Anda di halaman 1dari 19

DESKRIPSI K3

Dalam rangka memasuki era pasar/ perdagangan bebas tingkat negara negara Asean yang dikenal
dengan istilah Asean Free Trade Agreement (AFTA) dan perdagangan bebas ting kat asia pasifik
(APEC) serta per dagangan bebas tingkat dunia World Trade Organization (WTO) yang akan
diberlakukan pada tahun 2020, dan dalam perdagangan bebas ter sebut K3 merupakan salah satu
persyaratan yang harus dipenuhi bagi industri di Indonesia.
Yang dimaksud dengan pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah langkah atau
tahapan yang dilakukan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya berbagai kecelakaan ditempat kerja.
Jenis kecelakaan yang terjadi antara lain karena faktor pekerja itu sendiri (kemampuan, pengetahuan dan
ketrampilan), faktor salah prosedur penggunaan alat dan faktor lingkungan sekitar proses kerja
berlangsung serta faktor manajemen kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat dideskripsikan sebagai persyaratan untuk
meningkatkan produktivitas kerja para pekerja atau karyawan perusahaan. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dijelaskan bahwa ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja yaitu untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadi an lain
yang berbahaya;
e. Memberi pertolongan pada kece lakaan;
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotor an,
asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, pe racunan,
infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
j. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik;
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerja nya;
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, bina tang, tanaman atau barang;
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang;
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r. Menyesuaikan dan menyempur nakan pengamanan pada peker jaan yang bahaya kecelakaan nya
menjadi bertambah tinggi.

Selanjutnya dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 dijelaskan bahwa kewajiban
dan atau hak tenaga kerja adalah untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau keselamatan
kerja;
b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan;
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan;
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang
diwajibkan, “Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat kesehatan dan
keselamatan ker ja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan oleh nya
kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh pegawai peng awas dalam batas-batas yang
masih dapat dipertanggung jawabkan”
Menindaklanjuti upaya untuk menyongsong dan sekaligus memenangkan era perdagangan bebas,
maka pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja dan Trans migrasi (Depnakertrans)
telah mener bitkan suatu peraturan yang berkaitan dengan manajemen K3. Peraturan tersebut adalah
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Per.05/MEN /1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Didalam Permenaker di atas, pada pasal 2 ayat (1) dinyatakan bahwa setiap perusahaan
yang memper kerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih dan atau mengandung potensi
bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan
kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja, wajib me nerapkan sistem
manajemen K3. Ayat (2) sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja wajib dilaksanakan oleh
pengurus, pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan.
Okasatria Novyanto (2008) menjelaskan bahwa Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,
perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumberdaya yang dibutuhkan bagi
pengembang an, penerapan, pencapaian, pengkaji an dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka
pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,
efisien dan produktif.
Tujuan dari SMK3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat kerja yang melibatkan segala pihak
sehingga dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien, dan produktif. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari penerapan SMK3 bagi
industri atau perusahaan yakni :
a. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
b. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
c. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga kerja merasa aman dalam
bekerja.
d. Meningkatkan image pasar terhadap perusahaan.
e. Menciptakan hubungan yang harmonis antara karyawan dan perusahaan.
f. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik, sehingga membuat umur alat semakin
lama.

Persyaratan produksi
1. Keselamatan kerja di tempat kerja
Kesadaran tentang penerapan K3LH dewasa ini semakin meningkat, terutama pada organisasi
perusahaan yang bergerak di bidang usaha pertanian atau perkebunan. Kesadaran tentang penerapan
K3LH tersebut sejalan dengan penerapan peraturan sistem manajemen mutu ISO 14000 yaitu bagi
organisasi perusahaan yang memerlukan pengakuan standar Internasional. Untuk mempermudah
pelaksanaan penerapan K3LH tersebut, perlu di ketahui beberapa pengertian atau istilah-istilah umum
yang biasa dipergunakan yaitu sebagai berikut :
a. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan erat dengan mesin, peralatan kerja, bahan
dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan.
b. Sasaran Program K3
Sasaran program K3 adalah segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di
dalam air maupun di udara. Tempat tempat kerja tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti
pertanian/ perkebunan, peternakan, perikanan, industri pengolahan, pertambangan, perhubungan, jasa
dan sebagainya.
c. Tempat Kerja
Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan tertutup maupun terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering digunakan oleh tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha. Tempat kerja tersebut terdapat sumber-sumber bahaya, baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air, maupun di udara yang menjadi ke wenangan suatu badan usaha atau
perusahaan. Dalam bidang perkebunan, yang disebut dengan tempat kerja adalah tempat dimana
kegiatan perkebunan biasa dilaksanakan, yaitu areal pembibitan, areal penanaman, termasuk
laboratorium, dan bengkel pertanian.
d. Perusahaan
Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang mempekerjakan pekerja dengan tujuan untuk mencari
laba atau tidak, baik milik perorangan, kelompok, swasta maupun milik negara.
e. Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan, baik di dalam atau di luar
hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi standar kebutuhan masyarakat.
f. Tujuan dan Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan keselamatan kerja adalah untuk menciptakan suatu sistem keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerja dengan melibatkan semua unsur-unsur yang terdapat dalam suatu instansi atau
perusahaan dimana dilakukan kegiatan kerja. Sedangkan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja
adalah semua personil dan suatu instansi atau perusahaan termasuk didalamnya adalah pihak manajer,
tenaga kerja dan orang-orang yang terkait dengan kegiatan perusahaan tersebut.
g. Penerapan Prosedur K3
Setiap organisasi perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan :
 Menerapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan sistem manajemennya
 Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan K3
 Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme
pendukung yang diperlukan mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran K3.
 Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan perbaikan dan
pecegahan.
 Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem K3 secara berkesinambungan
dengan tujuan meningkatkan kinerja.

