Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kehamilan ektopik merupakan masalah yang besar bagi wanita yang sedang dalam usia
reproduktif. Hal ini merupakan hasil dari kesalahan dalam fisiologi reproduksi manusia yang
membiarkan hasil konseptus untuk berimplantasi dan matang diluar kavitas endometrium,
yang secara langsung akan berakhir pada kematian fetus. Tanpa diagnosis dan
penatalaksanaan yang tepat, kehamilan ektopik ini dapat menjadi keadaan yang
membahayakan jiwa . Kehamilan ektopik menjadi penyebab utama kematian yang
berhubungan dengan kehamilan dalam trimester pertama kehamilan di Amerika Serikat.
Dengan terjadinya keadaan sakit yang tiba-tiba akibat kehamilan ektopik, masa depan
kemampuan wanita untuk hamil kembali dapat terpengaruh menjadi buruk .

Kehamilan ektopik pertama kali diungkapkan pada abad ke-11, dan, sampai pertengahan
abad ke-18, biasanya berakibat fatal. John Bard melaporkan satu intervensi bedah yang
berlangsung sukses untuk mengobati sebuah kehamilan ektopik di New York pada tahun
1759. Angka keselamatan pada awal abad ke-19 sangat kecil, satu laporan mengatakan hanya 5
dari 30 yang dapat selamat dari operasi abdominal. Menariknya, angka keselamatan pasien
yang tidak diobati 1 dari 35. Pada permulaan abad ke-20, kemajuan pesat dalam ilmu anestesi,
antibiotik, dan transfuse darah berperan dalam menurunkan angka kematian ibu. Pada awal
pertengahan abad ke-20, tercatat 200-400 kematian per 10.000 kasus. Sejak tahun 1970,
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mulai mencatat dan membuat statistik
mengenai kehamilan ektopik, dilaporkan terdapat 17.800 kasus. Pada tahun 1992, angka
kehamilan ektopik meningkat menjadi 108.000 kasus. Namun, angka kematian menurun
dari 35,5 per 10.000 kasus pada tahun 1970 menjadi 2,6 per 10.000 kasus pada tahun 1992.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Kehamilan ektopik adalah semua kehamilan dimana sel telur yang dibuahi oleh
spermatozoa berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uterus. Berdasarkan
tempat implantasinnya Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar
rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi
kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi
implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang
rudimenter dan divertikel pada uterus.

Kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa golongan

Tuba Fallopii

Uterus (diluar endometrium kavum uterus)

Ovarium

Intraligamenter

Abdominal

Kombinasi kehamilan didalam dan diluar uterus

2.2 EPIDEMIOLOGI

Insiden dari kehamilan ektopik digambarkan dalam berbagai macam cara pada beberapa
literature. Denominator yang paling umum digunakan adalah jumlah konsepsi yang dikenali,
yang mana digambarkan sebagai jumlah kehamilan ektopik per 1000 konsepsi. Denominator
lainnya adalah jumlah wanita dalam usia produktif, yang digambarkan sebagai jumlah
kehamilan ektopik per 10.000 wanita dalam rentang usia 14-44 tahun, dan jumlah total
kelahiran yang digambarkan sebagai jumlah kehamilan ektopik per 1000 kelahiran.

Akan sangat baik bila dapat menghitung insiden kehamilan ektopik per 1000 total
konsepsi. Namun, bagaimanapun juga, sejak abortus spontaneous dan banyak abortus
yang direncanakan tidak dilaporkan, denominator itu selalu lebih kecil dibandingkan dengan
angka yang sebenarnya, dan juga sejak kehamilan ektopik asimptomatis yang tidak
diketahui sehingga tidak dilaporkan. Hal ini mengakibatkan insiden kehamilan ektopik per
1000 total konsepsi yang sebenarnya tidak akan dapat diukur secara tepat. Jumlah
insiden yang dilaporkan di literature, bagaimanapun juga, merupakan perkiraan yang baik
dan, sejak metodologi yang digunakan sama , maka dapat dibandingkan secara tepat.ada
perkembangan terbaru, di Inggris Raya, kehamilan ektopik masih merupakan penyebab
terbesar pada kematian ibu hamil trimester pertama. Hampir 32.000 kehamilan ektopik
terjadi yang tercatat setiap tahunnya di Inggris Raya. Di Amerika Serikat, jumlah kejadian
setiap tahunnya menurun dari 58.178 pada tahun 2010 menjadi 35.382 pada tahun 2011.
Di Norwegia, diperkirakan angka kejadian ini menurun seiring dengan menurunnya angka
kejadian Pelvic Inflammatory Disease (PID).

