Documents - Tips - Evaluasi Imunisasi Di Posyandu Full Print
Documents - Tips - Evaluasi Imunisasi Di Posyandu Full Print
A. Skenario
Sebagai dokter baru di Puskesmas Melati, anda ingin mengevaluasi program
imunisasi yang dilakukan oleh posyandu di desa Mawar. Puskesmas Melati mempunyai
wilayah cakupan sebanyak 13 desa yang disetiap desa mempunyai 1 orang bidan desa.
Desa Mawar mempunyai 4 posyandu yang didirikan berdasarkan jumlah dusun,yaitu :
1. Posyandu Mangga : mencakup 5 RT, 57 balita, 2 balita umur 9 bulan, 2 orang
imunisasi digabung di salah satu posyandu apabila jumlah balita sasaran kurang dari
Sebagian besar ibu di Desa Mawar bekerja sebagai buruh tani yang masih memegang
1
- Jarak Posyandu Mangga ke Posyandu Apel 1,5 km jalan lurus
- Jarak Posyandu Apel ke Posyandu Salak 1,7 km melewati wilayah kecamatan lain
- Jarak Posyandu Salak ke Posyandu Jeruk 3 km melewati desa lain
Posyandu Mangga ke Posyandu Salak, Posyandu Mangga ke Posyandu Jeruk tidak ada
jalan langsung.
B. Learning Objective
a. Mampu menjelaskan kegiatan posyandu di masyarakat
b. Mampu menjelaskan jenis imunisasi dan kapan diberikan pada bayi, sertakan
matriksnya
c. Mampu menjelaskan imunisasi yang diberikan kepada ibu hamil
d. Mampu mengidentifikasi masalah imunisasi posyandu di Desa Mawar
e. Mampu menganalisis penyebab masalah cakupan imunisasi
f. Mampu memberikan solusi permasalahan yang ada
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak
terhadap penyakit tertentu. Guna terwujudnya derajat kesehatan yang tinggi, pemerintah
penurunan dalam satu dekade terakhir. Program imunisasi bisa didapatkan tidak hanya di
puskesmas atau di rumah sakit saja, akan tetapi juga diberikan di posyandu yang
dibentuk masyarakat dengan dukungan oleh petugas kesehatan dan diberikan secara
2
gratis kepada masyarakat dengan maksud program imunisasi dapat berjalan sesuai
dengan harapan. Program imunisasi di posyandu telah menargetkan sasaran yang ingin
dicapai yakni pemberian imunisasi pada bayi secara lengkap. Imunisasi dikatakan
lengkap apabila mendapat BCG 1 kali, DPT 3 kali, Hepatitis 3 kali, Campak 1 kali, dan
Polio 4 kali. Bayi yang tidak mendapat imunisasi secara lengkap dapat mengalami
berbagai penyakit, misalnya difteri, tetanus, campak, polio, dan sebagainya. Oleh karena
itu, imunisasi harus diberikan dengan lengkap sesuai jadwal. Imunisasi secara lengkap
untuk menekan angka kesakitan, namun masyarakat belum bisa memanfaatkannya secara
optimal karena ada sebagian ibu yang memiliki persepsi bahwa tanpa imunisasi anaknya
Imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya
menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan hal mutlak yang perlu
diberikan pada bayi. Imunisasi adalah sarana untuk mencegah penyakit berbahaya, yang
dapat menimbulkan kematian pada bayi. Penurunan insiden penyakit menular telah
terjadi berpuluh-puluh tahun yang lampau di negara-negara maju yang telah melakukan
imunisasi dengan teratur dengan cakupan yang luas (Ranuh IGN, 2008).
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan bersumber Daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga pembentukan,
3
status gizi balita. Kegiatan ini membutuhkan partisipasi aktif ibu-ibu yang memiliki anak
memantau tumbuh kembang balita melalui berat badannya setiap bulan (Depkes RI,
2006).
