Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN GANGGUAN KARDIOVASKULAR

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gerontik


Di Susun Oleh :
Kelompok 3:
1. Agustin Ikromah
2. Ayeni
3. Ricko Mudzaki Akbar
4. Vita Amelia
Kelas 2-C (Transfer)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
penulis kesehatan jasmani maupun rohani dengan rahmat dan Hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Gerontik yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN
KARDIOVASKULER” tepat pada waktunya.
Makalah ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk melengkapi tugas
KMB. Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan penulis jalan dalam menyelesaikan
hambatan-hambatan dalam menyusun makalah ini.
2. Kedua Orang tua tersayang yang telah mensupport dan memberikan
banyak kesempatan pada penulis dari segi moril maupun materil.
3. Dosen pembimbing dalam bentuk pengetahuan berbagai macam.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, yang artinya masih banyak sekali kekurangannya. Maka dari itu
penyusun meminta saran dan kritik dari pembaca, untuk memperbaiki makalah
yang selanjutnya.

Penyusun,

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dengan bertambahnya usia, wajar saja bila kondisi dan fungsi tubuh pun
makin menurun. Tak heran bila pada usia lanjut, semakin banyak keluhan
yang dilontarkan karena tubuh tak lagi mau bekerja sama dengan baik seperti
kala muda dulu.

Nina Kemala Sari dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam
RS Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dalam
suatu pelatihan di kalangan kelompok peduli lansia, menyampaikan beberapa
masalah yang kerap muncul pada usia lanjut, yang disebutnya sebagai a series
of I’s. Mulai dari immobility (imobilisasi), instability (instabilitas),
incontinence (inkontinensia), intellectual impairment (gangguan intelektual),
infection (infeksi), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan
dan pendengaran), isolation (depresi), inanition (malnutrisi), insomnia
(ganguan tidur), hingga immune deficiency (menurunnya kekebalan tubuh).

Sumber lain menyebutkan, penyakit utama yang menyerang lansia ialah


hipertensi, gagal jantung dan infark serta gangguan ritme jantung, diabetes
mellitus, gangguan fungsi ginjal dan hati. Juga terdapat berbagai keadaan
yang khas dan sering mengganggu lansia seperti gangguan fungsi kognitif,
keseimbangan badan, penglihatan dan pendengaran.

Secara umum, menjadi tua ditandai oleh kemunduran biologis yang terlihat
sebagai gejala-gejala kemuduran fisik, antara lain :
1. Kulit mulai mengendur dan wajah mulai keriput serta garis-garis yang
menetap
2. Rambut kepala mulai memutih atau beruban
3. Gigi mulai lepas (ompong)
4. Penglihatan dan pendengaran berkura
5. Mudah lelah dan mudah jatuh
6. Gerakan menjadi lamban dan kurang lincah
Disamping itu, juga terjadi kemunduran kognitif antara lain :
1. Suka lupa, ingatan tidak berfungsi dengan baik
2. Ingatan terhadap hal-hal di masa muda lebih baik daripada hal-hal yang
baru saja terjadi
3. Sering adanya disorientasi terhadap waktu, tempat dan orang
4. Sulit menerima ide-ide baru

B. TUJUAN
Tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1. Mahasiswa mampu mengetahui Perubahan terkait usia pada fungsi
kardiovaskuler.
2. Mahasiswa mampu mengetahui faktor risiko gangguan kardiovaskuler
pada lansia.
3. Mahasiswa mampu mengetahui konsekuensi perubahan sistem
kardiovaskuler pada lansia.
4. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada lansia
dengan gangguan kardiovaskuler.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perubahan Terkait Usia Pada Fungsi Kardiovaskuler


1. Perubahan normal
Dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah mengalami
perubahan baik struktural maupun fungsional. Secara umum, perubahan
yang disebabkan oleh penuaan berlangsung lambat dengan awitan yang
tidak disadari. Penuruan yang terjadi berangsur-angsur ini sering terjadi
ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan
penurunan kebutuhan darah yang teroksigenasi. Namun, perubahan yang
menyertai penuaan ini menjadi lebih jelas ketika sistem ditekan untuk
meningkatkan keluarannya dalam memenuhi peningkatan kebutuhan
tubuh. Perubahan normal akibat penuaan pada sistem kardiovaskuler
terdapat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1. Perubahan Normal Pada sistem Kardiovaskular Akibat Penuaan

No Perubahan Normal Implikasi Klinis


1 Ventrikel kiri menebal Penurunan kekuatan kontraktil
2 Katup jantung menebal dan Gangguan aliran darah melalui
membentuk penonjolan katup
3 Jumlah sel pacemaker menurun Umum terjadi disritmia
4 Arteri menjadi kaku dan tidak Penumpukan respons
lurus pada kondisi dilatasi baroreseptor
Penumpukan respons terhadap
panas dan dingin
5 Vena mengalami dilatasi, katup Edema pada ektermitas bawah
katup menjadi tidak kompeten dengan penumpukan darah.
S
Stanley, Mickey (2012).
2. Perubahan Struktur
Biasanya, ukuran jantung seseorang tetap proporsional dengan berat
badan. Adanya suatu hipertrofi atau atrofi yang terlihat jelas berarti tidak
normal, tetapi hal tersebut lebih merupakan tanda dari penyakit jantung.
Perubahan - perubahan struktur pada jantung antara lain :

a) Ventrikel
Ukuran ruang-ruang jantung tidak berubah dengan penuaan.
Ketebalan dinding ventrikel kiri cenderung sedikit meningkat dengan
penuaan karena adanya peningkatan densitas kolagen dan hilangnya
fungsi serat-serat elastis. Sehingga, penuaan jantung menjadi kurang
mampu untuk distensi dengan kekuatan kontraktil yang kurang
efektif. Stanley, Mickey (2012).

b) Katup aorta dan mitral


Area permukaan di dalam jantung yang telah mengalami aliran darah
dengan tekanan tinggi, mengalami penebalan dan terbentuk
penonjolan sepanjang garis katup. Kekauan pada bagian dasar pangkal
aorta menghalangi pembukaan katup secara lengkap sehingga
menyebabkan obstruksi parsial terhadap aliran darah selama denyut
sitole. Tidak sempurnanya pengosongan ventrikel dapat terjadi selama
waktu peningkatan denyut jantung (misal demam, stres, dan olahraga)
dan gangguan pada arteri koroner dan sirkulasi sistemik. Stanley,
Mickey (2012).

