Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH FT KESEHATAN WANITA

‘’ ADOLESCENSE ‘’

Disusun Oleh :

KELOMPOK 2

1. FITRAYANA
2. HAFSAH TAHIR
3. HARDIANTI
4. HARDIANTY ANDI MUNAWARAH ABDUH
5. HERLITA ANDRI ANNISA
6. HUSNANNISA’
7. INTAN PERMATASARI
8. IRMA YUNITA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR


PRODI D.IV FISIOTERAPI
TAHUN AJARAN 2018
BAB 1
PENDAHULUAN

Istilah adolescence berasal dari kata Latin (kata bendanya, Adolescentia =


remaja) yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Dalam arti luas,
istilah adolescence ini mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.
Pandangan ini sesuai dengan yang diungkapkan Piaget, sebagai berikut :

“Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi


dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat
orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama,
sekurang-kurangnya masalah hak. ..... integrasi dalam masyarakat (dewasa)
mempunyai banyak aspek afektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
..... Transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini
memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa
yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari perkembangan ini”.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pada tahun 1974 memberikan defenisi


tentang remaja yang lebih konseptual. Dalam defenisi tersebut dikemukakan tiga
kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial dan ekonomi. Secara lengkap defenisi
tersebut berbunyi sebagai berikut :

“Remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali
ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual; ketika individu mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa; ketika terjadi peralihan dari
ketregantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih
mandiri”. (Mungman, dalam Sarlito Wirawan, 2005:9)

Pada tahun-tahun berikutnya, defenisi ini semakin berkembang kearah konkret


operasional. Ditinjau dari bidang kegiatan WHO, yaitu kesehatan, masalah yang
paling mendesak berkaitan dengan kesehatan remaja adalah kehamilan yang terlalu
awal. Berangkat dari masalah pokok ini, WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun
sebagai batasan usia remaja. Kehamilan dalam usia-usia tersebut memang
mempunyai resiko yang lebih tinggi (kesulitan waktu melahirkan,
sakit/catat/kematian bayi/ibu) dari pada kehamilan dalam usia-usia di atasnya.

Pengertian lain dari remaja yang sampai sekarang masih banyak dikutip orang
adalah pendapat Stanley Hall (Bapak Psikologi Remaja abad ke-20) mengatakan
bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (strom and stress).

Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau
pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang
menemukan bahwa ada empat status identitas diripada remaja yaitu Identity
diffusion/confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock,
2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja
yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan
masalah pada diri remaja.

Gunarsa (1989) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat


menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu :

1. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.


2. Ketidakstabilan emosi.
3. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
4. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
5. Pertentangan dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-
pertentangan dengan orang tua.
6. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup
memenuhi semuanya.
7. Senang bereksperimentasi.
8. Senang bereksplorasi.
9. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.
10. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan
berkelompok.
Berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah masa saat
terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental
dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Sebagian remaja
mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi
mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis dan sosial.
Menurut Hurlock (1981)remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18
tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun.
Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-
23 tahun.
Banyak perubahan yang terjadi pada masa remaja, baik perubahan fisik maupun
psikologis, baik kualitas maupun kuantitas. Perubahan dramatis dalam bentuk dan
ciri-ciri fisik berhubungan erat dengan mulainya pubertas. Aktivitas kelenjar
pituitari pada saat ini berakibat dalam sekresi hormon yang meningkat, dengan efek
fisiologis yang tersebar luas. Hormon pertumbuhan memproduksi dorongan
pertumbuhan yang cepat, yang membawa tubuh mendekati tinggi dan berat
dewasanya dalam waktu 2 tahun. Dorongan pertumbuhan ini terjadi lebih awal pada
pria daripada wanita, juga menandakan bahwa wanita lebih dulu matang secara
seksual daripada pria.
Pencapaian kematangan seksual pada gadis remaja ditandai oleh kehadiran
menstruasi dan pada pria ditandai oleh produksi semen. Hormon-hormon utama
yang mengatur perubahan ini adalah androgen pada pria dan estrogen pada wanita,
zat-zat yang juga dihubungkan dengan penampilan ciri-ciri seksual sekunder :
rambut wajah, tubuh, kelamin dan suara yang mendalam pada pria; rambut tubuh
dan kelamin, pembesaran payudara, dan pinggul lebih lebar pada wanita.
BAB II
PEMBAHASAN MATERI

Pada bagian ini akan diuraikan beberapa gangguan fungsi serta masalah terkait
dengan kesehatan wanita, seks dan sistem reproduksi wanita.

