Anda di halaman 1dari 10

1.

SARAF OLFAKTORIUS
Persepsi bau lebih penting daripada identifikasi bahan yang benar.Penyakit pada hidung seperti
sinusitis, alergi, ISPA merupakan penyebab tersering hilangnya kemampuan menghidu. Tumor pada
sulkus olfaktorius merupakan penyebab neurologis hilangnya penghiduan. Sumbatan hidung harus
dihilangkan menggunakan dekongestan nasal sebelum pemeriksaan.
Cara Pemeriksaan :

Periksa lubang hidung, apakah ada sumbatan atau adanya polip atau sekret. Hal ini dapat mengurangi
ketajaman penciuman sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan. (bersihkan sekret kemudian kalau
perlu gunakan dekongestan hidung).

Zat pengetes yang digunakan adalah zat yang sudah dikenal klien seperti kopi, teh, tembakau, atau
cengkeh. Hindarkan zat yang dapat mengiritasi hidung seperti mentol, amoniak, alkohol atau cuka.

Lakukan pemeriksaan terhadap hidung satu persatu.

Klien tutup mata, dan minta klien atau pemeriksa menutup salah satu lubang hidung klien,kemudian
klien disuruh mencium salah satu zat pengetes dan ditanya apakah klien mencium bau sesuatu dan apa
yang diciumnya.

Ulangi untuk lubang hidung yang lainnya.

Penilaian : normosmi jika klien dapat mengenal semua zat pengetes dengan baik, bila daya penciuman
berkurang disebut hiposmi, jika tidak dapat mencium sama sekali disebut anosmi.
Saraf ini tidak diperiksa secara rutin, tetapi harus dikerjakan jika terdapat riwayat tentang hilangnya
rasa pengecapan dan penciuman,kalau penderita mengalami cedera kepala sedang atau berat,dan atau
dicurigai adanya penyakit-penyakit yang mengenai bagian basal lobus frontalis.

2.Saraf Optikus (N. II)


Pemeriksaan meliputi penglihatan sentral (Visual acuity), penglihatan perifer (visual field), refleks
pupil, pemeriksaan fundus okuli serta tes warna.
1. Pemeriksaan penglihatan sentral (visual acuity)
Penglihatan sentral diperiksa dengan kartu snellen, jari tangan, dan gerakan tangan.
Cara pemeriksaan:

Inspeksi dahulu mata klien terhadap kelainan seperti katarak,iritasi konjungutiva,parut pada
kornea,kornea yg kabur,dsb.lakukan terhadap kedua mata secara terpisah.

klien dianjurkan duduk pada jarak 5 atau 6 meter menghadap table

mata kanan dan kiri diperiksa bergantian dgn menutup sebelah mata dgn tangan klien tanpa menekan
bola mata
Klien disuruh membaca huruf yg ditunjuk oleh pemeriksa pada tabel snellen mulai dari atas kebawah

Bila klien dapat membaca sampai baris paling bawah,maka ketajaman penglihatannya normal(6/6).Jika
tidak maka visusnya tdk normal,dan hal ini dinyatakan dengan mwnggunakan pecahan,misalnya 6/20,ini
berarti bahwa huruf yang seharusnya dpt dibaca dari jarak 20 m,hanya dpt dibaca dari jarak 6 m.

Jari tangan.Normal jari tangan bisa dilihat pada jarak 3 meter tetapi bisa melihat pada jarak meter, maka
perkiraan visusnya adalah kurang lebih2/60

Cara pemeriksaan:

untuk klien dgn ketajaman penglihatan yg agk buruk atau tdk dapat diperiksa dgn huruf snellen,dapat
dipakai cara menghitung jari sampai berapa jauh klien dpt menghitung jari pemeriksa.

