Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LATAR BELAKANG
Fokus kebijakan Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) untuk periode 2015 – 2019
adalah penguatan Pelayanan Kesehatan (Yankes) Primer. Prioritas ini didasari oleh
permasalahan kesehatan yang mendesak seperti angka kematian ibu dan bayi yang
masih tinggi, angka gizi buruk, serta angka harapan hidup yang sangat ditentukan
oleh kualitas pelayanan primer. Penguatan yankes primer mencakup tiga hal: Fisik
(pembenahan infrastruktur), Sarana (pembenahan fasilitas), dan Sumber Daya
Manusia (penguatan tenaga kesehatan).
Program Nusantara Sehat merupakan salah satu bentuk kegiatan yang dicanangkan
oleh Kemenkes dalam upaya mewujudkan fokus kebijakan tersebut. Program ini
dirancang untuk mendukung pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang diutamakan oleh Pemerintah guna
menciptakan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.
Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer adalah garda terdepan dalam pelayanan
kesehatan masyarakat yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dan
melakukan upaya preventif melalui pendidikan kesehatan, konseling serta skrining
(penapisan).
TUJUAN
Program Nusantara Sehat bertujuan untuk menguatkan layanan kesehatan primer
melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar di DTPK dan
DBK juga mempunyai tujuan menjaga keberlangsungan pelayanan kesehatan,
menggerakan pemberdayaan masyarakat dan dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang terintegrasi serta meningkatkan retensi tenaga kesehatan yang
bertugas di DTPK. Program ini merupakan program lintas unit utama di Kemenkes
yang fokus tidak hanya pada kegiatan kuratif tetapi juga promotif dan preventif
untuk mengamankan kesehatan masyarakat (public health) dari daerah yang paling
membutuhkan sesuai dengan Nawa Cita.
SEKILAS PROGRAM
Program Nusantara Sehat melalui penempatan tenaga kesehatan berbasis tim,
dilakukan berdasarkan hasil kajian terhadap distribusi tenaga kesehatan yang
dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2012. Salah satu
rekomendasi kajian menunjukkan bahwa penempatan tenaga kesehatan untuk
daerah tertentu lebih baik jika dilakukan berbasis tim. Kajian tersebut ditindaklanjuti
dengan uji coba penempatan tenaga kesehatan berbasis tim pada tahun 2014 di 4
Puskesmas pada 4 kabupaten di 4 Propinsi (Prop. Sumatra Utara, Kalimantan Barat,
Maluku dan Papua) dan berhasil meningkatkan kunjungan Puskesmas serta Upaya
Kesehatan Masyarakat. Dari segi tenaga kesehatan mereka merasa lebih nyaman
karena ditempatkan dan bekerja dalam satu tim. Pada tahun 2015 telah ditempatkan
Tim Nusantara Sehat Periode I sebanyak 142 orang di 20 puskesmas pada bulan Mei
2015 dan Tim Nusantara Sehat Periode II sebanyak 552 orang di 100 puskesmas
pada bulan Desember 2015.
PENDEKATAN
Pendekatan yang dilakukan program Nusantara Sehat bersifat komprehensif dengan
melibatkan anggota tim dengan berbagai jenis tenaga kesehatan yang terdiri dari
dokter, dokter gigi, perawat, bidan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga
kesehatan lingkungan, tenaga ahli teknologi laboratorium medik, tenaga gizi, dan
tenaga kefarmasian.
Latar belakang
Masyarakat yang sehat jasmani, rohani dan sosial, akan menjadi individu yang
produktif sehingga akan berkontribusi positif terhadap pembangunan bangsa.
Kesehatan memiliki daya ungkit yang dapat mendukung aspek-aspek pembangunan
lainnya, sehingga indikator-indikator kesehatan seringkali digunakan sebagai ukuran
kemajuan pembangunan. Upaya penurunan kemiskinan pun dipengaruhi oleh
kebijakan kesehatan yang diberlakukan, seperti universal health coverage, atau
perlindungan kesehatan menyeluruh. Agar dapat mencapai perlindungan kesehatan
yang ideal tersebut, diperlukan sebuah sistem pelayanan kesehatan yang efisien dan
efektif. Sistem ini mencakup akses terhadap pusat layanan kesehatan, obat-obatan,
tenaga kesehatan yang kompeten, serta tata kelola yang baik.
