Anda di halaman 1dari 6

1.

1 Sejarah Terapi Hiperbarik

Sejak tahun 1662 waktu Dr. Henshaw (Inggris) menciptakan Domicilium, suatu
prototype dari Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT), untuk meneliti kegunaan
tekanan tinggi pada penyembuhan kasus-kasus klinis, yang kemudian ternyata
gagal karena tidak ditemukannya dasar ilmiah yang tepat. Lalu pada tahun 1771
ketika Joseph Priestley (Inggris) menemukan oksigen dan tahun 1780 Dr. Thomas
Beddoes (Inggris) menggabungkan keduanya dengan menyatakan /
mendemonstrasikan bahwa pernafasan dengan udara yang kaya akan oksigen
dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan minta tolong kepada James Watt
(Inggris) penemu mesin uap untuk merancang suatu RUBT baginya. Sesudah itu
RUBT mengalami pasang surut dalam dunia kedokteran dan hingga sekarang ini
sudah ada lebih dari 60 macam kasus klinis yang pernah dilaporkan berhasil dibantu
penyembuhannya oleh RUBT. (Ali et al,2014)

Tahun 1834 Junod (Perancis) memasukkan pasien-pasiennya ke dalam RUBT


bertekanan 4 atmosfer dan merasakan nyaman di sana. Junod menerangkan ini
sebagai akibat perbaikan aliran darah otak dan alat-alat dalam.
Tahun 1837 Pravaz (Perancis) membuat RUBT dengan kapasitas 12 orang dan ia
menulis hasil-hasil RUBT dalam Bulletin of the Academic of Medicine (Paris).
Selanjutnya RUBT maju pesat di Eropa Barat. Tahun 1860 dibuat RUBT pertama di
benua Amerika, yaitu di Otawa (Kanada) (Ali et al,2014).

Tahun 1870 Fontaine membuat RUBT beroda yang dapat ditarik kemana-mana dan
di dalamnya ia melakukan tindakan-tindakan pembedahan. Ia merupakan orang
pertama yang melakukan operasi di dalam RUBT(Ali et al,2014).

Tahun 1880 Paul Bert mengemukakan penelitiannya tentang keracunan oksigen (the
Paul Bert’s effect). Tahun 1918 J. Cunningham di Kansas City, AS, berhasil
menolong pasien dengan influenza berat (waktu itu berjangkit wabah influenza di
AS). Ia begitu aktif di dalam RUBT dan terus membangun RUBT baru. RUBTnya
yang kedua dapat diisi 72 orang dan yang ketiga berupa suatu rumah sakit tingkat
lima dari bola besi seluruhnya bertekanan tinggi. Sayang rumah sakit ini gagal
dijalankan. Ia menggunakan RUBT untuk terapi penyakit paru-paru menahun, sifilis
(era prapenisilin), hipertensi, arthritis, penyakit jantung, demam rematik akut dan
penyakit kencing manis. Tahun 1930 Edgar End (Milwauke, AS) meneliti problematik
penyelaman. (Ali et al,2014)