Posyandu dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan tujuan untuk
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare kepada masyarakat
setempat. Satu posyandu melayani sekitar 80-100 balita. Dalam keadaan tertentu, seperti
lokasi geografis, perumahan penduduk yang terlalu berjauhan, dan atau jumlah balita
lebih dari 100 orang, dapat dibentuk posyandu baru (Depkes RI, 2006).
Pada skenario yang dibahas ini, target cakupan imunisasi menurut Dinkes Kabupaten
setempat adalah 80%. Pada kenyataan yang terjadi di lapangan, cakupan imunisasi di
desa mawar tahun 2012 tidak memenuhi target yang ditetapkan dinkes dengan rincian
sebagai berikut :
a. BCG 60%
b. DPTHB 1 55%
c. DPTHB 2 53%
d. DPTHB 3 50%
e. POLIO 65%
f. CAMPAK 45%
B. Rumusan Masalah
Faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya cakupan imunisasi di Desa Mawar
sehingga tidak mencapai target yang telah ditetapkan oleh Dinkes Kabupaten setempat?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a. Tujuan Umum
- Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya cakupan imunisasi di
Desa Mawar
b. Tujuan Khusus
- Mengidentifikasi faktor internal yang mempengaruhi rendahnya cakupan
desa Mawar
4
- Mengidentifikasi berbagai jenis imunisasi dan jadwal pemberian
- Merencanakan program imunisasi di Posyandu desa Mawar
BAB II
ANALISIS KASUS
A. Definisi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak
terjadi penyakit. Imunisasi berasal dari kata immune yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi
pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit yang lain diperlukan
tahun 1956. Pada tahun 1972, Indonesia telah berhasil membasmi penyakit cacar. Pada
tahun 1974, Indonesia dinyatakan resmi bebas cacar air oleh WHO, yang selanjutnya
dikembangkan vaksinasi lainnya. Pada tahun 1972 juga dilakukan studi pencegahan
terhadap tetanus neonatorum dengan memberikan suntikan Tetanus Toxoid (TT) pada
5
wanita dewasa di Jawa Tengah dan Jawa Timur sehingga pada tahun 1975 vaksinasi TT
adalah imunisasi tetanus toksoid. Imunisasi ini untuk mencegah terjadinya tetanus
pada bayi yang dilahirkan. Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan
kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus, ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat
Jenis imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur hidup untuk mendapatkan
kekebalan penuh. Imunisasi TT yang pertama dapat dilakukan kapan saja, misalnya
sewaktu remaja. Lalu TT2 dilakukan setelah TT1 (dengan perlindungan tiga tahun).
Tahap berikutnya adalah TT3, dilakukan enam bulan setelah TT2 (perlindungan 6
tahun), kemudian TT4 diberikan satu tahun setelah TT3 (perlindungan 10 tahun), dan
TT5 diberikan setahun setelah TT4 (perlindungan 25 tahun). Jenis imunisasi ini dapat
mulut anak balita (bawah lima tahun). Berikut ini adalah jenis-jenis imunisasi pada
balita:
1. Imunisasi BCG
BCG diberikan 1 kali sebelum umur 2 bulan dan BCG ulangan tidak dianjurkan
muskulus deltoideus dengan dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun sebanyak 0,05 ml
dan untuk anak 0,10 ml. Pada bayi perempuan dapat diberikan suntikan di paha kanan
6
menjadi ulkus, dan akhirnya menyembuh spontan dalam waktu 8-12 minggu
padat, tidak nyeri tekan, tidak disertai demam yang akan menghilang dalam
terlalu dalam (subkutan). Abses bersifat tenang (cold abcess) dan akan menyembuh
spontan. Bila abses telah matang (merah, fluktuasi, kulit tipis) sebaiknya dilakukan
aspirasi dan jangan diinsisi. Komplikasi lain adalah limfadenitis supurativa yang
terjadi suntikan yang terlalu dalam atau dosis yang terlalu tinggi. Proses ini bersifat
tenang dan akan menyembuh dalam waktu 2-6 bulan. Bila proses ini telah matang
diberikan 3 kali dengan jarak waktu satu bulan antara suntikan satu dan dua, dan lima
bulan antara suntikan dua dan tiga. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah
imunisasi dasar.