2. Instruksi Kerja Pengendalian Resiko


Dalam melaksanakan pekerjaan, kecelakaan dapat terjadi secara tak terduga. Untuk menghindari dan
meminimalkan terjadinya kecelakaan maka perlu disusun instruksi kerja. Pembuatan instruksi kerja
disesuaikan dengan keadaan peralatan yang dipakai. Ada beberapa hal yang harus dilakukan atau
disiapkan oleh perusahaan untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja, antara lain :
a. Pada setiap laboratorium atau bengkel atau ruangan dibuatkan tata tertib yang harus dipatuhi oleh
semua orang yang akan masuk ke dalam lab atau ruangan. Didalam tata tertib tersebut perlu
dijelaskan hal-hal yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta ancaman sanksi yang akan
dikenakan jika melanggar tata tertib.
b. Setiap alat yang dioperasikan dengan menggunakan mesin harus dibuatkan instruksi kerjanya.
Instruksi kerja tersebut langsung ditempelkan pada alat atau di tempat-tempat tertentu sedemikian
rupa, sehingga setiap operator alat yang akan menggunakan alat dapat membaca petunjuk
pengoperasian alat. Hal ini untuk meng hindari terjadinya kesalahan prosedur dalam pengoperasian
alat. \Selain itu, dengan adanya petunjuk pengoperasian maka siapa pun yang akan mengoperasikan
alat tersebut dapat terhindar dari kecelakaan yang dapat menyebabkan kecelakaan operator atau
kerusakan alat.
c. Pada setiap ruangan agar dibuat kan poster-poster keselamatan kerja dan label-label yang
menunjukkan bahaya kecelakaan yang mungkin saja terjadi. Pembuatan label dan poster tersebut
harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibaca bagi setiap orang.
d. Bahan-bahan berbahaya seperti bahan kimia, fungisida, bakterisida, rodentisida, herbisida,
insektisida, pupuk anorganik dan sebagainya, diberikan label dan tanda dengan menggunakan
lambang atau tulisan peringatan pada wadah adalah suatu tindakan pencegahan yang sangat penting.
e. Aneka label dan pemberian tanda, diberikan sesuai dengan sifat bahan yang ada. Beberapa label dan
pemberian tanda dapat dipakai dengan menggunakan lambang yang sudah diketahui secara umum.
Dengan demikian masyarakat mudah mengenal dan merespon maksud dan tujuan label atau tanda
atau lambang yang telah dipasang.
3. Dasar-dasar Keselamatan Kerja dan Resiko
Beberapa ketentuan yang membahas dasar-dasar keselamatan kerja dan resiko adalah Persyaratan
Keselamatan untuk Perkakas, Mesin dan Bahan Kimia Berbahaya. Mengingat sangat bervariasinya
perkakas, mesin, bahan kimia berbahaya dan cara kerja yang digunakan dalam bidang pertanian
(perkebunan), maka tidak semuanya akan dibicarakan, baik dalam kaitan dengan pemilihan perkakas,
mesin dan bahan kimia berbahaya tetapi prinsip-prinsip umum akan diuraikan .
a. Syarat-syarat umum
Semua perkakas, mesin dan bahan kimia berbahaya yang digunakan dalam pertanian (perkebunan)
harus :
 Memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja sesuai ketentuan dalam standar internasional
atau nasional dan rekomen dari pihak berwenang, apabila tersedia;
 Digunakan hanya untuk pekerjaan yang telah dirancang atau dikembangkan, kecuali jika suatu
penggunaan tambahan yang diusulkan telah dinilai oleh seorang yang kompeten dan telah dinyata
kan aman penggunaannya.
 Digunakan atau dioperasikan oleh para pekerja yang telah dinilai berkompeten dan atau memiliki
serti fikat keterampilan yang sesuai.
 Perkakas, mesin dan peralatan harus mempunyai disain dan konstruksi yang baik, dengan
mempertimbangkan prinsip kesehatan, keselamatan dan ergonomik, dan mereka harus dipelihara
dengan kondisi yang baik.
 Setiap perkakas, mesin dan peralatan harus secara rutin diperiksa berdasarkan suatu penilaian
yang lengkap dari semua kriteria terkait harus digunakan saat pemilihan suatu mesin. Hal ini
membantu untuk menciptakan suatu Iingkung an kerja yang sehat dan produktif serta memastikan
bahwa mesin tersebut tepat untuk tujuan yang dimaksudkan.
 Pengusaha atau produsen alat dan mesin harus menyediakan instruksi dan informasi K3 yang
jelas dan menyeluruh tentang penggunaan dan pemeliharaan perkakas dan bahan kimia berbahaya
bagi operator/ pengguna.
 Peralatan harus dirancang agar gampang dan aman dalam pemeliharaan dan sedikit perbaikan di
tempat kerja. Para pekerja harus dilatih untuk melakukan pemeliharaan dan perbaikan kecil pada
mesin dan peralatan mereka. Jika tidak bisa dilakukan, seorang yang kompeten harus mudah
dihubungi dari tempat kerja. Fasilitas untuk perbaikan dan pemeliharaan peralatan dan perkakas
harus di sediakan. Disarankan penyediaan fasilitas perbaikan dan pemeliharaan peralatan dan
perkakas dekat dengan tempat berteduh atau fasilitas perumahan.
 Pada tempat perbaikan harus disediakan fasilitas bengkel dengan perkakas dan peralatan
pemeliharaan yang sesuai, agar pekerjaan pemeliharaan dan reparasi dilaksanakan dalam kondisi
aman, tanpa terganggu oleh kondisi cuaca yang buruk, serta tidak mengganggu lingkungan di
sekitar bengkel.
b. Peralatan tangan
Penggunaan peralatan tangan banyak digunakan untuk jenis-jenis pekerjaan yang ringan dan
memerlukan spesifikasi kerja tertentu. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan
peralatan tangan, yaitu :
 Peralatan tangan untuk memotong dan memisahkan benda harus dibuat dari baja berkualitas baik
sehingga menjaga sisi pe motongan dan efektivitasnya dengan pemeliharaan minimum.
 Bagian alas dari suatu alat untuk memotong dan memisahkan harus dipasang dengan aman pada
tangkai dengan suatu alat efektif, sebagai contoh baji, paku keling atau baut.
 Tangkai harus memberikan suatu genggaman yang kuat dan harus terbuat dari kayu berkualitas
baik atau bahan lain yang sesuai
 Spesifikasi perkakas, seperti ukuran, panjang tangkai dan berat harus sesuai untuk memenuhi ke
butuhan dari pekerjaan dan keada an fisilk dari pemakai.
 Jika tidak digunakan, perkakas bersisi tajam harus diberi sarung dengan alat yang sesuai.
c. Mesin portable
 Kendali mesin seperti gergaji rantai, gergaji sikat dan pemotong rumput harus ditempatkan
dengan nyaman dan fungsinya ditandai dengan jelas.
 Posisi dan dimensi tangkai harus nyaman bagi operator dalam semua sikap kerja normal.
 Tingkat kebisingan, getaran dan emisi buangan yang berbahaya harus serendah mungkin sesuai
dengan kemajuan teknologi.
 Bahan bakar dan minyak pelumas yang digunakan harus da pat dihancurkan secara biologis
(ramah lingkungan) sehingga me ngurangi bahaya polusi gas buang dan tumpahan.
 Semua alat pelindung harus pada tempatnya dan secara teratur diperiksa kerusakan yang timbul.
d. Permesinan otomatis atau mesin konvensional
 Mesin harus dilengkapi dengan alat penahan goncangan, tempat duduk dapat disetel sepenuhnya
untuk pengemudi dan dipasang sabuk pangaman yang sesuai.
 Ruang operator harus dirancang dan ditempatkan sehingga sesuai dengan ukuran badan operator
yang kemungkinan besar meng gunakan mesin tersebut.
 Cara masuk dan keluar dari mesin, seperti anak tangga, tangga dan pintu, harus di rancang untuk
menyediakan tumpuan tangan dan kaki dengan suatu ketinggian dan jarak yang nyaman.
 Mesin harus dilengkapi dengan struktur perlindungan berguling, .
 Kabin tempat operator bekerja harus memenuhi persyaratan dan dilindungi dari obyek yang
jatuh.,
 Mesin harus dilengkapi suatu alat penyetop yang tidak dapat kembali sendiri, mudah dicapai, dan
ditandai dengan jelas dari posisi kerja normal operator.
 Untuk mesin-mesin yang meng gunakan sistem transmisi atau kopling, maka jika tidak dipakai,
persneling harus dalam keadaan tersambung.
 Rem parkir harus mampu untuk menjaga mesin dan beban lajunya pada saat dioperasikan pada
lahan yang miring,
 Pipa pembuangan harus dilengkapi dengan penangkap percikan. Mesin yang dilengkapi dengan
turbo chargers tidak memerlukan penangkap percikan.
e. Pakaian dan Peralatan Pelindung Kerja
Penggunaan pakaian dan peralatan pelindung kerja, sangat dibutuhkan bagi pekerja. Kesadaran
tersebut perlu dipelihara dan ditingkatkan untuk mencapai mutu keselamatan dan kesehatan kerja
serta lingkungan hidup.
1. Pakaian kerja
Pakaian kerja yang dipakai di lapangan, bagi pekerja bidang pertanian, harus memenuhi beberapa