2.3 ETIOLOGI

Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, namun sebagian besar penyebabnya
masih tidak diketahui. Pada tiap kehamilan akan dimulai dengan pembuahan didalam ampulla
tuba, dan dalam perjalanan kedalam uterus telur mengalami hambatan sehingga pada
saat nidasi masih berada di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah. Resiko terjadinya
kehamilan ektopik ini meningkat dengan adanya beberapa factor, termasuk riwayat
infertilitas, riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, operasi pada tuba, infeksi pelvis, paparan
Diethylstil-bestrol (DES), penggunaan IUD, dan fertilisasi in vitro pada penyakit tuba. Faktor-
faktor ini mungkin berbagi mekanisme umum yang dapat berupa mekanisme anatomis,
fungsional, atau keduanya. Pastinya, sangat sulit untuk menilai penyebab dari implantasi
ektopik dengan tidak adanya alat pendeteksi kelainan tuba.

Normalnya, seperti disebut diatas, sel telur dibuahi di tuba fallopii dan berjalan kedalam tuba
ketempat implantasi. Mekanisme apapun yang mengganggu fungsi normal dari tuba fallopii
selama proses ini meningkatkan resiko terjadinya kehamilan ektopik. Kehamilan ovarium
dapat terjadi apabila spermatozoa memasuki folikel de Gaaf yang baru pecah
danmembuahi sel telur yang masih tinggal dalam folikel, atau apabila sel telur yang
dibuahi bernidasi di daerah endometriosis di ovarium. Kehamilan intraligamenter biasanya
terjadi sekunder dari kehamilan tuba atau kehamilan ovarial yang mengalami rupture dan
mudigah masuk di antara 2 lapisan ligamentum latum. Kehamilan servikal berkaitan
dengan faktor multiparitas yang beriwayat pernah mengalami abortus atau operasi pada
rahim termasuk seksio sesarea. Sedangkan kehamilan abdominal biasanya terjadi sekunder
dari kehamilan tuba, walau ada yang primer terjadi di rongga abdomen.

Secara ringkas dapat dipisahkan faktor-faktor pada tuba yang dapat mendukung terjadinya
kehamilan ektopik.

Faktor dalam lumen tuba :

a) Endosalpingitis dapat menyebabkan perlengketan endosalping, sehingga


lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu

b) Lumen tuba sempit dan berlekuk-lekuk yang dapat terjadi pada hipoplasia

uteri. Hal ini dapat disertai kelainan fungsi silia endosalping

c) Lumen tuba sempit yang diakibatkan oleh operasi plastik tuba dan sterilisasi yang tidak
sempurna

2. Faktor pada dinding tuba :

a) Endometriosis tuba, dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba

b) Divertikel tuba kongenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi
ditempat itu.

3. Faktor diluar dinding tuba :

a) Perlekatan peritubal dengan distorsiatau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan


telur

b) Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.

2.4 PATOFISIOLOGI

Kebanyakan dari kehamilan ektopik berlokasi di tuba fallopii. Tempat yang paling umum terjadi
adalah pada pars ampullaris, sekitar 80 %. Kemudian berturut-turut adalah isthmus (12%),
fimbriae (5%), dan bagian kornu dan daerah intersisial tuba (2%), dan seperti yang
disebut pada bagian diatas, kehamilan ektopik non tuba sangat jarang. Kehamilan pada daerah
intersisial sering berhubungan dengan kesakitan yang berat, karena baru mengeluarkan gejala
yang muncul lebih lama dari tipe yang lain, dan sulit di diagnosis, dan biasanya menghasilkan
perdarahan yang sangat banyak bila terjadi rupture.

Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama dengan
halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Pada yang
pertama telur berimplantasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur
selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan
diresorbsi. Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara 2 jonjot endosalping.

Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan
yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di
tuba tidak sempurna malahan kadang-kadang tidak tampak, dengan mudah villi korialis
menembus endosalping dan masuk dalam lapisan otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan
pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa faktor,
seperti tempat implantasi, tebalnya dinding tuba, dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh
invasi trofoblas. Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron dari korpus luteum
gravidatis dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek, dan endometrium dapat pula
berubah menjadi desidua. Dapat ditemukan pula perubahan-perubahan pada endometrium
yang disebut fenomena Arias-Stella. Sel epitel membesar dengan intinya hipertrofik,
hiperkromatik, lobuler, dan berbentuk tidak teratur. Sitoplasma sel dapat berlubang-lubang
atau berbusa, dan kadang-kadang ditemukan mitosis. Perubahan ini hanya terjadi pada
sebagian kehamilan ektopik.

