Pembahasan UKDI CLINIC 4 PDF
Pembahasan UKDI CLINIC 4 PDF
OPTIMAPREP
BATCH NOVEMBER 2015
Office Address:
Jl Padang no 5, Manggarai, Setiabudi, Jakarta Selatan
(Belakang Pasaraya Manggarai)
Phone Number : 021 8317064
Pin BB 2A8E2925
WA 081380385694
Medan : dr. Widya, dr. Eno, dr. Yolina
Jl. Setiabudi No. 65 G, Medan dr. Resthie, dr. Reza, dr. Yusuf
Phone Number : 061 8229229
Pin BB : 24BF7CD2 dr. Cemara, dr. Zanetha
www.optimaprep.com
ILMU PENYAKIT DALAM
1. Penyakit Ginjal Kronis
• Definisi penyakit ginjal menurut NKF-K/DOQI adalah
adanya kerusakan ginjal selama ≥ 3 bulan dengan
dijumpainya adanya kelainan struktur atau fungsi ginjal
dengan atau tanpa penurunan GFR dengan manifestasi
adanya kelainan patologi atau petanda kerusakan ginjal
ATAU adanya GFR < 60 ml/menit/1,73m2 ≥ 3 bulan
dengan atau tanpa kerusakan ginjal.
• Gejala penyakit ginjal timbul dari adanya kegagalan
fungsi ekskresi ginjal sehingga terjadi penumpukan
toksin, uremik, dan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basah DAN kegagalan fungsi
hormonal yaitu penurunan eritropoietin, vitamin D3
aktif, dan gangguan sekresi renin
Stadium Penyakit Ginjal Kronis
2. Asma Bronkiale
3-4. Tuberkulosis
• Jika timbul nyeri otot, nyeri tekan, atau kelemahan otot, maka CK harus
diperiksa & obat dihentikan jika aktivitas CK meningkat signifikan di atas
nilai rujukan.
• Secondary hyperparathyroidism
– The overproduction of parathyroid hormone secondary to a chronic abnormal
stimulus for its production. Typically, this is due to chronic renal failure or
vitamin D deficiency.
• Tertiary hyperparathyroidism
– An excessive secretion of parathyroid hormone after longstanding secondary
hyperparathyroidism & resulting in hypercalcemia.
– Is observed most commonly in patients with chronic secondary
hyperparathyroidism and often after renal transplantation.
– The hypertrophied parathyroid glands fail to return to normal and continue to
oversecrete parathyroid hormone, despite serum calcium levels that are
within the reference range or even elevated
http://emedicine.medscape.com/article/127351-overview#a4
24. Neuropati Diabetik
• Jenis-jenis neuropati diabetik:
– Peripheral neuropathy (the most common)
• Causes pain or loss of feeling in the toes, feet, legs, hands, and arms.
• Numbness or insensitivity to pain or temperature, a tingling, burning,
or prickling sensation, sharp pains or cramps, extreme sensitivity to
touch, even light touch, loss of balance and coordination.
– Autonomic neuropathy
• Causes changes in digestion, bowel and bladder function, sexual
response, and perspiration.
– Proximal neuropathy
• Causes pain in the thighs, hips, or buttocks and leads to weakness in
the legs.
– Focal neuropathy
• results in the sudden weakness of one nerve or a group of nerves,
causing muscle weakness or pain.
• Any nerve in the body can be affected.
Diabetic Neuropathies: The Nerve Damage of Diabetes. National Diabetes Information Clearinghouse
Neuropati Diabetik
• Medications used to help relieve diabetic nerve pain:
– Tricyclic antidepressants
• amitriptyline, imipramine, & desipramine
– Other antidepressants
• duloxetine, venlafaxine, bupropion, paroxetine, & citalopram
– Anticonvulsants
• pregabalin, gabapentin, carbamazepine, & lamotrigine
– Opioids & opioidlike drugs
• controlled-release oxycodone & tramadol
Diabetic Neuropathies: The Nerve Damage of Diabetes. National Diabetes Information Clearinghouse
Neuropati Diabetik
Evidence-based guideline: Treatment of painful diabetic neuropathy. Report of the American Academy of Neurology, the American Association of
Neuromuscular and Electrodiagnostic Medicine, and the American Academy of Physical Medicine and Rehabilitation. Neurology 76 May 17,
2011.
25. JNC VIII
JNC VIII
• JNC VIII tidak
mewajibkan satu
obat tertentu untuk
memulai terapi
hipertensi.
– 2-agonists
• Albuterol memiliki efek aditif terhadap insulin, memasukkan K ke dalam sel.
• Dosis: 10–20 mg nebulized albuterol dalam 4 mL NaCL 0,9%, inhalasi selama
10 menit.
http://emedicine.medscape.com/article/1941994-clinical
ILMU BEDAH DAN ANASTESIOLOGI
31. Management of Trauma Patient
Airway Management
• Simple management Pasien tidak sadar:
maneuvers •GCS <9
– Suction •Obstruksi karena
– Chin lift – Lidah
– Jaw thrust – Aspirasi
• “Definitive airway:” Cuffed tube – Benda asing
in tracheaendotracheal tube – Trauma Maksilofasial
– Trauma leher
•Management:
– Careful endoscopic exam
– Careful and gentle intubation, or
– Surgical airway?
• Modifikasi untuk pasien dengan kecurigaan trauma medula
spinalis:
1. Tongue/jaw lift
2. Modified jaw thrust
32. CTS
• Carpal tunnel
syndrome, the
most common
focal peripheral
neuropathy,
results from
compression of
the median
nerve at the
wrist.
Clinical Features
• Pain
• Numbness
• Tingling
• Symptoms are usually worse at night and can
awaken patients from sleep.
• To relieve the symptoms, patients often
“flick” their wrist as if shaking down a
thermometer (flick sign).
33. Soft Tissue Mass
Diagnosis Histologic
Lipoma
34. Management of Trauma Patient
35. Triage
Triage Priorities
1. Red- prioritas utama
– memerlukan penanganan
segeraberkaitan dengan kondisi
sirkulasi atau respirasi
4. Black- Meninggal
– Akan meninggal dalam penanganan
emergensi memiliki luka yang
mematikan
Etiologi
• Fraktur pada collum fibula
• Entrapment by leg casts or
splints
Paralisis Otot
• Otot-otot kaki Anterior dan
lateral
Deformitas
• Equinovarus/drop foot
Plantar fleksi dan inversi
– karena tidak adanya kontraksi
yang melawan plantar flexors
and invertors.
Sensory loss
• Sisi kaki Anterior dan
lateral
• Dorsum pedis dan digiti
• Sisi Medial dari ibu jari
• Lateral border of foot
and lateral side of little
toe along with medial
border upto the ball of
great toe is unaffected
Kerusakan N. Tibialis
Cause
• Jarang terkena pada
fraktur tibia
Muscle paralyzed
• Semua otot kaki
bag.posterior dan telapak
kaki
Deformity
• Calcaneovulgus
Dorsiflexion and Eversion
of foot
37. Hemoroid
Osteoartritis
• Joint Space Narrowing
• Bone spur (arrow)
• Subchondral Sclerosis
• Increased bone density or
thickening in the subchondral layer
Osteomyelitis
• abscesses radiolucency
• Involucrum
• Bone destruction sequestrum (arrow)
Chondroblastoma
• radiolucent lesion with sclerotic margins
(white arrowheads) in epiphysis of distal
femur and with probable extension into
metaphysis (black arrowhead).
Codman triangles (white Osteosarcoma of the distal femur,
arrow); and the large soft demonstating dense tumor bone formation
tissue mass (black arrow) and a sunburst pattern of periosteal reaction.
39. Sertoli Cell Only-syndrome
• Epidemiology: • Normal : > 15juta sperma /ml
– Pria antara 20-40 thn • Oligozoospermia : < 15 juta
spema/ml
• Sign&Symptoms: • Azoospermia : tidak ditemukan
– infertilitas sperma
– Tanpa kelainan seksual
– Ukuran testis nomal-kecil
– Azoospermia
• Pada beberapa kasus, sperma dapat ditemukan dalam jumlah yang
sangat sedikit < 1 juta sperma per mL. hypospermatogenesis.
• Diagnosis
– Testicular biopsy tidak adanya spermatozoa, hanya sel
Sertoli yang membatasi tubulus seminiferus
• Pathophysiology
– Kerusakan kromosom yang mengatur spermatogenesis (Yq11 pada kromosom
Y)
– Sel Sertoli merespon FSH
– Kadar testosterone and LH akan normal, tapi karena kurangnya inhibin, kadar
FSH akan meningkat
http://emedicine.medscape.com/article/437884-overview#a0104
Tipe SCO
• Tipe I
– Bila tidak ada sel germinativum pada seluruh
tubulus seminiferus
• Tipe II
– Bila sel germinativum dapat ditemukan dalam
jumlah yang sangat sedikit pada tubulus
seminiferus
http://emedicine.medscape.com/article/437884-clinical
40. Batu Saluran Kemih Pada Anak
• Predisposisi
– penurunan jumlah air kemih,
– hiperkalsiuria,
– pengeluaran pirofosfat didalam urin atau natrium
dan magnesium,
– PH urin yang rendah/tinggi
– Berkaitan dengan gangguan metabolisme
Klinis
• Rasa nyeri intens yang tiba-tiba terjadi di
belakang dan memancar ke bawah, terpusat
menuju perut bagian bawah atau pangkal
paha.
• Hematuria, biasanya makroskopis (gross
hematuria), terjadi dengan atau tanpa rasa
sakit.
• Nefrolitiasis (batu ginjal)
– Sering asimptomatik, Nyeri kolik bila ada dapat menjalar sampai
kuadran lateral bawah dinding perut
• Ureterolitiasis
– nyeri dimulai pada daerah pinggang dan menjalar ke arah testis,
disertai mual atau muntah, keringat dingin, pucat
• Vesikolitiasis (batu buli-buli)
– Rasa nyeri waktu berkemih (disuria, stranguria). Hematuria
kadang-kadang disertai urin keruh.
– Pancaran urin tiba-tiba berhenti dan keluar lagi pada perubahan
posisi.
– Pada anak, nyeri miksi ditandai oleh kesakitan, menagis,
menarik-narik penis, miksi mengedan sering diikuti defekasi
atau prolapsus ani
41. Massa pada Skrotum
• uncommon
• when present is typically malignant.