kriteria, secara umum adalah :
 Pakaian kerja harus dibuat dari bahan yang menjaga badan pekerja tetap kering dan berada
pada temperatur yang nyaman. Untuk bekerja di daerah yang beriklim panas dan kering,
pakaian yang sesuai harus digunakan untuk menghindari radiasi panas yang berlebihan dan
memudah kan pengeluaran keringat.
 Pakaian pelindung yang sesuai harus disediakan jilka ada suatu resiko radiasi UV atau potensi
bahaya biologik, seperti tumbuhan beracun, infeksi dan binatang.
 Pakaian harus mempunyai warna yang kontras dengan lingkungan pertanian untuk memastikan
bahwa para pekerja kelihatan dengan jelas.
 Penggunaan alat pelindung diri harus dianggap sebagal suatu upaya terakhir, bila pengurangan
resiko dengan cara-cara teknis atau organisatoris tidak mungkin dilakukan. Hanya dalam
keadaan ini alat pelindung diri yang berhubungan dengan resiko spesifik tersebut digunakan.
 Alat pelindung diri untuk pekerjaan bidang pertanian dilapangan harus memiliki fungsi yang
spesifik.
 Bila pekerjaan dilakukan dengan menggunakan bahan kimia berbahaya, alat pelindung diri
harus disediakan sesuai keselamatan dalam penggunaan bahan kimia ditempat kerja.
 Alat pelindung diri harus memenuhi standar internasional atau nasional.
2. Alat pelindung diri
Ada beberapa jenis alat pelindung dirl untuk bidang pekerjaan pertanian di lapangan sesuai dengan
jenis pekerjaanya antara lain: sarung tangan, sepatu lapangan, topi pengaman, penutup muka,
penutup mata, penutup telinga, dan penutup mulut .
 Sarung tangan dipergunakan untuk berbagai kegiatan bila menggunakan bahan kimia beracun,
seperti mencampur pestisida, mencapur pupuk dan sebagainya. Untuk jenis sarung tangan yang
dipakai adalah sarung tangan yang terbuat dari karet tidak tem bus bahan cairan. Sedangkan
untuk pekerjaan di laboratorium biasanya menggunakan sarung tangan yang terbuat dari serat
asbes tahan panas.
 Sepatu lapangan dipergunakan jika jenis pekerjaan yang diguna kan adalah jenis pekerjaan
lapang an. Alat ini digunakan untuk me lindungi kaki pada saat bekerja di lapangan dari gigitan
serangga atau pekerjaan lain yang berba haya di lapangan. Jenis sepatu yang digunakan adalah
jenis se patu bot, yang terbuat dari karet atau plastik.
 Topi pengaman (Helmet); Jenis alat ini digunakan untuk melin dungi kepala dari kemungkinan
benda-benda jatuh di lapangan. Misalnya pada saat memanen buah.
 Penutup bagian muka diperguna kan untuk jenis pekerjaan lapang an, jika kondisi lapangan
berdebu. Hal ini untuk melindungi muka dari debu yang berterbangan pada saat bekerja.
 Pelindung atau penutup mata. Janis alat ini dipakai untuk me lindungi mata pada saat bekerja
di lapangan, baik dari terik matahari maupun dari benda-benda yang berbahaya di lapangan
seperti debu, ataupun pada saat bekerja di laboratorium.
 Alat pelindung mulut (masker). Alat ini berfungsi melindungi mulut dan hidung dari bahan
berbahaya saat bekerja di lapangan yakni menggunakan pestisida, gas be racun atau debu.
f. Pelaksanaan Kerja Berdasarkan Rekomendasi Aman, Pengujian dan Sertifikasi Peralatan
Untuk menjamin agar tidak terjadi kecelakaan atau hambatan pada saat kegiatan dilaksanakan, maka
alat alat yang akan dipergunakan harus terlebih dahulu dilakukan pengecekan yaitu memastikan bahwa
alat-alat tersebut berfungsi sesuai rancangan dan dibuat memenuhi syarat kese lamatan kerja.
Pengujian peralatan tersebut harus dilakukan oleh lembaga atau institusi yang berwenang menguji dan
me miliki sertifikat untuk peralatan yang menggunakan mesin dan sensitifitas tinggi. Sedangkan untuk
peralatan manual, jika memungkinkan operator dapat melakukannya sendiri. Pengujian dilakukan
secara reguler, dan hasil pengujian dilaporkan kepada perusahaan, untuk dilakukan tindak an
semestinya. Peralatan yang memenuhi standar keselamatan kerja diterbitkan sertifikat. Sedangkan
peralatan yang rusak, disarankan untuk diperbaiki agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
g. Resiko Pekerjaan Diidentifikasi dan Tindakan Diambil untuk Mengurangi Resiko
Lingkup kerja bidang pertanian, khususnya perkebunan terbagi dalam dua kategori, yaitu di
laboratorium dan di lapangan. Kedua jenis resiko kedua pekerajan ini berbeda, karena karakteristiknya.
Karena itu resiko pekerjaan dibedakan menjadi; tanpa oksigen kebakaran tidak akan terjadi, dan tanpa
bahan yang mudah ter bakar tak mungkin kebakaran terjadi dan tanpa panas kebakaran juga tak akan
terjadi. Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yaitu :
1. Nyala api dan bahan pijar
Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya akan naik, kemudian terbakar dan
menyala terus menerus sampai habis. Kemungkinan terbakar atau tidak suatu bahan tergantung
pada :
 Sifat bahan padat; yaitu sangat mudah atau agak mudah atau bersifat sukar terbakar
 Ukuran zat; jika suatu zat atau bahan berjumlah sedikit maka tidak cukup menimbulkan panas
sehingga kebakaran tidak akan terjadi.
 Keadaan zat padat
 Cara menyalakan
2. Penyinaran
Terbakarnya bahan-bahan yang bersifat mudah terbakar oleh benda pijar atau nyala api, tidak
harus terjadi karena persentuhan. Semua sumber panas akan memancarkan gelombang
elektromagnetis yaitu sinar infra merah. Jika gelombang elektromagnetis me ngenai benda, maka
pada benda tersebut akan dilepaskan energi yang berubah menjadi panas. Akibatnya benda yang
disinari akan bertambah panas dan bila panas tersebut sampai pada titik nyala maka benda tersebut
akan terbakar.
3. Peledakan uap atau gas
Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan menyala, jika terkena
benda pijar atau nyala api maka kebakaran akan terjadi. Besar kecilnya kebakaran sangat
tergantung pada jumlah (volume) gas atau uap.
4. Percikan api
Pencikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi sebab terbakarnya campuran gas, uap atau
debu dan udara dapat menyala. Biasanya percikan api tidak dapat menyebabkan benda terbakar.
Karena tidak cukup energi dan panas yang ditim bulkan. Percikan api dapat ditimbul kan oleh
hubungan arus pendek, ataupun oleh terjadinya kelistrikan statis, yaitu akibat pergesekan dua buah
benda yang bergerak.
5. Terbakar sendiri
Kebakaran yang terjadi secara sendiri disebabkan karena seonggokan bahan bakar mineral padat
atau zat-zat organik. Kebanyakan, minyak mudah terbakar, terutama minyak tumbuh-tumbuhah.
Banyaknya panas yang tejadi ditentukan oleh luas permukaan yang bersinggungan de ngan udara.
Karena itu perlu diidentifikasi bahan-bahan yang mudah terbakar untuk ditempatkan pada tempat
yang aman.
6. Reaksi kimia
Reaksi-reaksi kimia dapat menghasil kan panas yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran.
Fospor kuning teroksidasi sangat cepat bila bersing gungan dengan udara. Natrium dan kalium
akan cepat bereaksi bila tercampur dengan air, dan akan melepaskan gas hidrogen yang mudah
terbakar jika suhu udara di atas 400 oC. Asam nitrat yang mengenai bahan-bahan organik akan
menye babkan terjadinya nyala api.
7. Kebakaran karena listrik
Kebanyakan peralatan laboratorium yang digunakan dalam bidang pertanian khususnya
perkebunan banyak menggunakan listrik sebagai sumber tenaganya. Beberapa hal yang harus
diperhatikan sehubungan dengan keselamatan kerja listrik yaitu pedoman keselamatan kerja listrik;
menyangkut tenaga kerja, organisasi dan cara kerja, bahan dan peralatan listrik, dan pedoman
pertolongan terhadap kecelakaan. Perlengkapan pakaian kerja bagi tenaga kerja yang
berkecimpung dengan kelistrikan, harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
o Cukup kuat dan tahan gesekan.
o Baju kemeja berlengan panjang dan berkancing pada bagian ujung lengan.
o Celana panjang.
o Ujung kaki celana dapat dilipat dan dikancing.
o Sepatu bersol karet, tidak berpaku dan memiliki sifat isolator.
o Topi helm terbuat dari plastik, kuat, dan memiliki sifat isolator sesuai dengan tegangan yang
dihadapi di lapangan.
o Sarung tangan panjang, lemas, kuat, dan memiliki daya isolator yang sesuai.
o Sarung tangan untuk bekerja adalah lemas, kuat, dan tahan gesekan terhadap kawat
penghantar.