1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi

Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi
kurang, dan dengan mudah terjadi resorbsi total. Dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh
apa-apa, hanya haidnya saja yang terlambat untuk beberapa hari.

2. Abortus tuba

Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh-pembuluh darah oleh villi koriales
pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari koriales pada dinding
tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi
sebagian atau seluruhnya, tergantung dari derajat perdarahan yang timbul. Bila pelepasan
menyeluruh, mudigah dengan selaputnya dikeluarkan dalam lumen tuba dan kemudian
didorong oleh darah kearah ostium tuba abdominale. Frekuensi abortus dalam tuba tergantung
pada implantasi telur yang dibuahi. Abortus tuba lebih umum terjadi pada kehamilan
tuba pars ampullaris, sedangkan penembusan dinding tuba oleh villi koriales kea rah
peritoneum biasanya terjadi pada kehamilan pars isthmika. Perbedaan ini disebabkan karena
lumen pars amoullaris lebih luas, sehingga dapat mengikuti lebih mudah pertumbuhan
hasil konsepsi dibandingkan dengan bagian isthmus dengan lumen sempit.

Pada pelepasan hasil konsepsi yang tidak sempurna pada abortus, perdarahan akan terus
berlangsung, dari sedikit-sedikit oleh darah, sampai berubah menjadi mola kruenta.
Perdaraha khas di kavum Douglas dan akan membentuk hematokel retrouterina. Bila fimbriae
tertutup, tuba fallopii dapat membesar karena darah dan membentuk hematosalping
3. Ruptur Tuba

Penyusupan, dan perluasan hasil konsepsi dapat mengakibatkan rupture pada saluran lahir
pada beberapa tempat. Sebelum metode pengukuran kadar korionik gonadotropin
tersedia, banyak kasus kehamilan tuba berakhir pada trimester pertama oleh rupture
intraperitoneal. Pada kejadian ini lebih sering terjadi bila ovum berimplantasi pada
isthmus dan biasanya muncul pada kehamilan muda, sedangkan bila berimplantasi di pars
intersisialis, maka muncul pada kehamilan yang lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara
spontan, atau karena trauma ringan seperti koitus atau pemeriksaan vagina.

2.5 GAMBARAN KLINIK

Pada wanita dengan faktor resiko untuk kehamilan ektopik, dengan penggunaan tes
hormonal awal dan sonografi vagina, sekarang dimungkinkan untuk menegakkan diagnosis
dari kehamilan ektopik sebelum keluar gejala. Namun, bila umur gestasi sudah meningkat dan
perdarahan intraperitoneal muncul karena keluarnya dari dari fimbriae atau ruptur, maka
dapat timbul gejala. Bila memang terjadi kehamilan ektopik namun belum muncul gejala,
maka kita sebut kehamilan ektopik belum terganggu.

Gambaran klinik klasik untuk kehamilan ektopik adalah trias nyeri abdomen, amenore, dan
perdarahan pervaginam. Gambaran tersebut menjadi sangat penting dalam memikirkan
diagnosis pada pasien yang datang dengan kehamilan di trimester pertama. Namun
sayangnya, hanya 50% pasien dengan kehamilan ektopik ini yang menampilkan gejala-gejala
tersebut secara khas. Pasien yang lain mungkin muncul gejala-gejala yang umumnya terjadi
pada masa kehamilan awal termasuk mual, lelah, nyeri abdomen ringan, nyeri bahu, dan
riwayat disparenu baru-baru ini. Sedangkan gejala dan tanda kehamilan ektopik
terganggu, seperti tersebut diatas, dapat berbeda-beda, dari yang khas sampai tidak khas
sehingga sukar untuk mendiagnosisnya.

