Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN PUSTAKA II-1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bahan Baku Pupuk

Menurut Sarief (1985), pupuk adalah setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah

atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang

diperlukan tanaman. Selanjutnya ia menyatakan bahwa pupuk terdapat dalam

berbagai penggolongan yang terpenting adalah :

a. Penggolongan berdasarkan zat makanan yang dikandung dibedakan atas

pupuk alam dan pupuk buatan

b. Pembagian berdasarkan zat makanan yang dikandung dibedakan atas

pupuk N, P, K, Ca, Mg dan pupuk gabungan.

c. Berdasarkan perubahan yang terjadi di dalam tanah dibedakan atas pupuk

organik dan anorganik.

Pupuk sangat penting bagi tanaman dan apabila kekurangan Ca, Mg dan P

pertumbuhan dan hasilnya rendah. Kekurangan Ca akan mengakibatkan

terhambatnya pertumbuhan sistem perakaran, sedangkan apabila kekurangan Mg

kerja enzim dalam siklus asam sitrat yang penting untuk respirasi terhambat dan

kekurangan P dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan akar dan

pertumbuhan generatif. Contohnya pada pupuk alam, pupuk alam dapat diperoleh

dari sumber daya alam yang ada dan umumnya terdapat pada batuan.Pupuk alam

dapat diperoleh dari batuan dolomit. Hal ini dikarenakan batuan dolomit memilik

Geologi dan Studi Kualitas untuk Pembuatan Bahan Baku Pupuk


di Desa Lau Buluh, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo
TINJAUAN PUSTAKA II-2

potensi kandungan Ca dan Mg yang sangat tinggi, sehingga sangat prospek jika

dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk mineral.

2.2. Batuan Dolomit

Dolomit merupakan salah satu contoh bahan galian industri penting yang

termasuk kelompok mineral karbonat. Batuan dolomit pertama kali dideskripsikan

oleh mineralogis Perancis bernama Deodat de Dolomique pada tahun 1791 dari

tempat terdapatnya di Pegunungan Alpen Selatan. Batuan ini diberi nama

dolomite oleg De Saussure, dan sekarang pegunungan tersebut disebut dolomit.

Dolomique menginformasikan bahwasanya batuan dolomit seperti batu gamping,

tetatpi mempunyai sifat yang tidak sama dengan batugamping yaitu pada saat

ditetesi larutan asam batuan dolomit tidak membuih. Mineral yang tidak larut

tersebut dinamakan dolomit dan kadang dolomit sering disebut dengan

Dolostone(Lalu, 2010).

Dolomit tergolong dalam batuan sedimen karbonat yang merupakan kelas

batuan sedimen. Ciri fisik mineral Dolomit ini berwarna putih keabu-abuan atau

kebiru-biruan dengan kekerasan lebih lunak dari batu gamping, yaitu berkisar

antara 3,50 – 4,00, bersifat pejal, berat jenis antara 2,80 – 2,90, berbutir halus

hingga kasar dan mempunyai sifat mudah menyerap air serta mudah dihancurkan.

Klasifikasi dolomit dalam perdagangan mineral industri didasarkan atas

kandungan unsur magnesium, Mg (kimia), mineral dolomit (mineralogi) dan

unsur kalsium (Ca) dan magnesium (Mg). Mineral yang termasuk dalam rumpun

mineral karbonat ini, secara teoritis mengandung 45,6% MgCO3 atau 21,9% MgO

dan 54,3% CaCO3 atau 30,4% CaO. Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis

Geologi dan Studi Kualitas untuk Pembuatan Bahan Baku Pupuk


di Desa Lau Buluh, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo
TINJAUAN PUSTAKA II-3

meliputi CaCO3, MgCO3, CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x

lebih kecil dari satu. Dolomit di alam jarang yang murni, karena umumnya

mineral ini selalu terdapat bersama-sama dengan batu gamping, kwarsa, rijang,

pirit dan lempung.

2.3. Ganesa Dolomit

Keterdapatan dolomit di alam tidak seperti batugamping, namun tersebar cukup

luas dan dalam jumlah relatif banyak. Hingga saat ini, mula jadi mineral dolomit

masih menjadi tanda tanya dan masih diperdebatkan oleh para ahli. Proses

hidrotermal adalah salah satu teori mula jadi dolomit. Walaupun demikian ada

beberapa teori mula jadi dolomit, diantaranya adalah

A. Cara primer, merupakan sedimentasi langsung dari air laut yang belum

dapat dibuktikan. Secara umum, dolomit berbentuk urat, yang terbentuk

bersama-sama dalam cebakan bijih.