• The two main culprits are
–esophageal squamous cell
carcinoma
–esophageal adenocarcinoma.
Clinical Presentation
• Dysphagia is the • As the tumor enlarges,
presenting complaint dysphagia becomes more
progressive.
in 80-90% of patients • Later symptoms include
with esophageal weight loss, odynophagia,
carcinoma chest pain and
hematemesis
• Early symptoms are
sometimes
nonspecific
retrosternal
discomfort or
indigestion
Cancer: apple core appearance
Cancer
Dysphagia
↙ ↘
Oropharyngeal dysphagia Esophageal dysphagia
▼ ▼
Neuromuscular dysfunction •Achalasia
•Nonachalasia Motility
Disorders
▼ •Strictures
•Cerebrovascular accidents •Rings/Webs
•Amyotrophic Lateral •GERD
Sclerosis (AML) •Extraesophageal GERD
•Parkinson's disease
•Myasthenia gravis
•Tardive dyskinesia. •Neoplasia
•Esophageal Diverticula
•Foreign Bodies
•Pill-Induced Injury
•Infectious Esophagitis
•Caustic Injury
Esophageal dysphagia
↙ ↘
Solids only Solids & liquids
▼ ▼
▼ ▼ ▼ ▼
ke arah anterior,
posterior, atau lateral
• Head of Radius
dislocates same
direction as fracture
• Memerlukan ORIF
http://www.learningradiology.com
Galleazzi Fracture
• Fraktur distal radius
dan dislokasi sendi
radio-ulna ke arah
inferior
• Like Monteggia fracture
if treated conservatively
it will redisplace
• This fracture appeared
in acceptable position
after reduction and POP
http://www.learningradiology.com
47. Pressure Ulcers(Bed Sores)
• Area of skin breaks
down when no
movement occurs
– Constant pressure
reduces blood supply to
specific area death of
tissue
• Treatment • Prevention
– Relieve pressure in area – Change position every 2
(pillows, cushions) hrs to relieve pressure
– Physician can treat – Use pillows, foam
depending on stage padding to reduce
pressure
– Avoid further trauma – Keep skin clean and
– Prevent infection by dry—especially after
properly cleaning open urinating/bowel
ulcers movements
– Medication to promote
skin healing
48. Peritonitis
• Peritonitis
– Peradangan dari peritoneum
– Disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur atau reaksi
inflamasi peritoneum terhadap darah(pada kasus trauma
abdomen)
• Jenis:
– Peritonitis Primer
• Disebabkan oleh penyebaran infeksi dari peradaran darah dan
pembuluh limfe ke peritoneumpenyakit hati
• Cairaan terkumpul pada rongga peritoneum, menghasilkan
lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan bakteri
• Jarang terjadi kurang dari 1% dari seluruh kasus peritonitis
– Peritonitis Sekunder
• Lebih sering terjadi
• Terjadi ketika infeksi menyebar dari traktus bilier atau GIT
http://www.umm.edu/altmed/articles/peritonitis-000127.htm#ixzz28YAqqYSG
• Peritonitis Sekunder
– Bakteri, enzim, atau cairan empedu mencapai
peritoneum dari suatu robekan yang berasal dari
traktus bilier atau GIT
– Robekan tersebut dapat disebabkan oleh:
• Pancreatitis
• Perforasi appendiks
• Ulkus gaster
• Crohn's disease
• Diverticulitis
• Komplikasi Tifoid
Gejala dan Tanda
• Distensi dan nyeri pada Tanda
abdomen • BU berkurang atau
• Demam, menggigil absenusus tidak dapat
• Nafsu makan berkurang berfungsi
• Mual dan muntah • Perut seperti papan
• Peningkatan frekuensi • Peritonitis primerasites
napas dan nadi
• Nafas pendek
• Hipotensi
• Produksi urin berkurang
• Tidak dapat kentut atau BAB
Perforasi Gaster
• Faktor RisikoUlkus
Peptikum e.c NSAID
• Gejala klasik:
– Nyeri seluruh lapang perut
yang timbul mendadak
– Menjalar sampai ke bahu
– Tanda peritonitis
• Peneriksaan Fisik
– Nyeri tekan seluruh lapang
perut
– rigid abdomen; with rebound
and percussion tenderness,
and guarding (a characteristic
‘drum-like’ tender abdomen)
– Pekak hepar menghilang
• Radiologic Findings
– Plain radiograph of abdomen
(AP)
• Air under diaphragm
http://emedicine.medscape.com/article/424547
Kyphosis
55. Brachial Plexus Injury
In Adults:
• Sports most commonly associated:
– Football, baseball, basketball,
– volleyball, wrestling, and
– gymnastics.
• Nerve injuries can result from: Blunt force
trauma, poor posture or chronic repetitive
stress.
Anatomy
Injury to Superior part of Plexus.
• Due to excessive • Clinical Appearance:
increase in the angle – Motor Loss:
between neck and the • Adducted Shoulder
shoulder. • Medially Rotated Arm
• Extended Elbow
• Roots Involved:
– Sensory Loss:
C5 and C6 • Lateral aspect of Upper
• Muscles Involved: Limb (uncommon)
• Digiti 1-3
Shoulder
Arm
Mechanism of trauma
• The head and neck
move away from
shoulder
• Commonly injured the
suprascapular roots
Burner Injury
• Common nerve injury resulting from
trauma to the neck and shoulder
• Caused by traction or compression of the
upper trunk of the brachial plexus or the
fifth or sixth cervical nerve roots
• Typically transient
• Can cause prolonged weakness
• Often recur
• Symptoms:
• feels burning pain in the
supraclavicular area
• Radiates down the arm, generally in a
circumferential, nondermatomal
pattern.
Spurling's test: anterior view (left) and lateral view • numbness, paresthesias or weakness
(right). The examiner passively hyperextends and in the extremity
laterally flexes the patient's neck toward the • Frequently, the discomfort resolves
involved side. The test is positive if axial loading spontaneously in one to two minutes
by the examiner's hands reproduces symptoms.
Injury to Inferior part Of Plexus
• Hanging to an
object
• Comonly injured
lower roots
• Excessive
abduction of arm.
• Less common
• Clinical Appearance: • Roots Involved:
– Motor Loss: C8 and T1
• Small muscles of Hand
– Sensory Loss:
• Medial aspect of Upper Limb
56. Hypertrophic Pyloric Stenosis
CLINICAL MANIFESTATIONS
• The classic presentation of IHPS
– Bayi 3-6 minggu
– Mengalami muntah segera setelah makan, tidak
berwarna hijau (non-bilious) dan sering kali
proyektilMuntah proyektil
• Muntah dapat berwarna seperti kopi karena iritasi
lambung akibat tekanan di pilorus yang tinggi
– Terlihat lapar dan makan setelah muntah (a
"hungry vomiter")
Palpable mass
• Massa
– Paling mudah teraba segera setelah muntah
karena sebelumnya tertutupi oleh antrum yang
distensi atau otot abdomen yang menegang
• Barium Meal:
– Mushroom sign
– String sign
– Double tract sign
https://www.med-ed.virginia.edu/courses/rad/peds/abd_webpages/abdominal15b.html
Pemeriksaan Penunjang
• Foto Polos Abdomen:
– Dapat ditemukan gambaran “single bubble”
• Dilatasi dari gaster akibat udara usus yang tidak dapat
melewati pilorus
– Gambaran “Caterpillar sign”
• Terjadi akibat hiperparistaltik pada gaster
GERD signs and symptoms
The margin of the left diaphragm is not
visulized. Barium study shows intrathoracic
herniation of the stomach through a left
diaphragmatic rupture (hourglass sign)
Ilmu Kesehatan Mata
57. Glaukoma Akut
ANAMNESIS
Jenis Glaukoma
Causes Etiology Clinical
Acute Glaucoma Pupilllary block Acute onset of ocular pain, nausea, headache, vomitting, blurred
vision, haloes (+), palpable increased of IOP(>21 mm Hg),
conjunctival injection, corneal epithelial edema, mid-dilated
nonreactive pupil, elderly, suffer from hyperopia, and have no
history of glaucoma
Open-angle Unknown History of eye pain or redness, Multicolored halos, Headache,
(chronic) IOP steadily increase, Gonioscopy Open anterior chamber
glaucoma angles, Progressive visual field loss
Congenital abnormal eye present at birth, epiphora, photophobia, and blepharospasm,
glaucoma development, buphtalmus (>12 mm)
congenital infection
Secondary Drugs Sign and symptoms like the primary one. Loss of vision
glaucoma (corticosteroids)
Eye diseases (uveitis,
cataract)
Systemic diseases
Trauma
Absolute end stage of all types of glaucoma, no vision, absence of
glaucoma pupillary light reflex and pupillary response, stony appearance.
Severe eye pain. The treatment destructive procedure like
cyclocryoapplication, cyclophotocoagulation,injection of 100%
alcohol
58. PSEUDOPTERIGIUM – DIAGNOSIS BANDING
59. Kelainan Konjungtiva
Pterigium a benign growth of the conjunctiva commonly grows from the nasal side
of the sclera, wedge shaped area of
fibrosis that appears to grow into the
cornea. Symptoms: foreign body
sensation, tearing, redness
Pinguecula a common type of conjunctival degeneration in the a yellow-white deposit on the
eye conjunctiva adjacent to the limbus
(the junction between the cornea
and sclera). Usually no symptoms
Episkleritis a benign, self-limiting inflammatory disease affecting characterized by the abrupt onset of
part of the eye called the episclera (is a thin layer of eye pain and redness
tissue that lies between the conjunctiva and the
connective tissue layer that forms the white of the
eye)
Pseudopterigium Adhesion of the conjunctiva to the peripheral cornea. May occur on any quadrant of the
may result from a peripheral corneal ulcer and ocular cornea, Lacks firm adhesion
surface inflammation such as cicatrizing throughout the underlying
conjunctivitis, chemical burns, or may also occur structures, and occasionally has a
secondary to chronic mechanical irritation from broad leading edge on the corneal
contact lens movement surface.
Konjungtivitis inflammation of the conjunctiva (the outermost layer Red eye, epiphora, chemosis, normal
of the eye and the inner surface of the eyelids) visual acuity
59. Kalazion
• Inflamasi idiopatik, steril, dan kronik dari kelenjar Meibom
• Ditandai oleh pembengkakan yang tidak nyeri, muncul
berminggu-minggu.