Dengan diterapkannya sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan peluncuran
Kartu Indonesia Sehat (KIS) pada tahun 2014, Indonesia telah menunjukkan
komitmennya terhadap perbaikan kualitas kesehatan rakyatnya. Hal ini perlu diikuti
dengan penguatan sistem layanan kesehatan primer, dimana penguatan layanan
primer menjadi vital dalam perannya sebagai garda terdepan menjaga kesehatan
masyarakat dalam melakukan upaya preventif melalui pendidikan kesehatan,
konseling serta skrining/penapisan. Kuatnya sistem pelayanan kesehatan primer
akan memperluas jangkauan layanan kesehatan kepada masyarakat.
Kondisi geografis Indonesia yang berupa daratan, lautan, pegunungan, dan
banyaknya pulau-pulau kecil yang tersebar dari Sabang sampai Merauke,
menyebabkan akses pelayanan kesehatan untuk daerah tertentu sangat sulit
dijangkau. Situasi di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan (DTPK) dan
Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK) sangat berbeda dengan daerah lainnya.
Ketersediaan tenaga kesehatan dan sarana-prasarana merupakan masalah utama
yang terjadi di lapangan. Namun demikian, pelayanan kesehatan kepada masyarakat
wajib dilaksanakan dan tidak dapat ditunda. Oleh sebab itu diperlukan kebijakan
khusus penempatan tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan yang
disesuaikan dengan karakteristik daerah dan tidak menyamaratakan kebijakan
tersebut untuk seluruh wilayah Indonesia.
Proses implementasi
Dalam proses pelaksanaan Program Nusantara Sehat dilakukan secara lintas
program Kementerian Kesehatan, meliputi:
Rekrutmen:
Untuk Periode I tahun 2016 akan direkrut sebanyak 70 tim dan pada periode II
tahun 2016 akan direkrut sebanyak 60 tim. Perekrutan dilakukan secara online
melalui (www.nusantarasehat.kemkes.go.id) dan seleksi dilakukan secara bertahap
meliputi seleksi administrasi dan seleksi psikologi (Tes Psikologi, FGD, dan
Wawancara). Pelaksanaan seleksi dilakukan secara regional di beberapa kota yang
didukung oleh lembaga asesmen yang terpercaya.
Pembekalan:
Untuk meningkatkan kompetensi Tenaga Kesehatan yang akan bertugas sebagai
Tim Nusantara Sehat dilakukan pembekalan sebelum penempatan, yang meliputi :
Bela Negara, Teknis Medis dan Nonmedis, serta pengetahuan tentang program –
program kesehatan yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan.
Penempatan:
Tim Nusantara Sehat akan ditempatkan untuk mendukung pelaksanaan program
kesehatan di Puskesmas terutama sangat terpencil di Kabupaten DTPK dan DBK.
Tujuan Umum
Meningkatnya penyelenggaraan tugas dan fungsi Puskesmas dalam rangka upaya
kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat di Daerah tertinggal,
Perbatasan, Kepulauan dan Daerah Bermasalah Kesehatan.
Tujuan Khusus
1. meningkatnya capaian target program puskesmas
2. meningkatnya akses pelayanan kesehatan puskesmas
3. meningkatnya penanganan permasalahan kesehatan lokal daerah
4. tercapainya pemenuhan tenaga kesehatan sesuai dengan standar
5. meningkatnya retensi tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas
6. terselenggaranya pelayanan kesehatan yang terintegrasi
Sasaran akhir program penugasan khusus tenaga kesehatan berbasis tim (team
based) dalam mendukung Program Nusantara Sehat yaitu :
1. Terpenuhinya jumlah dan jenis tenaga kesehatan sesuai dengan standar di
puskesmas DTPK dan DBK
2. Terwujudnya layanan kesehatan primer yang dapat dijangkau oleh setiap
anggota masyarakat, terutama oleh mereka yang barada di wilayah - wilayah
terpencil di berbagai pelosok Nusantara
POLA PENEMPATAN
1. Dokter
2. Dokter Gigi
3. Perawat
4. Bidan
5. Tenaga Kesehatan Masyarakat
6. Tenaga Kesehatan Lingkungan
7. Ahli Teknologi Laboratorium Medik (Analis Kesehatan)
8. Tenaga Gizi
9. Tenaga Kefarmasian
Tidak semua tenaga kesehatan yang mendaftar bisa langsung dikirim karena ada proses
seleksi terlebih dahulu untuk melihat kesiapan baik secara fisik maupun mental mengingat
masa tugas yang akan mereka jalani selama dua tahun. Bagi tenaga kesehatan yang lolos
seleksi akan mendapatkan pembekalan berupa keahlian medis dan non-medis yang
mencakup pelatihan kepemimpinan, manajerial, dan komunikasi, serta pemahaman
terhadap budaya-budaya lokal.