Disfungsi urinary pada adolescens

1. Nocturnal Eneuresis
Nocturnal eneuresis tanpa pengosongan urin yang jelas pada siang hari
mengenai 20% sampai usia 5 tahun, kemudian berhenti secara spontan pada kira-
kira 15% anak tersebut setiap tahun (Gonzales, 2000). Menurut Tanagho (2008),
anak perempuan dengan kandung kemih normal lebih cepat dapat mengontrol
buang air kecilnya daripada anak laki-laki. Pada usia 6 tahun, 10% masih
mengalami nocturnal enuresis, bahkan pada usia 14 tahun sebanyak 5% juga
masih ada yang mengalami nocturnal enuresis. Didapati 50% kasus mengalami
keterlambatan pematangan sistem saraf dan myoneurogenik intrinsik kandung
kemih, 30% kasus dipengaruhi keadaan psikologis, dan 20% lainnya disebabkan
oleh penyakit-penyakit organik. Dan biasanya nocturnal enuresis fungsional
berhenti pada usia kurang lebih 10 tahun.
Penyebab dari nocturnal enuresis tidak diketahui dengan jelas tetapi ada
beberapa kemungkinan yang menjadi penyebab, seperti :
a. Faktor genetic
Dari anamnesa didapati bahwa salah satu atau kedua orang tua mengalami
enuresis. Dari beberapa penelitian dasar genetic enuresis ditemukan pada
kemban monozigotik (identik) dan disogetik (faternal ) ( Von gontard,
Schaumburg, Hollmann eiberg dan ritting, 2001 dalam Gary dan Moore)
b. Faktor urodinamik
Enuresis abnormal berhubungan dengan kecilnya kapasitas kandung kemih
yang dipengaruhi oleh kontraksi detrusor yang berlebihan. Hal ini diduga
akibat kurangnya inhibiftor kontraksi kandung kemih dan tidak adanya
koordinasi antara otot-otot detrusor dan otot-otot sfingter (Gary dan Moore,
2009: sekarwarna, 1993).
c. Faktor anti diuretic nocturnal enuresis terjadi karena tingginya volume
pengeluaran urin yang dipengaruhi adanya peribahan ritme sikardian dari
sekresi hormone antidioretik (ADH) (Gonzales, 2000: Gary dan Moore, 2009:
sekarwarna, 1993)
d. Faktor kematangan neurofisiologi
Terlambatnya mekanisme korteks dalam mengendalikan refleks pembuangan
urin dijadikan sebagai hipotesa keungkinan terjadi nocturnal enuresis dimana
pada pemeriksaan EEG anak dengan nocturnal enuresis didapati peningkatan
cerebrat aritmea. Dan hal ini tidak dapat dipengaruhi noleh tingkatan tidu
dalam dan pola tidur (Gonzales, 2000: Gary dan Moore, 2009: sekarwarna,
1993)
e. Faktor keterlambatan perkembangan
Anak keterlambatan perkembangan dapat menjadi salah satu faktor, pada ana
yang terlambat berjalan juga akan terlambat belajar mengontol miksi. Dimana
nocturnal enuresi merupakan manifestasi kematangan diri dari aspek
individual dalam pekembangan ( Koff, 1997: Meadow dan Newell, 2003).
f. Faktor psikologis
Biasanya hal ini terjadi karena adanya faktor stress selama periode
perkembangan antara usia 2-4 tahun. Stress psikologis berhubungan dengan
enuresis sehingga mempengaruhi perkembangan anak, seperti kelahiran
saudara, perceraian orang tua, pemaksaan fisik dan seksual, kmatian dalam
keluarga, serta masalah di sekolah. Hal ii dipengaruhi oleh stress emosional,
kecemasan, serta gangguan psikiatri dimana nocturnal enuresis merupakan
usaha untuk mendapatka perhatian, seperti lahirnya adik menyebabkan
perhatian orang tua berkurang menyebabkan anak menjadi cemas, dan anak
melakukan hal ini untuk mencari perhatian orang tuanya. Selain itu proses
belajar dan stress belajar di kemudian hari dapat menyebabkan enuresis. Akan
tetapi bahwa kebanyakan anak mengalami nocturnal enuresis tidak
mengalami sakit psikologis (Gary dan Moore, 2009; Hogman dan Dech,
2007, Tanagho, 2008; Sekarwan, 1993 )
g. Faktor Lain
Nocturnal eneuresis dipengaruhi oleh saluran kemih abnormal seperti
obstruksi uretra maupun infeksi kandung kemih, ataupun kondisi-kondisi
yang dapat menyebabkan poliuria seperti diabetes atau insufisiensi ginjal
(Meadow dan Newell, 2003).