• Dapat diawali oleh hordeolum, dibedakan dari hordeolum
oleh ketiadaan tanda-tanda inflamasi akut.
• Pada pemeriksaan histologik ditemukan proliferasi endotel
asinus dan peradangan granullomatosa kelenjar Meibom
• Tanda dan gejala:
– Benjolan tidak nyeri pada bagian dalam kelopak mata.
Kebanyakan kalazion menonjol ke arah permukaan konjungtiva,
bisa sedikit merah. Jika sangat besar, dapat menekan bola mata,
menyebabkan astigmatisma.
• Tatalaksana: steroid intralesi (untuk lesi kecil), insisi vertikal
Sumber: Riordan-Eva P, Whitcher JP. Vaughan and Asbury’s General Ophtalmology 17th ed. Philadephia:
McGraw-Hill, 2007.
60. DAKRIOSISTITIS
• Partial or complete obstruction of the nasolacrimal duct
with inflammation due to infection (Staphylococcus aureus
or Streptococcus B-hemolyticus), tumor, foreign bodies,
after trauma or due to granulomatous diseases.
• Clinical features : epiphora, acute, unilateral, painful
inflammation of lacrimal sac, pus from lacrimal punctum,
fever, general malaise, pain radiates to forehead and teeth
• Diagnosis : Anel test(+) :not dacryocystitis, probably skin
abcess; (-) or regurgitation (+) : dacryocystitis. Swab and
culture
• Treatment : Systemic and topical antibiotic, irrigation of
lacrimal sac, Dacryocystorhinotomy
61. Perdarahan subkonjungtiva
• Perdarahan • Perdarahan
subkonjungtiva adalah subkonjungtiva akan
perdarahan akibat hilang atau diabsorpsi
rupturnya pembuluh dalam 1- 2 minggu tanpa
darah dibawah lapisan diobati.
konjungtiva yaitu • Pengobatan penyakit
pembuluh darah yang mendasari bila ada.
konjungtivalis atau
episklera.
• Dapat terjadi secara
spontan atau akibat
trauma.
62. Katarak
• A cataract usually is defined as an opacification of the
lens or its capsule In this sense, almost every adult has
cataract
• Cataract is often categorised using morphological
and/or aetiological classifications :
– Congenital
– Degenerative or “age related” (senile)
– Traumatic
– Secondary to other conditions (including metabolic causes)
– Toxic
– Hereditary
63. Blepharitis
• Terdiri dari blefaritis anterior dan • Tx blefaritis seboroik: perbaikan
hygiene mata dengan cara:
posterior – kompres hangat untuk evakuasi dan
melancarkan sekresi kelenjar
• Blefaritis anterior: radang – tepi palpebra dicuci + digosok perlahan
bilateral kronik di tepi palpebra dengan shampoo bayi untuk
membersihkan skuama
– Blefaritis stafilokokus: sisik – pemberian salep antibiotik eritromisin
kering, palpebra merah, (bisa digunakan kombinasi antibioti-KS)
terdapat ulkus-ulkus kecil
• Blefaritis posterior: peradangan
sepanjang tepi palpebra, bulu palpebra akibat difungsi kelenjar
mata cenderung rontok meibom bersifat kronik dan bilateral
antibiotik stafilokokus • Kolonisasi stafilokokus
• Terdapat peradangan muara meibom,
– Blefaritis seboroik: sisik sumbatan muara oleh sekret kental
berminyak, tidak terjadi
ulserasi, tepi palpebra tidak
begitu merah
– Blefaritis tipe campuran
Blepharitis
4. REFRACTIVE DISORDER
64. Kelainan Refraksi
Landolt “C” Chart
• Digunakan untuk menilai visus
anak usia 3-6 tahun yang belum
bisa mengenali huruf
• Terdiri atas lingkaran yang tidak
lengkap
• Tes baca dilakukan dari jarak 6
meter, pasien disuruh
menunjukkan letak hilangnya
lingkaran apakah ke atas,
bawah, kiri ataupun kanan
dengan menggunakan jari
65-66. Trichiasis
• Suatu kelainan dimana bulu mata mengarah pada bola
mata yang akan menggosok kornea atau konjungtiva
• Biasanya terjadi bersamaan dengan penyakit lain
seperti trakoma, sikatriasis, pemfigoid, trauma kimia
basa dan trauma kelopak lainnya
• Gejala :
– Konjungtiva kemotik dan hiperemi
– Erosis kornea, keratopati dan ulkus
– Fotofobia, lakrimasi dan terasa seperti kelilipan
• Penatalaksanaan:
– Electrolysis bila jumlah bulu mata sedikit
– Cryotherapy jumlah bulu mata banyak
67. Komplikasi Pascaoperasi Katarak
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas ; dasar – teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata, sidarta Ilyas
HIPERMETROPIA
• Pengobatan : Pemberian lensa sferis
positif akan meningkatkan kekuatan
refraksi mata sehingga bayangan
akan jatuh di retina
• koreksi dimana tanpa siklopegia
didapatkan ukuran lensa positif
maksimal yang memberikan tajam
penglihatan normal (6/6), hal ini
untuk memberikan istirahat pada
mata.
• Jika diberikan dioptri yg lebih kecil,
berkas cahaya berkonvergen namun
tidak cukup kuat sehingga bayangan
msh jatuh dibelakang retina,
akibatnya lensa mata harus
berakomodasi agar bayangan jatuh
tepat di retina.
• Contoh bila pasien dengan +3.0 atau
dengan +3.25 memberikan tajam
penglihatan 6/6, maka diberikan
kacamata +3.25
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas
BENTUK HIPERMETROPIA
• Hipermetropia total = laten + manifest
– Hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan siklopegia
• Hipermetropia manifes = absolut + fakultatif
– Yang dapat dikoreksi dengan kacamata positif maksimal dengan hasil visus 6/6
– Terdiri atas hipermetropia absolut + hipermetropia fakultatif
– Hipermetropia ini didapatkan tanpa siklopegik
• Hipermetropia absolut :
– “Sisa”/ residual dari kelainan hipermetropia yang tidak dapat diimbangi
dengan akomodasi
– Hipermetropia absolut dapat diukur, sama dengan lensa konveks terlemah
yang memberikan visus 6/6
• Hipermetropia fakultatif :
– Dimana kelainan hipermetropia dapat diimbangi sepenuhnya dengan
akomodasi
– Bisa juga dikoreksi oleh lensa
– Dapat dihitung dengan mengurangi nilai hipermetrop manifes – hipermetrop
absolut
• Hipermetropia laten:
– Hipermetropia yang hanya dapat diukur bila diberikan siklopegia
– bisa sepenuhnya dikoreksi oleh tonus otot siliaris
– Umumnya lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan dewasa.
– Makin muda makin besar komponen hipermetropia laten, makin tua akan
terjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi fakultatif
dan kemudia menjadi absolut
Ilmu Penyakit Mata, Sidharta Ilyas & Manual of ocular diagnosis and therapy
• Contoh pasien hipermetropia, 25 tahun, tajam penglihatan
OD 6/20
– Dikoreksi dengan sferis +2.00 tajam penglihatan OD 6/6
– Dikoreksi dengan sferis +2.50 tajam penglihatan OD 6/6
– Diberi siklopegik, dikoreksi dengan sferis +5.00 tajam penglihatan
OD 6/6
ARTINYA pasien memiliki:
– Hipermetropia absolut sferis +2.00 (masih berakomodasi)
– Hipermetropia manifes Sferis +2.500 (tidak berakomodasi)
– Hipermetropia fakultatif sferis +2.500 – (+2.00)= +0.50
– Hipermetropia laten sferis +5.00 – (+2.50) = +2.50
69. RETINOPATI HIPERTENSI
• Kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah
tinggi arteri besarnya tidak teratur, eksudat pada retina,
edema retina, perdarahan retina
• Kelainan pembuluh darah dapat berupa : penyempitan
umum/setempat, percabangan yang tajam, fenomena crossing,
sklerose
http://www.oculist.net/downaton502/prof/ebook/duanes/pages/v3/ch013/005f.html
Hypertensive Retinopathy – Classification
Grade 2
Hypertensive Retinopathy Grade 3 –
Diagnostic Techniques & Signs
Early malignant
Dot and blot haemorrhages
Hard and soft exudates
Diffuse arteriolar narrowing
Arterio-venous crossing defects
Hypertensive Retinopathy Grade 4 –
Diagnostic Techniques & Signs
Advanced malignant
Macular star
Pailloedema
http://www.theeyepractice.com.au/optometrist-sydney/high_blook_pressure_and_eye_disease
Hypertensive Retinopathy – Clinical
Pearls
Hypertensive Retinopathy Diabetic Retinopathy
Dry retina: Wet retina:
few haemorrhages multiple haemorrhages
rare oedema extensive oedema
rare exudate multiple exudates
multiple cotton wool spots few cotton wool spots
flame-shaped rare flame-shaped
haemorrhages haemorrhages
visibly abnormal retinal visibly abnormal retinal
arteries veins and capillaries
Definisi dan gejala
Oklusi Penyumbataan arteri sentralis retina dapat disebabkan oleh radang arteri,
arteri thrombus dan emboli pada arteri, spsame pembuluh darah, akibat
sentral terlambatnya pengaliran darah, giant cell arthritis, penyakit kolagen, kelainan
retina hiperkoagulasi, sifilis dan trauma. Secara oftalmoskopis, retina superficial
mengalami pengeruhan kecuali di foveola yang memperlihatkan bercak merah
cherry(cherry red spot). Penglihatan kabur yang hilang timbul tanpa disertai
rasa sakit dan kemudian gelap menetap. Penurunan visus mendadak biasanya
disebabkan oleh emboli
Oklusi Kelainan retina akibat sumbatan akut vena retina sentral yang ditandai dengan
vena penglihatan hilang mendadak.
sentral Vena dilatasi dan berkelok, Perdarahan dot dan flame shaped , Perdarahan
retina masif pada ke 4 kuadran , Cotton wool spot, dapat disertai dengan atau tanpa
edema papil
Retinopati Mata tenang visus turun perlahan dengan tanda AV crossing – cotton wol spot-
Hipertensi hingga edema papil; copperwire; silverwire
Retinopati Mikroaneorisme, Hard Exudate, Daerah Hipoksia dan Iskemik (cotton wool
Diabetik spot); Neovaskularisasi (NVD, NVE); perdarahan bintik dan bercak; perdarahan
intraretinal
http://emedicine.medscape.com/article/798811
http://www.allaboutvision.com/conditions/glaucoma-surgery.htm
Neurologi
71. STROKE (CVA)
Stroke (WHO MONICA 1986)
Gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam, berasal dari
gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah
otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma ataupun infeksi.