Gerakan tangan Normal gerakan tangan bisa dilihat pada jarak 2 meter tetapi bisa melihat pada jarak 1
meter berarti visusnya kurang lebih 1/310.

untuk ketajaman penglihatan yg lbh buruk lagi dpt diperiksa dgn melihat gerakan tangan dan
penilaiannya adalah …/300.misalnya klien hanya dapat melihat gerakan tgn pemeriksa pd jarak 3m,maka
klien tsb memiliki ketajaman penglihatannya adlah 3/300

2. Pemeriksaan Penglihatan Perifer(visual field)


Pemeriksaan penglihatan perifer dikenal dgn pemeriksan lapang pandang,dapat menghasilkan
informasi tentang saraf optikus dan lintasan penglihatan mulai dari mata hingga korteks
oksipitalis.Penglihatan perifer diperiksa dengan tes konfrontasi atau dengan perimetri / kompimetri. Tes
Konfrontasi Jarak antara pemeriksa – pasien : 60 – 100 cm Objek yang digerakkan harus berada tepat di
tengah-tengah jarak tersebut.Objek yang digunakan (2 jari pemeriksa / ballpoint) di gerakan mulai dari
lapang pandang kanan dan kiri (lateral dan medial), atas dan bawah dimana mata lain dalam keadaan
tertutup dan mata yangdiperiksa harus menatap lurur kedepan dan tidak boleh melirikkearah objek
tersebut.Syarat pemeriksaan lapang pandang pemeriksa harus normal.

Cara pemeriksaan:

klien disuruh duduk atau berdiri berhadapan dgn pemeriksa pd jarak 60-100 cm.jelaskan prosedur
pemeriksaan

jika mata kanan yg akn diperiksa,maka mata kiri klien hrs ditutup,misalnya dgn tangan klien atau
kertas,sementara pemeriksa harus menutup mata kanannya.Kemudian klien disuruh melihat
terus(memfiksasi matanya)pd mata kiri pemeriksa dan pemeriksa hrs selalu melihat ke mata kanan
klien.

kemudian pemeriksa menggerakkan jari tangannya di bidang pertengahan antara pemeriksa dgn
klien.Gerakan dilakukandari arah luar kedalam
Jika klien melihat jari pemeriksa klien akn memberitahu pemeriksa,dan akn dibandingkan apakah
pemeriksa jg melihatya.Bila ada gangguan penglihatan maka pemeriksa akan melihat terlebih dahulu.

Lakukan pemeriksaan ini dgn gerakan jari tangan dari semua jurusan dan kedua mata diperiksa secara
bergantian.

3. Refleks Pupil
Saraf aferen berasal dari saraf optikal sedangkan saraf aferennyadari saraf occulomotorius.Ada dua
macam refleks pupil.
a) Respon cahaya langsung
Pakailah senter kecil, arahkan sinar dari samping (sehingga pasientidak memfokus pada cahaya dan
tidak berakomodasi) ke arah salahsatu pupil untuk melihat reaksinya terhadap cahaya. Inspeksi
keduapupil dan ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan normalpupil yang disinari akan
mengecil.
b) Respon cahaya konsensual
Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnyamengecil dengan ukuran yang
sama.d.Pemeriksaan fundus occuli (fundus kopi)Digunakan alat oftalmoskop. Putar lensa ke arah O
dioptri makafokus dapat diarahkan kepada fundus, kekeruhan lensa (katarak)dapat mengganggu
pemeriksaan fundus. Bila retina sudah terfokuscarilah terlebih dahulu diskus optikus. Caranya adalah
denganmengikuti perjalanan vena retinalis yang besar ke arah diskus.Semua vena-vena ini keluar dari
diskus optikus.
4. Pemeriksaan fundus occuli(funduskopi)
Digunakan alat oftalmoskop. Putar lensa ke arah O dioptri maka fokus dapat diarahkan kepada
fundus, kekeruhan lensa (katarak) dapat mengganggu pemeriksaan fundus. Bila retina sudah terfokus
carilah terlebih dahulu diskus optikus. Caranya adalah dengan mengikuti perjalanan vena retinalis yang
besar ke arah diskus. Semua vena-vena ini keluar dari diskus optikus.
5. Tes warna
Untuk mengetahui adanya polineuropati pada n.optikus.