Kesehatan adalah investasi terbaik untuk masa depan bangsa yang lebih cerah. Untuk
mewujudkannya maka diperlukan penguatan akses pelayanan kesehatan di daerah.
Kementerian Kesehatan mengajak para generasi muda untuk berperan serta memperkuat
kesehatan terutama di daerah terpencil melalui program penempatan tenaga kesehatan
yang berbasis tim (team based).
Kami membuka kesempatan bagi tenaga kesehatan di seluruh Indonesia untuk turut ambil
bagian dalam program ini. Mari bergabung bersama kami mewujudkan cita-cita bersama
untuk Indonesia yang lebih sehat.
“Critical Review Program Nusantara Sehat 2015” Oleh: A. Saputri
Mulyana* *Mahasiswa Program Magister Fakultas Ilmu Keperawatan,
Kekhususan Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, Universitas
Indonesia. 2015 Lahirnya program Nusantara Sehat 2015
dilatarbelakangi oleh pelayanan kesehatan di Indonesia yang tidak
merata, sehingga dianggap perlu upaya untuk mencapai pembangunan
kesehatan secara nasional (Permenkes RI N0. 23 tahun 2015 tentang
Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Berbasis Tim dalam
Mendukung Program Nusantara Sehat). Realita menunjukkan, terjadi
ketidakmerataan distribusi tenaga kesehatan, baik dari segi kualitas,
jumlah, maupun jenis tenaga kesehatan. Kondisi ini semakin
memprihatinkan pada daerah-daerah tertinggal, perbatasan, dan
kepulauan (DTPK) dan daerah bermasalah kesehatan (DBK). Padahal,
kesehatan adalah hak seluruh masyarakat Indonesia. Sehingga,
bagaimanapun, sudah seharusnya pemerintah bertanggung jawab agar
masyarakat Indonesia tetap memperoleh pelayanan kesehatan yang
berkualitas. Sebagaimana yang telah tertuang pada UUD 1945 pasal
28H, bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan.
Namun, untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan yang berkualitas
sebagaimana mestinya, program Nusantara Sehat 2015 perlu ditinjau
kembali. Jika merujuk pada tujuan dibentuknya program ini, yaitu
menguatkan layanan kesehatan primer melalui peningkatan jumlah,
sebaran, komposisi, dan mutu tenaga kesehatan lintas profesi (dengan
melibatkan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya) ke
puskesmas-puskesmas pada daerah DTPK dan DBK, maka dapat
ditarik benang merahnya, bahwa dalam implementasi program tersebut,
pemerintah menitikberatkan pada 2 (dua) hal, yaitu ketersediaan tenaga
kesehatan dan upaya untuk menjaga kualitas tenaga sebelum bertugas
pada daerah khusus tersebut (http://nusantarasehat.kemkes.go.id). UU
No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan pada pasal 15
menyatakan bahwa dalam menyusun perencanaan tenaga kesehatan,
salah satu faktor yang perlu diperhatikan selain jenis, kualifikasi, jumlah,
pengadaan, dan distribusi tenaga kesehatan adalah ketersediaan
fasilitas pelayanan kesehatan. Kebijakan pemerintah terkait program
Nusantara Sehat seolah luput dengan pasal 15 tersebut. Padahal,
ketersediaan fasilitas juga menjadi salah satu poin penting dalam
peningkatan kualitas sistem pelayanan. Hasil studi yang dilakukan oleh
Bata, dkk. (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
kualitas pelayanan dengan kepuasan pasien. Dimana salah satu
indikator dari kualitas pelayanan yang dimaksud adalah ketersediaan
sarana dan prasarana kesehatan. UU RI No. 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan, mempertegas bahwa fasilitas pelayanan kesehatan
merupakan suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Alasan ini semakin diperkuat
oleh Permenkes No .75 tahun 2014 tentang puskesmas. Pada pasal 7
(tujuh) dinyatakan bahwa dalam melakukan upaya pembangunan
kesehatan, puskesmas harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan
dasar secara komprehensif, berkesinambungan, dan bermutu. Untuk
mewujudkan hal itu, maka dalam pendirian Puskesmas harus
memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan
kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan laboratorium. Sehingga,
dalam memaksimalkan upaya pemerintah untuk menciptakan sistem
pelayanan kesehatan secara nasional melalui program Nusantara
Sehat, dimana target wilayah kerjanya adalah puskesmas-puskesmas
di daerah terpencil, ketersediaan fasilitas kesehatan sangat perlu
dipertimbangkan, selain ketersediaan dan kualitas tenaga kesehatan.