Stroke Iskemik : disebabkan oleh oklusi fokal pembuluh darah otak yang
menyebabkan turunnya suplai oksigen dan glukosa ke bagian otak yang mengalami
oklusi. Oklusi dapat berupa trombus, emboli maupun tromboemboli
Transcient Ischemic Attack : gangguan fungsional otak fokal maupun global akut
menghilang dengan sendirinya dalam waktu kurang dari 24 jam
- Stroke iskemik
dalam satu jam pertama serangan stroke iskemik, hanya <50% infark yang dapat
terlihat perlu diffusion weighted MRI
CT – Scan pada Stroke Iskemik
• Stadium Hiperakut (<12 • Acute : 12 – 24 jam
jam serangan) serangan
– Normal 50-60% – Low density basal
– Arteri hiperdense (dense ganglia
MCA sign) – Sulcal effacement
– Obstruksi pada nukleus • 1 – 3 hari setelah
lentiformis serangan
– Insular ribbon sign – Peningkatan massa
– Transformasi hemorargik
72. AFASIA
Afasia adalah gangguan berbahasa baik dalam memproduksi dan/atau memahami
bahasa
Afasia Transkortikal
73. Epilepsi
Epilepsi adalah suatu keadaan kronis, dimana terjadi kejang berulang yang muncul tiba –
tiba tanpa dicetuskan oleh sesuatu dan tidak dapat diprediksi
Diagnosis Epilepsi
Penyakit jantung koroner, atrial fibrilasi Jenis kelamin (laki – laki lebih sering terkena)
Gaya hidup sedenter, merokok, minum alkohol, Riwayat TIA dalam keluarga
obesitas
77. Iskemia Lobus Frontal
• Lobus frontalis dapat
dibagi menjadi 3
komponen utama :
– Korteks motorik primer
dan Korteks premotorik
merencanakan dan
mengontrol gerakan Primary cortical fields and premotor and
prefrontal cortical areas
– Regio prefrontalis
mengatur kognitif dan
perilaku
78. Nyeri Pinggang Bawah
Nyeri pinggang bawah merupakan keluhan yang sering ditemui dalam praktek sehari – hari
Terutama terjadi pada usia 20 – 40 tahun (usia reproduktif) dan keluhan dapat lebih berat
pada usia lanjut
Lehrich JR. Neurologic Approach to Diagnosis Low Back Pain. Contemporary Neurology Volume 1996, Number 5
Pemeriksaan LBP akut
Kernig test
Lasegue test
79. Trigeminal Neuralgia
Alodonia :
Terjadinya nyeri akibat rangsangan
stimulus yang umumnya tidak
menyebabkan nyeri
80. Efek Samping obat –obatan Kejang
Fakultas Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media Acsculapius, Jakarta 2000, hal; 54-57.
Gejala Klinis
• Adanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke
bawah (mulai dari bokong, paha bagian belakang, tungkai
bawah bagian atas). Dikarenakan mengikuti jalannya N.
Ischiadicus yang mempersarafi kaki bagian belakang.
1. Nyeri mulai dari pantat, menjalar kebagian belakang lutut,
kemudian ke tungkai bawah. (sifat nyeri radikuler).
2. Nyeri semakin hebat bila penderita mengejan, batuk,
mengangkat barang berat.
3. Nyeri bertambah bila ditekan antara daerah disebelah L5 – S1
(garis antara dua krista iliaka).
4. Nyeri Spontan, sifat nyeri adalah khas, yaitu dari posisi
berbaring ke duduk nyeri bertambah hebat. Sedangkan bila
berbaring nyeri berkurang atauhilang.
Fakultas Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media Acsculapius, Jakarta 2000, hal; 54-57.
Pemeriksaan
• Motoris
– Gaya jalan yang khas, membungkuk dan miring ke sisi tungkai yang nyeri dengan fleksi di sendi
panggul dan lutut, serta kaki yang berjingkat.
– Motilitas tulang belakang lumbal yang terbatas.
• Sensoris
– Lipatan bokong sisi yang sakit lebih rendah dari sisi yang sehat.
– Skoliosis dengan konkavitas ke sisi tungkai yang nyeri, sifat sementara.
• Tes-tes Khusus
1. Tes Laseque (Straight Leg Raising Test = SLRT)
– Tungkai penderita diangkat secara perlahan tanpa fleksi di lutut sampai sudut 90°.
2. Gangguan sensibilitas, pada bagian lateral jari ke 5 (S1), atau bagian medial
dari ibu jari kaki (L5).
3. Gangguan motoris, penderita tidak dapat dorsofleksi, terutama ibu jari kaki
(L5), atau plantarfleksi (S1).
4. Tes dorsofleksi : penderita jalan diatas tumit
5. Tes plantarfleksi : penderita jalan diatas jari kaki
6. Kadang-kadang terdapat gangguan autonom, yaitu retensi urine, merupakan
indikasi untuk segera operasi.
7. Kadang-kadang terdapat anestesia di perincum, juga merupakan indikasi untuk
operasi.
8. Tes kernique
Fakultas Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media Acsculapius, Jakarta 2000, hal; 54-57.
Pemeriksaan Penunjang
• Radiologi
– Foto X-ray tulang belakang. Pada penyakit diskus, foto ini normal
atau memperlihatkan perubahan degeneratif dengan
penyempitan sela invertebrata dan pembentukan osteofit.
– Myelogram mungkin disarankan untuk menjelaskan ukuran dan
lokasi dari hernia. Bila operasi dipertimbangkan maka
myelogram dilakukan untuk menentukan tingkat protrusi diskus.
– CT scan untuk melihat lokasi HNP
– Diagnosis ditegakan dengan MRI setinggi radiks yang dicurigai.
• EMG
– Untuk membedakan kompresi radiks dari neuropati perifer
Fakultas Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media Acsculapius, Jakarta 2000, hal; 54-57.
Tatalaksana
• Medikamentosa: anti nyeri NSAID/ opioid, muscle relaxant, transquilizer.
• Fisioterapi
– Tirah baring (bed rest) 3 – 6 minggu dan maksud bila anulus fibrosis masih
utuh (intact), sel bisa kembali ke tempat semula.
– Simptomatis dengan menggunakan analgetika, muscle relaxan trankuilizer.
– Kompres panas pada daerah nyeri atau sakit untuk meringankan nyeri.
– Bila setelah tirah baring masih nyeri, atau bila didapatkan kelainan neurologis,
indikasi operasi.
– Bila tidak ada kelainan neurologis, kerjakan fisioterapi, jangan mengangkat
benda berat, tidur dengan alas keras atau landasan papan.
– Fleksi lumbal
– Pemakaian korset lumbal untuk mencegah gerakan lumbal yang berlebihan.
– Jika gejala sembuh, aktifitas perlahan-lahan bertambah setelah beberapa hari
atau lebih dan pasien diobati sebagai kasus ringan.
• Operasi
Fakultas Kedokteran UI, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, Media Acsculapius, Jakarta 2000, hal; 54-57.
83. Klasifikasi Nyeri
• Klasifikasi Nyeri - Nyeri secara esensial dapat
dibagi atas dua tipe yaitu nyeri adaptif dan nyeri
maladaptif.
• Nyeri adaptif berperan dalam proses survival
dengan melindungi organisme dari cedera atau
sebagai petanda adanya proses penyembuhan
dari cedera.
• Nyeri maladaptif terjadi jika ada proses patologis
pada sistem saraf atau akibat dari abnormalitas
respon sistem saraf. Kondisi ini merupakan suatu
penyakit (pain as a disease).
Woolf, C. J., 2004: Pain: Moving from Symptom Control toward Mechanism-Specific Pharmacologic Management,
Ann Intern Med; 140:441-451
Klasifikasi Nyeri
1. Nyeri Nosiseptif
• Nyeri dengan stimulasi singkat dan tidak menimbulkan
kerusakan jaringan.
• Pada umumnya, tipe nyeri ini tidak memerlukan terapi
khusus karena perlangsungannya yang singkat.
• Nyeri ini dapat timbul jika ada stimulus yang cukup
kuat sehingga akan menimbulkan kesadaran akan
adanya stimulus berbahaya, dan merupakan sensasi
fisiologis vital.
• Intensitas stimulus sebanding dengan intensitas nyeri.
• Contoh: nyeri pada operasi, nyeri akibat tusukan jarum,
dll.
Woolf, C. J., 2004: Pain: Moving from Symptom Control toward Mechanism-Specific Pharmacologic Management,
Ann Intern Med; 140:441-451
2. Nyeri Inflamatorik
• Nyeri dengan stimulasi kuat atau berkepanjangan yang
menyebabkan kerusakan atau lesi jaringan.
• Nyeri tipe II ini dapat terjadi akut dan kronik dan pasien
dengan tipe nyeri ini, paling banyak datang ke fasilitas
kesehatan.
• Contoh: nyeri pada rheumatoid artritis.
3. Nyeri Neuropatik
• Merupakan nyeri yang terjadi akibat adanya lesi sistem
saraf perifer
• Seperti pada neuropati diabetika, post-herpetik neuralgia,
radikulopati lumbal, dll) atau sentral (seperti pada nyeri
pasca cedera medula spinalis, nyeri pasca stroke, dan nyeri
pada sklerosis multipel).
Woolf, C. J., 2004: Pain: Moving from Symptom Control toward Mechanism-Specific Pharmacologic Management,
Ann Intern Med; 140:441-451
4. Nyeri Fungsional
• Trias Klasik :
– Nyeri kepala : konstan, tumpul di sebelah atau seluruh kepala,
makin lama makin memberat
– Demam muncul pada 50% pasien
– Defisit neurologis fokal hemiparesis, aphasia, gangguan lapang
pandang, kejang
85. Inervasi Otot Ekstraokuler
Fluoxetine (SSRI) : mengurangi gangguan makan, muntah serta depresi pada pada
pasien dengan anorexia nervosa
87 & 89. Drug Abuse
Zat Intoksikasi Withdrawal
Alkohol Cadel, inkoordinasi, unsteady gait, nistagmus, Hiperaktivitas otonom, tremor, insomnia,
gangguan memori/perhatian, stupor/koma mual/muntah, halusinasi, agitasi, ansietas,
kejang.