B. Cara sekunder, yaitu mineral dolomit terjadi karena penggantian mineral

kalsit. Beberapa mineral sekunder membentuk kristal yang tidak sempurna

karena peresapan magnesium dari air laut ke dalam batugamping, yang

lebih dikenal dengan proses dolomitisasi, yaitu proses perubahan mineral

kalsit menjadi dolomit. Dolomit sekunder dapat juga terbentuk karena

proses presifitasi sebagai endapan evaporit.

Faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan dolomit sekunder, antara lain

adanya tekanan air yang banyak mengandung unsur magnesium dan prosesnya

berlangsung dalam waktu lama. Semakin tua umur batugamping, semakin besar

Geologi dan Studi Kualitas untuk Pembuatan Bahan Baku Pupuk


di Desa Lau Buluh, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo
TINJAUAN PUSTAKA II-4

kemungkinan untuk berubah menjadi dolomit. Dapat dikatakan bahwa dolomit

yang dikenal dan dijumpai terbentuk karena proses perubahan (diagenesis),

peralihan mineral kalsit dan aragonit.

Dolomit terdapat dalam batuan segala umur, terutama yang lebih tua dari Holosen

dan biasanya terdapat bersama-sama dengan kalsit. Disebut juga dengan

dolomitisasi dan dedolomitisasi. Proses dolomitisasi sering terjadi apabila kalsit

berubah menjadi mineral dolomit, sedangkan dedolomitisasi bila dolomit berubah

kembali menjadi mineral kalsit. Secara umum proses dolomitisasi dapat terjadi

sebagai berikut :

- Pemompaan kembalinya air laut yang terperangkap melalui batugamping;

- Pencampuran antara air laut dan air tanah dalam lapisan batugamping;

- Pengaruh air hujan yang melarutkan dan memindahkan ion magnesium

dari mineral kalsit yang satu ke mineral kalsit lain atau yang dari mineral

lempung;

- Proses penguapan dan pengendapan dari air laut;

- Proses hidrotermal

- Peresapan air laut yang terperangkap ke dalam lapisan batugamping

dibawahnya.

Menurut Pettijhon (1990), kandungan unsur magnesium pada dolomit

menentukan nama dolomit tersebut. Adapun tata nama batu gamping berdasarkan

kandungan magnesiumnya dapat disajikan dalam tabel 2.1.

Geologi dan Studi Kualitas untuk Pembuatan Bahan Baku Pupuk


di Desa Lau Buluh, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo
TINJAUAN PUSTAKA II-5

Tabel 2.1Tata Nama Batu Gamping Berdasarkan Kandungan Dolomit dan Magnesium, Pettijhon
(1990)

No. NamaBatuan Kadardolomit(%) KadarMgO(%)


1 Batugamping 0-5 0,1-1,1
2 Batugampingmagnesium 5-10 1,1-2,2
3 Batugampingdolomit 10-50 2,2-10,9
4 Dolomitberkalsium 50-90 10,9-19,7
5 Dolomit 90-100 19,7-21,8

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, karena sumber magnesium berasal dari air

laut sedang batu gamping menjadi dolomit karena proses pelindihan leaching.

Maka kebanyakan secara stratigrafis dolomit didapatkan dibagian bawah seri batu

gamping (Lalu, 2010).

2.4. Mineralogi Dolomit

Sebagai salah satu rumpun mineral karbonat, mineral dolomit murni secara teoritis

mengandung 45,6% MgCO3 atau 21,9% MgO dan 54,3% CaCO3 atau 30,4%

CaO. Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis sebagai CaCO3.MgCO3,

CaMg(CO3)2 atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu.

Dolomit yang ada di alam jarang yang murni, karena umumnya mineral ini selalu

terdapat bersama-sama dengan batugamping.Dalam batuan dolomit, mineral kalsit

adalah pengotor yang paling utama, disamping kwarsa, rijang, pirit dan mineral

lempung.Dalam mineral dolomit terdapat juga ion-ion pengotor, terutama ion besi

(Fe).