3. Saraf okulomotoris (N. III)


Merupakan nervus yang mempersarafi otot-otot bola mata ekstena, levator palpeora dan konstriktor
pupil.Pemeriksaan meliputi ;
1. Ptosis, Gerakan bola mata dan Pupila
Pada keadaan normal bila seseorang melihat ke depan maka batas kelopak mata atas akan memotong
iris pada titik yang sama secara bilateral. Ptosis dicurigai bila salah satu kelopak mata memotong iris
lebih rendah dari pada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepala
ke belakang / ke atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara kronik pula.
2. Gerakan bola mata
Pasien diminta untuk melihat dan mengikuti gerakan jari atau ballpoint ke arah medial, atas, dan
bawah, sekaligus ditanyakan adanya penglihatan ganda (diplopia) dan dilihat ada tidaknya nistagmus.
Sebelum pemeriksaan gerakan bola mata (pada keadaan diam) sudah dilihat adanya strabismus (juling)
dan deviasi conjugateke satu sisi.
3. Pupil
Pemeriksaan pupil meliputi :
• Bentuk dan ukuran pupil;
• Perbandingan pupil kanan dan kiri.
Perbedaan : pupil sebesar 1mm masih dianggap normal
1. Refleks pupil Meliputi pemeriksaan :

Refleks cahaya langsung (bersama N. II)

Refleks cahaya tidak alngsung (bersama N. II)

Refleks pupil akomodatif atau konvergens

Bila seseorang melihat benda didekat mata (melihat hidungnyasendiri) kedua otot rektus medialis akan
berkontraksi.

Gerakan kedua bola mata ini disebut konvergensi. Bersamaan dengan gerakan bolamata tersebut maka
kedua pupil akan mengecil (otot siliarisberkontraksi) (Tejuwono) atau pasien disuruh memandang jauh
dandisuruh memfokuskan matanya pada suatu objek diletakkan pada jarak 15 cm didepan mata pasien
dalam keadaan normal terdapat konstriksi pada kedua pupil yang disebut reflek akomodasi.

4. Saraf Troklearis (N. IV)


Pemeriksaan meliputi Pergerakan bola mata ke bawah dalam, gerak mata ke lateral bawah,
strabismus konvergen, diplopia.
Cara pemeriksaan:
Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil. Yang diperiksa adalah ukuran pupil
(miosis bila ukuran pupil < 2 mm, normal dengan ukuran 4-5 mm, pin point pupil bila ukuran pupil
sangat kecil dan midiriasis
dengan ukuran >5 mm), bentuk pupil, kesamaan ukuran antara kedua pupil (isikor / sama, aanisokor /
tidak sama), dan reaksi pupil terhadap cahaya (positif bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak ada
kontraksi pupil. Dilihat juga apakah terdapat perdarahan pupil (diperiksa dengan funduskopi).

5.Saraf Trigeminus (N. V)


Merupakan syaraf yang mempersarafi sensoris wajah dan otot pengunyah.Pemeriksaan
meliputi;sensibilitas,motorik dan reflex.
1. Sensibilitas
Ada tiga cabang sensorik, yaitu oftalmik, maksila, mandibula.Pemeriksaan dilakukan pada ketiga
cabang saraf tersebut dengan membandingkan sisi yang satu dengan sisi yang lain.
Cara pemeriksaan:
Pasien menutup kedua matanya dan jarum ditusukkan dengan lembut padakulit

Daerah yang menunjukkan sensasi yang tumpul harus digambar dan pemeriksaan harus di lakukan dari
daerah yang terasa tumpul menuju daerah yang terasa tajam.

Juga lakukan tes pada daerah di atas dahi menuju belakang melewati puncak kepala.

Pasien tetap menutup kedua matanya dan lakukan tes untuk raba halusdengan kapas yang baru dengan
cara yang sama. Pasien disuruhmengatakan “ya” setiap kali dia merasakan sentuhan kapas pada kulitnya

2. Motorik
Cara pemeriksaan:

Pemeriksaan dimulai dengan menginspeksi adanya atrofi otot-otot temporalis dan masseter.