Pedoman instalasi dan syarat-syarat perlengkapan listrik yaitu sebagai berikut:


1. Pemasangan peralatan listrik
 Pemasangan transformator, panel, sakelar, motor, dan alat-alat listrik lainnya, di tempat kerja harus
dilaksanakan sedemikian sehingga tidak terdapat bahaya kon tak dengan bagian-bagian yang
bertegangan.
 Manakala ruangan dan persyaratan pelayanan memungkinkan, alat alat dan pesawat listrik harus
di tempatkan dalam ruangan terpisah yang ukurannya memadai, dan hanya orang-orang berkom
peten boleh masuk ke dalam ruang tersebut.
 Jika alat-alat atau pesawat listrik terpaksa ditempatkan di tempat kerja dalam ruang produksi,
harus dibuat pagar pengaman untuk melindungi bagian atau penghantar yang bertegangan.
 Pagar pengaman berfungsi mencegah kecelakaan. Rangka pagar dapat terbuat dari kayu, besi pipa,
besi siku, kawat baja, besi pelat berlubang atau plastik. Dalam hal ini, kayu kering atau plastik
memiliki sifat yang lebih bailk, karena zat-zat tersebut tidak menghantarkan listrik. Namun, kayu
memiliki kerugian karena mudah terbakar. Rangka besi harus disertai hubungan ke tanah secara
tepat.
 Perlu dipasang papan tanda larangan masuk bagi mereka yang tidak berkepentingan dan disertai
peringatan "Awas bahaya listrik". Tanda peringatan di pasang pada tempat masuk ke ruangan,
dengan huruf yang jelas dan mudah dibaca.
 Terdapat kesesuaian dalam banyak hal mengenai norma-norma bagi pagar pengaman untuk mesin
dan pesawat listrik.
 Petugas perawatan peralatan listrik harus tahu benar bahaya-bahaya yang berkaitan dengan
instalasi listrik dan peralatan lainnya,
 Bahaya akibat listrik harus dipertimbangkan pada perencanaan pembuatan tutup pengaman bagi
panel listrik.
 Pemasangan instalasi listrik harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Peraturan
Instalasi Listrik (PULL) dan peraturan-peraturan lain tentang ke selamatan kerja listrik.
 Pemasangan instalasi listrik di perusahaan dan tempat kerja, tergantung dari konstruksi bangunan,
ukuran dan pembagian beban, penempatan mesin-mesin, pesa wat dan alat listrik, keadaan ruang
kerja seperti berdebu, panas, lembab, dan lain-lain

2. Sakelar
 Apapun tipe sakelar, yaitu tombol tekan, tuas, putar atau otomatis, harus memenuhi syarat
keselamatan. Sakelar untuk keperluan motor, pesawat listrik, instalasi cahaya dan tenaga, harus
ditutup.
 Tidak boleh dipakai sakelar tuas yang terbuka, karena bagian terbuka yang bertegangan akan
menimbulkan bahaya tekanan arus listrik sehingga dapat meng akibatkan loncatan api, bila
sakelar diputuskan arusnya.
 Sakelar tuas harus tertutup, tutup dan poros pegangan (handel) harus dihubungkan ke tanah
 Sakelar tuas harus di pasang sedemikian rupa sehingga bagian yang dapat digerakkan dalam ke
adaan tidak ada hubungan (tidak bertegangan)
 Bila dipakai sakelar pemisah untuk tegangan tinggi, sakelar harus dipasang di luar batas
jangkauan tangan dan pelayanannya dilakukan dengan menggunakan tongkat pengaman.
 Bila pemasangan seperti butir 3 dan 4 tidak dimungkinkan, sakelar tersebut harus tertutup atau di
pagar secara tepat agar tidak membahayakan, sedangkan pelayanannya tetap dilakukan dengan
memakai tongkat pengaman.
 Untuk keperluan pemakaian secara umum, dianjurkan agar di pakai sakelar putar dan tombol
tekan, karena bagian yang bertegangan berada di tempat tertutup. Sakelar yang dapat
menimbulkan loncatan api harus di pasang dalam peta penghubung.
 Setiap sakelar harus disertai suatu petunjuk untuk posisi tertutup atau terbuka.