c) Sistem aorta dan arteri perifer


Dengan penambahan usia, sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku
dan tidak lurus. Perubahan ini terjadi akibat peningkatan serat kolagen
dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri. Lapisan
initima arteri menebal dengan peningkatan deposit kalsium. Proses
perubahan yang berhubungan dengan penuaan ini meningkatkan
kekakuan da ketebalan yang disebut dengan arteriosklerosis.
Sebagai suatu mekanisme kompensasi, aorta dan arteri besar lain
secara progresif mengalami dilatasi untuk menerima lebih banyak
volume darah. Vena menjadi meregang dan mengalami dilatasi
dengan cara yang hampir sama. Katup-katup vena menjadi tidak
kompeten atau gagal untuk menutup secara sempurna. Stanley,
Mickey (2012).

d) Sistem konduksi
Perubahan struktural mempengaruhi kondisi sistem jantung melalui
peningkatan jumlah jaringan fibrosa dan jaringan ikat. Jumlah total
sel-sel pacemaker mengalami penurunan seiring bertambahnya usia,
oleh karena itu hanya sekitar 10% jumlah yang ditemukan pada usia
dewasa muda yang masih terdapat pada usia 75 tahun. Berkas his
kehilangan serta konduksi yang membawa impuls ke ventrikel. Selain
itu, penebalan pada jaringan elastis dan retikuler dengan infiltrasi
lemak terjadi pada daerah nodus sinoatrial (SA). Stanley, Mickey
(2012).

3. Perubahan fungsi
Perubahan utama yang berhubungan dengan penuaan dalam sistem
kardiovaskuler adalah penurunan kemampuan untuk meningkatkan
keluaran sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan tubuh.
Perubahan tersebut antara lain :

a) Curah jantung
Curah jantung saat istirahat tetap stabil atau sedikit menurun seiring
bertambahnya usia dan denyut jantung saat istirahat juga menurun.
Hal ini terjadi karena miokardium mengalami penebalan dan kurang
dapat diregangkan, dengan katup-katup yang lebih kaku, peningkatan
waktu pengisian diastolik dan peningkatan tekanan pengisian diastolik
diperlukan untuk mempertahankan preload yang adekuat.

Jantung yang mengalami penuaaan juga lebih bergantung pada


kontraksi atrium, atau volume darah yang diberikan pada ventrikel
sebagai hasil dari kontraksi atrial yang terkoordinasi. Dua kondisi
yang menempatkan lansia pada resiko untuk mengalami tidak
adekuatnya curah jantung adalah takikardia, yang disebabkan oleh
pemendekan waktu pengisian ventrikel, dan fibrilasi atrial, yang
disebabkan oleh hilangnya kontraksi atrial.

Prinsip mekanisme yang digunakan oleh jantung yang mengalami


penuaan untuk meningkatkan curah jantung adalah dengan
meningkatkan volume akhir diastolik, yang meningkatkan volume
sekuncup (Hukum Starling). Jika waktu pengisian diastolik tidak
memadai (seperti pada takikardia) atau ventrikel menjadi terlalu
distensi (seperti pada gagal jnatung) mekanisme ini dapat gagal.
Stanley, Mickey (2012).

b) Irama jantung
Irama jantung yang tidak sesuai dan koordinasi aktivitas listrik yang
mengendalikan siklus kardial menjadi disritmik dan tidak
terkoordinasi dengan bertambahnya usia. Kehilangan sel pacemaker
dan infiltrasi lemak ke dalam jaringan konduktif menghasilkan
disritmia atrial dan ventrikuler. Sinus disritmia, seperti sick sinus
syndrome dan sinus brakikardia adalah hal yang sering terjadi dan
dapat menimbulkan rasa pusing, jatuh, palpitasi atau perubahan status
mental. Stanley, Mickey (2012).

Prinsip perubahan fungsional terkait usia yang dihubungkan dengan


pembuluh darah secara progresif meningkatkan tekanan sistolik. American
Heart Association merekomendasikan bahwa nilai sistolik 160 mmHg
dianggap sebagai batas normal tertinggi untuk lansia. Tidak ada perubahan
dalam tekanan diastolik adalah normal. Kemungkinan diakibatkan oleh
kekauan pembuluh darah atau karena bertahun-tahun menerima aliran
darah bertekanan tinggi, baroreseptor yang terletak di arkus aorta dan sinus
karotis menjadi tumpul atau kurang sensitif. Penumpulan ini menyebabkan
masalah yang berhubungan dengan hipotensi ortostatik karena hal tersebut
membuat pembulluh darah tidak mampu untuk melakukan vasokintriksi
sebagai respon terhadap perubahan posisi yang cepat. Stanley, Mickey
(2012).

Sebagaimana dengan aspek fungsi fisiologi yang banyak, itu berbeda untuk
menentukan apakah perubahan kardiovaskular disebabkan oleh penuaan
normal atau faktor lainnya. Pengetahuan tentang perubahan usia dan
penyakit yang berbeda pada fungsi kardiovaskular dikacaukan oleh fakta
bahwa, sampai saat ini, tidak ada teknologi untuk mendeteksi proses
kardiovaskular patologis asimtomatik. Karena beberapa kesimpulan dari
penelitian sebelumnya mungkin telah menyebabkan perubahan patologis
pada penuaan normal, penekanan saat ini adalah pada studi longitudinal
subyek yang telah diskrining dengan hati-hati untuk penyakit kardiovaskular
asimtomatik. Miller, C.A. (2015).

Faktor pengganggu lainnya adalah ketidakmampuan untuk memisahkan


faktor sosiokultural yang dapat mempengaruhi fungsi kardiovaskular pada
sekelompok besar manusia. Tekanan darah sistolik, misalnya, meningkat
secara bertahap pada orang dewasa yang tinggal di masyarakat barat tapi
bukan dari masyarakat industri yang kurang. Oleh karena itu, perubahan
yang dikaitkan dengan peningkatan usia mungkin, terkait dengan gaya hidup,
faktor sosial budaya, atau kondisi patologis. Miller, C.A. (2015).
B. Faktor Resiko Gangguan Kardiovaskuler Pada Lansia
Banyak faktor yang mempengaruhi dengan meningkatkan risiko penyakit
jantung, yang telah menjadi penyebab utama kematian di negara-negara maju
selama hampir satu abad terakhir. Penyakit kardiovaskular mengacu pada
semua proses patologis yang mempengaruhi sistem jantung dan peredaran
darah termasuk penyakit jantung koroner (juga disebut penyakit arteri
koroner), aritmia, aterosklerosis, gagal jantung, infark miokard, penyakit
vaskular perifer, tromboemboli vena, stroke, dan serangan iskemik transien.
Meskipun penyakit kardiovaskular adalah mekanisme patologis yang
mendasari stroke (juga disebut penyakit serebrovaskuler) dan serangan
iskemik transien, mereka dianggap sebagai kondisi neurologis dalam praktik
klinis karena efeknya. (Miller, C.A., 2015)