Geologi dan Studi Kualitas untuk Pembuatan Bahan Baku Pupuk


di Desa Lau Buluh, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo
TINJAUAN PUSTAKA II-6

Gambar 2.1. Mineral Dolomit

Dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan lebih

lunak dari batugamping, yaitu berkisar antara 3,50 - 4,00, bersifat pejal, berat jenis

antara 2,80 - 2,90, berbutir halus hingga kasar dan mempunyai sifat mudah

menyerap air serta mudah dihancurkan. Klasifikasi dolomit dalam industri

didasarkan atas kandungan unsur magnesium. Kandungan unsur magnesium inilah

yang menentukan nama dolomit. Misalnya, batugamping mengandung ± 10 %

MgCO3 disebut batugamping dolomitan, sedangkan bila mengandung 19 %

MgCO3 disebut dolomit.

2.5. Potensi Penyebaran Dolomit di Indonesia

Tushadi (1990), menyatakan bahwa penyebaran dolomit yang cukup besar

tedapat di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan

Madura, dan Papua. Selain itu sebenarnya dolomit juga terbesar didaerah lain,

namun jumlahnya relatif jauh lebih kecil dan hanya berupa lensa-lensa pada

endapan batu gamping.

Geologi dan Studi Kualitas untuk Pembuatan Bahan Baku Pupuk


di Desa Lau Buluh, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo
TINJAUAN PUSTAKA II-7

A. Propinsi Jawa Barat

Dijumpai di daerah Cibinong, Bogor yaitu dipasir Gedongan.Dolomit didaerah ini

umumnya berwarna putih abu-abu dan putih, serta termasuk batu gamping

dolomitan yang bersifat keras, kompak dan kristalin.

B. Propinsi Jawa Tengah

Dijumpai didaerah Pamotan, tepatnya sekitar 1 km di sebelah timur laut

Pamotan.Cebakan daerah ini berupa batuan dolomite atau batu gamping

dolomitan.

C. Propinsi Jawa Timur

Dijumpai dibeberapa daerah yaitu:

- Di daerah Pacitan, Sentul, dan Pancen umumnya batu gamping yang

mengandung dolomite 4,5 – 90,4% berumur pliosen. Di daerah G. Kaklak,

Tuban cebakan dolomite terdapat dalam formasi batu gamping pliosen,

dengan ketebalan sekitar 35 m dan besar cadangan diperkirakan sekitar 70

juta m3.

- Di G. Lengis, Gresik pada umumnya batuan dolomit yang terdapat di daerah

ini bersifat keras dan pejal, kompak serta kristalin. Di daerah Socah,

Bangkalan Madura, yaitu sekitar 1 kmsebelah timur Socah., batuan dolomite

termasuk formasi Kalibening (fasis batu gamping) yang berumur pliosen.

Cebakan dolomite disini berwarna putih agak lunak dan sarang, dengan

cadangan ditaksir sekitar 430 juta meter ton.

D. Propinsi Sumatera Barat

Geologi dan Studi Kualitas untuk Pembuatan Bahan Baku Pupuk


di Desa Lau Buluh, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo
TINJAUAN PUSTAKA II-8

Dijumpai didaerah G. Kajal, analisa batu gamping yang diambil dari bongkahan

lepas yang berasal dari dap[ur bakar batu gamping dekat Kajal ( antara Bukit

Tinggi – Payakumbuh), diperkirakan berumur permokabron.

E. Propinsi Sumatera Utara

Dijumpai di daerah Dairi ( Desa Kempawa Kecamatan Tanah Pinem) Karo ( Desa

Kuta Kepar, Kecamatan Tiganderket, Desa Lau Buluh Kecamatan Kuta Buluh).

F. Provinsi Sulawesi Selatan

Dijumpai di daerah Tonasa, beberapa contoh batu gamping yang berasal dari

Tonasa telah dianalisa, hasilnya menunjukkan bahwa contoh tersebut adalah

dolomit yang berumur Eosen dan merupakan lensa-lensa dalam batu gamping.

G. Propinsi Papua

Terdapat di daerah Abe Pantai , sekitar G. Sehajiro, G. Mer, dan Tanah hitam

dengan kandungan MgO = 10,7% - 21,8%, merupakn lensa-lensa dan kantong –

kantong dalam batu gamping.