3. Sekring dan pengaman otomatis


 Instalasi atau pesawat listrik di amankan dengan penggunaan sekring atau pengaman otomatis
 Sekring dan pengaman otomatis memutuskan arus, manakala terjadi arus lebih sebagai akibat
kesalahan hubungan tanah, hubungan pendek dan beban lebih.
 Pengaman arus lebih yang di tempatkan pada setiap bagian instalasi yang diamankan, harus
memiliki jenis dan ukuran yang sesuai, yaitu memutus arus apabila arus yang lebih dari batas yang
ditentukan melaluinya.
 Pemasangan sekring pada mesin-mesin dan peralatan listrik tidak hanya ditentukan oleh kekuatan
arus, tetapi juga oleh tenaga listrik yang tersedia dari transformator atau generator, kemungkinan
terjadinya hubungan tanah, beban lebih dan hubungan pendek yang membahayakan.
 Pengaman dengan sekring, melindungi mesin, peralatan, dan tenaga kerja.
 Penggunaan sekring harus disesuaikan dengan kuat arus yang tertera pada sekring.
 Sebelum pemasangan, kabel- kabel yang bersangkutan harus bebas arus dan tegangan.
 Setiap kerusakan pada sekring harus diikuti dengan pemeriksaan segera terhadap faktor penyebab
nya seperti adanya hubungan pendek atau beban lebih.
 Sekring yang putus harus diganti dengan macam dan ukuran yang sama.
 Dilarang menggunakan sekring yang telah rusak dan diperbaiki.
 Pengaman otomatis dipakai untuk jaringan instalasi tegangan tinggi, untuk arus yang besar, dan
juga untuk instalasi tegangan rendah.
Bekerjanya pengaman otomatis ada yang bersifat sesaat dan ada pula yang disertai perlengkapan
perlambatan waktu. Menurut bekerjanya pengaman otomatis tergantung pada jenis termis dan jenis
magnetis. Pengaman otomatis jenis termis be kerja atas dasar peningkatan suhu, maka tergantung pada
suhu ruangan. Sedangkan pengaman otomatis jenis magnetis, bekerja atas dasar kuat arus yang melalui
jaringan instalasi. AIat listrik memiliki ukuran pengaman otomatis untuk dipasang. Perawatan terhadap
pengaman otomatis dilaku kan oleh tenaga ahli yang berpengalaman.
4. Pencegahan Kebakaran
Untuk menghindari terjadinya kebakaran, beberapa hal yang perlu dilakukan pencegahan dan
perlindungan yaitu :
1. Penyimpanan
Dalam pengorganisasian usaha ke selamatan kerja terhadap bahaya kebakaran, perhatian yang
cermat harus diberikan tehadap lokasi dan disain gudang. Aneka bahan, khusus nya zat-zat yang
dapat terbakar merupakan sumber utama terjadinya. Dalam perencanaan gudang atau tempat
penyimpanan bahan, baik sifat maupun bentuk bahan harus diperhatikan. Zat cair yang memiliki
titik nyala lebih kecil dari 320C harus ditempatkan dalam wadah atau tangki tertutup dan disimpan
dalam tangki dan ditempatkan di tempat yang terpisah atau di luar gudang dan jauh dari
bahan-bahan lain yang mudah terbakar.
2. Pengolahan
Jika proses produksi memungkinkan penggantian bahan yang kurang berbahaya ditinjau dari segi
kebakaran, maka resiko dapat dikurangi atau ditiadakan. Jumlah bahan yang mudah terbakar
sedapat mungkin di kurangi dalam penggunaannya pada proses produksi. Zat padat yang mudah
terbakar harus diletakkan tersusun rapi dan aman, sehingga memudahkan pekerjaan. Bahan cair
yang mudah terbakar harus disalurkan ke tempat kerja melalui pipa-pipa penyalur atau drum-drum
yang di lengkapi dengan pompa tangan. Perlu dilakukan pengaturan agar bahan cair tidak tumpah
ke sekitar, misalnya dengan penempatan drum- drum pada landasan yang menampung bahan
tertumpah.
3. Meniadakan sumber kebakaran
o Pada semua proses pemanasan harus terdapat pemisah yang tepat antara bahan-bahan yang
mudah terbakar dan alat pemanas.
o Pemanasan lebih dari semestinya tanpa disengaja harus dicegah dengan pengendalian proses
secara tepat.
o Segala kegiatan pengeringan harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis yang memadai dan
sebaiknya disertai dengan sistem kontrol di antara pemanas dan ventilasi.
o Bahan-bahan yang dapat terbakar sendiri harus selalu diamati agar tidak ada kenaikan suhu.
o Semua pemasangan jaringan listrik dan peralatan listrik harus memenuhi standar atau
ketentuan yang berlaku
o Perawatan mesin harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi panas akibat
gesekan.
o Pendidikan dan pelatihan harus dilakukan kepada pekerja
4. Resiko Bahan-bahan Kimia
Bekerja di bidang pertanian atau perkebunan, penggunaan bahan kimia tidak bisa dihindarkan,
terutama dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman. Untuk menghindari bahaya dari
bahan-bahan kimia tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain bacalah etiket
kemasan bahan kimia yang ada. Kenali sifat-sifat bahan kimia tersebut, apakah bahan tersebut
dapat menyebabkan gangguan atau iritasi terhadap tubuh atau tidak, dan gunakan alat pelindung,
baik untuk tangan, muka ataupun hidung agar terhindar dari bahaya bahan kimia. Penggunaan
bahan kimia berbahaya, jika mungkin harus dikurangi. Jika penggunaannya tidak dapat dihindar
kan, maka harus digunakan dalam batas-batas aman, baik terhadap ma nusia, hasil produksi dan
lingkungan.
5. Keracunan Pestisida
Pestisida adalah bahan kimia yang biasa dipergunakan untuk mengen dalikan hama dan penyakit
tanaman. Sifat pestisida tersebut sangat berbahaya terhadap kesehatan karena dapat menyebabkan
sakit atau ke matian. Berdasarkan cara pengguna annya dikenal insektisida yang di semprotkan
dalam bentuk aerosol maupun pengasapan (fumigan). Keracunan insektisida cepat terjadi melalui
beberapa cara, seperti kulit, mulut atau hisapan udara melalui hidung. Keracunan melalui kulit
mudah terjadi jika kulit terbuka. Ka rena itu, proses pembuatan larutan dan penyemprotan pestisida
harus dilakukan secara hati-hati dan meng gunakan peralatan pelindung agar pestisida tidak
terkena tubuh, seperti penggunaan masker, sarung tangan, pakaian yang tertutup dan lainya.
Beberapa hal penting agar terhindar dari bahaya keracunan pestisida antara lain :
 Semua pestisida adalah racun berbahaya dan harus dihindari. Oleh sebab itu harus dijauhkan
dari makanan, minuman dan he wan ternak.
 Jangan mencampur pestisida me lebihi takaran yang ditentukan pabrik pembuatnya.
 Perhatikan tanda-tanda peringatan pada kaleng kemasan, cara pe nyimpanan dan cara
pencampur annya, dan penggunaan.
 Alatt pencampur dan penyimpan pestisida harus diletakkan terpisah dari gudang dan dijauhkan
dari jangkauan anak anak.
 Hindari kontak langsung antara tubuh dengan pestisida. Kontak dengan pestisida tidak boleh
lebih dari 8 jam setiap harinya, karena dapat terjadi penyerapan melalui kulit.
 Hindari makan, minum dan me rokok sewaktu menyemprot insektisida.
 Setelah menyemprot dengan pes tisida, cucilah pakaian dan badan dengan air yang mengalir
dan menggunakan sabun.
 Jangan menyemprotkan pestisida berlawanan arah angin
 Jika alat penyemprot pestisida tersumbat, jangan sekali-kali ditiup atau dihisap dengan mulut.
 Gunakan pelindung badan, ketika melakukan penyemprotan.
6. Hak dan kewajiban tenaga kerja
Hak Dan Kewajiban Buruh/Pekerja Dalam Pelaksanaan K3 (Pasal 12 Uu 1/1970)
Kewajiban pekerja :
1. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau ahli K3.
2. Memakai alat pelindung diri.
3. Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
Hak pekerja :
1. Meminta kepada pengusaha agar melaksanakan semua syarat K3 yang diwajibkan.
2. Menyatakan keberatan untuk bekerja apabila syarat-syarat K3 dan alat pelindung diri tidak
memenuhi syarat.
Hak Perusahaan :
1. Meminta pekerja untuk mentaati syarat-syarat dan petunjuk-petunjuk K3 Tindakan Pidana
Pelanggaran UU No. 1 Tahun 1970 dengan ancaman hukuman maksimum 3 (tiga) bulan
penjara atau denda setinggi-tingginya Rp 100.000,- (Pasal 15 ayat 2 UU No. 1/1970).
Sistem Manajemen Kerja
1. Menjalankan pekerjaan sesuai dengan SOP
a. Penerapan SOP K3
Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja para pekerja serta dalam upaya peningkatan
kualitas terhadap tingkat kepuasan pelang gan dari suatu organisasi perusahaan yang menghasilkan produk
ba rang atau jasa maka diperlukan adanya Standard Operating Procedure (SOP) atau dikenal dengan
istilah Prosedur Operasi Standar (POS). Produk pertanian atau perkebunan memiliki sifat relatif mudah
rusak, baik pengaruh faktor internal maupun eksternal. Akibat pengaruh faktor internal yaitu bahwa secara
alamiah produk pertanian atau perkebunan bersifat biologis, sehingga pada proses penanganan sejak di
kebun/ lahan sampai dengan dipanen terjadi proses metabolisme secara terus menerus. Sehingga produk
tersebut perlu prosedur penanganan atau operasi kerja terstandar agar produk tidak rusak atau penurunan
kualitas.
Demikian pula pengaruh faktor eksternal dapat memicu laju penurunan kualitas produk. Misal
pengaruh kekeringan dapat menimbulkan gangguan fisiologi tanaman yang diusaha kan sehingga dapat
terjadi kematian atau gagal panen. Demikian pula hasil panen yang tidak ditangani secara baik hingga
suhu dan ke lembaban tinggi dalam suatu ruang pasca panen maka dapat terjadi kerusakan karena infeksi
fungi. Memperhatikan fenomena resiko yang dapat ditimbulkan akibat cara kerja yang tidak baik maka
proses kegiatan pertanian atau perkebunan memerlukan cara-cara kerja yang ber pedoman pada standar.
Penanganan proses produksi di kebun harus memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip budidaya
yang baik dan benar yaitu dikenal dengan istilah Good Agricultural Practices disingkat GAP. Perusahaan
perkebunan besar biasa nya telah memiliki suatu pedoman kerja dan standar prestasi kerja.
Pedoman kerja atau prosedur ope rasi standar disusun untuk pekerjaan di kebun atau di lahan dan
untuk pekerjaan pengolahan hasil dipabrik. SOP atau POS merupakan uraian tahapan suatu pekerjaan
yang harus diikuti oleh pekerja dalam melakukan suatu pekerjaan. Sifatnya memberi penjelasan
bagaimana suatu proses pekerjaan yang seharusnya dijalan kan secara konsisten, efektif dan efisien agar
dapat dicapai hasil yang berkualitas. Produk berkualitas ada lah sesuai harapan pelanggan, har ganya
terjangkau dan mudah/cepat diperoleh.
b. SOP budidaya pertanian dan SOP pasca panen
SOP budidaya tanaman perkebunan secara prinsip mencakup uraian tahapan pekerjaan dimulai
dari pekerjaan:
a. Proses budidaya tanaman
 Penyiapan lahan
 Pembibitan tanaman
 Penanaman tanaman
 Pemeliharaan tanaman
 Pemanenan
b. Standarisasi
c. Sarana budidaya tanaman
d. Pelestarian lingkungan
e. Pengawasan
Sedangkan SOP pada pekerjaan pasca panen meliputi:
a. Proses penanganan pasca panen
b. Standarisasi
c. Sarana pasca panen
d. Pelestarian Lingkungan
e. Pengawasan