Faktor yang mempengaruhi antara lain, yaitu :


1. Arteroskelosis
Penyempitan dan penebalan arteri karena penumpukan plak pada dinding
arteri.
Lesi plak, yang bisa pecah tetap stabil, atau terus tumbuh, merupakan
penyebab utama penyakit kardiovaskular. Bila atrial koroner terkena
kematian mendadak, merupakan konsekuensi utama pada 50% pria dan
64% wanita (Castellon & Boqdanova, 2013 in Miller, C.A. 2015). Oleh
karena itu, penting untuk mengidentifikasi dan mengatasi faktor risiko
sebelum pasien mengalami gejala.

2. Penurunan aktivitas fisik


Penurunan aktivitas fisik faktor yang mengkompromikan fungsi
kardiovaskular dan mengganggu kemampuan orang dewasa yang lebih tua
untuk beradaptasi dengan perubahan kardiovaskular terkait usia. Miller,
C.A. (2015)
Dengan penurunan aktivitas fisik menyebabkan penurunan fungsi tonus
otot, kehilangan masa otot tak berlemak, yang digantikan dengan jaringan
lemak dan peningkatan resiko penyakit jantung. Stanley, Mickey (2012).

3. Merokok dan perokok pasif


Efek merokok pada sistem kardiovaskular meliputi akselerasi proses
aterosklerosis, peningkatan tekanan darah sistolik, peningkatan kadar
kolesterol LDL, dan penurunan kadar kolesterol HDL. Bahkan eksposur
pendek pada asap rokok meningkatkan risiko serangan jantung karena efek
samping yang segera terjadi pada jantung, darah, dan sistem vaskular. Efek
kardiovaskular ini selain efek nikotin pada pernafasan dan aspek kesehatan
lainnya. Miller, C.A. (2015)

Merokok meningkatkan adhesivitas trombosit dan kadar fibrinogen,


mengganti oksigen pada molekul hemoglobin dengan karbon diokssida,
meningkatkan konsumsi oksigen miokardium, dan menurunkan ambang
batas fibrilasi ventrikel selama infark miokardium. Stanley, Mickey (2012)

4. Kebiasaan atau pola makan


Percobaan terkontrol secara acak memastikan bahwa kebiasaan makan
dapat meningkatkan banyak faktor risiko penyakit kardiovaskular,
termasuk berat badan, tekanan darah, kadar glukosa, dan tingkat
lipoprotein dan trigliserida. Sebuah tinjauan penelitian merangkum temuan
berikut yang terkait dengan kebiasaan makan dan kesehatan
kardiovaskular ( Go, Mozaffarian, Roger, et al., 2014 in Miller , Carol A.,
2015) :
a) menggantikan lemak jenuh dengan lemak tak jenuh ganda
mengurangi risiko kardiovaskular sebesar 10% untuk setiap
pengurangan 5% pertukaran energi
b) masing-masing 2% kalori dari lemak trans dikaitkan dengan 23%
lebih tinggi risiko penyakit jantung koroner.
c) asupan 2,5 porsi harian biji-bijian dikaitkan dengan risiko penyakit
kardiovaskular 21% lebih rendah bila dibandingkan dengan 0,2 porsi
setiap hari.
d) bila dibandingkan dengan sedikit atau tidak konsumsi ikan atau
minyak ikan, konsumsi satu sampai dua porsi per minggu ikan
berminyak dikaitkan dengan risiko kematian kardiovaskular 36%
lebih rendah.
e) setiap porsi harian buah atau sayuran dikaitkan dengan risiko penyakit
jantung koroner 4% lebih rendah dan risiko stroke sebesar 5% lebih
rendah.
f) Intervensi natrium rendah dikaitkan dengan risiko penyakit
kardiovaskular 25% lebih rendah setelah 10 sampai 15 tahun di follow
up.

5. Obesitas
Obesitas, yang didefinisikan oleh indeks massa tubuh (IMT) 30 kg / m2
atau lebih, dikaitkan dengan peningkatan risiko pada banyak kondisi
patologis termasuk stroke, diabetes, kelainan lipid, artherosclerosis,
hipertensi, dan penyakit jantung kononer.
Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian meningkat pada obesitas perut
sebagai faktor risiko independen untuk penyakit kardiovaskular.
Obesitas perut, yang didefinisikan sebagai lingkar pinggang lebih dari 102
dan 88 cm atau rasio pinggang hingga pinggul 0,95 dan 0,88 untuk pria
dan wanita, masing-masing, dapat terjadi bahkan pada orang dengan IMT
normal. Karena jaringan adiposa perut secara biologis dan metabolisme
berbeda dari lemak subkutan luar, itu adalah faktor risiko kematian akibat
penyakit kardiovaskular bahkan pada wanita dengan berat badan normal.

6. Hipertensi
Hipertensi adalah penyakit sistem kardiovaskular, dan ini juga merupakan
faktor risiko independen untuk penyakit kardiovaskular tambahan,
termasuk penyakit arteri koroner, stroke iskemik, penyakit arteri perifer,
dan gagal jantung.

Faktor risiko untuk pengembangan hipertensi meliputi usia, etnisitas,


faktor genetik, kelebihan berat badan, ketidakaktifan fisik, sleep apnea,
psikososial stres, dan rendahnya pendidikan dan status sosial ekonomi.
Selain itu, pola diet yang meningkatkan risiko hipertensi meliputi asupan
lemak dan sodium yang lebih tinggi, asupan kalium yang lebih rendah, dan
konsumsi alkohol yang berlebihan ( Go, Mozaffarian, Roger, et al., 2014
in Miller , Carol A., 2015) .