1.2 Pengertian Terapi Hiperbarik


Hiperbarik berasal dari kata hyper berarti tinggi, bar berarti tekanan. Dengan
kata lain terapi hiperbarik adalah terapi dengan menggunakan tekanan yang
tinggi. Pada awalnya, terapi hiperbarik hanya digunakan untuk mengobati
decompression sickness, yaitu suatu penyakit yang disebabkan oleh penurunan
tekanan lingkungan secara mendadak sehingga menimbulkan sejumlah
gelembung nitrogen dalam cairan tubuh baik di dalam sel maupun di luar sel, dan
hal ini dapat menimbulkan kerusakan di setiap organ di dalam tubuh, dari derajat
ringan sampai berat bergantung pada jumlah dan ukuran gelembung yang
terbentuk. (Hilary et al ,2004)
Seiring dengan berjalannya waktu, terapi hiperbarik berkembang fungsinya
untuk terapi macam-macam penyakit, beberapa diantaranya seperti stroke,
multipel sclerosis, edema cerebral, keracunan karbon monoksida dan sianida,
trauma kepala tertututp, gas gangren, neuropati perifer, osteomielitis, sindroma
kompartemen, diabetik neuropati, migran, infark miokard dan lain-lain. Hiperbarik
oksigen adalah suatu cara terapi dimana penderita harus berada dalam suatu
ruangan bertekanan, dan bernafas dengan oksigen 100% pada suasana tekanan
ruangan yang lebih besar dari 1 ATA (atmosfer absolut). Tidak terdapat definisi
yang pasti akan tekanan dan durasi yang digunakan untuk sesi terapi oksigen
hiperbarik. Umumnya tekanan minimal yang digunakan adalah sebesar 2,4 atm
selama 90 menit. Banyaknya sesi terapi bergantung pada kondisi pasien dengan
rentang 1 sesi untuk keracunan ringan karbon monoksida hingga 60 sesi atau
lebih untuk lesi diabetik pada kaki.(Figen et al,2013)
Mekanisme TOHB melalui dua mekanisme yang berbeda. Pertama, bernafas
dengan oksigen murni dalam ruang udara bertekanan tinggi (hyperbaric
chamber) yang tekanannya lebih tinggi dibandingkan tekanan atmosfer, tekanan
tersebut dapat menekan saturasi hemoglobin, yang merupakan bagian dari sel
darah merah yang berfungsi mentransport oksigen yang secara kimiawi
dilepaskan dari paru ke jaringan. Bernafas dengan oksigen 100% pada atmosfer
yang normal tidak efek pada saturasi hemoglobin. (Hilary et al,2014)
Kedua, dibawah tekanan atmosfer, lebih banyak oksigen gas terlarut dalam
plasma. Meskipun dalam kondisi normal transport oksigen terlarut dalam plasma
jauh lebih signifikan daripada transport oleh hemoglobin, dengan TOHB
kontribusi transportasi plasma untuk jaringan oksigenasi sangat meningkat.
Sebenarnya, menghirup oksigen murni pada tiga kali yang normal atmosfer.
(Hilary et al,2014)
Hasil tekanan dalam peningkatan 15 kali lipat dalam konsentrasi oksigen
terlarut dalam plasma. Itu adalah konsentrasi yang cukup untuk memasok
kebutuhan tubuh saat istirahat bahkan dalam total tidak adanya hemoglobin.
(Hilary et al,2014)
Sistem kerja TOHB, pasien dimasukkan dalam ruangan dengan tekanan lebih
dari 1 atm, setelah mencapai kedalaman tertentu disalurkan oksigen murni
(100%) kedalam ruang tersebut. Ketika kita bernapas dalam keadaan normal,
udara yang kita hirup komposisinya terdiri dari hanya sekitar 20% adalah oksigen
dan 80% nya adalah nitrogen. Pada TOHB, tekanan udara meningkat sampai
dengan 2 kali keadaan nomal dan pasien bernapas dengan oksigen 100%.
Pemberian oksigen 100% dalam tekanan tinggi, menyebabkan tekanan yang
akan melarutkan oksigen ke dalam darah serta jaringan dan cairan tubuh lainnya
hingga mencapai peningkatan konsentrasi 20 kali lebih tinggi dari normal.(Huda,
2010)
Oksigenasi ini dapat memobilisasi penyembuhan alami jaringan, hal ini
merupakan anti inflamasi kuat yang merangsang perkembangan pembuluh darah
baru, dapat membunuh bakteri dan mengurangi pembengkakan. (Huda, 2010)