SOP budidaya tanaman perkebunan pada setiap komoditas berbeda substansinya. Demikian pula
SOP pasca panen pada setiap komoditas berbeda substansinya. Berikut ini disaji kan contoh kerangka
SOP pasca panen kakao.
Anonim menjelaskan kerangka SOP pasca panen kakao yaitu :
I. Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Maksud
C. Tujuan
D. Ruang lingkup
II. Pengertian
III. Proses Penanganan pasca panen kakao
A. Diagram alir/alur proses
B. Panen
C. Sortasi buah
D. Pemeraman atau penyimpanan buah
E. Pemecahan buah
F. Fermentasi biji
G. Perendaman dan pencucian
H. Pengeringan biji
I. Sortasi dan pengkelasan biji kering
J. Pengemasan dan penyimpanan biji
IV. Standarisasi
V. Prasarana dan Sarana Penanganan pasca panen kakao
VI. Pelestarian Lingkungan
VII. Pengawasan

Tujuan yang ingin dicapai dari penerapan SOP Penanganan Pasca Panen Kakao adalah:
a. Mempertahankan dan meningkat kan mutu biji kakao
b. Menurunkan kehilangan hasil atau susut hasil kakao
c. Memudahkan dalam pengangkut an hasil kakao
d. Meningkatkan efisiensi proses penanganan pasca panen kakao
e. Meningkatkan daya saing hasil kakao
f. Meningkatkan nilai tambah hasil kakao

2. Melaksanakan pertolongan pertama pada kecelakaan


Kondisi darurat merupakan keadaan berbahaya, biasanya bersifat semen tara (relatif singkat). Misalnya
ke celakaan, kebakaran, dan sebagai nya. Dalam kondisi berbahaya dan berlangsung dalam tempo
tidak ter lalu lama, maka sangat diperlukan prosedur untuk mengatasinya.
a. Penanganan Kondisi Darurat di Lapangan (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan)
Banyak resiko pekerjaan yang akan terjadi di lapangan, yang dihadapi oleh pekerja dalam bidang
pertanian, khususnya di bidang perkebunan. Resiko tersebut mulai dari hal-hal yang kecil seperti
anggota tubuh terluka, digigit hewan berbisa, keracunan bahan kimia/ pestisida dan lain-lain yang
mungkin terjadi. Bila bekerja di lapangan, biasanya lokasi tempat bekerja jauh dari pemukiman.
Jika terjadi kecelakaan maka kepada setiap pekerja harus dibekali kemampuan untuk memberikan
pertolongan pertama pada kecelakaan. Pertolongan Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang
diberikan kepada orang yang mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum
mendapatkan per olongan dari tenaga medis. Hal Ini berarti :
a. Pertolongan Pertama harus diberi kan secara cepat walaupun perawatan selanjutnya tertunda.
b. Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit bukan menambah sakit
korban.
Umumnya para pekerja bidang pertanian berada di lapangan, bekerja dalam kelompok kecil di
lokasi ter pisah, sehingga setiap pekerja harus dilatih tentang PP. Beberapa ke trampilan dasar yang
perlu dikuasai adalah bagaimana melakukan resusitasi jantung paru (RJP), bagaimana mengatasi
korban tersedak, bagaimana mengatasi korban per darahan, bagaimana mengatasi kor ban patah
tulang, bagaimana me ngatasi korban luka bakar dan lain sebagainya. Pelatihan pertolongan
pertama harus dilakukan secara berulang pada interval yang teratur, untuk memasti kan bahwa
ketrampilan dan penge tahuan tidak ketinggalan jaman atau dilupakan. Ketetapan tentang fasilitas
PP dan personil yang terlatih harus ditetapkan melalui peraturan Alat atau kotak PPPK yang
dirawat dengan baik harus siap tersedia di tempat kerja dan dilindungi terhadap pencemaran,
kelembaban dan ko toran. Wadah ditandai dengan jelas dan tidak berisi apapun selain peralat an
PPPK. Semua operator harus diberitahu tentang lokasi peralatan PPPK dan prosedur untuk mem
peroleh persediaan kotak PPPK
b. Prosedur Penanganan Darurat di ikuti Berdasarkan Standar Perusahaan dan Persyaratan
Kerja
Bagi organisasi perusahaan perke bunan besar, biasanya dalam pe nanganan kondisi darurat
mengguna kan prosedur sesuai standar yang te lah ditetapkan. Untuk meminimalkan terjadinya
kecelakaan di tempat kerja, ada beberapa hal yang harus dipahami oleh semua pihak, antara lain :
a. Pengusaha harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengidentifikasi resiko
keselamat an dan kesehatan kerja secara sistematis yang mungkin timbul dari pekerjaan di
bidang pertanian /perkebunan.
b. Identifikasi meliputi potensi baha ya dan resiko yang nyata dan potensi timbulnya kecelakaan
ker ja dan situasi darurat.
c. Untuk masing-masing kegiatan dan tugas harus dilakukan eva luasi resiko. Setiap resiko harus
diidentifikasi dan dicatat.
d. Prosedur harus dipelihara untuk mengevaluasi resiko dan penga ruh dari potensi bahaya yang
ter identifikasi, dengan memperhati kan frekuensi kecelakaan yang sering terjadi.
e. Berdasarkan hasil evaluasi resiko, perusahaan harus menetapkan tujuan untuk menurunkan
resiko sampai tingkat serendah mungkin, dan melaksanakan tindakan pen cegahan yang
sesuai.
f. Para manajer, penyelia dan peker ja harus terlibat dalam identifikasi resiko dan pengaruhnya
terhadap keselamatan, kesehatan atau ling kungan kerja.

Pasmajaya (2008) menjelaskan bahwa prinsip dasar penanganan keadaan darurat di antaranya :
1. Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali lengah atau kurang berpikir
panjang bila menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum menolong korban, periksa dulu apakah
tempat tersebut sudah aman atau masih dalam bahaya.
2. Pakailah metode atau cara per tolongan yang cepat, mudah dan efesien.
3. Pergunakanlah sumber daya yang ada; baik alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya.
Bila bekerja dalam tim, buatlah pe rencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh
anggota.
4. Buatlah catatan usaha-usaha per tolongan yang telah dilakukan yakni memuat identitas
korban, tempat dan waktu kejadian. Catatan tersebut berguna bagi penderita untuk mendapat
rujukan atau pertolongan tambahan oleh pihak lain.

Sedangkan tahapan secara umum pertolongan pertama yaitu :


1. Jangan Panik
2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya
3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.
4. Perhatikan tanda-tanda shock
5. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.
6. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.

Beberapa contoh kasus dan tindakan pertolongan pertama (pasmajaya, 2008) yaitu sebagai berikut:
a. Pingsan (Syncope/collapse) yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak kekurangan O2,
lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga, dehidrasi (kekurangan cairan tubuh), hiploglikemia,
animea.
Gejala Penanganan
o Perasaan limbung o Baringkan korban dalam posisi terlentang
o Pandangan berkunang-kunang o Tinggikan tungkai melebihi ting gi jantung
o Telinga berdenging o Longgarkan pakaian yang mengikat dan Hilangkan barang
o Nafas tidak teratur yang menghambat pernafasan
o Muka pucat o Beri udara segar
o Biji mata melebar o Periksa kemungkinan cedera lain
o Lemas o Selimuti korban
o Keringat dingin o Korban diistirahatkan beberapa saat
o Menguap berlebihan o Bila tak segera sadar, periksa nafas dan nadi, posisi stabil
o Tak respon (beberapa menit) kemudian rujuk ke instansi ke sehatan
o Denyut nadi lambat