7. Gangguan lipid
Kadar kolesterol total meningkat secara bertahap seiring bertambahnya
usia. Bukti peningkatan tingginya kadar kolesterol LDL dan rendahnya
kadar kolesterol HDL adalah prediktor yang penting untuk penyakit arteri
koroner baik pada pria maupun wanita yang berusia di atas 65 tahun.
Untuk lansia dengna penyakit koroner, peningkatan kolesterol pada
dasarnya meningkatkan resiko terjadinya kembali infark miokardium atau
kematian. Stanley, Mickey (2012)

8. Sindrom metabolik
Sindrom metabolik (juga disebut sindrom resistensi insulin) mengacu pada
kelompok dengan kondisi klinis yang dapat mengidentifikasi risiko
kardiovaskular dan meningkatkan risiko diabetes hingga lima kali lipat
terlepas dari keragaman etnis (Setayeshgar, Whiting, & Vatanparast, 2013
in Miller, Carol A., 2015)

Presentasi setidaknya tiga dari lima faktor risiko metabolik berikut


merupakan diagnosis sindrom metabolik:
a) Obesitas perut, didefinisikan sebagai lingkar pinggang 40 inci atau
lebih (102 cm) pada pria atau 35 inci (88 cm) pada wanita.
b) Tekanan darah sama dengan atau lebih tinggi dari 85/130 mmHg
c) Tingkat kolesterol HDL kurang dari atau sama dengan 40 mg / dL
pada pria dan pada wanita sam dengan 50 mg / dL atau lebih rendah
atau perawatan obat untuk kelainan lipid.
d) kadar trigliserida 150 mg / dL atau lebih, atau pengobatan spesifik
untuk hipertrigliseridemia.
e) kadar glukosa darah puasa 100 mg / dL atau lebih, atau pengobatan
obat untuk meningkatkan kadar glukosa (Miller, Carol A., 2015)

9. Faktor psikososial
Faktor psikososial yang terkait dengan meningkatnya stres, kecemasan,
depresi, isolasi sosial, dukungan sosial yang buruk, dan karakteristik
kepribadian, seperti indeks kemarahan dan permusuhan yang lebih tinggi.
Sebuah ulasan penelitian menemukan bahwa sepertiga dari risiko
timbulnya infark miokard akut dikaitkan dengan faktor psikososial, seperti
kejadian kehidupan utama, depresi, atau stres yang berkaitan dengan
pekerjaan, keluarga, atau keuangan (Pranata, Ramos, Martins, et al., 2014
in Miller, Carol A., 2015).

10. Keturunan dan faktor sosial ekonomi


Faktor keturunan memainkan peran penting dalam risiko penyakit
kardiovaskular. Studi berbasis populasi yang besar menunjukkan
hubungan yang kuat antara riwayat penyakit jantung koroner prematur
yang dilaporkan prematur dan penyakit kardiovaskular, termasuk
aterosklerosis dan infark miokard, pada keturunannya. (Go,
Mozaffarian, Roger, et al., 2014 in Miller , Carol A., 2015).

Meskipun faktor keturunan tidak dapat diubah, orang-orang yang


memiliki faktor risiko ini mungkin lebih termotivasi untuk mengatasi
risiko yang dapat dimodifikasi.
Hubungan antara status sosioekonomi dan penyakit kardiovaskular telah
menjadi fokus penelitian selama beberapa dekade. Sebuah pusat untuk
survei Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada orang dewasa
menemukan bahwa orang dengan tingkat pendidikan di bawah SLTA
dua kali lebih tinggi beberapa faktor risiko penyakit kardiovaskular
daripada lulusan perguruan tinggi. (Go, Mozaffarian, Roger, et al., 2014
in Miller , Carol A., 2015).

Meskipun pendapatan dan pendidikan tidak mudah dimodifikasi,


penting untuk diketahui bahwa kondisi ini tidak hanya mempengaruhi
risiko penyakit kardiovaskular tetapi juga penggunaan tindakan
pencegahan dan intervensi. Dari perspektif holistik, perawat perlu
mempertimbangkan faktor-faktor ini saat merencanakan intervensi
pendidikan untuk mengatasi kebutuhan individual dari orang dewasa
yang lebih tua.

C. Konsekuensi Perubahan Sistem Kardiovaskuler Pada Lansia


Orang dewasa sehat yang lebih tua tidak merasakan efek kardiovaskular
yang signifikan saat mereka beristirahat, tapi saat berolahraga, fungsi
kardiovaskular mereka kurang efisien. Namun, orang dewasa yang lebih tua
yang memiliki faktor risiko penyakit kardiovaskular cenderung mengalami
konsekuensi fungsional negatif yang terkait dengan proses patologis.
Konsekuensi perubahan sistem kardiovaskuler pada lansia, yaitu :
1. Efek pada fungsi jantung
Curah jantung, jumlah darah yang dipompa oleh jantung per menit,
merupakan ukuran penting kinerja jantung karena ini merupakan
kemampuan jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
Meskipun curah jantung berkurang umumnya adalah orang dewasa yang
lebih tua, hal ini terutama terkait dengan patologis daripada kondisi usia
terkait. Dengan pengecualian sedikit penurunan curah jantung saat
istirahat pada wanita yang lebih tua, orang dewasa sehat yang lebih tua
tidak mengalami penurunan curah jantung . Miller, C.A. (2015)

2. Efek pada tekanan darah dan denyut nadi


Denyut nadi normal untuk orang dewasa sehat yang lebih tua sedikit
lebih rendah daripada untuk masa dewasa yang lebih muda, namun
orang dewasa yang lebih tua cenderung memiliki aritmia ventrikel dan
supraventrikular yang tidak berbahaya karena usia yang terkait berubah
yang mempengaruhi mekanisme konduksi jantung.
Atrial fibrillation aritmia yang lebih serius biasanya terjadi pada orang
dewasa yang lebih tua, namun hal ini terkait dengan kondisi patologis
(seperti hipertensi, penyakit arteri koroner) dan bukan dengan perubahan
usia. Pada kebanyakan populasi di seluruh dunia, ada peningkatan linear
terkait tekanan darah sistolik dari usia 30 sampai 40 tahun, dan
perubahan wanita lebih tinggi daripada pria. Miller, C.A. (2015)