Pada anak vaksin diberikan secara intramuskular di daerah pangkal lengan atas,
atau 10 mcg vaksin plasma derived. Dosis kedua diberikan saat berumur 1-2 bulan
dan ketiga umur 6 bulan. Pada bayi lahir dari ibu dengan HbsAg positif diberikan 0,5
ml HBIG dalam waktu 12 jam setelah lahir dan 5 mcg vaksin rekombinan atau 10
mcg vaksin plasma derived yang disuntikkan pada sisi yang belainan. Dosis kedua
dan ketiga diberikan dengan jadwal yang sama pada ibu HbsAg negatif. Pada bayi
baru lahir dari ibu dengan HbsAg tidak diketahui diberikan 0,5 ml mcg vaksin
rekombinan atau 10 mcg vaksin plasma derived. Dosis kedua saat usia 1-2 bulan dan
ketiga saat usia 6 bulan. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun kemudian. Vaksin ini
7
dapat diberikan pada ibu hamil. Efek samping berupa efek lokal (nyeri di tempat
suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran cerna)
tidak kurang 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi
polio IV, kemudian saat masuk sekolah (5-6 tahun) dan saat meninggalkan sekolah
menggunakan sendok yang berisi air gula. Efek samping yang mungkin terjadi berupa
(DPT I, II, III) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulangan
diberikan satu tahun sejak imunisasi DPT III, kemudian saat masuk sekolah (5-6
tahun) dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun). Menurut program pemerintah
demam, nyeri, bengkak lokal, abses steril, syok, kejang. Bila terjadi demam dan nyeri
5. Campak
Imunisasi campak dianjurkan diberikan satu dosis pada umur 9 bulan atau lebih.
Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulang 6 bulan
kemudian.
8
Vaksin disuntik subkutan dalam sebanyak 0,5 ml. Dan efek samping yang
mungkin muncul adalah demam, ruam kulit, diare, konjunctivitis, dan gejala kataral
E. Manfaat Imunisasi
Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut ;
a. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit
anak sakit.
c. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara (Depkes RI, 2001).
pelaksana cold chain. Petugas imunisasi adalah tenaga perawat atau bidan yang telah
penyuluhan. Pelaksana cold chain adalah tenaga yang berpendidikan minimal SMA
9
atau SMK yang telah mengikuti pelatihan cold chain, yang tugasnya mengelola vaksin
dan merawat lemari es, mencatat suhu lemari es, mencatat pemasukan dan pengeluaan
Pengelola program imunisasi adalah petugas imunisasi, pelaksanan cold chain atau
petugas lain yang telah mengikuti pelatihan untuk pengelola program imunisasi, yang
tugasnya membuat perencanaan vaksin dan logistik lain, mengatur jadwal pelayanan
perlu dilakukan pelatihan sesuai dengan modul latihan petugas imunisas. Pelatihan
teknis diberikan kepada petugas imunisasi di puskesmas, rumah sakit dan tempat
pelayanan lain, petugas cold chain di semua tingkat. Pelatihan manajerial diberikan
kepada para pengelola imunisasi dan supervisor di semua tingkat (Depkes RI, 2006).
G. Pengelolahan vaksin
a. Sensitivitas terhadap suhu
Untuk memudahkan pengelolahan, vaksin dibedakan dalam 2 (dua) kategori :
1) Vaksin yang sensitif terhadap panas (heat sensitive) : Polio, Campak dan BCG
2) Vaksin yang sensitif terhadap pembekuan (freeze sensitive) : Hepatitis B, DPT, TT
dan DT.
Semua vaksin akan rusak bila terpapar suhu panas. Namun vaksin Polio, Campak
dan BCG akan lebih cepat rusak pada paparan panas dibandingkan vaksin Hepatitis
B, DPT, TT dan TT. Sebaliknya vaksin Hepatitis B, DPT, TT dan DT akan rusak bila
sumber APBN dan BLN (Bantuan Luar Negeri). Pelaksanaa pengadaan vaksin
dilakukan melalui kontrak pembelian pada PT. Bio Farma sebagai produsen vaksin
stook maksimal vaksin di provinsi adalah kebutuhan vaksin untuk 4 (empat) bulan.