Kemudian pasien disuruh mengatup kan giginya dan lakukan palpasi adanya kontraksi masseter diatas
mandibula.

Kemudian pasien disuruh membuka mulutnya dan pertahankan tetap terbuka sedangkan pemeriksa
berusaha menutupnya. Lesi unilateral dari cabang motorik menyebabkan rahang berdeviasi kearah sisi
yang lemah (yangterkena).

3. Refleks Pemeriksaan
Refleks meliputi
• Refleks kornea,terdiri dari:
1. Langsung
Pasien diminta melirik ke arah latero superior, kemudian dari arah lain kapas disentuhkan pada kornea
mata, misal pasien diminta melirik kearah kanan atas maka kapas disentuhkan pada kornea mata kiri
dan lakukan sebaliknya pada mata yang lain. Kemudian bandingkan kekuatan dan kecepatan refleks
tersebut kanan dan kiri saraf aferen berasal dari N. V tetapi eferannya (berkedip)berasal dari N.VII.
2.Tak langsung (konsensual)
Sentuhan kapas pada kornea atas akan menimbulkan reflex menutup mata pada mata kiri dan
sebaliknya kegunaan pemeriksaan refleks kornea konsensual ini sama dengan reflex cahaya konsensual,
yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak(aferen atau eferen).Refleks bersin (nasal refleks)

• Refleks masseter
Penderita membuka mulut secukupnya (jangan terlalu lebar) kemudian dagu diberi alas jari tangan
pemeriksa diketuk mendadak dengan palu refleks.Respon normal akan negatif yaitu tidak ada
penutupan mulut atau positif lemah yaitu penutupan mulut ringan.
6. Saraf Abdusens (N. VI)
Fungsi otot bola mata dinilai dengan keenam arah utama yaitu lateral. Lateral atas, medial atas,
medial bawah, lateral bawah, keatas dan kebawah. Pasien disuruh mengikuti arah pemeriksaan yang
dilakukan pemeriksa sesuai dengan keenam arah tersebut. Normal bila pasien dapat mengikuti arah
dengan baik. Terbatas bila pasien tidak dapat mengikuti dengan baik karena kelemahan otot mata,
ninstagmus bila gerakan bola mata pasien bolak balik involunter.

Cara pemeriksaan:

Posisi klien duduk atau berdiri

Klien di intruksikan untuk mengikuti jari-jari pemeriksa yg di gerakkan kearah lateral,medial atas,medial
bawah,dan kearah yg miring yaitu atas lateral,bawah medial atas-medial dan bawah lateral.

Inspeksi apakah mata klien dapat mengikutinya,dan bagaimana gerakan bola mata,apakah lancra dan
mulus atau kaku.

Inspeksi juga jika ada diplopia,tanyakan kepada pasien pada posisi mana(dari mata)yg timbul diplopia.

Instruksikan klien untuk menutup sebelah mata,serta tanyakan posisi mana bayangan yang hilang.

7. Saraf fasialis (N. VII)


Pemeriksaan saraf fasialis dilakukan saat pasien diam dan atas perintah(tes kekuatan otot) saat pasien
diam diperhatikan simetri atau asimetri wajah.Pemeriksaan sarf facialis meliputi:
1. Tes kekuatan otot(motorik)

Klien mengangkat alis,kemudian bandingkan kanan dan kiri.

Klien menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri) kemudian pemeriksa mencoba membuka kedua
mata tersebut bandingkan kekuatan kanan dan kiri atau sebaliknya,catat apakah ada parese

Memperlihatkan gigi (asimetri)

Instruksikan klien bersiul dan menculu (asimetri / deviasi ujung bibir)

Anjurkan klien meniup sekuatnya, bandingkan kekuatan uadara dari pipi masing-masing.

Menarik sudut mulut ke bawah.