Usman (2009) dalam hasil studinya mendapatkan sebuah realita bahwa
dalam kurun tahun 2000-2005, lokasi pembangunan fasilitas kesehatan
baru, kebanyakan ditempatkan di desa-desa yang tergolong sejahtera,
yang pada umumnya menjadi ibukota kecamatan. Adapun bentuk
fasilitas kesehatan yang dikembangkan adalah dalam kategori fix facility
(fasilitas tetap, tidak bergerak). Karakteristik pelayanan kesehatan pada
kategori ini cenderung bersifat pasif, yang memicu tenaga kesehatan
setempat menjadi kurang proaktif. Lebih banyak menunggu kebutuhan
masyarakat. Mereka baru terlihat aktif ketika terjadi epidemi atau
kejadian yang mengancam masyarakat. Pendayagunaan fasilitas tidak
menuntut pelayanan kesehatan yang mendekatkan kepada masyarakat
sebagai pasien. Kondisi ini mengindikasikan bahwa upaya untuk
menciptakan pemerataan pelayanan kesehatan menjadi sulit untuk
direalisasikan. Selain itu, UU No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan pada pasal 27 juga memberikan pertimbangan tersendiri
untuk meninjau kembali program Nusantara Sehat 2015. Pasal 27
tersebut menguraikan bahwa tenaga kesehatan yang bertugas di
daerah tertinggal perbatasan dan kepulauan, serta daerah
bermasalah kesehatan, selain memperoleh perlindungan dalam
pelaksanaan tugas, mereka juga berhak memperoleh hak kenaikan
pangkat istimewa. Namun, jika merujuk pada Permenkes Republik
Indonesia No. 23 tahun 2015 tentang Penugasan Khusus Tenaga
Kesehatan Berbasis Tim (Team Based) dalam Mendukung Program
Nusantara Sehat, tenaga kesehatan yang telah berkontribusi, tidak
memperoleh hak kenaikan pangkat istimewa sebagaimana yang
tertuang pada UU No. 36 pasal 27 tersebut. Setelah menyelesaikan
masa penugasan, mereka hanya diberikan surat keterangan selesai
masa penugasan oleh Kementerian Kesehatan. Padahal, para tenaga
kesehatan yang akan melibatkan diri pada program tersebut harus
mengiyakan beberapa persyaratan yang seolah ikut bersaing dengan
medan kerja yang tentu cukup menantang. Diantaranya adalah tidak
terikat kontrak kerja dengan instansi pemerintah maupun swasta dan
pernyataan bersedia meninggalkan pekerjaan tersebut apabila masih
terikat kontrak dengan pemerintah maupun swasta. Artinya, mereka
harus melepas segala bentuk pekerjaannya sebelum memutuskan
untuk melibatkan diri sebagai tenaga kesehatan untuk mensukseskan
program tersebut. Lantas, dimana bentuk apresiasi pemerintah
terhadap masa depan kepada mereka yang akan terjun langsung dalam
membangun kesehatan nasional dari daerah pinggiran? Ayuningtyas
(2014) mengemukakan bahwa dalam melakukan analisis kebijakan,
salah satu tahap yang perlu dilakukan setelah merumuskan masalah
adalah melakukan peramalan (forecasting). Terkait kebijakan program
Nusantara Sehat, maka penulis merumuskan 2 (dua) poin berikut,
sebagai bahan analisis sejauh mana program tersebut dapat menjawab
kesenjangan yang telah diuraikan sebelumnya. Pertama, pemerintah
tidak menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dalam
penerapan program Nusantara Sehat. Jika hal ini dibiarkan tanpa ada
upaya serius dari pemerintah, maka tujuan/harapan pemerintah untuk
meningkatkan sistem kesehatan di seluruh penjuru Indonesia akan sulit
diwujudkan. Lahirnya program Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang telah
lebih dulu dikeluarkan oleh pemerintah, dapat menjadi bahan
pembanding untuk menganalisis program Nusantara Sehat ini. Kedua
program tersebut setidaknya hampir memiliki kesamaan misi, yaitu
mendistribusikan tenaga kesehatan medis dan bidan di daerah-daerah
tertinggal, sebagaimana yang tertuang pada Permenkes No. 7 tahun
2013 tentang Pedoman Pengangkatan dan Penempatan Dokter dan
Bidan sebagai Pegawai Tidak Tetap. Kondisi yang terjadi di lapangan
memperlihatkan bahwa sebagian tenaga kesehatan yang bertugas tidak
dapat memaksimalkan kewajibannya dalam memberikan pelayanan
kesehatan di puskesmas karena keterbatasan fasilitas. Sehingga,
pengaruh hadirnya program PTT terhadap peningkatan pelayanan
kesehatan di daerah terpencil tidak memberikan dampak yang cukup
signifikan. Poin yang kedua, jika tenaga kesehatan tidak memperoleh
hak kenaikan pangkat istimewa yang bertugas pada daerah Tertinggal,
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) serta pada Daerah Bermasalah
Kesehatan (DBK), maka kemungkinan yang dapat terjadi adalah kurang
maksimalnya pendistribusian para klinisi untuk melibatkan diri sebagai
tenaga kesehatan pada program tersebut. Mengingat bahwa
persyaratan yang ditawarkan cukup sulit, sementara mereka akan
ditempatkan bukan pada daerah yang aman, apalagi nyaman.