Heroin Euforia, analgesia, ngantuk, mual, muntah, napas Miosis/midriasis, mengantuk/koma, cadel,
pendek, konstipasi, midriasis, gangguan jiwa gangguan perhatian/memori
PPDGJ
90. Gangguan perilaku motorik
Keterangan
Echopraxia Meniru gerakan orang lain
Echolalia pengulangan kata
Paralalia pengulangan kata dari diri sendiri. gangguan bicara, yang mana
kata atau frase diulang secara cepat
Ekomimia peniruan mimic wajah. gangguan mental yang mana ucapan atau
tindakan tiruan dan berulang
Koprolalia pengucapan kata-kata jorok
91. Ganguan obsesif kompulsif
• merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan adanya pengulangan
pikiran obsesif atau kompulsif, dimana membutuhkan banyak waktu (lebih
dari satu jam perhari) dan dapat menyebabkan penderitaan.
• Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala – gejala obsesif atau tindakan
kompulsif, atau kedua – duanya, harus ada hampir setiap hari selama
sedikitnya 2 minggu berturut – turut.
• Gejala – gejala obsesif harus mencakup hal – hal berikut :
– Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.
– Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada
lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.
– Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang memberi
kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak
dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas).
– Gagasan , bayangan pikiran atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang
tidak menyenangkan (unpleasantly repetitive).
Gangguan Short term Seseorang lupa akan kejadian yang baru saja dialaminya,
Memory namun ingatan akan kejadian di masa lampau tidak
terganggu.
Dapat disebabkan oleh alcohol abuse, trauma kepala,
kekurangan oksigen di otak, kelainan jantung dll
Demensia Precox Merupakan demensia (gangguan kognitif yang terjadi pada
usia dini)
Deteriorasi kognitif berlangsung perlahan dan disertai
dengan gejala delusi maupun halusinasi
95. Gangguan Somatoform
Diagnosis Karakteristik
Gangguan somatisasi Banyak keluhan fisik (4 tempat nyeri, 2 GI tract, 1
seksual, 1 pseudoneurologis).
Hipokondriasis Keyakinan ada penyakit fisik.
PPDGJ
96. Gangguan Somatoform
• Dalam DSM IV, gangguan somatoform meliputi:
– Gangguan somatisasi
– Gangguan konversi
– Hipokondriasis
– Gangguan dismorfik tubuh
– Gangguan nyeri somatoform
Sadock BJ, Sadock VA. Somatoform disorders. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 10th ed.
Philadelphia: Lipincott William & Wilkins; 2007. p.634-51.
Gangguan Somatoform
Diagnosis Karakteristik
Gangguan somatisasi Banyak keluhan fisik (4 tempat nyeri, 2 GI tract, 1
seksual, 1 pseudoneurologis).
Hipokondriasis Keyakinan ada penyakit fisik.
PPDGJ
DSM-IV-TR Diagnostic Criteria for
Body Dysmorphic Disorder
Diagnosis:
• Tidak dapat menahan suatu
perilaku yang membahayakan
bagi dirinya atau orang lain
• Penderita biasaya merasakan
adanya peningkatan intensitas
ketegangan sebelum melakukan
tindakan tersebut
• Pasien akan merasakan
kesenangan, kenikmatan, dan
kelegaan setelah melakukan
tindakan tersbut
• Dapat diikuti dengan perasaan
menyesal, atau merasa bersalah
99. Management
• Initial focus on airway and • When spontaneous
breathing ventilations are present,
• Administer IV naloxone give initial dose of 0.05mg
– Apneic pts and pts with and titrate upward every
extremely low RR should few minutes until RR >12.
be ventilated by bag- – The goal of naloxone is
valve mask attached to NOT a normal level of
O2 to reduce ALI. consciousness, but
• Apneic pts should adequate ventilation.
receive 0.2-1mg • In the absence of signs of
• Pts in opioid withdrawal, there is
cardiopulmonary no maximum safe dose; if
arrest should be clinical effect does not
given minimum of occur after 5-10mg,
2mg reconsider your diagnosis
100. Mental Retardation
• Three major criteria for mental retardation:
1) significant limitations in intellectual functioning,
2) significant limitations in adaptive functioning,
and
3) onset before age 18 years.
http://pedsinreview.aappublications.org/content/27/6/204.full
ILMU PENYAKIT KULIT
101. Dermatitis Statis
• Salah satu jenis dermatitis sirkultorius
• Paling sering: dermatitis varikosum ec insufisiensi vena
• Gejala:
– Pruritus, edema pada kaki hemosiderin keluar dari pemb.
Darah bercak hiperpigmentasi dermatitis
– Bila infeksi sekunder indurasi subkutan
– Dapat timbul ulkus
• Terapi
– Utk gangguan sirkulasi: elevasi tugkai dan
– pembalut elastis
– Lesi eksudatif: kompres PK 1/10.000
– Lesi kering: kortikosteroid topikal
– Infeksi sekunder: antibiotik sistemik
102. Herpes Simpleks
• Infeksi akut yang disebabkan oleh HSV yang ditandai dengan adalnya
vesikel yang berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa di
daerah dekat mukokutan
• Predileksi HSV tipe I di daerah pinggang ke atas, predileksi HSV tipe II di
daerah pinggang ke bawah terutama genital
• Gejala klinis:
– Infeksi primer: vesikel berkelompok di atas kulit yang sembab dan
eritematosa, berisi cairan jernih yang kemudian seropurulen, dapat menjadi
krusta dan kadang mengalami ulserasi dangkal, tidak terdapat indurasi, sering
disertai gejala sistemik
– Fase laten: tidak ditemukan gejala klinis, HSV dapat ditemukan dalam keadaan
tidak aktif di ganglion dorsalis
– Infeksi rekuren: gejala lebih ringan dari infeksi primer, akibat HSV yang
sebelumnya tidak aktif mencpai kulit dan menimbulkan gejala klinis
• Pemeriksaan: ditemukan pada sel dan dibiak, antibodi, percobaan Tzanck
(ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear)
• Pengobatan: idoksuridin topikal (pada lesi dini), asiklovir
• Komplikasi: meningkatkan morbiditas/mortalitas pada janin dengan ibu
herpes genitalis
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Indication Acyclovir Valacyclovir Famciclovir
First episode 400 mg tid OR 1000 mg bid 250 mg tid (for
200 mg 5 (for 7-10 d) 7-10 d)
times/d (for 7-
10 d)
Recurrent 400 mg tid (for 500 mg bid (for 1000 mg bid
3-5 d) OR 800 3 d) (for 1 d)
mg PO tid (for Tzank Smear
2 d)
Daily 400 mg bid 500 mg qd 250 mg bid
suppression or
1000 mg qd
(if >9
recurrences/y)
http://emedicine.medscape
.com/article/274874-
overview#aw2aab6b7
103. Reaksi Kusta
Reaksi Deskripsi
Pure neuritis leprosy Jenis lepra yang gejalanya berupa neuritis saja
Lepra Tuberkuloid Bentuk stabil dari lepra, lesi minimal, gejala lebih
ringan. Tipe yg termasuk TT (Tuberkuloid polar),
Ti ( Tuberkuloid indenfinite), BT (Borderline
Tuberkuloid)
Reaksi Reversal Lesi bertambah aktif (timbul lesi baru, lesi lama
menjadi kemerahan), +/- gejala neuritis. Umum
pada tipe PB
Eritema Nodusum Nodul Eritema, nyeri, tempat predileksi lengan
Leprosum dan tungkai, Umum pada MB
Fenomena Lucio Reaksi berat, eritematous, purpura, bula, nekrosis
serta ulserasi yg nyeri
104. Varicella Zoster
• Morfologi:
– Papul eritematosa vesikel seperti tetesan embun
krusta
• Pemeriksaan Penunjang
– Tzanck Test
sel datia berinti banyak
• Terapi
– Bedak salisil 2% untuk mengurangi gatal
– Vesikel/ krusta: salep antibiotik
– Ulserasi: salep salisil 2%
– Bila erupsi < 24 jam: asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari
105. Herpes zoster
Herpes Zoster Lesi Kulit pada Herpes Zoster
• Penemuan utama dari PF: kemerahan
yang terdistribusi unilateral sesuai
dermatom
• Rash dapat berupa eritematosa,
makulopapular, vesikular, pustular, atau
krusta tergantung tahapan penyakit
• Terapi nyeri: Gabapentine oral/NSAID
topikal/Lidocaine topikal
• Anti-Viral (diberikan < 72 jam setelah
onset, atau pada
manula/imunokompromais)
– Acyclovir (5x800mg)
– Valgancyclovir, Famcyclovir
• Komplikasi
– Neuralgia pasca herpes, herpes zoster
oftalmika, sindrom Ramsay-Hunt
106. Pemeriksaan Penunjang untuk
Lesi Kulit
Pemeriksaan Diagnosis
Biopsi Kulit Leprae, pathologic diagnostic; skin cancer
Kultur kerokan Jamur dan infeksi bakteri
KOH Infeksi Jamur Kulit
Giemsa Infeksi Chylamdial atau virus
Lampu Wood Jamur pada kulit dan rambut
Pemeriksaan Lampu Wood
Warna Etiologi
Kuning Emas Tinea versicolor – M. fufur
Studberg DL, et al. Pityriasis Rosea. American Family Physician. 2004 Jan 1;69(1):87-91
109. Sifilis
• Etiologi: Treponema Pallidum, bakteri berbentuk spiral
• Gejala Klinis
– Stadium I: Ulkus durum
– Stadium II: Lesi sekunder di kulit (roseola sifilitika, korona
veneris, kondiloma lata, lekoderma sifilitika
– Stadium III: Gumma
• Laboratorium
– Mikroskop lapang pandang gelap, VDRL, TPHA
• Terapi
– Benzatin Penisilin 2,4 juta unit IM single dose
– Doxicycline 2 x 100 mg/hr PO, 4 minggu
– Eritromisin 4 x 500 mg/hari PO, 4 minggu
110. Tinea korporis
• Dermatofitosis pada kulit tubuh yang tidak berambut (glabrous
skin)
• Penyebabnya dermatofit: Microsporum, Trycophyton,
Epidermophyton
• Bentuk klinis:
– Lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama,
kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi, daerah tengah
biasanya lebih tenang
– Lesi pada umumnya bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain
– Bentuk lain:
• Tinea imbrikata: disebabkan oleh Trycophyton concentricum, dimulai dengan
bentuk papul berwarna coklat yang perlahan membesar, stratum korneum
terlapas dan melebar
• Tinea favosa: disertai kelainan pada rambut, biasanya dimulai di kepala sebagai
titik kecil di bawah kulit yang berwarna merah kuning dan berkembang
menjadi krusta berbentuk cawan
• Terapi: griseofulvin (lini pertama), ketokonazol, itrakonazol,
terbinafin
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
111
112. Eritema Nodosum Leprosum
REAKSI LESI
Eritema nodosum -Pada tipe MB (BL,LL)
leprosum -Nodus eritema dan nyeri
-Predileksi : lengan dan tungkai
-Tidak terjadi perubahan tipe
Reaksi -Pada tipe borderline (Li,BL,BB,BT,Ti)
reversal/borderline/ -Terjadi perubahan tipe
upgrading - Lesi menjadi lebih aktif/timbul lesi baru
-Peradangan pada saraf dan kulit
-Pada pengobatan 6 bulan pertama
Fenomena lucio -Reaksi kusta yang sangat berat
-Pada tipe lepromatosa non-nodular difus
-Plak/infiltrat difus, merah muda, bentuk tidak teratur, nyeri
(+). Jika lebih berat dapat disertai purpura dan bula
-Dimulai dari ekstremitas lalu menyebar ke seluruh tubuh
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2008, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI hal 82-83
• L
E.N.L
Lucio’s phenomenone
Pemphigus Foliceus
Cicatricial Pemphigoid
Paraneoplastic Pemphigus e.c
Castleman tumor
Cleared when the tumor removed
114. Dermatitis Statis
• Salah satu jenis dermatitis sirkultorius
• Paling sering: dermatitis varikosum ec insufisiensi vena
• Gejala:
– Pruritus, edema pada kaki hemosiderin keluar dari pemb.