2.5. Pemanfaatan Dolomit

(Suhala.S dan Arifin.M, 1997), mengatakan bahwa bahan galian dolomit dapat

dimanfaatkan diberbagai sektor industri. Kegunaan yang paling besar adalah pada

pembuatan bahan baku pupuk atau kapur pertanian.Dolomit juga dapat digunakan

pada industri cat sebagai pengisi (filler), industri kaca, plastik, kertas, bahan

pembuat semen, sorel, sea water magnesia, industri alkali, pembersih air, industri

ban, plywood, industri obat-obatan dan kosmetik, campuran makanan ternak,

industri keramik, dan bahan penggosok (abrasive). Cara pemanfaatan dolomit

dimulai dari tahap eksplorasi, tahapan ini bertujuan untuk menentukan jumlah

Geologi dan Studi Kualitas untuk Pembuatan Bahan Baku Pupuk


di Desa Lau Buluh, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo
TINJAUAN PUSTAKA II-9

cadangan juga untuk menginterprestasikan bentuk tubuh endapan, luas

penyebaran, dan struktur yang dominan di daerah tersebut.Eksplorasi bahan

galian industri pada umumnya lebih sederhana dibandingkan dengan untuk

mineral logam, karena sebaran fisik bahan galian industri biasanya lebih mudah

ditemukan.Eksplorasi biasanya dilakukan apabila penyelidikan pendahuluan

memenuhi syarat untuk perencanaan penambangan.Eksplorasi batuan dolomit

dilakukan bertahap. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara

pemboran atau sumur uji. Perhitungan cadangan dilakukan berdasarkan korelasi

data pemboran dengan data geologi permukaan.

Kemudian penambangan, pada penambangan batuan dolomit di Indonesia

umumnya dilakukan dengan cara tambang terbuka dengan metoda quarry. Tanah

penutup (overburden) yang terdiri dari tanah liat, pasir dan koral dikupas terlebih

dahulu.Pengupasan dilakukan dengan menggunakan bulldozer atau power scraper.

Penambangan dilakukan dengan cara konvensional dan mekanis.

Pengolahan dolomit dilakukan dengan cara yang sederhana pula. Bongkah-

bongkah dolomit dari penambangan diangkut ke unit pengolahan. Kemudian

bongkah-bongkah dolomit tersebut direduksi ukurannya dengan menggunakan

alat pemecah batu, hasil proses ini selanjutnya digiling untuk mendapatkan

dolomit yang berukuran halus (tepung) dengan ukuran tertentu yang disesuaikan

dengan permintaan.

2.6. Syarat Mutu Pupuk Dolomit

Dalam pembuatan pupuk ada beberapa ketentuan untuk dinyatakan layak sebagai

bahan baku pupuk. Berdasarkan layanan informasi terpadu BSN (Badan

Geologi dan Studi Kualitas untuk Pembuatan Bahan Baku Pupuk


di Desa Lau Buluh, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo
TINJAUAN PUSTAKA II-10

Standardisasi Nasional), adapun syarat mutu dari bahan baku pupuk terkhususnya

untuk pupuk yang berasal dari batuan dolomit atau pupuk dolomit terdapat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 2.2. Syarat Mutu Pupuk Dolomit (SNI 02-2804-2005)

No. Uraian Persyaratan

1. MgO, % Min 18

2. CaO, % Min 29

3. Kadar SiO2 Max 3

4. Kadar air, % Max 5

5. Lolosan saringan 40 mesh,% 100

6. Lolos saringan 60 mesh, % Max 50

Standar ini merupakan revisi dari SNI 02-2804-1992, menetapkan syarat mutu,

pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, syarat penandaan dan pengemasan

pupuk dolomit. Pupuk dolomit merupakan pupuk yang berasal dari bahan mineral

alam yang mengandung unsur hara magnesium dan kalsium berbentuk bubuk

dengan rumus kimia CaMg(CO3)2. Persyaratan mutu pupuk dolomit mencakup

kadar magnesium sebagai MgO, kadar kalsium sebagai CaO, kadar Al2O3 +

Fe2O3, Kadar air, kadar silikat sebagai SiO2, kehalusan dan daya netralisasi.