Nocturnal eneuresisdianggap abnormal menurut beberapa penelitian :

 Menurut Miller et al (1960), oppel et al (1968), Kaffman dan Elizur (1977)


ditempat berbeda dengan kriteria inkontensia yang mirip (1-3 bulan) dan
dengan proseptip menyatakan bahwa anak-anak yang masih mengalami
Nocturnal eneuresis sampai usia 4 tahun, berbeda dengan usia yang lebih
muda, kemungkinan akan berhenti mengalami hal tersebut selama 12
bulan (Fall sharply).
 Di ball time pada sampel anak laki-laki (oppel et all, 1968), lebih dari 40%
anak usia 2 tahun berhenti mengalami Nocturnal eneuresis, pada tahun
berikutnya 20% pada anak usia 3 tahun, dan hanya 6% pada anak usia 4
tahun yang masih mengalami Nocturnal eneuresis.
 Kaffman dan Elizur pada tahun 1977 menyatakan enuresis pada anak usia
lebih dari 4 tahun memiliki lebih banyak masalah kebiasaan daripada yang
tidak, tetapi tidak dengan anak yang berusia 3 tahun. Jadi, Nocturnal
eneuresis masih dianggap normal sampai usia 3 tahun (Shaffer, 1985).

Penatalaksanaan Nocturnal eneuresis dimulai dengan pemriksaan secara


lengkap, mungkin dengan menggunakan sistometri untuk mendeteksi
overaaktive otot detrusor. Berikut beberapa pengobatan Nocturnal eneuresis
dengan non farmakologi :
1. Perubahan kebiasaan, yaitu mrngurangi asupan air 2 jam sebelum tidur,
mencegah mengonsumsi minuman berkafein, orang tua membangunkan
anaknya pada malam hari untuk miksi dengan cara menghidupkan lampu atau
mengusapkan handuk dingin diwajahnya, latihan menahan miksi untuk
memperbesar kapasitas kandung kemih agar waktu antara miksi menjadi
lebih lama, minta anak membantu membersihkan serta mengganti alas tempat
tidurnya dan mengganti piyama sendiri, serta memberi hadiah bila anak tidak
mengompol (Gray dan Moore, 2009: Meadow dan Newell, 2013 : Sekarwan,
1993).
2. Miksi sebelum tidur, dimana anak diharuskan pergi ke toilet untuk buang air
kecil sebelum tidur pada setiap malamnya (Gauthir, Edelmann dan Barnett,
1982).
3. Menggunakan alarm, yang dilakukan selama 4-6 minggu disertai dengan
pemberian hadiah agar dapat lebih efektif. Alarm dipasang sebelum tidur dan
berbunyi atau bergetar saat miksi (Gray dan Moore 2009 : Hogmann dan
Dech, 2007, Sekarwan 1993, Tanagho 2008)
4. Psikoterapi, dengan cara adanya konseling pada anak dan harus dijelaskan
pada orang tua bahwa hal ini akan berhenti dengan sendirinya dan agar lebih
efektif dilakukan beberapa terapi, jadi diharapkan agar orang tua tidak
menghukum anaknya karena Nocturnal eneuresis akan memperberat keadaan
anak tersebut (Gray dan Moore 2009 : Tanagho 2008).