3. Efek pada respon terhadap olahraga/ latihan


Konsekuensi fungsional negatif yang mempengaruhi kinerja
kardiovaskular pada orang dewasa sehat yang lebih tua adalah respon
adaptif tumpul terhadap latihan fisik. Stres fisiologis, seperti yang
berhubungan dengan olahraga, meningkatkan tuntutan pada sistem
kardiovaskular sebanyak empat sampai lima kali tingkat basal. Respons
adaptif melibatkan banyak aspek fungsi fisiologis, termasuk sistem saraf
pernapasan, kardiovaskular, muskuloskeletal, dan otonom. Kecepatan
detak jantung maksimum selama latihan sangat menurun, dan kapasitas
latihan puncak dan penurunan konsumsi oksigen pada orang dewasa
yang lebih tua. Sebagian besar penurunan ini disebabkan oleh
degenerasi fisik dan faktor risiko lainnya, daripada perubahan terkait
usia saja. Miller, C.A. (2015)
4. Efek pada sirkulasi
Konsekuensi fungsional juga mempengaruhi sirkulasi ke otak dan
ekstremitas bawah. Misalnya, perubahan terkait usia pada mekanisme
kardiovaskular dan baroreflex dapat mengurangi aliran darah serebral
sampai batas tertentu pada orang dewasa sehat dan pada tingkat yang
lebih tinggi pada orang dewasa yang lebih tua yang menderita diabetes,
hipertensi, kelainan lipid, dan penyakit jantung. Selain itu, peningkatan
tortuositas dan pelebaran pembuluh darah, bersamaan dengan penurunan
efisiensi katup, menyebabkan hilangnya vena yang terganggu dari
penyakit yang lebih rendah. Akibatnya, orang dewasa yang lebih tua
cenderung mengembangkan edema statik kaki dan pergelangan kaki,
dan mereka lebih cenderung mengembangkan ulkus statik vena. Miller,
C.A. (2015)

D. Pengkajian, Diagnosis Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan


Evaluasi Lansia dengan Gangguan Kardiovaskuler

1. Pengkajian
Dari perspektif kesehatan, penilaian keperawatan menegnai fungsi
kardiovaskuler berfokus pada identitas risiko penyakit kardiovaskuler
dan pengetahuan lansia tentang profil risikonya karena banyak risiko
dapat ditangani melalui intervensi pendikan kesehatan. Pangkajian
kperawatan perlu dipertimbangkan pada lansia mungkin memiliki
manifestasi klinis penyakiit kardiovaskuler atipkal (seperti serangan
jantung) dan mereka mungkin memiliki faktor resiko yang tidak
dikenali.
Perawat dapat mengidentifikasi terkait stres yang meningkatkan resiko
penyakit kardiovaskuler dean mendorong management stres, seperti
meditasi (Miller, Carol A. 2015). Pada jurnal keperawatan oleh Gipta
(2013) didapat kesimpulan bahwa meditasi yang dilakukan secara rutin
dan bertahap dapat meningkatkan kualitas hidup pada lansia dengan
menderita hipertensi. Hipertensi dapat dikendalikan dengan melakukan
latihan pernafaan secara teratur dengan cara latihan melakukan
konsentrasi.
a) Menilai fungsi kardiovaskuler
Gejala umum yang sering ditemukan pada lansia, namun jika tidak
ada gejala atau temuan abnormal lainnya, biasanya tidak
menunjukan adanya proses patologis yang serius :
1) Auskultasi bunyi jantung keempat (S4).
2) Auskultasi murmur ejeksi sistolik pendek.
3) Kesulitan perkusi batas jantung.
4) Suara jantung melemah.
5) Hasil perekaman EKG menunjukan aritmia, deviasi axis kiri,
blok bundle branch, perubahan gelombang ST-T, dan interval
PR memanjang.

b) Menilai tekanan darah


Perawat berada pada posisi penting untuk mendeteksi hipertensi,
memberikan pendidikan kesehatan, dan merujuk lansia untuk
evaluasi dan perawatan medis lebih lanjut.

c) Mengidentifikasi risiko penyakit kardiovaskuler


Bentuk pertanyaan untuk mengidentifikasi risiko penyakit
kardiovaskuler antara lain :
1) Apakah anda pernah atau memiliki masalah jantung atau
sirkulasi (seperti stroke, anggina, serangan jantung,
pembekuan darah atau penyakit vaskuler perifer) ?
Jika iya, ajukan pertanyaan tentang jenis terapi yang biasa
digunakan.
2) Kapan terakhir melakukan perekaman EKG?
3) Berapa tekanan darah normalnya? Pernahkan anda diberitahu
bahwa anda memiliki tekanan darah tinggi?
4) Apakah anda meminum atau pernah meminum obat untuk
masalah jantung atau tekanan darah tinggi?
Jika iya, ajukan pertanyaan tentang tipe, dosis, durasi terapi,
dan sejenisnya.
5) Apakah anda merokok atau pernah merokok?
6) Tahukah anda kadar kolesterol anda? Kapan terakhir klai
anda memeriksakan kolesterol?
7) Apakah anda memiliki diabetes melitus? Kapan anda
terakhir memerisa kadar gula darah anda, dan apa hasilnya?
8) Apa latihan (olahraga) yang biasa anda lakukan?

d) Menilai tanda dan gejala penyakit jantung


Pertanyaan untuk menilai penyakit kardiovaskular :
1) Apakah anda pernah mengalami nyeri dada atau sesak di
dada?
Jika iya, tanyakan untuk mengeksplorasi tipe, onset, durasi,
dan karakteristik lainnya.
2) Apakah anda mengalami kesulitan bernafas?
Jika iya, tanyakan tentang onset dan karakteristik lainnya.
3) Apakah anda merasa pusing?
Jika iya, tanyakan tentang keadaan yang spesifik, evaluasi
medis, dan metode untuk mengatasi gejala dan memastikan
keamanan.
4) Apakah anda pernah merasa jantung berdegup lebih
kencang, tidak teratur atau memiliki ketukan ektra?
Jika iya, tanyakan tentang tindakan medis sebelumnya.

e) Menilai pengetahuan tentang penyakit jantung


Selain menilai tanda dan gejala, perawat menilai pengetahuan lansia
tentang manifestasi penyakit jantung. Setidaknya perawat
mengajukan pertanyaan untuk menilai pengetahuan lansia tentang
tanda dan gejala serangan jantung, sehingga saat mereka terjadi
serangan mereka dapat melakukan pertolongan pertama dengan
tepat. Miller, Carol A. 2015.