Pada pemeriksaan fisik harus difokuskan pada tanda vital dan pemeriksaan abdomen dan
pelvik. Hipotensi dan takikardi yang dapat terjadi akibat perdarahan banyak akibat ruptur tuba
tidak dapat memperkirakan adanya kehamilan ektopik walau tanda itu menunjukkan perlunya
resusitasi segera, bahkan faktanya kedua hal tersebut lebih khas pada komplikasi kehamilan
intrauterin. Lebih jauh lagi, tanda vital yang normal tidak dapat menyingkirkan adanya
kehamilan ektopik. Pada pemeriksaan dalam, dapat teraba kavum douglas yang menonjol dan
terdapat nyeri gerakan serviks. Adanya tanda-tanda peritoneal, nyeri gerakan serviks, dan
nyeri lateral atau bilateral abdomen atau nyeri pelvik meningkatkan kecurigaan akan
kehamilan ektopik dan merupakan temuan yang bermakna. Disisi yang lain, ketidakadaan
tanda dan gejala ini tidak menyingkirkan kehamilan ektopik. Terabanya massa adneksa juga
tidak dapat memperkirakan kehamilan ektopik secara tepat. Dalam penelitian ini massa
adneksa hanya muncul kurang dari 10% pada pasien yang di diagnosis dengan kehamilan
ektopik. Satu yang harus diingat juga adalah pemeriksaan pelvik benar-benar normal
pada kira-kira 10% pasien dengan kehamilan ektopik. Kesimpulannya, beberapa riwayat
dan penemuan pemeriksaan fisik menngkatkan kecurigaan terhadap kehamilan ektopik. Untuk
itu, bagaimanapun juga, tidak ada kombinasi penemuan yang boleh dianggap oleh seorang
dokter di ruang gawat darurat yang menyimpulkan adanya kehamilan ektopik berdasarkan
penemuan klinik saja

2.6 Diagnosis

Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik yang belum terganggu
sangat besar, sehingga pasien harus mengalami rupture atau abortus dahulu sehingga
menimbulkan gejala. Dalam menegakkan diagnosis, dengan anamnesis yang teliti dapat
dipikirkan kemungkinan adanya kehamilan ektopik, namun untuk menegakkan diagnosis pasti
harus dibantu dengan pemeriksaan fisik yang cermat dan dibantu dengan alat bantu
diagnostik. Sekarang ini, peran alat bantu diagnostik sangatlah penting, dan sudah merupakan
sesuatu yang harus dilakukan,apabila memang tersedia, untuk menentukan diagnosis.

Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan terlambat haid untuk beberapa waktu dan
kadang-kadang terdapat gejala subjektif kehamilan muda. Terdapat nyeri perut bagian bawah,
nyeri bahu, dan kadang-kadang tenesmus. Perdarahan pervaginam dapat terjadi, dan biasanya
terjadi setelah muncul keluhan nyeri perut bagian bawah, berapa jumlah perdarahannya,
warna dari darahnya, apakah mengalir seperti air atau hanya seperti tetesan saja, dan
apakahkeluar gumpalan-gumpalan. Ditanyakan juga riwayat kehamilan sebelumnya, bila
sudah pernah hamil, riwayat menstruasinya.

Pada pemeriksaan umum, penderita dapat tampak pucat dan kesakitan. Pada
perdarahan dalam rongga perut aktif dapat ditemukan tanda-tanda syok dan pasien merasakan
nyeri perut yang mendadak. Pada jenis yang tidak mendadak, mungkin hanya terlihat perut
bagian bawah yang sedikit menggembung dan nyeri tekan

KLASIFIKASI BERDASARKAN DIAGNOSIS

1) Kehamilan ektopik belum terganggu

2 a. Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui,karena biasanya penderita tidak


menyampaikan keluhan yang khas.

b. Amenorea atau gangguan haid dilaporkan oleh 75%-95% penderita. Tanda-kehamilan


muda seperti nausea hanya dilaporkan oleh 10%-25% kasus.

c. Disamping gangguan haid,keluhan yang paling sering disampaikan ialah nyeri


diperut bawah yang tidak khas,walaupun kehamilan ektopik belum mengalami rupture.
Kadang-kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Keadaan
ini pun masih harus dipastikan dengan alat bantu diagnostik yang lain,seperti Ultrasonografi
dan Laparoskopi.

d. Bagaimana pun juga,mengingat bahwa setiap kehamilan ektopik akan berakhir dengan
abortus atau rupture yang disertai perdarahan dalam rongga perut yang apabila terlambat
diatasi akan membahayakan jiwa penderita,maka pada setiap wanita dengan gangguan
haid dan lebih-lebih setelah diperiksa dicurigai akan adanya kehamilan ektopik ,harus
ditangani dengan sungguh-sungguh dengan menggunakan alat bantu diagnostic yang ada