Selain itu, penatalaksanaan Nocturnal eneuresis secara farmakologi dengan


menggunakan obat-obat :
1. Desmopresin Acetate, merupakan anti diuretik yang meningkatkan reabsorpsi
air. Obat ini diberikan sebelum tidur dengan cara disemprotkan di hidung.
Desmopresin dapat digunakan dalam mengurangi noctural eneuresis samapai
anak dapat menahan miksi, tidak memiliki efek samping dan menunjukkan
efek antieneuretik yang signifikan. Tetapi Desmopresin kontra indikasi pada
pasien dengan thrombotic thrombocytopenic purpura(Gonzales, 2000 :
Meadow dan Newell, 2003 : Tanagho, 2008: Veygradier, Meyer dan Loirat,
2006 dalam Gray dan Moore 2009).
2. Imipramin, merupakan antidepresan trisiklik yang diminum 20 mg sebelum
makan malam (Meadow dan Newell 2003 : Tanagho, 2008). Mekanisme
kerjanya belum jelas, namun mempunyai efek signikan pada saat tidur
(Nikkelsen, Rapoport, Nee, Gruenau, Medelson, dan Grlinc, 1980 dalam kof,
1997). Respon klinis obat ini bergantung pada kadar plasma dalam darah,
efek sampingnya berupa toksik dan lethal overdosis bila digunakan dalam
dosis besar(Jongensen, lober, kristiansen dan gram, 1980 : degatta gracia, dan
akosta, 1984 dalam koff 1997). Efek samping yang terjadi dapat berupa
iritabilitas, penurunan nafsu makan,mual dan muntah (yeung dan Shioe,2007
dalam Gray dan Moore,2009).
3. Obat-obat parasimpatolitik seperti atropie atau Belladona berguna
menurunkan tonus otot detrusor. Dapat juga digunakan methaline bromide
25-27 mg sebelum tidur (Tanagho,2008).
Obat simpatomimetik seperti dextroamphetamine sulfate 5-10 mg sebelum
tidur (Tanagho,2008). Obat –obatan ini tidak terlalu berguna karena sebagian
besar akan mengalami relaps saat penggunaan obat dihentikan (Meadow dan
Newell,2003.)

Fisioterapi

Mengajarkan latihan otot-otot dasar panggul (PFM=Pelvic Floor Muscle


Exercise) mungkin memiliki beberapa efek penghambatan pada otot detrusor.

2. Inkontinensia urin (IU)


a. Pengertian
Inkontenensia urin (IU) oleh international Continence Society (ICS)
didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dapat dikendalikan atau
dikontrol ,secara objektif dapat diperlihatkan dan merupakan suatu masalah
sosial atau higienis. Hal ini memberikan perasaan tidak nyaman yang
menimbulkan dampak terhadap kehidupan sosial,psikologi, aktivitas seksual
,dan pekerjaan. Juga menurunkan hubungan interaksi sosial dan
interpersonal. Inkontenesia urin dapat bersifat akut atau parsisten.
Inkontensia urin yang bersifat akut dapat diobati bila penyakit atau masalah
yangmendasarinya diatasi seperti infeksi saluran kemih,gangguan kesadaran,
vaginitis atrofik,rangsangan obat-obat dan masalah psikologik.
Gambar 1.anatomi urogenital wanita

Kelainan inkontensia urin sendiri tidak mengancam jiwa penderita,tetapi


berpengaruh pada kualitas hidup yang disebabkan oleh faktor gangguan
psikologis dan dfaktor sosial yang sulit diatasi. Penderita merasa rendah diri
karena selalu basah akibat urin yang keluar ,pada saat batuk,bersin,
mengangkat barang berat ,bersanggama,bahkan kadang pada saat beristirahat
dan setiap saat harusmemakai kain pembalut 4.

b. Penyebab
Saluran kemih terdiri dari ginjal (tempat terbentuknya
urin),kandungkemih (tempat urin dikumpulkan dan disimpan),dan saluran
yang menghubungkan kandung kemih keluar (uretra). Banyak sekali
penyebab inkontenensia urin, yang mana bisa bersifat akut atau kronis.
1) Inkontinensia urin akut dapat disebabkan oleh :
 Sembelit
 Infeksi saluran kemih
 Konsumsi alkohol berlebih
 Minum terlalu banyak atau minum cairan yang dapat mengiritasi
kandung kemih,seperti minuman berkarbonisasi ,minuman yang
mengandung kafein, buah dan jus jeruk, pemanis buatan, dan
termasuk kopi dan teh tanpa kafein.
 Mengonsumsi obat,separti obat untuk flu, alergi,depresi,
nyeri,tekanan darah tinggi, diuretik,dekongestan dan relaksan otot.
2) Inkontinensia urin kronis dapat terjadi karena :
 Otot kandung kemih yang terlalu aktif
 Terdapat obstruksi pada saluran kemih,separti batu saluran kemih
 Otot dasar panggul lemah
 Stroke
 Kanker kandung kemih
 Multiple sclerosis (penyakit kronis pada sistem sarap pusat)
 Penyakit parkinson
 Tumor otak
 Cedera tulang belakang
 Interstitial cytitis (radang kronis pada dinding kandung kemih)
 Penyakit atau cefera yang mempengaruhi sistem saraf dan
otot,termasuk diabetes
 Mobilitas yang minim.