Darah bercak hiperpigmentasi dermatitis
– Bila infeksi sekunder indurasi subkutan
– Dapat timbul ulkus
• Terapi
– Utk gangguan sirkulasi: elevasi tugkai dan
– pembalut elastis
– Lesi eksudatif: kompres PK 1/10.000
– Lesi kering: kortikosteroid topikal
– Infeksi sekunder: antibiotik sistemik
115. Virulensi C. albicans
• Mannoprotein:
– Mempunyai sifat imunosupresif mempertinggi
pertahanan jamur terhadap imunitas hospes C.
albicans tidak hanya menempel, namun juga
melakukan penetrasi ke dalam mukosa.
Kattwinkel, John et al. Part 15: Neonatal Resuscitation: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and
Emergency Cardiovascular Care. Circulation. 2010;122(suppl 3):S909–S919.
118. Bronkiolitis
• Infection (inflammation) at
bronchioli
• Bisa disebabkan oleh beberapa
jenis virus, yang paling sering
adalah respiratory syncytial
virus (RSV)
• Virus lainnya: influenza,
parainfluenza, dan
adenoviruses
• Predominantly < 2 years of age
(2-6 months)
• Difficult to differentiate with
pneumonia and asthma
Bronkhiolitis
Bronchiolitis
119. Paralisis Bahu
• Paralisis Bahu
– Paralisis Erb
• Erb-duchenne palsy
• Paralisis saraf perifer C5 dan C6 (bagian dari plexus brachialis
bagian atas/ brachial monoparesis)
• Manifestasi: kehilangan mobilitas lengan atas Posisi: lengan
adduksi dengan pronasi lengan bawah
• adducted and internally rotated, with the elbow extended, the
forearm pronated, the wrist flexed, and the hand in a fist.
• In the first hours of life, the hand also may appear flaccid, but
strength soon returns.
– Paralisis Klumpke
• Paralisis parsial dari pleksus brachialis bagian bawah C8-T1
• Manifestasi: paralisis lengan bawah dan tangan
• The infant with a nerve injury to the lower plexus (C8-T1) holds
the arm supinated, with the elbow bent and the wrist extended
because of the unopposed wrist extensors Erb’s Palsy
• hyperextension of MCP due to loss of hand intrinsics http://orthoinfo.aaos.org/figures/A00077F
01.jpg
• flexion of IP joints due to loss of hand intrinsics
• The infant with complete brachial plexus palsy (BPP; C5-T1)
typically lies in the nursery with the arm held limply at his/her side.
Leads to a flaccid arm, Involves both motor and sensory, Deep
tendon reflexes (DTRs) are absent, and the Moro response is
asymmetrical, with no active abduction of the ipsilateral arm.
120. Anemia: Absorption of Vitamin B12
• 2 mechanism
Stomach R-Binder
B12-R-Binder complex
Receptor-IF-B12
TCII Epithelial cell of
Degradation IF Receptor terminal iIeum
B12-TCII
Circulation
PERIPHERAL BLOOD FINDINGS
1. Hemoglobin – decreased
2. Hematocrit – decreased
3. RBC count – decreased/normal
4. MCV - >100fl ( normal 82-98fl)
5. MCH –increased
6. MCHC – NORMAL
7. Reticulocytopenia.
8. Total WBC count – normal / low
9. Platelet count – normal/ low
10. Pancytopenia, especially if anaemia is severe.
PERIPHERAL SMEAR
• RBC:
• Macro ovalocytes (macrocytic normochromic)
• [ macrocytosis is the earliest sign in Vit B12 deficiency and
can be detected even before the onset of anaemia ]
• In severe anaemia in addition to macrocytosis, marked
anisopoikilocytosis, basophilic stippling, howell jolly
bodies, Cabot’s rings may be found
• Late or intermediate erythroblast with fine, open nuclear
chromatin (megaloblast) may be seen in peripheral blood
in severe anaemia
PERIPHERAL SMEAR
• WBC
– Normal count or reduced count
– Hypersegmented neutrophils is one of the earliest sign of
megaloblastic haematopoiesis and can be detected even
in the absence of anaemia (when more than 5% of
neutrophils show ≥ 5 lobes; 1% neutrophils with ≥ 6
lobes)
• PLATELETS:
– Normal or decreased (severe anaemia)
– Giant platelet can occur
Causes of Vit B12 deficiency
Trauma Intrakranial
Perdarahan Subdural
124. LANGKAH PEMBERIAN
NUTRISI
125.PNEUMONIA
• Inflammation of the parenchyma of the lungs
http://emedicine.medscape.com/article/967822
Klasifikasi berdasarkan predileksi
• Pneumonia lobaris
– pada satu lobus atau segmen
• Bronkopneumonia.
– Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada
lapangan paru.
– Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus.
Sering pada bayi dan orang tua.
• Pneumonia interstisial
Pneumonia
• Tanda utama menurut WHO: fast breathing & lower chest indrawing
• Signs and symptoms :
– Non respiratory: fever, headache, fatigue, anorexia, lethargy, vomiting and
diarrhea, abdominal pain
– Respiratory: cough, chest pain, tachypnea , grunting, nasal flaring,
subcostal retraction (chest indrawing), cyanosis, crackles and rales (ronchi)
SEVERE PNEUMONIA
http://php.med.unsw.edu.au/embryology
/index.php?title=File:Congenital_hypothyr
oidism.jpg
• Causes:
– Deficient production of thyroid
hormone
• Disgenesis congenital
Hypothyroidism
• Iodine deficiencyendemic goiter
– Defect in thyroid hormonal
receptor activity
• Most affected infants have few or no symptoms,
because their thyroid hormone level is only
slightly low. However, infants with severe
hypothyroidism often have a unique
appearance, including:
– Dull look
– Puffy face
– Thick tongue that sticks out
• This appearance usually develops as the disease
gets worse. The child may also have:
– Choking episodes
– Constipation
– Dry, brittle hair
– Jaundice
– Lack of muscle tone (floppy infant)
– Low hairline
– Poor feeding
– Short height (failure to thrive)
– Sleepiness
– Sluggishness
• Hasil Negatif
– Tidak ada infeksi TB
– Dalam masa inkubasi
infeksi TB
– Anergi
128. Dehidrasi pada anak dgn diare akut
Tatalaksana diare akut dehidrasi berat
129. Defisiensi vitamin A
• Vitamin A meliputi retinol, retinil • Konjungtiva normalnya memiliki
ester, retinal dan asam retinoat. sel goblet. Hilangnya/
Provitamin A adalah semua berkurangnya sel goblet secara
karotenoid yang memiliki drastis bisa ditemukan pada
aktivitas biologi β-karoten xerosis konjungtiva.
• Sumber vitamin A: hati, minyak • Gejala defisiensi:
ikan, susu & produk derivat, – Okular (xeroftalmia): rabun senja,
kuning telur, margarin, sayuran xerosis konjungtiva & kornea,
hijau, buah & sayuran kuning keratomalasia, bercak Bitot,
hiperkeratosis folikular, fotofobia
• Fungsi: penglihatan, diferensiasi – Retardasi mental, gangguan
sel, keratinisasi, kornifikasi, pertumbuhan, anemia,
metabolisme tulang, hiperkeratosis folikular di kulit
perkembangan plasenta,
pertumbuhan, spermatogenesis,
pembentukan mukus
Diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan malam
Acetaminophen -
O C6H 8O6
OH O
O
H C
C CH 3
CytoP450 N CH 3 N
SG
O
OH
C Acetaminophen glutathione conjugate O SO3
-
N CH 3
Acetaminophen sulfate
Diagnosis Terapi
• Manifestasi klinis • Terapi suportif : IVFD, nutrisi,
antipiretik, antikonvulsan.
• Pemeriksaan CSS rutin
• Peningkatan tekanan intrakranial :
– Jernih dan ada pengendapan, manitol
santokrom, jumlah sel 200-
500/mm3, limfositer, protein • Kortikosteroid untuk menekan reaksi
meningkat dan glukosa rendah inflamasi selama 2-3 minggu
sampai <30 g/dl kemudian diturunkan bertahap
selama 1 minggu.