2) Kehamilan ektopik terganggu

2 a. Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak(akut) biasanya tidak sulit.
Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang terlambat untuk beberapa waktu atau
terjadi gangguan siklus haid disertai nyeri perut bagian bawah dan penesmus. Dapat
terjadi perdarahan pervaginam.

b. Yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan,pucat,dan pada pemeriksaan


ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan dalam rongga perut. Pada pemeriksaan
ginekologik ditemukan servik yang nyeri bila digerakkan dan kavum douglas yang
menonjol dan nyeri raba.

c. Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik terganggu jenis apitik atau
menahun. Kelambatan haid tidak jelas,tanda dan gejala kehamilan muda tidak
jelas,demikian pula nyeri perut tidak nyata dan sering penderita tampak tidak terlalupai
diperoleh kepastian diagnostic kehamilan ektopik

3) Kehamilan ektopik lanjut

Yaitu kehamilan ektopik diman janin dapat tumbuh terus karena mendapat cukup zat-zat
makanan dan oksigen dari plasenta yang meluaskan implantasinya ke jaringan sekitarnya,
misalnya ligamentum latum, uterus, dasar panggul ,dan sebagainya

Ada pemeriksaan dalam mungkin ditemukan tanda-tanda kehamilan muda. Perabaan


serviks dan gerakkannya menyebabkan nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba
sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar
ditentukan. Kavum Douglas juga teraba menonjol dan nyeri raba yang menunjukkan adanya
hematokel retrouterina. Kadang terdapat suhu yang naik, sehingga menyulitkan perbedaan
dengan infeksi pelvik
Pemeriksaan laboratorium biasanya menggunakan beta-human chorionic gonadotropin (β-hCG)
untuk mendiagnosis kehamilan, dan untuk membantu menentukan potensi pasien
mengalami kehamilan ektopik. β-hCG diproduksi oleh trofoblas dan dapat dideteksi dalam
serum pada kira-kira 1 minggu sebelum haid berikutnya. Jika serum β-hCG negative,
kemunkinan besar tidak terjadi kehamilan. Hanya ada sedikit sekali kasus yang dilaporkan
pasien dengan tes serum β-hCG negative dengan kehamilan ektopik. Dinamika normal
kenaikan kadar β-hCG dua kali lipat kira-kira setiap 1,4 sampai 2,1 hari sampai mencapai
puncaknya 100.000 mIU/ml. kenaikan ini akan melambat bila sudah mencapai nilai
puncaknya, dan pada saat itu sudah harus dilakukan diagnosis dengan USG. Pemeriksaan
tunggal tes β-hCG kuantitatif ini berguna untuk mendiagnosis kehamilan, namun tidak dapat
membedakan antara kehamilan ektopik atau kehamilan intrauterine. Pemeriksaan
laboratorium umum lainnya adalah pemeriksaan darah rutin untuk mengetahui kadar
hemoglobin yang dapat rendah bila terjadi perdarahan yang sudah lama. Juga dinilai
kadar leukosit untuk membedakan apakah terjadi infeksi yang bisa disebabkan oleh
kehamilan ektopik ini atau dugaan adanya infeksi pelvik. Pada infeksi pelvik biasanya
lebih tinggi hingga dapat lebih dari 20.000.

ALAT-ALAT BANTU DIAGNOSTIK

Diluar dari kemajuan teknologi sekarang ini, kehamilan ektopik sering salah terdiagnosis
pada saat kunjungan pertama pasien tentang keluhannya. Diagnosis awal diperlukan untuk
perawatan yang maksimal terhadap ketahanan tuba dan mencegah potensi terjadinya
perdarahan intraperitoneal. Atrash dkk. Menemukan bahwa perdarahan menjadi
penyebabterbesar (88%) kematian pada kasus kehamilan ektopik. Pada saat ini, yang
merupakan batu acuan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik adalah Transvaginal
Ultrasonography dan pemeriksaan kadar hCG serial. Transvaginal Ultrasonography sekarang
ini telah menggantikan posisi Laparaskopi karena lebih menguntungkan.

Beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk membantu mendiagnosis kehamilan


ektopik adalah berikut ini

Ultrasonography

Dengan menggunakan ultrasonografi abdominal, Kadar dkk. melaporkan pada tahun 1981
bahwa jika level hCG lebih besar dari 6500 mIU/ml dan tidak ada kantong gestasi pada
uterus, hampir pasti kehamilan ektopik. Tapi, teknik ini tidak berguna secara klinik, karena
banyak wanita (90%) dengan kehamilan ektopik mempunyai level hCG yang jauh dibawah
nilai diatas.

