan
kesadaran (koma)
A : perdarahan masih terjadi
P : hentikan intervensi, klien
dinyatakan meninggal dunia
Resiko Infeksi 26 Juni 2018 26 Juni 2018 S : -
14.10 1 Mencuci tangan sebelum dan 15.30 O : k/u lemah
sesudah melakukan tindakan Kesadaran koma
keperawatan Suhu 37,9oC
2 Mengukur suhu tubuh klien Benjolan di vagina berwarna
o
(37,9 C) kekuningan
Pasien diindikasikan untuk
pasang NGT oleh karena
52

kesadarannya menurun. Saat


dipasang NGT, keluar cairan
berwarna merah kehitaman dari
lambung pasien. Pasien
dipuasakan.
A : infeksi terjadi
P : hentikan intervensi, klien
dinyatakan meninggal
53

BAB 4
PEMBAHASAN

Kanker serviks / kanker leher rahim adalah tumor ganas yang tumbuh di

dalam leher rahim / serviks ( bagian terendah dari rahim yang menempel pada

puncak vagina ). Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35 – 55 tahun.

Pasien Ny. “S” yang menderita kanker servik di Ruang Merak berusia 42 tahun, hal

ini menjukkan sesuai dengan teori penderita kanker servik berusia 35-45 tahun.

Dalam teori menyebutkan bahwa faktor resiko terjadinya kanker servik adalah

pemakaian kontrasepsi hormonal antara lain adalah KB suntik, pasien Ny. S juga

pernah menggunakan KB suntik (3 bulan) setelah melahirkan anak kedua.

Manifestasi klinis yang muncul pada Ny. S berupa perdarahan pervaginam yang

hebat dan nyeri perut bagian bawah sesuai dengan teori.

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada Ny. S berupa laboratorium,

USG abdomen, foto thorak, dan biopsi. Sedangkan menurut teori pemeriksaan

diagnostik yang dilakukan untuk pasien kanker serviks adalah pap smear, scan, foto

thorak, tes kimia skrining, HDL, dan lain-lain, hal ini karena pemeriksaan yang

telah dilakukan untuk Ny. S sudah cukup untuk menegakkan diagnosa kanker

serviks.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada kanker serviks menurut teori

antara lain; kurangnya pengetahuan mengenai prognosis penyakit dan

pengobatannya berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi; Kecemasan

b.d. ancaman kematian, ancaman perubahan status kesehatan, fungsi peran dan pola

interaksi; Nyeri b.d. penekanan sel kanker pada saraf, kematian sel; Defisit nutrisi

b.d. metabolisme tubuh meningkat, nafsu makan turun; Resiko tinggi infeksi b.d.
54

ketidakadekuatan pertahanan sekunder adanya imunosupresi, supresi sumsum

tulang efek dari pembatasan dosis baik kemoterpi maupun radiasi, malnutrisi;

Resiko tinggi injury b.d. kelelahan, kelemahan fisik; Gangguan bodi image b.d.

adanya bau tidak enak pada vagina; Perubahan pola sexual b.d. adanya bau tidak

enak pada vagina; Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan produksi

energi, hipermetabolik; Resiko tinggi gangguan integritas kulit b.d. radiasi,

kemoterapi, penurunan imunologis; Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d

kehilangan berlebihan melalui rute normal, abnormal, mual, muntah, perdarahan.

Diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. S antara lain; nyeri akut

berhubungan dengan penekanan ujung saraf simpatik, risiko perdarahan

berhubungan dengan proses keganasan; resiko infeksi berhubungan dengan

menurunnya daya tahan tubuh. Diagnosa keperawatan yang muncul pada teori tidak

semua muncul pada pasien Ny. S, hal ini karena sifat manusia yang unik. Pasien

dengan diagnosa medis yang sama tetapi mempunyai masalah yang tidak sama,

sehingga membutuhkan intervensi keperawatan yang tidak sama pula atau berbeda.

Pada tanggal 24 Juni 2018 jam 01.00 dini hari, pasien mengalami kejang

dan disertai fluksus dengan penurunan kesadaran (GCS E4V2M4). Pasien

diposisikan head tilt chin lift dan diberikan O2 masker 8 Lpm serta injeksi

diazepam. Pasien kemudian dipasang monitor, serta pasien di restrain dikarenakan

pasien gelisah. TTV: TD 152/89 mmHg, nadi 142, RR 30, SB 37,50C, SaO2 79%.

Hasil laboratorium saat itu ; albumin 2.3 post transfusi albumin 1 btl, Hb 4.8 post

transfusi 3 bag PRC, pH 6.91, PO2 73, PCO2 26.

Pada hari selanjutnya tanggal 25 Juni 2018, keadaan umum pasien lemah,

kesadaran delirium, GCS E3V4M5, TD 110/70 mmHg, nadi 80 x/m, SB 37,90C ,


55

terpasang infus drip nabic 50 Meq dan Nacl 0,9% 1000 cc, Hb 3,9 post transfusi 3

bag PRC. Pasien diindikasikan untuk pasang NGT oleh karena kesadarannya

menurun. Saat dipasang NGT, keluar cairan berwarna merah kehitaman dari

lambung pasien. Pasien dipuasakan.

Pada tanggal 26 Juni 2018 pukul 09.00 WIB, keadaan umum pasien lemah,

keluarga pasien sudah diberikan informasi terkait kondisi terminal pasien, pasien

didberikan drip Neprisol 6 x 50 ml dan pasien masih dipuasakan. Pukul 15.15 WIB,

pasien mengalami koma dengan GCS E1V1M1. TD 70/palpasi, Nadi 60 x/m, RR

gasping. Pukul 15.30 TD tidak teratur, nadi tidak teraba, RR tidak ada, pupil

midriasis maksimal, reflex kornea tidak ada, pasien dinyatakan meninggal di depan

keluarga dan paramedis.


56

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Penyebab pasien mengalami ca servik belum diketahui secara pasti,

tetapi ada beberapa faktor resiko yang diduga memicu ca cervik secara teori

seperti menikah pada usia muda (umur 20 tahun) dan menggunakan KB suntik

hormonal, berganti-ganti pasangan seksual.

Masalah keperawatan yang timbul pada klien dengan ca servik adalah

nyeri akut, resiko perdarahan, resiko infeksi.

5.2 Saran

Diharapkan petugas kesehatan aktif berperan serta dalam meningkatkan

kesadaran klien terhadap pentingnya pencegahan dan pengobatan terhadap

kejadian ca servik dan memotivasi klien agar tetap menjalani pengobatannya

dengan teratur sehingga kualitas hidup klien dapat dipertahankan dan

meningkat.

Anda mungkin juga menyukai