• Riwayat kontak dengan pasien • INH 5-10 mg/kgBB/hari selama 9-12
TBC bulan
• Uji tuberkulin (+), anergi pada • Rifampisin 10-20 mg/kgBB/hari
36% pasien selama 9-12 bulan
• Foto toraks normal pada 43%, • Pirazinamid 20-40 mg/kgBB/hari
selama 2 bulan
milier pada 23%, kalsifikasi
pada 10% kasus. • Etambutol 15-25 mg/kgBB/hari
selama 2 bulan
• LED meningkat
Diagnosis diferensial infeksi SSP
Klinis/Lab. Ensefalitis Meningitis Mening.TBC Mening.viru Ensefalopati
bakterial s
Onset Akut Akut Kronik Akut Akut/kronik
Demam < 7 hari < 7 hari > 7 hari < 7 hari </> 7 hari/(-)
135. Anemia
Normositik
Normokrom
136. Kelainan metabolik bawaan
• Kelainan metabolik bawaan: Defek pada jalur
metabolisme yang disebabkan oleh mutasi gen yang
mengkode protein spesifik sehingga terjadi
perubahan struktur protein atau jumlah protein yang
disintesis
Contoh kelainan metabolisme asam amino
Kelainan Kelainan Manifestasi Klinis Temuan Lab Pendekatan terapi
metabolisme
yang terjadi
Metabolisme asam amino
OBSTRUKSI
Urin warna
teh
Feses warna
Tidak ada bilirubin direk yg menuju usus
Dempul
Kolestasis (Cholestatic Liver Disease)
• Definisi : Keadaan bilirubin direk > 1 mg/dl bila bilirubin total < 5
mg/dl, atau bilirubin direk >20% dari bilirubin total bila kadar
bil.total >5 mg/dl
• Kolestasis : Hepatoselular (Sindrom hepatitis neonatal) vs Obstruktif
(Kolestasis ekstrahepatik)
• Sign and Symptom : Jaundice, dark urine and pale stools,
nonspecific poor feeding and sleep disturbances, bleeding and
bruising, seizures
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
142. KANKER SERVIKS
• Keganasan pada serviks Faktor Risiko :
• Perubahan sel dari normal – •Human papillomavirus
pre kanker (displasia) - infection (HPV) – faktor utama -
kanker 50% disebabkan oleh HPV 16 &
18
• Insidens : usia 40-60 tahun •Multipartner
•Merokok
•Riwayat penyakit menular
seksual
•Berhubungan seks pertama
pada usia muda
•Kontrasepsi oral
•Multiparitas
•Status ekonomi sosial rendah
•Riwayat Keluarga
Kanker Serviks
Tanda dan Gejala Diagnosis
• IVA
• Perdarahan pervaginam • Sitologi servikal (Pap Test)
• Perdarahan menstruasi • Kolposkopi
lebih lama dan lebih • Biopsi serviks
banyak dari biasanya
• Perdarahan post
menopause atau
keputihan >>
• Perdarahan post koitus
• Nyeri saat berhubungan
• Keputihan (terutama
berbau busuk + darah)
• Massa pada serviks,
mudah berdarah
• Diagnosis
– Gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik).
– Pemeriksaan laboratorium: Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-
Toxoplasma IgG.
• Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibu
sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya
pada trimester pertama, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi
Toxoplasma.
http://depts.washington.edu/handbook/syndromesFemale/ch8_pid.html
Sexually active woman presenting with abnormal vaginal
discharge, lower abdominal pain, OR dyspareunia
Uterine tenderness, OR
Adnexal tenderness, OR
Cervical motion tenderness on pelvic exam?
YES NO
YES NO
NO YES
http://www.cdc.gov/std/treatment/2010/pid.htm
148. Hipertensi Dalam Kehamilan
• Obat pilihan pertama: alfa metildopa, labetolol,
metoprolol
optimized by optima
Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
163. Aborsi
• Ada 3 aturan aborsi di Indonesia yang berlaku hingga saat ini yaitu :
• Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-
undang Hukum Pidana (KUHP) yang menjelaskan dengan alasan
apapun, aborsi adalah tindakan melanggar hukum. Sampai saat ini
masih diterapkan.
• Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan.
• Undang-undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang
menuliskan dalam kondisi tertentu, bisa dilakukan tindakan medis
tertentu (aborsi).
• Aborsi itu sudah jelas-jelas tidak dizinkan oleh etika kedokteran,
kecuali atas indikasi medis seperti gangguan mental, perkosaan,
bayi cacat/kelainan bawaan, sosial
UU Kesehatan Pasal 75
1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan,
baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita
penyakit genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak
dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar
kandungan; atau
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma
psikologis bagi korban perkosaan.
3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan
diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor
yang kompeten dan berwenang.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan
perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
UU Kesehatan Pasal 76
1. Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75
hanya dapat dilakukan:
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu
dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali
dalam hal kedaruratan medis;
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan
dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang
ditetapkan oleh menteri;
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat
yang ditetapkan oleh Menteri.
164. Promosi Individu
• Dalam promosi kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual
digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seseorang yang
mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Misalnya,
membina seorang ibu yang baru saja menjadi akseptor atau seorang ibu
hamil yang sedang tertarik terhadap imunisasi TT karena baru saja
memperoleh atau mendengarkan penyuluhan kesehatan.
• Pendekatan yang digunakan secara perorangan. Perorangan disini tidak
hanya berarti harus hanya kepada ibu-ibu yang bersangkutan, tetapi
mungkin juga kepada suami atau keluarga ibu tersebut.
• Bentuk pendekatan ini antara lain :
– Bimbingan dan Penyuluhan (Guidance And Counceling): Dengan cara ini
kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang
dihadapi oleh klien dapat diteliti dan dibantu penyelesaiannya
– Wawancara (Interview): Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien
untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan,
apakah ia tertarik atau tidak menerima perubahan untuuk mengetahui apakah
perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian
dan kesadaran yang kuat
165. Uji Hipotesis
* : Uji Parametrik; Tanda panah ke bawah : Uji alternatif jika parametrik tidak
terpenuhi
• Variabel Kategorik vs Numerik
– Kategorik : Memiliki kategori variabel. Nominal
(kategori sederajat, cth laki-laki-perempuan)/Ordinal
(kategori bertingkat, cth baik-sedang-buruk)
– Numerik : Dalam angka numerik, rasio (memiliki nilai
nol alami, cth tinggi badan)/interval (tidak memiliki
nilai nol alami, cth suhu)
• Hipotesis Komparatif vs Korelatif
– Komparatif : perbedaan/hubungan (cth. Apakah
terdapat/hubungan antara kadar gula darah dengan
jenis pengobatam?)
– Korelasi : Cth. Berapa besar korelasi antara kadar
trigliserida dan kadar gula darah?
• Skala Pengukuran
– Komparatif : Dianggap skala kategorikal bila kedua
variabel kategorik. Skala numerik jika salah satu
variabel numerik
– Korelatif : Dianggap skala kategorikal bila salah
satu variabel kategorik. Skala numerik jika kedua
variabel numerik
• Berpasangan vs Tidak Berpasangan
– Berpasangan : Dua atau lebih kelompok data
berasal dari subyek yang sama atau yang berbeda
tapi telah dilakukan matching
– Tidak berpasangan : Data berasal dari kelompok
subyek yang berbeda, tanpa matching
Regresi vs Korelasi
• Analisis Korelasi : mengetahui APAKAH ADA
HUBUNGAN antara dua variabel atau lebih
• Analisis Regresi : MEMPREDIKSI SEBERAPA JAUH
pengaruh yang ada tersebut (yang telah dianalisis
melalui analisis korelasi)
• Tujuan dari analisis regresi adalah untuk
memprediksi besar Variabel Terikat (Dependent
Variable) dengan menggunakan data Variabel
Bebas (Independent Variable) yang sudah
diketahui besarnya
Regresi Linier (RL) vs Regresi Logistik
(RG)
1. Dalam RL variabel respon (dependen) berskala metrik dan
prediktor (independen) dapat berskala interval
atau kategori, sebaliknya, dalam RG var.respon (dependen)
berskala non-metrik (kategorik) dan prediktor (independen)
dapat berskala interval atau kategori (mixed/bebas).
2. Regresi logistik digunakan pada kasus dimana variabel
dependent bersifat dikotomi dan kategori dengan dua atau
lebih kemungkinan
3. Dalam RL asumsi normalitas, homogenitas varians,
linieritas harus terpenuhi (masing2 dibuktikan melalui uji
statistik tersendiri)
166. Ukuran dalam Epidemiologi
Insidens Rate (IR)
• Insidens : jumlah kasus baru yang timbul pada suatu
periode waktu dalam populasi tertentu gambaran
tentang frekuensi penderita baru suatu penyakit yang
ditemukan pada suatu waktu tertentu di suatu kelompok
masyarakat
• Contoh : Pada suatu daerah dengan jumlah penduduk tgl 1
Juli 2005 sebanyak 100.000 orang semua rentan terhadap
penyakit diare ditemukan laporan penderita baru sebagai
berikut bulan januari 50 orang, Maret 100o rang, Juni
150 orang, September 10 orang dan Desember 90 orang
ACTION ATTENDING
INVOLVELMENT INITIATING
UNDERSTANDING RESPONDING
Situasi saat ini Merespon terhadap isi
Pemaknaan saat ini Merespon terhadap perasaan
Alasan-alasan saat ini Merespon terhadap pemaknaan
Emphaty, respect, genuiness, concreteness
EXPLORATION PERSONALIZING
Memahami makna yang dipersonalisasikan (personalized Mempersonalisasikan makna (personalizing
meaning) Meaning)
Memahami masalah yang dipersonalisasikan(personalized Mempersonalisasikan masalah (personalizing
problem) Problem)
Memahami tujuan yang dipersonalisasikan (personalized Mempersonalisasikan tujuan (personalizing
goal) Goal)
ACTION INITIATING
Menetapkan tujuan (konkrit, dapat diukur, bermakna) Menetapkan tujuan
Mengembangkan langkah-langkah tindakan (alternatif Mengembangkan program
primer, sekunder, tersier) Mendesain jadwal
Perubahan perilaku (positif, dapat diukur, konstruktif) Reinforcement
Tahap-tahap individualisasi
169. Gizi Buruk Pada Balita
• Faktor yang pertama yaitu mengenai pengadaan bebrapa makanan
yang kurang mencukupi pada suatu wilayah tertentu. Penyebabnya
bisa dikarenakan oleh kurangnya potensi alam ataupun kesalahan
ketika mendistribusikan makanan tersebut.
