Anda di halaman 1dari 6

BAB II

ANALISIS PEMBAHASAN UTANG DAN PENGHASILAN DIVIDEN


SECARA FISKAL

2.1. Analisis Pembahasan Utang Dividen secara Fiskal


Pembagian laba akan menyebabkan timbulnya utang Dividen. Utang
Dividen adalah objek dari PPh Pasal 23 dengan tarif 15% apabila yang
menerima dividen tersebut adalah Wajib Pajak Dalam Negeri dan Badan
Usaha Tetap. Namun, apabila yang menerima adalah Wajib Pajak Luar
Negeri selain BUT di Indonesia maka tarif yang dikenakan adalah 20%
atau berdasarkan P3B.
Utang Dividen yang menimbulkan Utang PPh Pasal 23, langsung
dipotong oleh perusahaan yang membagikan dividen dengan ketentuan
bahwa perusahaan tersebut bukan perwakilan negara asing atau
organisasi internasional. Utang PPh Pasal 23 tersebut terutang sejak
tanggal diumumkannya Dividen.
Utang Dividen yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada para
pemegang saham dapat berupa tunai (cash dividend) atau berbentuk
tambahan saham (share dividen) .
2.1.1. Contoh Pembagian Dividen berbentuk Tunai
PT. A pada tanggal 28 Desember 2016 mengumumkan
pembayaran dividen tunai sebesar Rp 50.000.000 yang akan
dilakukan pada tanggal 3 Januari 2017.
Maka, jurnal untuk mencatat pembagian dividen tersebut secara
fiskal sebagai berikut;

Jurnal pengumuman dividen


Tanggal Keterangan Debet Kredit
28 Desember 2016 Saldo Laba 50.000.000
Utang Dividen 50.000.000
Jurnal terutangnya PPh pasal 23
Tanggal Keterangan Debet Kredit
28 Desember 2016 Utang Dividen 7.500.000
Utang PPh 23 7.500.000

Jurnal pembayaran dividen


Tanggal Keterangan Debet Kredit
3 Januari 2017 Utang Dividen 42.500.000
Kas 42.500.000

Jurnal penyetoran PPh 23


Tanggal Keterangan Debet Kredit
10 Januari 2017 Utang PPh 23 7.500.000
Kas 7.500.000

Dalam kasus diatas, PPh 23 para pemegang saham telah dipotong


oleh PT.A sehingga PT.A sesuai dengan ketentuan undang-undang
harus menyetorkan PPh Pasal 23 tersebut.
2.1.2. Contoh Pembagian Dividen berbentuk Saham
PT. A akan pada tanggal 1 Desember 2016 memutuskan akan
membagikan dividen dalam bentuk saham biasa sebesar Rp 300.000
yang berasal dari saham yang belum beredar. Diketahui nilai pasar
saham pada saat itu sebesar Rp 400.000.
Maka, jurnal yang dibutuhkan untuk mencatat pembagian dividen
tersebut secara fiskal, sebagai berikut;

Jurnal Pengumuman Dividen


Tanggal Keterangan Debet Kredit
1 Desember 2016 Laba Ditahan 400.000.000
Agio Saham 100.000.000
Saham Portofolio 300.000.000
Jurnal pengubahan saham portofolio menjadi saham biasa
1 Desember 2016 Saham Portofolio 300.000.000
Modal Saham 300.000.000

Jurnal penyetoran PPh 23


10 Januari 2017 Utang PPh 23 60.000.000
Kas/Bank 60.000.000

Pada soal kasus di atas , PT.A harus memperhitungkan agio saham


atau selisih harga saham antara nilai pasar saham dengan nilai
nominal saham, setelah itu mencatat perubahan saham biasa yang
terjadi karena pembagian dividen menjadi saham biasa (share
dividend ) dan terakhir memperhitungkan pengenaan PPh pasal 23
atas dividend dengan cara mengalikan tarif (15%) dengan nilai pasar
saham.
2.2. Analisis Pembahasan atas Pendapatan Dividen
Dalam hal pencatatan atas pendapatan dividen maka, hal yang
perlu diperhatikan adalah kepemilikan saham subjek pajak tersebut
pada suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan dalam pajak dikenal
hubungan istimewa. Salah satu ciri hubungan istimewa tersebut adalah
perihal kepemilikan saham, apabila adanya kepemilikan saham
sekurang-kurangnya 25% atau lebih maka dikatakan subjek pajak
tersebut memiliki hubungan istimewa.