Bila frekuensi pengambilan vaksin ke provinsi 1 (sat) kali perbulan maka stok
minimal di kabupaten adalah 1 (satu) bulan dan stok maksimal adalah 3 (tiga)
bulan, dan bila frekuensi pengambilan vaksin ke kabupaten 1 (satu) kali perbulan
maka stok maksimal di Puskesmas 1 (satu) bulan 1 (satu) minggu. Lihat bagan
distribusi vaksin.
Vaksin yang berasal dari virus hidup (polio, ampak) pada pedoman sebelumnya
harus disimpan pada suhu dibawah 0°C. Dalam perkembangan selanjut, hanya
vaksin Polio yang masih memerlukan suhu dibawah 0°C di provinsi dan
suhu 2-8°C. Adapun vaksin lainnya harus disimpan pada suhu 2-8°C. Vaksin
Hepatitis B, DPT, TT dan DT tidak boleh terpapar pada suhu beku karena vaksin
akan rusak akibat meningkatnya konsentrasi zat pengawet yng merusak antigen. Di
Puskesmas yang mempunyai freezer pembuat cold pack, bagian freezer dari lemari
vaksin, susunannya harus diperhatikan karena suhu dingin dari lemari es/freezer
diterima vaksin secara konduksi, maka ketentuan tentang jarak antar kemasan
vaksin harus dipenuhi. Demikian pula letak vaksin menurut jenis antigennya
memunyai urutan tertentu untuk mengindari penurunan potensi vaksin yang terlalu
cepat.
3) Distribusi
Pengertian distribusi disini adalah transportasi atau pengiriman vaksin dari
distribusi vaksin ke Provinsi adalah setiap 1-3 bulan. Tergantung dari besarnya
12
besar umur vaksin dihabiskan dalam tempat penyimpanan di Pusat/Bio Farma.
Farma memerlukan informasi tentang stok vaksin di provinsi secara berkala atau
dan dari gudang kabupaten/kota vaksin diambil oleh petugas Puskesmas setiap
saat ini, early expired first out/EEFO” (dikeluarkan berdasar tanggal kadaluarsa
manajemen stok vaksin secara cepat dengan melihat perubahan warna pada
sasaran sedikit untuk tidak mengecewakan masyarakat. Kalau pada awalnya indeks
pemakaian vaksin menjadi sangat kecil dibandingkan dengan jumlah dosis per
dibawa ke lapangan namun belum dibuka harus segera dipakai pada pelayanan
periksadulu apakah di antara pengunjung diluar umur sasaran ada yang perlu
13
dilengkapi imunisasinya dan ada yang perlu mendapat booster. Namun hasil
Puskesmas, BKIA, praktek swasta) dapat digunakan kembali setelah vial dibuka
Statis
memenuhi target yang ada yaitu kurang dari 80% dengan data cakupan imunisasi di desa
dilaksanakan
e. Faktor jarak antara rumah dan posyandu yang jauh
f. Akses ke posyandu yang terbatas
BAB III
Rendahnya
Cakupan
Imunisasi di
Desa Mawar
RENCANA PROGRAM
Menurut Harrington Emerson dalam Phiffner John F. Dan Preathus Robert V. (1960)
target cakupan imunisasi. Hal yang dapat dilakukan adalah mengusulkan adanya
harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa
uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang
dibutuhkan dan harus dibeli, serta biaya yang diperlukan untuk kebutuhan
transportasi.
3. Materials
Material dalam hal ini antara lain, vaksin yang digunakan untuk melaksanakan
penerima imunisasi sehingga material yang ada dapat digunakan secara efisien.