Perkembangan alat dengan transduser transvaginal dengan frekuensi 5.0 sampai 7.0 MHz,
lebih mampu melihat lebih tepat organ pelvis pada awal kehamilan dibandingkan
transabdominal. Dengan alat ini biasanya mungkin bisa untuk mengidentifikasi kanton
gestasi intrauterine saat kadar hCG mencapai 1500 mIU/ml dan selalu bila kadar hCG sudah
mencapai 2000 mIU/ml pada sekitar 5 atau 6 minggu setelah haid terakhir. Karena kombinasi
kehamilan intrauterine dan ekstrauterin hampir merupakan kejadian yang jarang, maka
penemuan kantong gestasi intrauterine hampir selalu dapat menyingkirkan adanya kehamilan
ektopik. Bila kantong gestasi tidak ditemukan dan kadar hCG lebih .

Human Chorionic Gonadotrophin

Wanita dengan kehamilan ektopik menunjukan adanya kadar hCG dalam serum, walaupun
85% diantaranya lebih rendah dibandingkan dengan kadar hCG pada kehamilan normal. Uji
hCG tunggal kuantitatif tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik karena
tanggal pasti dari ovulasi dan konsepsi terjadi tidak diketahui pada banyak wanita. Pada
kehamilan yang abnormal seperti kehamilan ektopik ini, kadar hCG biasanya tidak meningkat
seperti seharusnya. Jika persentase kenaikan kadar hCG tidak lebih dari 66%, maka
kemungkinan seseorang untuk mempunyai kehamilan abnormal tinggi.

Progesteron

Karena pemeriksaan kadar hCG secara tunggal tidak dapat memberikan informasi untuk
mendiagnosis kehamilan ektopik, sehingga membutuhkan beberapa hari untuk melakukan
serial tes, maka pengukuran kadar progesterone serum tunggal oleh beberapa kelompok dapat
dipakai untuk membedakan kehamilan ektopik dengan kehamilan normal intrauterin.
Beberapa peneliti menunjukkan bahwa jumlah progesterone yang dihasilkan korpus
luteum pada kehamilan ektopik lebih sedikit dibandingkan dengan korpus luteum pada
kehamilan normal. Mengukur sampel kadar progesterone pada beberapa wanita hamil di
minggu gestasi ke 4, 5, dan 6. Mereka melaporkan bahwa pada minggu ke-4 dengan kadar
kurang dari 5 ng/ml, sensitifitas yang didapat 100% dan spesifitasnya 97% dan menurun
seiring meningkatnya umur gestasi. Bila kadar progesterone lebih dari 25 ng/ml
menyingkirkan kehamilan ektopik dengan kepastian 97,4%.

Dilatasi kuretase

Saat serum kadar hCG lebih dari 1500 mIU/ml, usia gestasi lebih dari 38 hari, atau serum
kadar progesterone kurang dari 5 ng/ml dan tidak ada kantong gestasi interauterin yang
terlihat denga transvaginal USG, kuretase kavum endometrial dengan pemeriksaan histologi
pada jaringan yang dikerok, dengan potong beku bila mau, dapat dikerjakan untuk
menentukan apakah ada jaringan gestasi. Spandorfer dkk. melaporkan bahwa potong beku 93
% akurat dalam mengenali villi koriales. Jika tidak ada jaringan villi koriales yang terlihat
pada jaringan yang diangkat, maka diagnosis kehamilan ektopik dapat dibuat dan dilakukan
tindakan.

Kuldosentesis

Sebelum adanya perkembangan dari sonografi pelvis, terutama transvaginal, kuldosentesis


merupakan salah satu alat bantu diagnosis yang penting untuk mengenali kehamilan ektopik.
Penemuan hasil darah yang tidak membeku pada kuldosentesis dan terutama bila hematokrit
lebih dari 15 % adalah bantuan yang amat berguna

8 Laparaskopi

Diagnosis definitif dari kehamilan ektopik dapat hampir selalu ditegakkan dengan melihat
organ pelvis secara langsung melalui laparaskopi. Namun, dengan adanya hemoperitoneum,
adhesi, atau kegemukan dapat menjadi penyulit dari laparaskopi.