b. Dehidrasi yaitu suatu keadaan dimana tubuh mengalami ke kurangan cairan. Hal ini terjadi apabila
cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang ma suk. Keluarnya cairan ini biasanya disertai
dengan elektrolit (K, Na, Cl, Ca). Dehidrasi disebabkan ka rena kurang minum dan disertai
kehilangan cairan/banyak keringat karena udara terlalu panas atau aktivitas yang terlalu
berlebihan.
Gejala Penanganan
o Gejala dehidrasi ringan o Mengganti cairan yang hilang dan
 Kekurangan cairan 5% dari berat badan mengatasi shock
 Penderita merasa haus o Mengganti elektrolit yang lemah
 Denyut nadi lebih dari 90 kali per menit o Mengenal dan mengatasi komplikasi
o Gejala dehidrasi sedang yang ada
 Cairan antara 5%-10% dari berat badan o Memberantas penyebabnya
 Denyut nadi lebih dari 90 kali per menit o Rutinlah minum jangan tunggu haus
 Nadi lemah
 Sangat haus
o Gejala dehidrasi berat
 Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan
 Hipotensi
 Mata cekung
 Nadi sangat lemah, sampai tak terasa
 Kejang-kejang

c. Asma yaitu penyempitan/ gangguan saluran pernafasan


Gejala Penanganan
 Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas  Tenangkan korban
 Terdengar suara nafas tambahan  Bawa ketempat yang luas dan sejuk
 Otot Bantu nafas terlihat menonjol (dileher)  Posisikan ½ duduk
 Irama nafas tidak teratur  Atur nafas
 Terjadinya perubahan warna kulit merah/pucat/  Beri (bantu) oksigen bila diperlukan
kebiruan/ sianosis)
 Kesadaran menurun (gelisah/meracau)
d. Memar yaitu pendarahan yang terjadi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan keras
Gejala Penanganan
 Warna kebiruan/merah pada kulit  Kompres dingin
 Nyeri jika di tekan  Balut tekan
 Kadang disertai bengkak  Tinggikan bagian luka

e. Luka yaitu suatu keadaan terputus nya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba karena
kekerasan/injury.
Gejala Penanganan
 Terbukanya kulit  Bersihkan luka dengan anti septic (alcohol/boorwater)
 Pendarahan  Tutup luka dengan kasa steril/ plester
 Rasa nyeri  Balut tekan (jika pendarahan nya besar)
 Jika hanya lecet, biarkan ter buka untuk proses pengeringan luka

f. Luka bakar yaitu luka yang terjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan
panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat membakar).
Gejala Penanganan
 Matikan api dengan memutuskan suplai  Luka ditutup dengan perban atau kain bersih
oksigen kering yang tak dapat melekat pada luka
 Perhatikan keadaan umum penderita  Penderita dikerudungi kain putih
 Pendinginan yaitu dilakukan dengan  Luka jangan diberi zat yang tak larut dalam air
membuka pakaian penderita / korban. seperti mentega, kecap
Kemudian, merendam dalam air atau air  Khusus untuk luka bakar di daerah wajah, posisi
mengalir selama 20 atau 30 menit. Untuk kepala harus lebih tinggi dari tubuh
daerah wajah, cukup di kompres air.

g. Gigitan binatang; gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari binatang tersebut
untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu yang me ngancam keselamatan jiwanya.
Gigitan binatang terbagi menjadi dua jenis; yang berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa.
Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar dari pada luka biasa.
Gejala Penanganan
 Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan
sedikit antiseptik.
 Bila pendarahan, segera dirawat kemudian dibalut.

h. Gigitan lipan
Gejala Penanganan
 Ada sepasang luka bekas gigit an  Kompres dengan air dingin dan cuci dengan
 Sekitar luka bengkak, rasa ter bakar, pegal obat antiseptik
dan sakit biasanya hilang dengan sendirinya  Beri obat pelawan rasa sakit, bila gelisah bawa
se telah 4-5 jam ke paramedik

i. Gigitan Lintah dan Pacet


Gejala Penanganan
 Pembengkakan, gatal dan  Lepaskan lintah/pacet dengan bantuan air tembakau/ air garam
ke merah-merahan (lintah)  Bila ada tanda-tanda reaksi kepekaan, gosok dengan obat atau
salep anti gatal
j. Gigitan ular; tidak semua ular ber bisa, akan tetapi hidup penderita/ korban tergantung dari
ketepatan diagnosa, maka pada keadaan yang meragukan ambillah sikap menganggap bahwa ular
tersebut berbisa. Sifat bisa atau racun ular terbagi menjadi 3, yaitu :
Gejala Penanganan
 Hematotoksin (keracunan  Terlentangkan/ baringkan pen derita dengan bagian yang ter gigit
dalam) lebih rendah dari jantung.
 Neurotoksin (bisa/racun  Tenangkan penderita, agar pen jalaran bisa/racun ular tidak se
menye rang sistem saraf) makin cepat
 Histaminik (bisa  Cegah penyebaran bisa penderita dari daerah gigitan yaitu:
menyebabkan alergi pada  Torniquet di bagian proximal daerah gigitan pembengkak an
korban) untuk membendung se bagian aliran limfa dan vena, tetapi tidak
menghalangi alir an arteri. Torniquet / toniket dikendorkan setiap
15 menit selama + 30 detik
 Letakkan daerah gigitan dari tubuh
 Lakukan kompres es
 Usahakan agar penderita se tenang mungkin, bila perlu berikan
petidine 50 mg/im un tuk menghilangkan rasa nyeri.
 Perawatan luka
 Hindari kontak luka dengan larutan asam KMn04, yo dium atau
benda panas
 Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan ke dalam lukanya,
bila perlu pengeluar an ini dibantu dengan pe ngisapan melalui
breast pump sprit atau dengan isapan mu lut sebab bisa ular tidak
ber bahaya bila ditelan (selama tidak ada luka di mulut).
 Bila memungkinkan, berikan suntikan anti bisa (antifenin)
 Perbaikan sirkulasi darah
 Kopi pahit pekat
 Kafein nabenzoat 0,5 gr im/iv
 Bila perlu diberikan pula vasakonstriktor

Kemudian hal yang perlu diketahui seorang pekerja dalam memberikan pertolongan kepada pihak lain
dapat berupa evakuasi korban. Bentuk bantuan evakuasi korban yaitu me rupakan salah satu tahapan
dalam pertolongan pertama untuk memin dahkan korban ke lingkungan yang aman dan nyaman, agar
mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut.
Prinsip evakuasi adalah :
a. Dilakukan jika mutlak perlu
b. Menggunakan teknik yang baik dan benar
c. Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki semangat untuk
menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau bahkan kematian.

c. Alat Pengangkutan
Untuk melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat bantu, namun hal tersebut
sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan, kondisi korban ketersediaan alat). Ada dua macam
alat pengangkutan, yaitu:
1. Manusia
Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pengangkut mempengaruhi cara
angkut yang dilaksanakan. Bila petugas penolong satu orang maka korban dapat dievakuasi
dengan cara :
Dipondong; untuk korban ringan dan anak-anak
Digendong; untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah tulang
Dipapah; untuk korban tanpa luka di bahu atas
Dipanggul/digendong
Merayap posisi miring
Bila petugas penolong dua orang maka korban dapat dievakuasi dengan memperhatikan yaitu
pengangkutannya tergantung cidera penderita tersebut dan diterapkan bila korban tak perlu
diangkut berbaring dan tidak boleh untuk mengangkut korban patah tulang leher atau tulang
punggung. Karena itu cara evakuasi dapat dilakukan dengan cara:
Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan
Model membawa balok
Model membawa kereta

2. Alat bantu evakuasi


Selain manusia, alat bantu evakuasi dapat digunakan :
Tandu permanen
Tandu darurat
Kain keras/ponco/jaket lengan panjang
Tali/webbing

d. Pelaporan, Pencatatan, Penyelidik an dan Pemberitahuan Penyakit dan Kecelakaan Kerja.