3) Penyebab khusus inkontinensia pada perempuan meliputi :


 Infeksi atau iritasi pada vagina
 Kehamilan dan persalinan
 Ketidakseimbangan hormon akibat menopause
 Histerektomi (operasi pengangkatan rahim).

4) Penyebab khusus inkontinensia urin pada laki-laki meliputi:


 Radang prostat (prostatitis) dan benign prostatic hyperplasia
(BPH),yang mengacu pada pembengkakan prostat
 Kanker prostat dan pengobatan untuk kanker prostat,termasuk
radiasi dan pembedahan
c. Jenis-Jenis Inkontinensia Urin
Berdasarkan sifat reversibilitasnya inkontinensia urin dapat dikelompokkan
menjadi 2 yaitu :
1) Inkontinensia urin akut (Transient incontinence) : inkontinensia urin ini
terjadi secara mendadak,terjadi kurang dari 6 bulan dan biasanya berkaitan
dengan kondisi sakit akut atau problem iatrogenic dimana menghilang jika
kondisi akut teratasi. Penyebabnya dikenal dengan akronim DIAPPRES
yaitu: delirium,infeksi, dan inflamasi ,atrophic vaginitis,psikologi dan
pharmacology ,excessive urin production (produksi urin yang berlebihan
),restriksi mobilitas dan stool impaction (impaksi feses).
2) Inkontinensia urin kronik (persisten) : Inkontinensia urin ini tidak
berkaitan dengan kondisi akut dan berlangsung lama (lebih dari 6 bulan).
Ada 2 penyebab kelainan mendasar yang melatar belakangi inkontinensia
urin kronik (persisten) yaitu : menurunya kapasitas kandung kemih akibat
hiperaktif dan karena kegagalan pengosongan kandung kemih akibat
lemahnya kontraksi otot detrusor. Inkontinensia urin kronik ini
dikelompokkan lagi menjadi beberapa tipe (stress,urge,overflow,mixed).
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing tipe inkontinensia urin
kronik atau persisten :
a) Inkontinensia urin tipe stress : inkontinensia urin ini terjadi apabila
urin secara tidak terkontrol keluar akibat peningkatan tekanan di
dalam perut ,melemahnya otot dasar panggul ,operasi dan penurunan
estrogen.

Gejalanya antara lain kencing sewaktu batuk, mengedan, tertawa,


bersin, berlari, atau hal lain yang meningkatkan tekanan pada rongga
perut, pengobatan dapat dilakukan tanpa operasi ( misalnya dengan
kegel exercise, dan beberaa jenis obat-obatan), maupun dengan
operasi.
Gambar 2. Perbandingan normal stress dan stress inkontinensia

Inkontinesia urin tioe stress dapat dibedakan dalam 4 jenis yaitu 14:

 Tipe 0 : pasien mengeluh kebocoran urin tetapi tidak dapat


dibuktikan melalui pemeriksaan
 Tipe : terjadi pada pemeriksaan dengan maneuver stress dan
adanya sedikit penurunan uretra pada leher vesika urinaria
 Tipe 2 : IU terjadi pada pemeriksaan dengan penurunan
uretra pada leher vesika urinaria 2 cm atau lebih
 Tipe 3 : uretra terbuka dan area leher kandung kemih tanpa
kontraksi kandung kemih. Leher uretra dapat menjadi fibrotic
(riwayat trauma aatu bedah sebelumnya) dengan gangguan
neurologic atau keduanya.
Tipe ini disebut juga defisiensi sfingter instrinsik