1.3 Indikasi
Hiperbarik dapat memiliki beberapa manfaat untuk mengobati penyakit-
penyakit akibat penyelaman dan kegiatan kelautan (Huda,2010):
- Penyakit Dekompresi
- Emboli udara
- Luka bakar
- Crush Injury
- Keracunan gas karbon monoksida (CO)
Terdapat beberapa pengobatan tambahan, yaitu:
- Gas gangren
- Komplikasi diabetes mellitus (gangrene diabeticum)
- Eritema nodosum
- Osteomyelitis
- Buerger’ s diseases
- Morbus Hansen
- Psoriasis vulgaris
- Edema serebral
- Scleroderma
- Lupus eritematosus (SLE)
- Rheumatoid artritis
Terdapat pula pengobatan pilihan, yaitu:
- Pelayanan kesehatan dan kebugaran
- Pelayanan kesehatan olahraga
- Pasien lanjut usia (geriatri)
- Dermatologi dan kecantikan
1.4 Kontraindikasi
Kontraindikasi TOHB terdiri dari kontraindikasi absolut dan relatif.
Kontraindikasi absolut yaitu penyakit pneumothorax yang belum ditangani.
Kontraindikasi relatif meliputi keadaan umum lemah, tekanan darah sistolik lebih
dari 170 mmHg atau kurang dari 90 mmHg, diastole lebih dari 110 mmHg atau
kurang dari 60 mmHg, demam tinggi lebih dari 38oC, ISPA, sinusitis,
Claustropobhia (takut pada ruangan tertutup), penyakit asma, emfisema dan
retensi C O2, infeksi virus, infeksi kuman aerob seperti TBC, lepra, riwayat kejang,
riwayat neuritis optik, riwayat operasi thorax dan telinga, wanita hamil, penderita
sedang kemoterapi seperti terapi adriamycin, bleomycin. (Huda,2010)
1.5. Persiapan
Persiapan terapi oksigen hiperbarik antara lain (Huda,2010):
- Pasien diminta untuk menghentikan kebiasaan merokoknya 2 minggu
sebelum proses terapi dimulai. Tobacco mempunyai efek vasokonstriksi
sehingga mengurangi penghantaran oksigen ke jaringan.
- Beberapa medikasi dihentikan 8 jam sebelum memulai terapi oksigen
hiperbarik antara lain vitamin C, morfin dan alkohol.
- Pasien diberikan pakaian yang terbuat dari 100% bahan katun dan tidak
memakai perhiasan, alat bantu dengar, lotion yang terbuat dari bahan dasar
petroleum, kosmetik, bahan yang mengandung plastik, dan alat elektronik.
- Pasien tidak boleh menggunakan semua zat yang mengandung minyak atau
alkohol (yaitu, kosmetik, hairspray, cat kuku, deodoran, lotion, cologne,
parfum, salep) dilarang karena berpotensi memicu bahaya kebakaran dalam
ruang oksigen hiperbarik.
- Pasien harus melepaskan semua perhiasan, cincin, jam tangan, kalung, sisir
rambut, dan lain-lain sebelum memasuki ruang untuk mencegah goresan
akrilik silinder di ruang hiperbarik.
- Lensa kontak harus dilepas sebelum masuk ke ruangan karena pembentukan
potensi gelembung antara lensa dan kornea.
- Pasien juga tidak boleh membawa koran, majalah, atau buku untuk
menghindari percikan api karena tekanan oksigen yang tinggi berisiko
menimbulkan kebakaran.
- Sebelum pasien mendapatkan terapi oksigen hiperbarik, pasien dievaluasi
terlebih dahulu oleh seorang dokter yang menguasai bidang hiperbarik.
Evaluasi mencakup penyakit yang diderita oleh pasien, apakah ada
kontraindikasi terhadap terapi oksigen hiperbarik pada kondisi pasien.
- Sesi perawatan hiperbarik tergantung pada kondisi penyakit pasien.
- Pasien umumnya berada pada tekanan 2,4 atm selama 90 menit. Tiap 30
menit terapi pasien diberikan waktu istirahat selama 5 menit. Hal ini dilakukan
untuk menghindari keracunan oksigen pada pasien.
- Terapi oksigen hiperbarik memerlukan kerjasama multidisiplin sehingga satu
pasien dapat ditangani oleh berbagai bidang ilmu kedokteran.
- Pasien dievaluasi setiap akhir sesi untuk perkembangan hasil terapi dan
melihat apakah terjadi komplikasi hiperbarik pada pasien.
- Untuk mencegah barotruma GI, ajarkan pasien benapas secara normal
(jangan menelan udara) dan menghindari makan besar atau makanan yang
memproduksi gas atau minum sebelum perawatan.
1. Hilary, King, Sicree Richard, Green Anders, Roglic Gojka, Wild Sarah. 2004.
Global Prevalence of Diabetes: Estimates for the year 2000 and projections
for 2030. Diabetes care vol 27 number 5 : 1047 – 1053.
2. Figen A, Ahmet K, Levent K, Mert K, Ahmet I, Hasan K, et al. IGF-1 increases
with hyperbaric oxygen therapy and promotes wound healing in diabetic foot
ulcers. Journal of Diabetes Research. 2013; 26(2013):1-6.
3. Ali S, Maryam K, Matineh Heidari. Diseases treated with hyperbaric oxygen
therapy; a literature review. Med Hyp Discov Innov Interdisciplinary, 2014;
1(2)

4. Huda N. Tesis Pengaruh Hiperbarik Oksigen (HBO) terhadap perfusi perifer


luka gangrene pada penderita DM DI RSAL Dr. Ramelan Surabaya. FK UI.
2010

Anda mungkin juga menyukai