Pelaporan, pencatatan, pemberitahuan dan penyelidikan tentang kecelakaan & penyakit akibat kerja
harus dilaksanakan untuk :
a. Menyediakan informasi yang da pat dipercaya tentang kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada
tingkat perusahaan.
b. Mengidentifikasi permasalahan ke selamatan dan kesehatan kerja utama yang timbul dari
kegiatan perkebunan.
c. Menentukan prioritas tindakan.
d. Meningkatkan cara efektif yang berkaitan dengan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
e. Memantau keefektifan tingkat ke puasan keselamatan dan kesehat an kerja.
Para pekerja dan wakil mereka harus diberi informasi yang tepat oleh pengusaha, mengenai
pengaturan, pelaporan, pencatatan dan pemberi tahuan informasi tentang kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Keadaan berikut merupakan hal yang harus dilaporkan dan diberitahukan :
a. Semua kecelakaan fatal
b. Kecelakaan kerja yang menye babkan hilangnya waktu kerja, dan kerugian tidak bermakna.
c. Semua penyakit akibat kerja, yang terjadi pada setiap orang, apakah orang yang dipekerjakan
atau usaha mandiri.
Untuk manajemen keselamatan dan kesehatan kerja internal, pencatatan pada tingkat perusahaan
diperluas dari syarat-syarat yang ditetapkan di atas, yaitu kecelakaan selama per jalanan pulang pergi,
kecelakaan dan kejadian berbahaya yang tidak menyebabkan hilangnya waktu kerja. Pelaporan,
pencatatan, pemberitahu an dan penyelidikan tentang ke celakaan dan penyakit akibat kerja harus
mengikuti prosedur standar. Semua kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus dilaporkan secara
tertulis dengan menggunakan suatu format standar. Informasi mengenai kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang harus diberitakan dan format standar pemberitahuan yang disarankan harus
ditetapkan melalui peraturan secara nasional.
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja harus diberitahukan kepada yang disyaratkan oleh peraturan,
antara lain kepada :
a. Keluarga korban kecelakaan, yang harus diberitahukan secepat mungkin:
b. Otoritas yang kompeten;
c. Otoritas ganti-rugi yang sesuai (sebagai contoh jaminan sosial atau penjamin asuransi)
d. Badan/ instansi yang menyusun statistik keselamatan dan kesehatan kerja nasional.
e. Badan/instansi lain yang terkait.
Tugas Aplikasi Konsep
Berdasarkan pembahasan tentang deskripsi K3 di atas, lakukan wawancara dengan tenaga kerja dan atau
pengusaha dari suatu perusahaan yaitu berkisar tentang :
1. Apakah pekerja dan atau pengusaha mengetahui tentang K3 ?
2. Apakah pekerja mengetahui keuntungan bagi pekerja bila K3 diterapkan pada suatu perusahaan?
3. Apakah pekerja memperhatikan atau menerapkan K3 pada saat bekerja di tempat kerja?
4. Apakah pengusaha mengetahui peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang K3?
5. Apakah pengusaha mengetahui keuntungan bagi perusahaan bila K3 diterapkan pada suatu
perusahaan?
6. Apakah perusahaan memiliki struktur organisasi K3?
7. Buatlah catatan dan hitung jumlah orang/ pekerja yang memahami K3 dan tidak memahami K3.
8. Buatlah catatan dan hitung jumlah orang/ pekerja yang memperhatikan atau menerapkan K3 pada saat
bekerja.
9. Apa yang dapat Anda lakukan bila para pekerja belum mengetahui K3?
10. Apa yang dapat Anda lakukan bila para pekerja tidak menerap kan K3?

Tugas Aplikasi Konsep


Setelah menyimak uraian tentang pelaksanaan kerja sesuai dengan SOP maka jawablah pertanyaan
sebagai berikut :
1. Bila suatu perusahaan perkebunan tidak memiliki SOP kegiatan budidaya tanaman, kesalahan apa
saja yang dapat ditimbulkan oleh pekerja?
2. Bila suatu perusahaan perkebunan memiliki SOP kegiatan budi daya tanaman, apa manfaat bagi
pekerja?
3. Bila suatu perusahaan perkebunan memiliki SOP kegiatan budi daya tanaman, apa manfaat bagi
pengusaha?
4. Bila Anda mengamati dua ke lompok pekerja yang satu mengikuti SOP dan lainya bekerja tanpa SOP
Kelompok manakah yang akan melakukan proses dan hasil kerja yang berkualitas. Jelaskan!
5. Bila bekerja sesuai SOP maka akan diperoleh hasil yang ber kualitas dan waktu yang efisien.
Mengapa demikian?Jelaskan !

Tugas Aplikasi Konsep


1. Lakukan pengamatan dan catat hal-hal berkaitan dengan penerapan prosedur K3 di perusahaan
pertanian atau perkebunan.
2. Berdasarkan data yang Anda kumpulkan berapa jumlah pekerja yang menerapkan prosedur K3 dan
yang tidak menerapkannya.
3. Kumpulkan keterangan/ alasan tentang pekerja yang tidak me nerapkan prosedur keselamatan kerja

Tugas Aplikasi Konsep


Jelaskan makna dari P3K !
1. Bila Anda seorang pekerja me mahami tentang K3, persiapan apa saja berkaitan dengan P3K ?
2. Jenis kecelakaan apa saja yang sering terjadi pada kegiatan budidaya tanaman ?
3. Ketrampilan apa saja yang harus Anda miliki agar dapat mengobati diri sendiri atau menolong orang
lain yang mendapat suatu ke celakaan kerja ?

Tugas Penyelesaian Masalah


1. Para pekerja di perkebunan, biasanya bekerja secara terpencar sesuai ancak atau blok-blok tanaman.
Dalam melakukan tugasnya, pekerja sering berhadapan dengan resiko kecelakaan binatang buas dan
berbisa. Berkaitan dengan kondisi di atas, perlengkapan apa saja yang perlu dipersiapkan agar Anda
selamat dalam bekerja di lapangan ?
2. Tindakan apa sebagai pertolongan pertama yang akan Anda berikan kepada teman saudara bila
terluka atau terkena gigitan ular ?
SOAL-SOAL LATIHAN
1. Sebutkan syarat-syarat K3!
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
2. Digunakan pada saat kapan P2K3 (Pedoman Pelaksanaan Kesehatan Keselamatan Kerja )
P2K3 digunakan untuk melindungi kesejahteraan pekerja atau buruh guna mewujudkan produktivitas
kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
3. Sebutkan 3 hal yang terkait dalam K3 !
 Pencegahan
 Perawatan
 Perbaikan
4. Apa tujuan dari K3 ?
K-3 bertujuan untuk menyeimbangkan resiko-resiko akibat kecelakaan kerja yang tidak dapat dihindari
dalam berbagai proses kerja di dunia industry.
5. Apa sajakah bahaya-bahaya dalam lingkungan kerja menurut BOHLE & QUINLAND ?
Zat-zat kimia berbahaya: antara lain racun, zat mudah terbakar, mudah meledak berkarat Bahaya Fisik
( Physical hazard) : antara lain suara, getaran, pergantian suhu yang terlalu cepat.
6. Kondisi tidak aman merupakan salah satu penyebab terjadinya kecelakaan kerja, kondisi bagaimana
yang dikatakan tidak aman ?
 Peralatan pelindung yang tidak memadai .
 Prosedur yang berbahaya dalam, pada atau di sekitar mesin atau peralatan .
 Gudang yang tidak aman / terlalu penuh .
7. Sebutkan karakter pribadi dalam karakter personal !
 Kepribadian Ketrampilan sensoris
 Inteligensi Keterampilan motoris
 Motivasi Pengalaman
8. Apa yang menyebabkan kecelakaan kerja ?
 Kejadian yang bersifat kebetulan. Tindakan-tindakan yang tidak aman.
 Kondisi tidak aman .
 Karakteristik personal .
 Kondisi pekerjaan .
9. Sebutkan contoh-contoh yang termasuk tindakan yang tidak aman !
 Membuang bahan-bahan berbahaya.
 Bekerja dengan kecepatan yang tidak aman.
 Menggunakan peralatan secara tidak aman.
 Mengambil posisi kerja yang tidak aman.
10. Apa yang dilakukan jika terjadi kecelakaan ?
 Personalia membuat laporan kecelakaan kerja .
 Disnaker melakukan pemeriksaan dan pengkajian kecelakaan kerja .

Anda mungkin juga menyukai