2. Diagnosa Keperawatan
a) Penurunan curah jantungrespon fisiologis otot jantung, peningkatan
frekuensi, dilatasi, hipertrofi atau peningkatan isi sekuncup.
b) Perfusi jaringan tidak efektif b/d menurunnya curah jantung,
hipoksemia jaringan, asidosis dan kemungkinan thrombus atau
emboli.
c) Gangguan pertukaran gas b/d kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan
curah jantung.
d) Kelebihan volume cairan b/d berkurangnya curah jantung, retensi
cairan dan natrium oleh ginjal, hipoperfusi ke jaringan perifer dan
hipertensi pulmonal.
e) Cemas b/d penyakit kritis, takut kematian atau kecacatan, perubahan
peran dalam lingkungan social atau ketidakmampuan yang
permanen.
f) Intoleransi aktivitas b/d curah jantung yang rendah, ketidakmampuan
memenuhi metabolisme otot rangka, kongesti pulmonal yang
menimbulkan hipoksinia, dyspneu dan status nutrisi yang buruk
selama sakit.

3. Intervensi
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Penurunan curah NOC : NIC :


jantung b/d respon  Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care
fisiologis otot jantung,  Circulation Status  Evaluasi adanya nyeri dada
peningkatan frekuensi,  Vital Sign Status ( intensitas,lokasi, durasi)
dilatasi, hipertrofi atau Kriteria Hasil:  Catat adanya disritmia
peningkatan isi  Tanda Vital dalam rentang jantung
sekuncup normal (Tekanan darah,  Catat adanya tanda dan
Nadi, respirasi) gejala penurunan cardiac
 Dapat mentoleransi putput
aktivitas, tidak ada  Monitor status
kelelahan kardiovaskuler
 Tidak ada edema paru,  Monitor status pernafasan
perifer, dan tidak ada asites yang menandakan gagal
 Tidak ada penurunan jantung
kesadaran  Monitor abdomen sebagai
indicator penurunan
perfusi
 Monitor balance cairan
 Monitor adanya perubahan
tekanan darah
 Monitor respon pasien
terhadap efek pengobatan
antiaritmia
 Atur periode latihan dan
istirahat untuk
menghindari kelelahan
 Monitor toleransi aktivitas
pasien
 Monitor adanya dyspneu,
fatigue, tekipneu dan
ortopneu
 Anjurkan untuk
menurunkan stress

Vital Sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau
berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor adanya pulsus
paradoksus
 Monitor adanya pulsus
alterans
 Monitor jumlah dan irama
jantung
 Monitor bunyi jantung
 Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

2 Perfusi jaringan tidak NOC : NIC :


efektif b/d  Circulation status Peripheral Sensation
menurunnya curah  Tissue Prefusion : cerebral Management (Manajemen
jantung, hipoksemia Kriteria Hasil : sensasi perifer)
jaringan, asidosis dan a. mendemonstrasikan status  Monitor adanya daerah
kemungkinan sirkulasi yang ditandai tertentu yang hanya peka
thrombus atau emboli dengan : terhadap
 Tekanan systole panas/dingin/tajam/tumpul
Definisi : dandiastole dalam  Monitor adanya paretese
Penurunan pemberian rentang yang  Instruksikan keluarga
oksigen dalam diharapkan untuk mengobservasi kulit
kegagalan memberi  Tidak ada jika ada lsi atau laserasi
makan jaringan pada ortostatikhipertensi  Gunakan sarun tangan
tingkat kapiler  Tidak ada tanda tanda untuk proteksi
Batasan karakteristik : peningkatan tekanan  Batasi gerakan pada
Renal intrakranial (tidak lebih kepala, leher dan
- Perubahan dari 15 mmHg) punggung
tekanan darah b. mendemonstrasikan  Monitor kemampuan BAB
di luar batas kemampuan kognitif yang  Kolaborasi pemberian
parameter ditandai dengan: analgetik
- Hematuria berkomunikasi dengan  Monitor adanya
- Oliguri/anuria jelas dan sesuai dengan tromboplebitis
- Elevasi/penuru kemampuan  Diskusikan menganai
nan BUN/rasio menunjukkan perhatian, penyebab perubahan
kreatinin konsentrasi dan sensasi
Gastro Intestinal orientasi
- Secara usus memproses informasi
hipoaktif atau membuat keputusan
tidak ada dengan benar
- Nausea c. menunjukkan fungsi sensori
- Distensi motori cranial yang utuh :
abdomen tingkat kesadaran mambaik,
- Nyeri abdomen tidak ada gerakan gerakan
atau tidak involunter
terasa lunak
(tenderness)
Peripheral
- Edema
- Tanda Homan
positif
- Perubahan
karakteristik
kulit (rambut,
kuku,
air/kelembaban
)
- Denyut nadi
lemah atau
tidak ada
- Diskolorisasi
kulit
- Perubahan suhu
kulit
- Perubahan
sensasi
- Kebiru-biruan
- Perubahan
tekanan darah
di ekstremitas
- Bruit
- Terlambat
sembuh
- Pulsasi arterial
berkurang
- Warna kulit
pucat pada
elevasi, warna
tidak kembali
pada penurunan
kaki
Cerebral
- Abnormalitas
bicara
- Kelemahan
ekstremitas atau
paralis
- Perubahan
status mental
- Perubahan pada
respon motorik
- Perubahan
reaksi pupil
- Kesulitan untuk
menelan
- Perubahan
kebiasaan
Kardiopulmonar
- Perubahan
frekuensi
respirasi di luar
batas parameter
- Penggunaan
otot pernafasan
tambahan
- Balikkan
kapiler > 3
detik (Capillary
refill)
- Abnormal gas
darah arteri
- Perasaan
”Impending
Doom” (Takdir
terancam)
- Bronkospasme
- Dyspnea
- Aritmia
- Hidung
kemerahan
- Retraksi dada
- Nyeri dada
Faktor-faktor yang
berhubungan :
- Hipovolemia
- Hipervolemia
- Aliran arteri
terputus
- Exchange
problems
- Aliran vena
terputus
- Hipoventilasi
- Reduksi
mekanik pada
vena dan atau
aliran darah
arteri
- Kerusakan
transport
oksigen melalui
alveolar dan
atau membran
kapiler
- Tidak
sebanding
antara ventilasi
dengan aliran
darah
- Keracunan
enzim
- Perubahan
afinitas/ikatan
O2 dengan Hb
- Penurunan
konsentrasi Hb
dalam darah