2.7. Penggunaan Batuan Dolomit dalam bentuk Pupuk

Pupuk dolomit yang diproduksi menggunakan bahan baku batu kapur yang

memiliki kadar / presentasi Kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO) yang Tinggi,

Geologi dan Studi Kualitas untuk Pembuatan Bahan Baku Pupuk


di Desa Lau Buluh, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo
TINJAUAN PUSTAKA II-11

sangat bermanfaat untuk Pengapuran tanah masam dan untuk Pupuk bagi tanah

dan tanaman yang berfungsi mensuplai unsur Kalsium (CaO) dan Magnesium

(MgO). Cara Penggunaan pupuk dolomit pada tanaman, yaitu :

- Disebar / Dicampur Merata: Cara ini dilakukan apabila pupuk Dolomit

digunakan untuk memperbaiki tanah yang buruk. Pupuk ini disebar /

dicampur merata diatas tanah pada waktu tanah terakhir yang biasanya

dilakukan sebelum tanaman ditanam atau benih ditabur

- Dimasukkan Pada Lubang Tanaman : Bila sebagai pupuk dasar pada

tanaman perkebunan, Dolomit ditempatkan pada dasar lubang tanaman,

kemudian diaduk merata dengan pupuk dan tanah pada dasar lubang,

setelah itu ditimbun sedikit dengan tanah, baru diatas timbunan

ditempatkan bibit tanaman

- Dolomit Dicampur Dengan ZA / Pupuk Lainnya : Bila Dolomit

diperlukan dalam pencampuran pupuk maka cara pemberiannya dilakukan

dengan cara sebar merata dalam larikan sejajar baris tanaman, sekeliling

batang tanaman atau ditempatkan pada lubang yang dibuat dikanan – kiri

tanaman

- Untuk Meniadakan Reaksi Tanah Masam : Pupuk Dolomit

dicampurkan pada tanah pada waktu pengolahan tanah secara merata dan

dilakukan 2 minggu sebelum tanam.

2.8. Pertanian

Pada pertanian, dolomit dipakai untuk pupuk dan pengapuran.Secara umum

pengapuran tanah-tanah masam yang bertujuan untuk merubah pH sehingga

Geologi dan Studi Kualitas untuk Pembuatan Bahan Baku Pupuk


di Desa Lau Buluh, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo
TINJAUAN PUSTAKA II-12

keberadaan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman berada pada keadaan

optimum.Dapat dikatakan tujuan daripada pengapuran ini adalah untuk

pengkondisian tanah (soil conditioner).

Secara kimiawi, pupuk dolomit merupakan pupuk magnesium yang dibuat

dengan cara menggiling batuan dolomit hasil penambangan. Rumus kimia pupuk

dolomit adalah CaCO3MgCO3.Selain memiliki kandungan MgO 18%-21%,

pupuk dolomit juga memiliki kandungan CaO hingga 40%.Kandungan senyawa

alkali yang cukup tinggi ini membuat pupuk dolomit sangat cocok digunakan

untuk tujuan menaikkan pH tanah.Menggunakan pupuk ini, hara posfor yang

terikat oleh ion aluminium dan besi dapat terlepas sehingga bisa dimanfaatkan

oleh tanaman budidaya.Kelarutannya di dalam air yang cukup baik, serta

ketersediaannya yang banyak menyebabkan pupuk dolomit lebih diminati oleh

petani.

Apabila kekurangan kalsium dan magnesium akan berdampak buruk pada

tanaman, diantaranya adalah :

- pH dalam tanah tidak terkontrol, sehingga tanah dapat bereaksi masam.

Hal ini menyebabkan tidak terserapnya unsure hara dalam tanah seperti

fosfor dan kalium oleh tanaman secara optimal.

- Meningkatnya tingkat racun dalam tanah. Hal ini disebabkan oleh

kenaikan unsur aluminium, tembaga, zat besi, seng, dan mangaan dalam

tanah.

- Rendahnya daya tahan tanaman terhadap serangan hama maupun penyakit

tanaman lainnya dan menurunnya produktifitas tanaman.


Geologi dan Studi Kualitas untuk Pembuatan Bahan Baku Pupuk
di Desa Lau Buluh, Kecamatan Kuta Buluh, Kabupaten Karo

Anda mungkin juga menyukai