Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN ALGORITMA PENGOLAHAN CITRA AQUA/ TERRA MODIS

UNTUK IDENTIFIKASI DAN MONITORING TUMPAHAN MINYAK


(OIL SPILL) DI LAUT TIMOR TAHUN 2009

Ardila Yananto
Ardi.geo@gmail.com
Nurul Khakhim
Nurulkhakhim@ugm.ac.id
Iswari Nur Hidayati
Iswari@geo.ugm.ac.id

Abstract
This research aims to determine the algorithm that are more optimal in the MODIS
image processing, particularly to be used in the identification and monitoring of oil spills
in the sea. In addition, this research also aims to find out the distribution pattern of oil
spills in the Timor Sea, which is caused by the explosion of Montara oil platform in 2009.
Based on the accuracy calculations can be determined that Maximum Likelihood
classification algorithm, a combination of PC13 dan NDVI have the highest accuracy for
the identification of oil spill in the Timor Sea. Based on processing and analysis can be
determined if the distribution pattern of oil spills in the Timor Sea from Montara oil
platform tends to spread follow wind direction. Moreover, it can also knowed that the
total area of marine waters contaminated by oil spills from August 30, 2009 until
November 2, 2009 approximately 22.673,10 km2, where 4.285,01 km2 of those in
Indonesia sea territory.

Keywords : oil spill, MODIS, optimal method, identification, monitoring

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui algoritma yang lebih optimal dalam
pengolahan citra MODIS, khususnya untuk digunakan dalam proses identifikasi dan
monitoring tumpahan minyak di perairan laut. Selain itu penelitian ini juga bertujuan
untuk mengetahui bagaimana pola persebaran tumpahan minyak di perairan Laut Timor
akibat ledakan anjungan minyak Montara yang terjadi tahun 2009. Berdasarkan uji akurasi
yang dilakukan dapat diketahui bahwa metode klasifikasi citra Maximum Likelihood,
gabungan PC13 dan NDVI memiliki nilai akurasi paling baik untuk identifikasi tumpahan
minyak di perairan Laut Timor. Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis yang dilakukan
dapat diketahui jika pola persebaran tumpahan minyak di perairan Laut Timor yang
berasal dari anjungan minyak Montara cenderung menyebar mengikuti arah pergerakan
angin. Selain itu dapat diketahui juga bahwa total luas perairan laut yang tercemar oleh
tumpahan minyak dari tanggal 30 Agustus 2009 sampai 2 November 2009 kurang lebih
seluas 22.673,10 km2, dimana seluas 4.285,01 km2 terdapat di perairan laut Indonesia.