2. Tes sensorik khusus (pengecapan) 2/3 depan lidah)


Pemeriksaan dengan rasa manis, pahit, asam, asin yang disentuhkan pada salah satu sisi lidah.
Cara pemeriksaaN

Siapkan gula,garam,dan kina


Klien diminta utk menjulurkan lidahnya dgn kedua mata tertutup

Beri sedikit gula,garam,kina secara bergantian pada 2/3 lidah bag dpn(dgn tetap menjulurkan lidahnya)

Tanyakan rasa apa yg tdi dirasakan apakah manis,asin atau pahit.

8.Saraf Vestibulokokhlearis (N. VIII)


Ada dua macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan pendengaran dan pemeriksaan fungsi vestibuler

1) Pemeriksaan pendengaran untuk mencari adanya serumen atau obstruksi lainnya dan
membrana timpani untuk menentukan adanya inflamasi atau perforasi kemudian lakukan tes
pendengaran dengan menggunakan gesekan jari, detikarloji, dan audiogram. Audiogram digunakan
untuk membedakan tuli saraf dengan tuli konduksi dipakai tes Rinne dan tes Weber dgn ,menggunakan
GARPUTALA 256Hz.

a) Ketajaman pendengaran
Cara pemeriksaan

Telinga klien diuji berganti-ganti dgn mendengar detik arloji diruangan yg sunyi

Bandingkan dgn telinga pemeriksa(telinga pemeriksa harus normal)

penilaian:Jika pemeriksa mendengar detik arloji pd jarak 1mtr dan pasien hanya 0,5 mtr,maka pasien
dinyatakan dgn 50/100 dlm cm

b) Tes rinne
Cara pemeriksaan

Getarkan garputala,tekankan pangkal garputala pada tulang mastoid(diblkng telinga)klien

Instruksikan klien utk mendengarkan bunyi smpai tdk terdengar

Jika klien mengatakan tdk terdengar lagi,segera pindahkan garputala ke depan liang telianga luar klien

Jika klien mengatakan msh terdengar bunyi,maka konduksi udara lbh baik dari konduksi tulang(rinne +)

Penilaian jika rinne (+ )pada saat didpn telinga klien msh mendengar bunyi garputala tsb.

c) Tes webber
Cara pemeriksaan

Alat yg digunakan msh garputala

Getarkan garputala,tekankan dipuncak kepala atau dahi klien dipertengahan

Instruksikan klien utk mendengar bunyinya serta menentukan pd telinga mn bunyi lbh keras terdengar
Pada telinga normal,kerasnya bunyi sm pada kedua telinga

Jika bunyi lbh krs pd telinga yg sehat maka disebut tuli saraf

Jika bunyi lbh keras pd telinga yg sakit maka disebut tuli konduktif

2) Pemeriksaan Fungsi Vestibuler

Fungsi vestibuler meliputi : manuver nylen-barany atau manuver


a) Pemeriksaan yg dilakukan dengan maneuver nylan-barany
Cara pemeriksaan:

Klien di instruksikan duduk ditempat tidur periksa,kemudian rebahkan sampai kepala tergantung
dipinggir dgn sudut 30 drjt dibwh horizon

Kepala ditolehkan kekiri,kemudian luruskan kembali dan tolehkan ke kanan

Anjurkan klien membuka mata selama pemeriksaan

Tanyakan kpd klien apakah merasa pusing atau tidak

b) Tes keseimbangan dgn tes Romberg


Cara pemeriksaan:

Klien di instruksikan berdiri dgn kaki yg satu di dpn kaki yg lainnya,lengan dilipat pd dada dan mata
ditutup,lakukan selama 30 menit

pada org yg normalmampu berdiridgn sikap tsb selama 30 detik

c) Tes keseimbangan dgn stepping test


Cara pemeriksaan:

Beritahu klien agr saat test utk tetap memprtahankan posisinya ditempat

klien diinstruksikan utk berjalan ditmp dgn mata tertutup selama 50 langkah dgn kecepatan seperti
berjalan biasa

hsl tes abnormal jika kedudukan akhir klien beranjak lbh dari 1mtr dr tmp semula atau bdn terputar lbh
dr 30 drjt

9.Saraf glosofaringeus (N. IX) dan saraf vagus (N. X)