2.7 PENATALAKSANAAN

Ada banyak opsi yang dapat dipilih dalam menangani kehamilan ektopik, yaitu terapi
bedah dan terapi obat. Ada juga pilihan tanpa terapi, namun hanya bisa dilakukan pada
pasien yang tidak menunjukkan gejala dan tidak ada bukti adanya rupture atau ketidakstabilan
hemodinamik. Namun pada pilihan ini pasien harus bersedian diawasi secara lebih ketat .

TERAPI BEDAH

Sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik akan membutuhkan tindakan bedah.
Tindakan bedah ini dapat radikal (salpingektomi) atau konservatif ( biasanya salpingotomi )
dan tindakan itu dilakukan dengan jalan laparaskopi atau laparatomi. Laparatomi merupakan
teknik yang lebih dipilih bila pasien secara hemodinamik tidak stabil, operator yang tidak
terlatih dengan laparaskopi, fasilitas dan persediaan untuk melakukan laparaskopi kurang,
atau ada hambatan teknik untuk melakukan laparaskopi. Pada banyak kasus, pasien-pasien ini
membutuhkan salpingektomi karena kerusakan tuba yang banyak, hanya beberapa kasus saja
salpingotomi dapat dilakukan. Pada pasien kehamilan ektopik yang hemodinamiknya stabil
dan dikerjakan salpingotomi dapat dilakukan dengan teknik laparaskopi. Salpingotomi
laparaskopik diindikasikan pada pasien hamil ektopik yang belum rupture dan besarnya tidak
lebih dari 5 cm pada diameter transversa yang terlihat komplit melalui laparaskop.

Linier salpingektomi pada laparaskopi atau laparatomi dikerjakan pada pasien hamil
ektopik yang belum rupture dengan menginsisi permukaan antimesenterik dari tuba dengan
kauter kecil, gunting, atau laser. Kemudian diinjeksikan pitressin dilute untuk memperbaiki
hemostasis. Gestasi ektopik dikeluarkan secara perlahan melalui insisi dan tempat yang
berdarah di kauter. Pengkauteran yang banyak didalaam lumen tuba dapat
mengakibatkanterjadinya sumbatan, dan untuk itu dihindari. Penyembuhan secara
sekunder atau dengan menggunakan benang menghasilkan hasil yang sama. Tindakan ini baik
untuk pasien dengan tempat implantasi di ampulla tuba. Kehamilan ektopik ini mempunyai
kemungkinan invasi.

B. TERAPI OBAT

Diagnosis dini yang telah dapat ditegakkan membuat pilihan pengobatan dengan obat-
obatan memungkinkan. Keuntungannya adalah dapat menghindari tindakan bedah
besertsegala resiko yang mengikutinya, mempertahankan patensi dan fungsi tuba, dan biaya
yang lebih murah. Zat-zat kimia yang telah diteliti termasuk glukosa hiperosmolar, urea,
zat sitotoksik ( misl: methotrexate dan actinomycin ), prostaglandin, dan mifeproston
(RU486). Disini akan dibahas lebih jauh mengenai pemakaian methotrexate sebagai pilihan
untuk terapi obat

METHOTREXATE

Penggunaan methotrexate untuk kehamilan pada intersisial. Kemudian yang


menggunakannya sebagai terapi garis pertama pada kehamilan ektopik. Sejak itu banyak
dilaporkan pemakaian methotrexate pada berbagai jenis kehamilan ektopik yang berhasil.
Lalu, dengan semakin banyaknya keberhasilan memakai obat, maka mulai diperbandingkan
pemakaian methotrexate dengan terapi utama salpingostomi

Perdarahan intra-abdominal aktif merupakan kontraindikasi bagi pemakaian methotrexate.


Ukuran dari massa ektopik juga penting dan methotrexate tidak digunakan pada massa
kehamilan itu lebih dari 4 cm. Keberhasilannya baik bila usia gestasi kurang dari 6 minggu,
massa tuba kurang dari 3,5 cm diameter, janin sudah mati, dan β-hCG kurang dari 15.00 mIU.
Kontraindikasi lainnya termasuk menyusui, imunodefisiensi, alkoholisme, penyakit hati atau
ginjal, penyakit paru aktif, dan ulkus peptik