Kata kunci : tumpahan minyak, MODIS, metode optimal, identifikasi, monitoring


PENDAHULUAN

37
Minyak merupakan suatu masyarakat pesisir banyak yang bisa
senyawa hidrokarbon yang memiliki dipengaruhi oleh tumpahan minyak,
sifat mengapung apabila berada di air. terutama mereka yang mata
Adanya pencemaran minyak di air pencahariannya didasarkan pada
dapat bersifat kronis dan akut. perikanan dan pariwisata (NOAA,
Pencemaran kronis terutama sebabkan 2007 dalam Gao, 2008).
oleh limbah rumah tangga, industri, Berdasarkan beberapa fakta
dan kegiatan perkapalan di pelabuhan, diatas, maka sistem peringatan
sedangkan pencemaran yang bersifat pengidentifikasian secara dini (early
akut terutama disebabkan oleh identification warning system) dan
tumpahan minyak (Pariwono, 1996 monitoring tumpahan minyak di
dalam Wardhana, 2004). Ketika perairan laut menjadi hal yang sangat
minyak masuk ke lingkungan laut, dibutuhkan untuk penentuan tingkat
maka minyak tersebut dengan segera penanggulangan yang diperlukan
akan mengalami perubahan secara sehingga dampak kerusakan
fisik dan kimia. Diantara proses lingkungan yang lebih besar dapat
tersebut adalah membentuk lapisan dicegah atau diminimalisir. Dari sini
(oil slick), menyebar (dissolution), sensor Moderate Resolution Imaging
menguap (evaporation), polimerasi Spectroradiometer (MODIS) yang
(polymerization), emulsifikasi memiliki resolusi temporal cukup
(emulsification), emulsi air dalam tinggi dapat digunakan sabagai salah
minyak ( water in oil emulsions ), satu alternatif yang cukup menjanjikan
emulsi minyak dalam air (oil in water untuk digunakan dalam proses
emulsions), fotooksida, biodegradasi pengidentifikasian dan monitoring
mikroba, sedimentasi, dicerna oleh tumpahan minyak di perairan laut. Hal
planton dan membentuk gumpalan ini juga mengingat keterbatasan citra
(Mukhstasor, 2007). radar dalam hal pengadaannya yang
Tumpahan minyak yang berat memerlukan biaya cukup mahal dan
dapat mempengaruhi lingkungan laut resolusi temporalnya yang rendah.
dan akan menyebabkan penurunan Berlatarbelakang dari hal diatas
fitoplankton dan organisme laut maka tujuan dari penelitian ini adalah
lainnya. Fitoplankton berada pada untuk mengetahui algoritma yang
posisi paling bawah di rantai makanan optimal pada pengolahan citra MODIS
biota laut, sehingga dengan untuk identifikasi dan monitoring
tercemarnya laut oleh tumpahan tumpahan minyak di perairan laut dan
minyak maka dimungkinkan minyak juga untuk mengkaji bagaimana pola
tersebut akan diserap oleh biota laut persebaran tumpahan minyak dari
yang memiliki tingkatan lebih tinggi ledakan anjungan minyak Montara di
dalam rantai makanan. Burung yang Laut Timor berdasarkan pengolahan
terkena tumpahan minyak akan Citra MODIS dari tanggal 30 Agustus
menderita dan hal ini dapat 2009 sampai 2 November 2009.
mengakibatkan hilangnya telur atau METODE PENELITIAN
bahkan kematian. Kehidupan
Alat dan Bahan

38
Bahan : hampir mendekati 2x5 km pada sudut
 Citra Aqua/ Terra MODIS scan maksimum.
perekaman tanggal 30 Agustus  Koreksi Radiometrik
2009, 10 September 2009, 17 Koreksi radiometrik dilakukan untuk
September 2009, 24 September memperbaiki kualitas visual citra dan
2009, 21 Oktober 2009, dan 2 sekaligus untuk memperbaiki nilai-
November 2009. nilai piksel yang tidak sesuai dengan
 Citra QuikScat perekaman nilai radiansi (pancaran) atau
mingguan, Bulan Agustus- reflektansi (pantulan) spektral obyek
November 2009, sebagai dasar yang sebenarnya. Nilai radiansi
pengambilan informasi arah dan dihitung untuk saluran termal (20-36
kecepatan angin di perairan Laut kecuali 26) dan sensor zenith,
Timor. sedangkan reflektansi dihitung untuk
 Data Survei lapangan yang saluran tampak, inframerah dekat, dan
diambil oleh tim AES (Applied inframerah tengah (1-19 dan 26).
Ecology Solutions) tanggal 26-29
September 2009.  Masking Citra
Alat : Masking citra dilakukan dengan tujuan
 Personal Komputer (PC) untuk memisahkan daerah daratan,
 Perangkat lunak yang digunakan lautan, dan daerah yang berawan.
meliputi ENVI 4.5, ArcGIS 9.3, Masking antara daratan dan lautan
MS Office Excel, dan MS Office dilakukan dengan menggunakan file
Word. land/sea mask, sedangkan masking
daerah yang berawan dilakukan
Pengolahan Awal Citra MODIS dengan menggunakan band 3.
Pengolahan awal citra MODIS
Pengolahan Citra untuk Identifikasi
meliputi koreksi geometrik dan bow
Tumpahan Minyak
tie, koreksi radiometrik, dan masking
citra.  Fluorescence Index
Flourescence Index merupakan
 Koreksi Geometrik dan Bow
suatualgoritma untuk mengidentifikasi
koreksi geometrik dilakukan untuk
adanya fluoresensi dari senyawa
meregistrasi citra dengan
hidrokarbon, termasuk minyak.
menempatkan posisi piksel pada citra
Flourescence index (F) didefinisikan
sedemikian rupa sehingga lokasi setiap
dengan formula sebagai berikut :
piksel pada citra bisa sesuai atau
mendekati kenyataan sebenarnya di Blue  Re d …………(1)
permukaan bumi. Sedangkan koreksi F
Blue  Re d
bow-tie dilakukan untuk memperbaiki
bagian citra overlap yang disebabkan Algoritma ini didasarkan pada
oleh meningkatnya IFOV hubungan antara spektrum biru dan
(Istantaneous Field of View) dari 1x1 merah, masing-masing band 3 dan 1
km pada titik terendah (nadir) menjadi pada data citra MODIS. Dimana jika
kontribusi spektrum biru semakin