Hal ini juga mempengaruhi sistematika pencatatan secara komersil


apabila terdapat hubungan istimewa yaitu menggunakan equity
method,lain halnya apabila kepemilikan saham dibawah 25% maka
menggunakan cost method.
2.2.1. Pencatatan Penerimaan Dividen dengan Cost Method
Pencatatan dengan cost method digunakan apabila kepemilikan
saham subjek pajak tersebut dibawah 25% karena kepemilikan
dengan presentase tersebut tidak ada pengaruh penting atau tidak
ada hak kendali terhadap suatu perusahaan (No significant Influence).

Contoh soal penerimaan dividen dengan cost method:


PT.B memiliki saham atas PT.A sebesar 10%, diketahui PT.A
mengumumkan pembagian dividen tunai sebesar Rp 50.000.000 pada
tanggal 28 Desember 2016 dan melakukan pembayaran dividen
tersebut pada tanggal 3 Januari 2017. Jadi, pencatatan jurnal atas
penerimaan dividen dari PT.A sebagai berikut;
Tanggal Keterangan Debet Kredit Penghitungan
28/12/16 Piutang Dividen 4.250.000 (10% x pembayaran
utang dividen)
PPh 23 dibayar 750.000 (15% x penghasilan
dimuka dividen)
Penghasilan 5.000.000 (10% x pembayaran
dividen dividen yang telah
diumumkan)

Jurnal penerimaan kas atas dividen tunai


Tanggal Keterangan Debet Kredit
3/01/17 Kas/Bank 4.250.000
Piutang Dividen 4.250.000

Bagi PT.B PPh 23 tersebut dianggap sebagai prepaid karena sudah


dipotong oleh PT.A selaku pemberi dividen. PT.A wajib memberikan
bukti potong kepada PT.B atas pemotongan pajak yang dilakukannya.

2.2.2. Pencatatan Penerimaan Dividen dengan Equity Method


Jika menggunakan equity method, maka pencatatan atas
penerimaan dividen berbeda dengan cost method, hal ini dikarenakan
pada pencatatan equity method kepemilikan saham minimal 25% atau
ada hubungan istimewa.
Contoh penghitungan dengan equity method
PT.C memiliki saham atas PT.A sebesar 30%, diketahui PT.A
mengumumkan pembagian dividen tunai sebesar Rp 50.000.000 pada
tanggal 28 Desember 2016 dan melakukan pembayaran dividen
tersebut pada tanggal 3 Januari 2017.

Jurnal pencatatan atas pengumuman dividen


Tanggal Keterangan Debet Kredit
28 Desember 2016 Investasi Saham 15.000.000
Penghasilan 15.000.000
Dividen

Jurnal penerimaan kas atas piutang dividen


Tanggal Keterangan Debet Kredit
3 Januari 2017 Kas/Bank 15.000.000
Investasi 15.000.000
Saham

Secara komersil jika memiliki saham 25% atau lebih maka subjek
pajak tersebut memiliki kendali atau memiliki pengaruh yang cukup
signifikan dalam suatu perusahaan.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dividen adalah salah satu bentuk penghasilan yang dikenai pajak
karena dianggap sebagai objek pajak penghasilan pasal 23/26.
Pengenaan pajak atas dividen diperhitungkan atas kepemilikan saham
subjek pajak di suatu perusahaan. Kepemilikan saham ini berpengaruh
terhadap hak kendali atau pengaruh subjek pajak terhadap jalannya
perusahaan yang disebut sebagai hubungan istimewa.
Dividen terutang sejak tanggal diumumkannya pembagian laba
dan langsung dipotong oleh perusahaan yang membagikan dividen.
Dividen terdiri atas dua bentuk yaitu dividen tunai (cash dividend) dan
dividen saham (share dividend) yang kedua-duanya adalah bentuk dari
mekanisme pembagian dividen pada perusahaan.
3.2. Saran
Dividen pada hakikatnya adalah jenis penghasilan yang diterima
oleh seseorang atau subjek pajak. Mekanisme pemberian dividen kepada
para pemegang saham sudah sepatutnya diatur oleh regulasi pemerintah
agar dapat tercipta transparansi dalam pengelolaan uang pada
perusahaan yang go public. Selain itu, transparansi dalam pembagian
dividen dapat juga mencegah perusahaan berbuat suatu kecurangan
atau fraud.
Pemerintah perlu melakukan pengawasan yang lebih untuk
mengawasi pembagian dan penerimaan dividen agar terciptanya kendali
pengawasan dari pemerintah dalam mengatur pasar modal dan pasar
uang.

Anda mungkin juga menyukai