3 Gangguan pertukaran NOC : NIC :


gas b/d kongesti paru,  Respiratory Status : Gas Airway Management
hipertensi pulmonal, exchange  Buka jalan nafas, guanakan
penurunan perifer  Respiratory Status : teknik chin lift atau jaw
yang mengakibatkan ventilation thrust bila perlu
asidosis laktat dan  Vital Sign Status  Posisikan pasien untuk
penurunan curah Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
jantung.  Mendemonstrasikan  Identifikasi pasien
peningkatan ventilasi dan perlunya pemasangan alat
Definisi : Kelebihan atau oksigenasi yang adekuat
kekurangan dalam  Memelihara kebersihan paru jalan nafas buatan
oksigenasi dan atau paru dan bebas dari tanda  Pasang mayo bila perlu
pengeluaran tanda distress pernafasan  Lakukan fisioterapi dada
karbondioksida di dalam  Mendemonstrasikan jika perlu
membran kapiler alveoli batuk efektif dan suara nafas  Keluarkan sekret dengan
yang bersih, tidak ada sianosis batuk atau suction
Batasan karakteristik : dan dyspneu (mampu  Auskultasi suara nafas,
 Gangguan mengeluarkan sputum, mampu catat adanya suara
penglihatan bernafas dengan mudah, tidak tambahan
 Penurunan CO2 ada pursed lips)  Lakukan suction pada
 Takikardi  Tanda tanda vital dalam mayo
 Hiperkapnia rentang normal  Berika bronkodilator bial
 Keletihan perlu
 somnolen
 Barikan pelembab udara
 Iritabilitas
 Atur intake untuk cairan
 Hypoxia
mengoptimalkan
 kebingungan
keseimbangan.
 Dyspnoe
 Monitor respirasi dan
 nasal faring
status O2
 AGD Normal
 sianosis
Respiratory Monitoring
 warna kulit abnormal
 Monitor rata – rata,
(pucat, kehitaman)
kedalaman, irama dan
 Hipoksemia
usaha respirasi
 hiperkarbia
 Catat pergerakan
 sakit kepala ketika
dada,amati kesimetrisan,
bangun
penggunaan otot
frekuensi dan
tambahan, retraksi otot
kedalaman nafas
supraclavicular dan
abnormal
intercostal
 Monitor suara nafas,
Faktor faktor yang
seperti dengkur
berhubungan :
 Monitor pola nafas :
 ketidakseimbangan
bradipena, takipenia,
perfusi ventilasi
kussmaul, hiperventilasi,
 perubahan membran
cheyne stokes, biot
kapiler-alveolar
 Catat lokasi trakea
 Monitor kelelahan otot
diagfragma ( gerakan
paradoksis )
 Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
 Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas
utama
 Uskultasi suara paru
setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya

AcidBase Managemen
 Monitro IV line
 Pertahankanjalan nafas
paten
 Monitor AGD, tingkat
elektrolit
 Monitor status
hemodinamik(CVP, MAP,
PAP)
 Monitor adanya tanda
tanda gagal nafas
 Monitor pola respirasi
 Lakukan terapi oksigen
 Monitor status neurologi
 Tingkatkan oral hygiene

4 Kelebihan volume NOC : NIC :


cairan b/d  Electrolit and acid base Fluid management
berkurangnya curah balance  Timbang popok/pembalut
jantung, retensi cairan  Fluid balance jika diperlukan
dan natrium oleh  Pertahankan catatan intake
ginjal, hipoperfusi ke Kriteria Hasil: dan output yang akurat
jaringan perifer dan  Terbebas dari edema, efusi,  Pasang urin kateter jika
hipertensi pulmonal anaskara diperlukan
 Bunyi nafas bersih, tidak  Monitor hasil lAb yang
Definisi : Retensi cairan ada dyspneu/ortopneu sesuai dengan retensi
isotomik meningkat  Terbebas dari distensi vena cairan (BUN , Hmt ,
Batasan karakteristik : jugularis, reflek osmolalitas urin )
- Berat badan hepatojugular (+)  Monitor status
meningkat pada  Memelihara tekanan vena hemodinamik termasuk
waktu yang sentral, tekanan kapiler CVP, MAP, PAP, dan
singkat paru, output jantung dan PCWP
- Asupan vital sign dalam batas  Monitor vital sign
berlebihan normal  Monitor indikasi retensi /
dibanding  Terbebas dari kelelahan, kelebihan cairan (cracles,
output kecemasan atau CVP , edema, distensi vena
- Tekanan darah kebingungan leher, asites)
berubah,  Menjelaskanindikator  Kaji lokasi dan luas edema
tekanan arteri kelebihan cairan
 Monitor masukan makanan
pulmonalis
/ cairan dan hitung intake
berubah,
kalori harian
peningkatan
 Monitor status nutrisi
CVP
 Berikan diuretik sesuai
- Distensi vena
interuksi
jugularis
 Batasi masukan cairan
- Perubahan pada
pada keadaan hiponatrermi
pola nafas,
dilusi dengan serum Na <
dyspnoe/sesak
130 mEq/l
nafas,
 Kolaborasi dokter jika
orthopnoe,
tanda cairan berlebih
suara nafas
muncul memburuk
abnormal
(Rales atau
Fluid Monitoring
crakles),
 Tentukan riwayat jumlah
kongestikemace
dan tipe intake cairan dan
tan paru,
pleural effusion eliminaSi
- Hb dan  Tentukan kemungkinan
hematokrit faktor resiko dari ketidak
menurun, seimbangan cairan
perubahan (Hipertermia, terapi
elektrolit, diuretik, kelainan renal,
khususnya gagal jantung, diaporesis,
perubahan berat disfungsi hati, dll )
jenis  Monitor berat badan
- Suara jantung  Monitor serum dan
SIII elektrolit urine
- Reflek  Monitor serum dan
hepatojugular osmilalitas urine
positif  Monitor BP, HR, dan RR
- Oliguria,  Monitor tekanan darah
azotemia orthostatik dan perubahan
- Perubahan irama jantung
status mental,
 Monitor parameter
kegelisahan, hemodinamik infasif
kecemasan
 Catat secara akutar intake
dan output
Faktor-faktor yang
 Monitor adanya distensi
berhubungan :
leher, rinchi, eodem perifer
- Mekanisme
dan penambahan BB
pengaturan
 Monitor tanda dan gejala
melemah
dari odema
- Asupan cairan
berlebihan
- Asupan natrium
berlebihan
5 Cemas b/d penyakit NOC : NIC :
kritis, takut kematian  Anxiety control Anxiety Reduction
atau kecacatan,  Coping (penurunan kecemasan)
perubahan peran  Impulse control  Gunakan pendekatan yang
dalam lingkungan Kriteria Hasil : menenangkan
social atau  Klien mampu  Nyatakan dengan jelas
ketidakmampuan yang mengidentifikasi dan
permanen. mengungkapkan gejala harapan terhadap pelaku
cemas pasien
Definisi :  Mengidentifikasi,  Jelaskan semua prosedur
Perasaan gelisah yang mengungkapkan dan dan apa yang dirasakan
tak jelas dari menunjukkan tehnik untuk selama prosedur
ketidaknyamanan atau mengontol cemas  Pahami prespektif pasien
ketakutan yang disertai  Vital sign dalam batas terhdap situasi stres
respon autonom (sumner normal  Temani pasien untuk
tidak spesifik atau tidak  Postur tubuh, ekspresi memberikan keamanan dan
diketahui oleh individu); wajah, bahasa tubuh dan mengurangi takut
perasaan keprihatinan tingkat aktivitas  Berikan informasi faktual
disebabkan dari menunjukkan berkurangnya mengenai diagnosis,
antisipasi terhadap kecemasan tindakan prognosis
bahaya. Sinyal ini  Dorong keluarga untuk
merupakan peringatan menemani anak
adanya ancaman yang  Lakukan back / neck rub
akan datang dan
 Dengarkan dengan penuh
memungkinkan individu
perhatian
untuk mengambil
 Identifikasi tingkat
langkah untuk
kecemasan
menyetujui terhadap
 Bantu pasien mengenal
tindakan
situasi yang menimbulkan
Ditandai dengan
kecemasan
 Gelisah
 Dorong pasien untuk
 Insomnia
mengungkapkan perasaan,
 Resah
ketakutan, persepsi
 Ketakutan
 Instruksikan pasien
 Sedih menggunakan teknik
 Fokus pada diri relaksasi
 Kekhawatiran  Barikan obat untuk
 Cemas mengurangi kecemasan