39
besar maka akan semakin besar pula matriks data asli dengan data
nilai F dan nilai F tertinggi eigenvector. PCA membutuhkan
diasumsikan sebagai komponen yang informasi mengenai statistik citra,
menyebabkan adanya anomali, yaitu khususnya korelasi antar saluran,
komponen hidrokarbon. variansi, dan kovariansi (Danoedoro,
 Oil Spill Index 1996).
Prinsip dari model transformasi ini  Normalized Difference Vegetation
adalah membandingkan selisih dan Index
jumlah antara saluran 4 dan saluran 1 Transformasi NDVI merupakan suatu
dengan menormalkannya dengan model transformasi yang
saluran 3. Menurut Hu et al., (2003), memanfaatkan band rasio dari saluran
saluran gelombang pendek merupakan inframerah dekat dan saluran merah.
saluran yang lebih sensitif untuk Masing-masing secara berurutan
mengidentikasi adanya lapisan minyak adalah band 2 dan band 1 pada Citra
di perairan laut, seperti saluran 3 MODIS. Hasil dari transformasi NDVI
(spektrum biru) pada data citra mampu meminimalisir kesalahan
MODIS yang memiliki kemampuan atmosferik seperti efek haze (blur) dan
yang lebih baik dalam mampu membedakan antara tubuh air
mengindentifikasi keberadaan material yang bersubstrat dengan tubuh air
biogenik. Adapun secara detail yang tidak bersubstrat dengan cukup
algoritma Oil Spill Index dijabarkan baik. Formula dari transformasi NDVI
sebagai berikut: adalah:

IR  R .................(3)
Oil Spill Index = {(B4/B3) – (B1/B3)} / ...(2) NDVI 
{(B4/B3) + (B1/B3)} IR  R

B1, B3, B4 merupakan saluran 1, 3, IR merupakan saluran inframerah


dan 4. Secara berurutan merupakan dekat (Band 2 pada Citra MODIS),
spektrum merah, biru, dan hijau pada sedangkan R merupakan saluran
data citra MODIS level 1B. merah (Band 1 pada Citra MODIS).
 Principal Component Analysis  Klasifikasi Citra Maximum
PCA merupakan teknik rotasi yang Likelihood
diterapkan pada sistem koordinat Pada algoritma ini, piksel diklaskan
multisaluran untuk menghasilkan citra sebagai obyek tertentu berdasarkan
dengan saluran yang tidak saling bentuk, ukuran, dan orientasi sampel
berkorelasi, menghilangkan gangguan pada feature space (yang berupa
(noise), dan mengurangi elipsoida). Untuk memutuskan
dimensionalitas data, sehingga akan klasifikasi, dibutuhkan informasi
diperoleh citra baru dengan saluran statistik berupa rerata dan simpangan
yang lebih sedikit namun dengan baku tiap sampel, serta variansi
informasi yang efisien. Teknik rotasi (ragam) dan kovariansi. Nilai vektor
yang dimaksud adalah mengalikan rerata menentukan posisi elipsoida