Pemeriksaan N. IX dan N X. karena secara klinis sulit dipisahkan maka biasanya dibicarakan bersama-
sama,kecuali pada bagian yg perifer sekali.Banyak fungsi saraf ini yg tdk dipriksa secara rutin krn sangat
kompleks,namun ada beberapa pemeriksaan yg perlu dilakukan secara rutin.
1) Fungsi motorik
Cara pemeriksaan:

Observasi kualitas suara klien,apakah normal,disfonia,atau afonia

Instruksikan klien utk menyebutkan” aaaaaaaaa”,pd org normal ovula akan terangkat lurus2 dan ttp
berada dimedian

klien diinstruksikan utk menelan air dan memakan makanan pdat,lunak,perhatikan adakah
disfagia(sukar menelan)

B) Refleks faring
Cara pemeriksaan:

Instruksikan klien utk membuka muluT

Rangsang(tekan-enteng)dinding faring atau pangkal lidah dgn spatel lidah

Bila terlihat faring terangkat dan lidah ditarik,dikatakan refleks faring positif

C) Refleks wahing
Cara pemeriksaan:

Mukosa hidung klien dirangsang dengan sentuhan kapas,hal ini akan mengakibatkan timbulnya wahing

10.Saraf Asesorius (N. XI)


Pemeriksaan saraf asesorius dengan cara meminta pasien mengangkat bahunya dan kemudian
rabalah massa otot trapezius dan usahakan untuk menekan bahunya ke bawah, kemudian pasien
disuruh memutar kepalanya dengan melawan tahanan (tangan pemeriksa) dan juga rabamassa otot
sternokleido mastoideus.
a) Otot sternokleidomastoideus
Cara pemeriksaan:

Inspeksi otot dlam keadaan istirahat dan bergerak

Palapasi ototsb,adakah nyeri tekan dan adanya atonia(tanpa tonus,lemak)

Tentukan dan ukur kekuatan otot dgn cara,yaitu:klien disuruh menoleh,misalnya ke kanan.Kemudian
pemeriksa menahan dgn tangan pada bagian dagu klien.Bandingkan kekuatan otot antara kiri dan
kanan.

b) Otot Trapezius
Cara pemeriksaan:

Inspeksi keadaan otot pada saat istirahat dan bergerak,apakah ada fasikulasi atau atrofi,bgmna kontur
otot.
Inspeksi posisi bahu<apakah lebih rendah atau simetris

Palpasi otot ini untuk mengetahui konsistensi,nyeri tekan serta adanya hipotomi

ukur kekuatan otot dgn cara:

i. Tempatkan tangan pemeriksa diatas bahu klien


ii. Instruksikan klien untuk mengangkat bahu dan pemeriksamenahannya
iii. Bandingkan tenaga otot kiri dan kanan

10.Saraf Hiplogosus (N.XII)


Pemeriksaan saraf Hipoglosus dengan cara :Inspeksi lidah dalam keadaan diam didasar mulut,
tentukan adanya atrofi dan fasikulasi (kontraksi otot yang halus iregular dan tidak ritmik)
Cara pemeriksaan:
a) Inspeksi

Instruksikan klien membuka mulut dan perhatikan lidah dalam keadaan istirahat dan bergerak

Dalam keadaan istirahat perhatikan besarnya lidah,kesamaan bag kiri dan kanan,adanya atrofi,apakah
lidah berkerut,apakah sikap lidah tdk simetris.Bila lidah dijulurkan perhatikan apakah tampak simetris.

Ukur kekuatan lidah,dgn cara:

a) Instruksikan klien untuk menjulurkan lidahnya lurus kemudian menarik dan menjulurkannya kembali
dgn cepat.
b) Perhatikan kekuatan gerakannya.
b) Palpasi
Cara pemeriksaan:

Instruksikan pada pasien untuk menggerakkan lidah ke kiri dan kanan dgn cepat,kemudian menekankan
pada pipi kiri dan kanan,pemeriksa mearsakan kekuatan lidah

Anda mungkin juga menyukai