• Faktor yang kedua yaitu mengenai segi kesehatan sendiri, misalnya
seseorang menderita penyakit kronis terutama masalah gangguan
pada sistem metabolisme/penyerapan makanan.
• Ada 3 hal yang saling berkaitan terutama dalam hal gizi buruk
diantaranya mengenai kemiskinan, kesempatan kerja rendah dan
pendidikan yang rendah. Maka hal tersebut mengakibatkan
kurangnya ketersediaan pangan di rumah tangga dan beberapa pola
asuh anak yang sering keliru. Dan berakibat pada kurangnya asupan
gizi pada balita dan balita tersebut akan mudah sekali terkena
berbagai macam penyakit.
Faktor risiko penyebab gizi buruk
• Penyebab secara langsung misalnya makanan yang tidak seimbang
untuk anak dan berbagai penyakit yang sering diderita oleh seorang
anak. Seorang anak yang mendapatkan makanan yang cukup tetapi
dapat terserang penyakit seperti nafsu makan berkurang, diare
pada akhirnya dapat menderita gizi buruk.
• Penyebab secara tidak langsung
– Ketahanan pangan di dalam keluarga yaitu kemampuan keluarga untuk
dapat memenuhi kebutuhan makan seluruh anggota keluarga.
– Dalam pola pengasuhan anak. Misalnya dapat berupa perilaku sang
ibu ataupun pengasuhnya dalam hal merawat, memberikan kasih
saying, memberikan makan ataupun dalam hal kebersihan. Pada
dasarnya semua itu berhubungan dengan kesehatan ibu baik secara
fisik maupun mental, pendidikan, pengetahuan, status gizi, pekerjaan,
adat kebiasaan dari ibu dan pengasuhnya.
170. Uji Hipotesis Bivariat
Komparatif, numerik, tidak berpasangan, dua kelompok
171. Cara pengambilan sampel
Cara sampling Random Keterangan
Simple Random Sampling pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata/tingkatan yang ada dalam populasi itu
Cluster Sampling disebut juga sebagai teknik sampling daerah. Teknik ini digunakan
apabila populasi tersebar dalam beberapa daerah, propinsi, kabupaten,
kecamatan, dan seterusnya
Snowball Sampling Dari sampel yang sedikit tersebut peneliti mencari informasi sampel lain
dari yang dijadikan sampel terdahulu, sehingga makin lama jumlah
sampelnya makin banyak
Quota Sampling anggota sampel pada suatu tingkat dipilih dengan jumlah tertentu
(kuota) dengan ciri-ciri tertentu
Convenience sampling mengambil sampel secara sembarang (kapanpun dan dimanapun
menemukan) asal memenuhi syarat sebagai sampel dari populasi
tertentu
optimized by optima
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta : Bumi aksara.
When population is small,
homogeneous & readily
available. All subsets of the
frame are given an equal
probability.
optimized by optima
173-174. Puskesmas
175. Desain Penelitian
Descriptive Research Design
Retrospective Cohort
Past Future
Cross-sectional
optimized by optima
176. KLB Keracunan
• Menentukan penyebab KLB dapat dengan cara
menghitung food spesific attack rate
• Tabel attack rate ini berguna untuk menentukan
makanan mana yang mungkin bertanggung jawab
sebagai penyebab dari out break.
• Makanan yang dicurigai biasanya mempunyai
attack rate tinggi menyebabkan sakit di antara
orang-orang yang makan makanan tersebut dan
attack rate terendah pada orang yang tidak
makan makanan tersebut
177. Parameter Kualitas Air
• Parameter Fisik: Tidak berbau dan tidak
berwarna, tidak berasa, Tidak keruh tes
turbidity Jackson Candler
• Parameter Kimia: kadar keasaman air juga harus
berkisar antara 6,5-8,5 , mengandung mineral
dibawah 500 (Total dissolved solid < 500) , bebas
dari zat kimia beracun, logam berat, pestisida,
dan tidak mengandung bahan radioaktif.
• Parameter Biologi: Bebas dari mikroorganisme
coliform uji presumptive, uji ketetapan, uji
kelengkapan
178. Manajemen Bencana
179. Tahapan DVI
• Phase I : TKP
• Phase II :Post Mortem
• Phase III :Ante Mortem
• Phase IV :Rekonsiliasi
• Phase V :Debriefing
FA S E 1 - T K P
Fungsi
• Menetapkan prosedur DVI
• Mencari, menemukan, mencatat sisa tubuh dan
barang
- Tempat insiden harus dianggap sebagai TKP
- TKP harus diteliti dan membuat catatan
sebelum sisa tubuh dipindahkan
- Kerjasama dengan pihak terkait di TKP
- Form DVI warna pink
Fungsi
• Melakukan pemeriksaan mayat, property dll
• Mencatat hasil pemeriksaan, dokumentasi
• Pengambilan sidik jari
• Pengambilan sampel DNA
• Mencatat hasil dalam form DVI warna pink
Fungsi
• Membandingkan data AM dengan PM
• Penetapan suatu identifikasi
• Mengkorfimasi apakah hasil yang dicapai
sudah memuaskan semua pihak (Tim)
FASE 5 – DEBRIEFING
Kegunaan
1. Meninjau kembali pelaksanaan DVI
2. Mengenali dampak positive dan negative
operasi DVI
3. Menentukan keefektifan persiapan tim DVI
secara psikologi
4. Melaporkan temuan serta memberikan
masukan untuk meningkatkan operasi
berikutnya
180. Uji Hipotesis
* : Uji Parametrik; Tanda panah ke bawah : Uji alternatif jika parametrik tidak
terpenuhi
181. Rujukan
• Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab
penderitasepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu
tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut
menanganinya.
• Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab
penanganan penderita hanya untuk satu masalah kedokteran
khusus saja.
• Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab
penanganan penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk
selamanya.
• Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab
penanganan penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter
konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut campur.
182. Non-maleficence
Kriteria
1. Menolong pasien emergensi :
Dengan gambaran sbb :
- pasien dalam keadaan sangat berbahaya (darurat) / berisiko
kehilangan sesuatu yang penting (gawat)
- dokter sanggup mencegah bahaya/kehilangan tersebut
- tindakan kedokteran tadi terbukti efektif
- manfaat bagi pasien > kerugian dokter
2. Mengobati pasien yang luka
3. Tidak membunuh pasien ( euthanasia )
4. Tidak menghina/mencaci maki/ memanfaatkan pasien
5. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
6. Mengobati secara proporsional
7. Mencegah pasien dari bahaya
8. Menghindari misrepresentasi dari pasien
9. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
10. Memberikan semangat hidup
11. Melindungi pasien dari serangan
12. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan
183. VeR perlukaan
• Disability
limitation
186. Justice
Kriteria
1. Memberlakukan sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok yang rentan
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relative sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, sanksi)
secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas an tepat/sah
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit/gangguan
kesehatan
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dsb
188. Tanda pasti kematian A
Tanda Keterangan
Livor mortis Penumpukan eritrosit pada lokasi terendah akibat pengaruh gravitasi, kecuali
bagian tubuh yang tertekan alas keras.
Tampak 20 – 30 menit pascamati, makin lama makin luas dan lengkap, akhirnya
menetap setelah 8 – 12 jam.
Rigor mortis terjadi bila cadangan glikogen dalam otot habis maka energi tidak terbentuk dan
aktin-miosin menggumpal sehingga otot menjadi kaku.
Mulai tampak 2 jam setelah mati klinis, arahnya sentripetal (dari luar ke dalam),
menjadi lengkap dalam 12 jam, dipertahankan selama 12 jam, kemudian
menghilang sesuai urutan terbentuknya.
Dekomposisi proses degradasi jaringan akibat autolisis dan kerja bakteri. Tampak kira-kira 24
jam pascamata berupa perubahan warna kehijauan pada perut kanan bawah
yang secara bertahan menyebar ke seluruh perut dan dada menyertai
terciumnya bau busuk.
36 – 48 jam pascamati akan dijumpai larva lalat (pengukuran panjang larva dapat
memperkirakan saat kematian).
• Pada kasus belum ditemukan livor mortis menetap (<8 jam), tidak ada
kaku yang lengkap (<12 jam), dan tidak ada pembusukan (<24 jam)
• Dapat disimpulkan waktu kematian antara 3-8 jam
optimized by optima
189. VeR Korban Kejahatan Asusila
– Korban harus diantar oleh polisi karena tubuh korban adalah benda
bukti. Kalau tidak bersama polisi, jangan diperiksa, suruh korban
kembali bersama polisi.
– Izin tertulis untuk pemeriksaan dapat diminta dari korban sendiri atau
dari orang tua/wali jika korban adalah seorang anak.
Sources: Soepardi EA, et al, editor. Buku Ajar Ilmu THT-KL. Ed 6. Jakarta: FKUI. 2009
197. Rhinosinusitis
Diagnosis Clinical Findings
Acute Rhinosinusitis Two or more symptoms, included nasal obstruction or nasal
discharge as one of them and: facial pain/pressure or
hyposmia/anosmia.
• cheek pain: maxillary sinusitis
• retroorbital pain: ethmoidal sinusitis
• forehead or headache: frontalis sinusitis
Chronic sinusitis Subacute: 4 weeks-3 months. Chronic: > 3 months. Symptoms
are nonspesific, may only consist of 1 or 2 from these →
chronic headache, post nasal drip, chronic cough, throat
disturbace, ear disturbance, sinobronchitis.
Dentogen sinusitis The base of maxilla are processus alveolaris, where tooth roots
are located. Tooth infection can spread directly to maxillary
sinus. Symptoms: unilateral sinusitis with purulent nasal secrete
& foul breath.
• Chronic tonsillitis
– Persistent sore throat, anorexia, dysphagia, &
pharyngotonsillar erythema
– Lymphoid tissue is replaced by scar widened
crypt, filled by detritus.
– Foul breath, throat felt dry.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
Technique for swabbing the throat:
1. Depress the patient's tongue
completely with a sterile tongue blade.