40
sampel pada feature space. Ukuran Keempat algoritma pengolahan citra
elipsoida ditentukan oleh nilai variansi MODIS tersebut digunakan untuk
pada tiap saluran, sedangkan bentuk mengolah citra MODIS perekaman 24
dan orientasi elipsoida ditentukan oleh September 2009. Hal ini dikarenakan
kovariansinya. Berdasarkan rerata, Citra MODIS perekaman 24
variansi, dan kovariansi, probabilitas September 2009 tersebut merupakan
tiap piksel untuk masuk kelas tertentu data MODIS yang paling mendekati
dapat dihitung (Danoedoro, 1996). data sampel lapangan yang dilakukan
 Suhu Permukaan Laut oleh tim AES (Applied Ecology
Ekstraksi suhu permukaan laut pada Solutions). Informasi data arus
citra Aqua/ Terra MODIS diperlukan untuk menstandarkan
menggunakan saluran 20, 31, 32, dan informasi keberadaan tumpahan
sensor zenith yang telah dikoreksi. minyak pada citra MODIS perekaman
Sebagai langkah awal dilakukan tanggal 24 September 2009 dengan
pengkonversian nilai radiansi masing- data survei lapangan yang diambil oleh
masing saluran menjadi nilai suhu tim AES.
kecerahan menggunakan persamaan Analisis Pola Persebaran Tumpahan
Plank. Setelah suhu kecerahan pada Minyak
saluran 20, 31, dan 32 diperoleh, baru Berdasarkan uji akurasi yang
kemudian dapat ditentukan suhu telah dilakukan akan didapat algoritma
permukaan laut menggunakan yang lebih optimal untuk identifikasi
algoritma Brown dan Minnet. persebaran tumpahan minyak di
perairan Laut Timor. Algoritma yang
Uji Akurasi lebih optimal tersebut selanjutnya akan
Uji akurasi dilakukan untuk digunakan untuk mengolah data citra
mengetahui seberapa besar MODIS pada enam tanggal perekaman
keakurasian setiap algoritma yang yang berbeda, dari 30 Agustus 2009
digunakan untuk identifikasi tumpahan sampai 2 November 2009.
minyak di Perairan Laut Timor. Berdasarkan pengolahan citra MODIS
metode uji akurasi yang digunakan enam tanggal peremakan tersebut,
adalah confusion matrix. Confusion akan dilakukan analisis mengenai pola
matrix merupakan matriks dua persebaran tumpahan minyak
dimensional yang memuat data hasil berdasarkan arah pergerakan angin di
klasifikasi dan data rujukan yang Laut Timor dan perkiraan luasan
digunakan sebagai dasar perhitungan perairan laut yang tercemar oleh
tingkat akurasi. tumpahan minyak baik di perairan laut
Uji akurasi diterapkan pada citra Indonesia maupun di perairan laut
hasil klasifikasi berdasarkan algoritma Australia.
Flourescence Index, Oil Spill Index, HASIL DAN PEMBAHASAN
klasifikasi citra Maximum Likelihood
(gabungan PCA dan NDVI), dan Identifikasi Tumpahan Minyak
algoritma standar pengolahan citra Berdasarkan 4 Algoritma
MODIS berupa Suhu Permukaan Laut.

41
Data Citra MODIS yang diolah optimal dan efektif dalam
terlebih dahulu adalah Citra Aqua mengidentifikasi tumpahan minyak di
MODIS perekaman tanggal 24 perairan laut. Uji akurasi dilakukan
September 2009. Pengolahan citra dengan menggunakan data hasil survei
MODIS perekaman tanggal 24 lapangan yang dilakukan oleh tim AES
September 2009 ini dilakukan dengan bekerjasama dengan WWF Australia.
beberapa algoritma, yaitu transformasi Uji akurasi akan dilakukan pada citra
citra fluorescence index, oil spill MODIS perekaman 24 September
index, klasifikasi citra maximum 2009 hasil klasifikasi berdasarkan
likelihood, gabungan PCA dan NDVI empat algoritma, yaitu algoritma
serta algoritma standar pengolahan Fluorescence Index, Oil Spill Index,
citra MODIS yaitu suhu permukaan klasifikasi citra Maximum Likelihood
laut. (gabungan PCA dan NDVI), serta
 Fluorescence Index algoritma standar pengolahan citra
MODIS berupa Suhu Permukaan Laut.
Berdasarkan hasil uji akurasi
yang didapatkan, dapat diketahui
metode atau algoritma yang memiliki
akurasi paling baik adalah klasifikasi
maximum likelihood (PC13+NDVI)
 Oil Spill Index dengan akurasi total sebesar 75.86%.
Hasil klasifikasi berdasarkan algoritma
Fluorescence Index memiliki nilai
akurasi total sebesar 66.67 %, hasil
klasifikasi berdasarkan algoritma Oil
Spill Index juga memiliki nilai akurasi
total sebesar 66.67 %, dan hasil
 Klasifikasi Maximum Likelihood
klasifikasi berdasarkan algoritma
(Gabungan PCA dan NDVI)
standar pengolahan Citra MODIS
berupa Suhu Permukaan Laut
memiliki nilai akurasi total paling
rendah, yaitu sebesar 58.62 %.