6 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


b/d curah jantung yang  Energy conservation Energy Management
rendah,  Self Care : ADLs  Observasi adanya
ketidakmampuan Kriteria Hasil : pembatasan klien dalam
memenuhi  Berpartisipasi dalam melakukan aktivitas
metabolisme otot aktivitas fisik tanpa  Dorong anal untuk
rangka, kongesti disertai peningkatan mengungkapkan perasaan
pulmonal yang tekanan darah, nadi dan terhadap keterbatasan
menimbulkan RR  Kaji adanya factor yang
hipoksinia, dyspneu  Mampu melakukan menyebabkan kelelahan
dan status nutrisi yang aktivitas sehari hari  Monitor nutrisi dan
buruk selama sakit (ADLs) secara mandiri sumber energi tangadekuat
 Monitor pasien akan
Intoleransi aktivitas b/d adanya kelelahan fisik dan
fatigue emosi secara berlebihan
Definisi :  Monitor respon
Ketidakcukupan energu kardivaskuler terhadap
secara fisiologis maupun aktivitas
psikologis untuk  Monitor pola tidur dan
meneruskan atau lamanya tidur/istirahat
menyelesaikan aktifitas pasien
yang diminta atau
aktifitas sehari hari. Activity Therapy
 Kolaborasikan dengan
Batasan karakteristik : Tenaga Rehabilitasi Medik
a. melaporkan secara dalammerencanakan
verbal adanya progran terapi yang tepat.
kelelahan atau  Bantu klien untuk
kelemahan. mengidentifikasi aktivitas
b. Respon abnormal yang mampu dilakukan
dari tekanan darah  Bantu untuk memilih
atau nadi terhadap aktivitas konsisten
aktifitas yangsesuai dengan
c. Perubahan EKG kemampuan fisik,
yang menunjukkan psikologi dan social
aritmia atau  Bantu untuk
iskemia mengidentifikasi dan
d. Adanya dyspneu mendapatkan sumber yang
atau diperlukan untuk aktivitas
ketidaknyamanan yang diinginkan
saat beraktivitas.  Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas
Faktor factor yang seperti kursi roda, krek
berhubungan :  Bantu untu
 Tirah Baring atau mengidentifikasi aktivitas
imobilisasi yang disukai
 Kelemahan  Bantu klien untuk
menyeluruh membuat jadwal latihan
 Ketidakseimbanga diwaktu luang
n antara suplei  Bantu pasien/keluarga
oksigen dengan untuk mengidentifikasi
kebutuhan kekurangan dalam

 Gaya hidup yang beraktivitas

dipertahankan.  Sediakan penguatan positif


bagi yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dengan meningkatnya usia, jantung dan pembuluh darah mengalami
perubahan baik struktural maupun fungsional. Secara umum, perubahan yang
disebabkan oleh penuaan berlangsung lambat dengan awitan yang tidak
disadari.

Dari perspektif kesehatan, penilaian keperawatan menegnai fungsi


kardiovaskuler berfokus pada identitas risiko penyakit kardiovaskuler dan
pengetahuan lansia tentang profil risikonya karena banyak risiko dapat
ditangani melalui intervensi pendikan kesehatan. Pangkajian kperawatan
perlu dipertimbangkan pada lansia mungkin memiliki manifestasi klinis
penyakiit kardiovaskuler atipkal (seperti serangan jantung) dan mereka
mungkin memiliki faktor resiko yang tidak dikenali. Masalah keperawatan
yang biasa muncul adalah penurunan curah jantung, perfusi jaringan tidak
efektif, gangguan pertukaran gas, kelebihan volume cairan, cemas,
intoleransi aktivitas.

B. SARAN
Diharapkan perawat lebih mengerti tentang konsep gangguan cardiovaskuler
pada lansia dan disarankan perawat lebih banyak lagi mencari informasi
sehingga bisa menambah wawasan yang lebih maksimal dan dapat
melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia dengan baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA

Miller, Carol A. 2015. Nursing for Wellness in older Adults Seventh Edition.
Philadelphia : Wolters Kluwer.

Stanley, Mickey. 2012. Buku Ajar Keperawatan Edisi 2. Jakarta : EGC.

Widodo, Gipta Galih, dkk. 2013. Pengaruh Meditasi Terhadap Kualitas Hidup
Lansia Yang Menderita Hipertensi Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening
Wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang. Jurnal Keperawatan Medikal
Bedah : Volume 1, No 2, November 2013 : 111-118.

Wilkinson, Judith M. 2017. Diagnosis Keperawatan. Jakarta :EGC.

Anda mungkin juga menyukai