Larangan menikah, keharusan untuk menghentikan kontrak kerja (bagi
yang sebelumnya pernah bekerja), tentu menjadi pertimbangan
tersendiri bagi seorang calon tenaga kesehatan sebelum memutuskan
bertugas pada daerah tersebut. Dan setelah masa kerja habis, mereka
tidak memperoleh jaminan/hak istimewa selain surat keterangan bukti
tugas. Sejumlah penelitian menunjukkan tentang pentingnya pemberian
reward kepada tenaga kesehatan, terutama yang bertugas khusus di
daerah terpencil/tertinggal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Riyadi,
dkk. (2005), ada 3 (tiga) jenis insentif yang paling diharapkan oleh
tenaga kesehatan. Baik yang bekerja di daerah kecamatan terpencil
maupun tidak terpencil. 92,3% mengharapkan gaji/tunjangan, 69,2%
mengharapkan ketersediaan fasilitas, dan 59% mengharapkan
peningkatan karir. Persentase ini diperoleh dari tenaga kesehatan yang
bekerja di daerah terpencil. Lebih rinci lagi, Riyadi, dkk. (2005)
melaporkan bahwa terkhusus tenaga kesehatan yang ditempatkan di
daerah terpencil, peningkatan karir yang dimaksud adalah misalnya
kenaikan pangkat, pengangkatan sebagai PNS, atau adanya
percepatan masa bakti. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan
bahwa ketiga harapan itu menjadi hal yang perlu dipertimbangkan oleh
pemerintah dalam melakukan perencanaan tenaga kesehatan,
terutama yang akan ditugaskan di daerah tertinggal. Rumusan tersebut
tentu menjadi acuan dalam merumuskan alternatif solusi terkait lahirnya
program Nusantara Sehat 2015 yang baru saja dilahirkan. Oleh karena
itu, penulis merekomendasikan 2 (dua) hal agar dalam penerapan
kebijakan Nusantara Sehat 2015 dapat memberikan manfaat yang lebih
maksimal. Pertama, niat baik pemerintah untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan secara merata di seluruh lapisan Indonesia
melalui program Nusantara Sehat, perlu dilakukan upaya serius untuk
mewujudkannya. Secara konkrit, perlu alokasi dana khusus untuk
memaksimalkan program tersebut. Baik untuk pendistribusian tenaga
kesehatan yang berkualitas maupun untuk ketersediaan sarana dan
fasilitas pelayanan kesehatan yang akan menunjang pemberian
pelayanan kesehatan. Lebelisasi ‘daerah tertinggal’, jangan sampai
menjadi kambinghitam sebagai alasan tidak perlunya ketersediaan
sarana dan fasilitas kesehatan yang memadai. Jika merujuk pada
APBN Konstitusi bidang kesehatan tahun 2014, diketahui bahwa
alokasi anggaran kesehatan pada tahun 2014 mencapai 2,4% dari
APBN atau senilai Rp. 44.859 M. Salah satu sasaran kebijakan dalam
APBN Konstitusi Bidang Kesehatan dan Jaminan Sosial adalah
peningkatan distribusi anggaran untuk program yang bersifat belanja
modal dan belanja pembangunan sebesar 60% dengan distribusi
belanja modal dan pembangunan sebesar 50% untuk program yang
berkaitan langsung dengan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan,
30% untuk peningkatan sarana dan prasarana penunjang kesehatan,
dan 20% untuk peningkatan kualitas SDM tenaga kesehatan. Besar
harapan agar pengalokasian dana tersebut benar-benar disalurkan
sesuai peruntukannya. Dan menjadi catatan khusus bagi pemerintah
terutama dalam memaksimalkan pencapaian tujuan dari perumusan
Program Nusantara Sehat 2015. Sebagai rekomendasi kedua,
pemerintah perlu memberikan hak istimewa kepada para tenaga
kesehatan yang telah bersedia mengabdikan diri untuk bertugas pada
daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) serta pada
Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK). Setelah masa kerja mereka
telah habis (2 tahun), para tenaga kesehatan itu diangkat menjadi PNS
(Pegawai Negeri Sipil) dalam lingkup Kementerian Kesehatan. Adapun
penempatan kerja selanjutnya diserahkan kepada pihak yang
bersangkutan. Sehingga, dalam menjalankan tugas selama di daerah
tertinggal tersebut, mereka dapat memaksimalkan diri. Program
Nusantara Sehat 2015 perlu ditinjau kembali untuk dapat
memperhatikan semua aspek demi tercapainya tujuan yang diinginkan.
Tidak hanya fokus pada pendistribusian tenaga kesehatan ke daerah
terpencil, tapi juga fokus pada ketersediaan fasilitas yang akan
menunjang dan memaksimalkan pelayanan kesehatan di daerah
tersebut, sebagaimana yang termaktub pada UUD 1945 dan UU No. 36
tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Selain itu, pemerintah juga
harus memberikan pangkat istimewa kepada para tenaga kesehatan
yang telah menjalankan tugas khusus pada daerah tertinggal,
perbatasan, dan kepulauan (DTPK) dan daerah bermasalah kesehatan
(DBK). Dengan demikian, pada akhirnya akan memberikan kesimpulan
sederhana bahwa tidak akan ada lagi alasan tentang ketidakmerataan
kesehatan di Indonesia. Rakyat Indonesia harus sehat, di mana pun.
Referensi Ayuningtyas, Dumilah. (2014). Kebijakan
Kesehatan (Prinsip dan Praktik). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Bata, dkk. (2013). Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan
Kepuasan Pasien Pengguna ASKES Sosial pada Pelayanan Rawat
Inap di RSUD Lakipadada Kabupaten Tana Toraja. Makassar:
Universitas Hasanuddin. UU No. 36 tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Usman, dkk.
Strategi Penciptaan Pelayanan Kesehatan Dasar untuk Kemudahan
Akses Penduduk Desa Miskin. Jogjakarta: UGM. Peraturan Menteri
Kesehatan (PMK) Republik Indonesia No. 7 tahun 2013 tentang
Pedoman Pengangkatan dan Penempatan Dokter dan Bidan sebagai
Pegawai Tidak Tetap. Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Republik
Indonesia No.75 tahun 2014 tentang Puskesmas. Peraturan Menteri
Kesehatan (PMK) Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2015 tentang
Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan Berbasis Tim (Team Based)
dalam Mendukung Program Nusantara Sehat. Saputra, Wiko. 2014.
APBN Bidang Kesehatan dan Jaminan Sosial Kesehatan. Jakarta:
Prakarsa Riyadi, dkk. (2005). Laporan Kajian Kebijakan Perencanaan
Tenaga Kesehatan. Jakarta: Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat,
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional.
http://nusantarasehat.kemkes.go.id/index.php/tentang-kami/sekilas-
nusantara-sehat, diakses pada tanggal 31 Mei 2015.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/saputri/critical-review-
program-nusantara-sehat-2015_55785bbd2f97731d599dc7e7
Pengiriman tenaga kesehatan ini akan dibagi menjadi dua tahap ke 120
Puskesmas yang berada di DPTK. "Tahap pertama akan dikirim 480 orang,
tahap kedua juga 480 orang. Mereka nantinya akan berada di masing-masing
Puskesmas selama dua tahun," terangnya.
Tenaga kesehatan yang lolos seleksi tersebut nantinya juga akan dibekali
keahlian medis dan non-medis yang mencakup pelatihan kepemimpinan,
manajerial, dan komunikasi, serta pemahaman terhadap budaya-budaya
lokal.
Herman