 Suhu Permukaan Laut

Identifikasi dan Monitoring


Persebaran Tumpahan Minyak
Uji Akurasi Identifikasi dan monitoring
Uji akurasi dilakukan untuk persebaran tumpahan minyak di
mengetahui metode atau algoritma perairan Laut Timor menggunakan
yang memiliki kemampuan lebih

42
citra MODIS perekaman tanggal 30  24 September 2009
Agustus 2009 sampai 2 November
2009 yang diolah menggunakan
metode klasifikasi citra Maximum
Likelihood gabungan PC13 dan NDVI.
Dimana berdasarkan hasil analisis dan
uji akurasi yang dilakukan metode
tersebut merupakan metode yang
paling baik untuk identifikasi
persebaran tumpahan minyak di
perairan laut. Visualisasi persebaran  21 Oktober 2009
tumpahan minyak dalam bentuk peta
dari masing-masing pengolahan citra
akan digabungkan dengan informasi
arah angin di daerah kajian sehingga
nantinya dapat diketahui apakah arah
angin berpengaruh terhadap
pergerakan tumpahan minyak.
 30 Agustus 2009

 2 November 2009

 10 September 2009

Pola Persebaran Tumpahan Minyak


Berdasarkan identifikasi
tumpahan minyak dari tanggal 30
Agustus 2009 sampai 2 November
2009 dapat diketahui jika pola
 17 September 2009
persebaran tumpahan minyak di
perairan Laut Timor cenderung
menyebar mengikuti arah pergerakan
angin. Berdasarkan pengolahan data
yang telah dilakukan, dapat diketahui
juga bahwa perairan laut Indonesia

43
yang telah tercemar oleh tumpahan DAFTAR PUSTAKA
minyak berkisar 4.285,01 km2, Danoedoro, P. 1996. Pengolahan Citra
sedangkan perairan laut Australia yang Digital; Teori dan Aplikasinya.
telah tercemar oleh tumpahan minyak Yogyakarta: Fakultas Geografi
berkisar 18.388,09 km2. Total perairan UGM.
Laut Timor yang telah tercemar oleh Fingas, M.F. & Brown, C. 2000.
tumpahan minyak yang berasal dari Review of Oil Spill Remote
anjungan minyak Montara kurang Sensing.Canada: Environmental
lebih seluas 22.673,10 km2. Technology Centre.
Gao, Y., Jha, M. N., Levy, J. 2008.
Advances in Remote Sensing for
Oil Spill Disaster Management :
State-of-the-Art Sensors
Technology for Oil Spill
Surveillance. Sensors Journal.
Canada : Department of
Geomatics Engineering,
University of Calgary.
Hu, C., Muller-Karger, F.E., Taylor,
Gambar. Peta Pola Persebaran Tumpahan
Minyak 30 Agustus - 2 November 2009 C., Myhre, D. 2003. MODIS
Detects Oil Spill in Lake
KESIMPULAN Maracaibo, Venezuela. South
Florida: College of Marine
Identifikasi tumpahan minyak dengan
Science, University of South
menggunakan algoritma klasifikasi
Florida.
maximum likelihood gabungan PC13
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir
dan NDVI memiliki nilai akurasi
dan Laut. Jakarta : PT Pradnya
tertinggi, yaitu sebesar 75.86 % pada
Paramita.
pengolahan data citra MODIS
Wardhana, G.K. 2004. Aplikasi
perekaman tanggal 24 September
Metode Tekstur Analisis Pada
2009. Pola persebaran tumpahan
Deteksi dan Monitoring
minyak di perairan Laut Timor yang
Tumpahan Minyak (Oil Spill)
berasal dari anjungan minyak Montara
dengan Menggunakan Citra
cenderung menyebar mengikuti arah
Radar ERS-2. Studi Kasus
pergerakan angin. Total luas perairan
Tumpahan Minyak di Pantai
laut yang tercemar oleh tumpahan
Utara Pulau Batam (Selat
minyak yang berasal dari anjungan
Singapura) Bulan Oktober 2000.
minyak Montara dari tanggal 30
Skripsi. Bogor : Fakultas
Agustus 2009 sampai 2 November
Perikanan dan Ilmu Kelautan,
2009 kurang lebih seluas 22.673,10
Istitut Pertanian Bogor.
km2, dimana seluas 4.285,01 km2
terdapat di perairan laut Indonesia.

44

Anda mungkin juga menyukai