4. Machines
Machine dalam hal ini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan peralatan
yang digunakan yaitu alat dan bahan. Alat yang dimaksud antara lain jarum
suntik, kapas alkohol, timbangan berat badan dan lain-lain. Sedangkan bahan
5. Methods
Metode dalam hal ini ada beberapa yang perlu diperhatikan, yaitu penyimpanan,
distribusi dan pemakaian vaksin yang salah dapat menurunkan potensi vaksin
16
yang akan digunakan dalam program imunisasi. Oleh karena itu, kita harus
dusun, mengubah pola pikir masyarakat mengenai adanya adat istiadat terhadap
masyarakat.
6. Enviroment
Lingkungan sangat memperngaruhi tingkat keberhasilan program imunisasi.
Akses antar posyandu yang sulit dan jarak antara rumah penduduk dengan
posyandu yang jauh, dan adat istiadat masyarakat yang percaya terhadap jimat
melakukan imunisasi.
BAB IV
REKOMENDASI
17
Berdasarkan masalah yang ada yaitu belum tercapainya cakupan imunisasi di desa
Mawar yang disebabkan oleh adanya adat istiadat terhadap imunisasi, kurangnya
pengetahuan tentang manfaat imunisasi, faktor kesibukan orang tua yang masih bekerja saat
pelaksanaan imunisasi dilaksanakan, faktor jarak antara rumah dan posyandu yang jauh,
faktor akses antar posyandu yang sulit maka diberikan beberapa rekomendasi untuk dapat
kerja masyarakat pada umumnya di daerah tersebut yaitu pada malam hari sekitar
dan ibu hamil sehingga akses dan jarak tidak lagi menjadi masalah.
4. Mengubah pola pikir masyarakat mengenai adanya adat istiadat terhadap imunisasi
dengan cara melakukan pendekatan atau mendatangi orang yang sangat dihormati
anak kecil untuk dilakukan imunisasi dengan cara bekerja sama dengan ketua RT atau
18
BAB V
KESIMPULAN
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi, anak, dan ibu hamil
terhadap penyakit tertentu. Guna terwujudnya derajat kesehatan yang tinggi, pemerintah telah
penurunan dalam satu dekade terakhir. Program imunisasi bisa didapatkan tidak hanya di
puskesmas atau di rumah sakit saja, akan tetapi juga diberikan di posyandu yang dibentuk
masyarakat dengan dukungan oleh petugas kesehatan dan diberikan secara gratis kepada
masyarakat dengan maksud program imunisasi dapat berjalan sesuai dengan harapan (Sri
Rezeki, 2005).
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
target yang ada yaitu kurang dari 80%. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab
cakupan target imunisasi tidak terpenuhi yaitu : Faktor internal yang mempengaruhi
rendahnya cakupan imunisasi di desa Mawar misalnya adat istiadat dan pekerjaan orang tua,
faktor eksternal yang mempengaruhi rendahnya imunisasi di desa Mawar yaitu kurangnya
19
sumber daya manusia, akses antar posyandu yang sulit, jarak antara rumah penduduk dengan
posyandu yang jauh, jenis imunisasi dan jadwal pemberian imunisasi di Posyandu desa
di luar jam kerja masyarakat pada umumnya di daerah tersebut yaitu pada malam
bayi dan ibu hamil sehingga akses dan jarak tidak lagi menjadi masalah.
4. Mengubah pola pikir masyarakat mengenai adanya adat istiadat terhadap imunisasi
dengan cara melakukan pendekatan atau mendatangi orang yang sangat dihormati
anak kecil untuk dilakukan imunisasi dengan cara bekerja sama dengan ketua RT
balai desa tentang manfaat imunisasi sesuai jadwal yang ditentukan pemerintah.
7. Memberikan penyuluhan kepada petugas pelaksana dalam melakukan
DAFTAR PUSTAKA
20
3. Sri, Rezeki S Hadinegoro. Prof. Dr. dr. SpA(K), dkk. Pedoman imunisasi di Indonesia.
Ikatan Dokter Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta 2005.
4. Suharjo, JB. Vaksinasi cara ampuh cegah penyakit infeksi. Kanisius : 2010.
21