Methotrexate merupakan suatu obat anti neoplastik yang bekerja sebagai antagonis asam
folat dan poten apoptosis induser pada jaringan trofoblas. Pasien yang akan diberikan
methotrexate harus dalam keadaan hemodinamika yang stabil dengan hasil laboratorium
darah yang normal dan tidak ada gangguan fungsi ginjal dan hati. Methotrexate diberikan
dalam dosis tunggal (50 mg/m2IM) atau dengan menggunakan dosis variasi 1 mg/kgBB IM
pada hari ke 1,3,5,7 ditambah Leukoverin 0,1 mg/kgBB IM pada hari ke 2,4,6,8. Setelah
pemakaian methotrexate yang berhasil, β-hCG biasanya menghilang dari plasma dalam rata
rata antara 14 dan 21 hari. Kegagalan terapi bila tidak ada penurunan β-hCG, kemungkinan
ada massa ektopik persisten atau ada perdarahan intraperitoneal
2.8 PROGNOSIS

Kematian ibu karena kehamilan ektopik terganggu cenderung menurun dengan diagnosis
ini dan persediaan darah yang cukup. Namun bila pertolongan terlambat, maka
angkakematian akan meningkat. Sedangkan janin pada kehamilan ektopik biasanya akan mati
dan tidak dapat dipertahankan karena tidak berada pada tempat dimana ia seharusnya
tumbuh.

Pada umumnya kelainan yang menyebabkan kehamilan ektopik bersifat bilateral. Sebagian
wanita dapat menjadi steril setelah mengalami kehamilan ektopik atau dapat mengalami
kehamilan ektopik lagi pada tuba yang lain. Angka kehamilan ektopik yang berulang
dilaporkan antara 0-14,6 %. Dengan kemajuan terapi yang ada sekarang, kemungkinan ibu
untuk dapat hamil kembali membesar, namun ini harus didukung kemampuan untuk
menegakkan diagnosis dini sehingga dapat diintervensi secepatnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehamilan ektopik adalah kehamilan
dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di luar endometrium kavum uteri,
kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut.
Sebagian besar penyebabnya tidak di ketahui, namun ada beberapa factor yang
menghambat perjalanan ovum ke uterus sehingga mengadakan implantasi di tuba, seperti
migratio externa, hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok, gangguan fungsi silia
endosalping, operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna, bekas radang pada tuba,
kelainan bawaan pada tuba, dan abortus buatan.

Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10
minggu, dapat menyebabkan hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi , abortus ke dalam lumen
tuba, dan ruptur pada dinding tuba. Gejala dan tanda pada kehamilan ektopik terganggu
tergantung pada lamanya kehamilan ektopik terganggu, abortus atau ruptur tuba, tuanya
kehamilan ektopik terganggu, derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita
sebelum hamil. Namun gejala yang paling sering terjadi diantaranya adalah nyeri perut,
adanya amenorea, perdarahan, shock karena hypovolemia, nyeri bahu dan leher, nyeri
pada palpasi, pembesaran uterus, pembesaran uterus

Beberapa hal yang termasuk faktor risiko pada kehamilan ektopik adalah umur ibu, paritas
bu dan riwayat abortus. Pemeriksaan untuk membantu diagnosis kehamilan ektopik terganggu
adalah lakukan tes kehamilan, pemeriksaan umum, anamnesis, pemeriksaan ginekologi,
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan kuldosentesis, pemeriksaan ultra sonografi, dan
pemeriksaan laparoskopi. Penanganan kehamilan ektopik terganggu yaitu setelah diagnosis
ditegakan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat dapat berupa
parsial salpingektomi dan salpingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana
tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada), berikan anti biotik kombinasi atau
tunggal dengan spektrum yang luas, berikan analgesic untuk mengendalikan nyeri pasca
tindakan dan atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. 2012. Kehamilan

Ektopik. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta.

2. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu kebidanan dan Penyakit Kandungan, 2008.

Edisi III. Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo Surabaya.

3. Prawiro, Sarwono, 2012. Ilmu Bedah Kebidanan. PT Bina Pustaka, Jakarta

10. Stikes husada, 2012. Fatwa dan hukum islam menurut Majelis Ulama Indonesia

https://sites.google.com/site/stikeshusada/agama/sterilisasi-dan-iud

11. Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Kehamilan Ektopik. Ilmu Kebidanan edisi ketiga.

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta..hal 323-338.

12. Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Gangguan Bersangkutan Dengan Konsepsi. Ilmu

Kandungan edisi kedua. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Jakarta..hal 250-260.

13. Wiknjosastro, Hanifa. 2000. Kehamilan Ektopik. Ilmu Bedah Kebidanan edisi

pertama. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta..hal 198-21

Anda mungkin juga menyukai