b) Inkontinensia urin tipe urge : timbul pada keadaan otot detrusor


kandung kemih yang tidak stabil, yang mana otot ini bereaksi secara
berlebihan. Inkontinensia urin ini di tandai dengan ketidak mampuan
menunda berkemih setelah sensasi berkemih muncul. Manifestasinya
dapat berupa perasaan ingin kencing yang mendadak ( urge ), kencing
berulang kali ( frekuensi ) dan kencing di malam hari ( nokturia ).
c) Inkontinensia urin tipe overflow: pada keadaan ini uri mengalir keluar
akibat isinya yang sudah terlalu terlalu banyak di dalam kandung
kemih, umumnya akibat otot detrusor kandung kemih yag lemah.
Biasanya hal ini dijumpai pada gangguan saraf akibat penyakit
diabetes, cedera pada sum sum tulang belakang, atau saluran kencing
yang tersumbat. Gejalanya berupa rasa tidak puas setelah kencing
(merasa urin masih tersisa di dalam kandung kemih ), urin yang keluar
sedikit dan pancarannya lemah. Inkontinensia pada wanita
d) Inkontinensia tipe campuran ( Mixed ) : merupakan kombinasi dari
setiap jenis inkontinensia urin di atas. Kombinasi yang paling umum
adalah tipe campuran inkontinensia tipe stress dan tipe urgensi atau
tipe stress dan tipe fungsional

d. Faktor Resiko Inkontinensia Urin


Faktor resiko yang berperan memicu inkontinensia urin pada wanita adalah
14 :
 Faktor kehamilan dan persalinan
Efek kehamilan pada inkontinen urin tampaknya bukan sekedarproses
mekanik inkontinensia urin pada perempuan hamil dapat terjadi dari awal
kehamilan hingga masa nifas, jadi tidak berhubungan dengan penekanan
kandung kemih oleh uterus. Prevalensi inkontinensia urin meningkat
selama kehamilan dan beberapa minggu setelah pesalinan. Tingginya usia,
paritas dan berat badan bayi tampaknya berhubungan dengan
inkontinensia urin.
 Merokok dapat meningkatkan resiko terkena inkontinensia urin karena
merokok dapat menyebabkan kandung kemih terlalu aktif karena efek
nikotin pada dinding kandung kemih.
 Menopause cenderung bertindak sebagai konstributor untuk resik
terjadinya inkontinensia urin
Ada mitos yang meneta yang menganggap bahwa inkontinensia urin ada
wanita merupakan konsekuensi proses penuaan normal. Walaupun proses
penuaan bukanlah penyebab inkontinensia, perubahan fungsi saluran kemih
bawah terjadi seiring dengan proses penuaan dan ini menjadi faktor
predisposisi inkontinensia urin. Usia pada wanita merupakan faktor
independen penting yang berhubungan dengan prevalensi inkontinensia urin
timbul akibat efek independen dari pertambahan usia itu sendiri atau akibat
menopause.

e. Pengobatan Inkontinensia
Pengobatan inkontinensia akan tergantung dari penyebabnya,. Secara garis
besar, ada beberapa macampengobatan untuk inkontinensia, antara lain :

1) Perubahan gaya hidup


Perubahan gaya hidup seringkali dapat membantu seseorang dalam
mengatasi inkontinensia, antara lain dengan :
 Menurunkan berat badan
 Menghindari minum berlebihan dan mengurangi konsumsi kafein
 Senam kegel
 Biofeedback
 Latihan kandung kemih
 Manajemen cairan dan diet
 Penjadwalan waktu buang air kecil

2) Obat-obatan
Obat-obatan yang umum digunakan untuk mengatasi inkontinensia urin
antara lain :
 Antispasmodic, termasuk obat-obatan antikoligernik dan relaksan otot
polos, yang bekerja untuk merelaksasi kandung kemih.
 Antibiotic, digunakan untuk mengobati infeksi yang menyebabkan
inkontinensia
 Terapi penggantian hormone, seperti terapi penggantian estrogen pada
perempuan menopause.
 Obat lain, seperti desmopressin yang merupakan antidiuretik yang
menghentikan produksi urin saat anda tidur.

3) Peralatan medis
Beberapa peralatan medis yang dapat membantu mengatasi inkontinensia
urin antara lain :
 Urethral insert, menyerupai tampon yang dapat dimasukkan ke dalam
uretra perempuan guna mencegah kebocoran urin.
 Pessary, semacam cincin yang dimasukkan ke dalam vagina untuk
mengatasi inkontinesia akibat kandung kemih prolaps atau turun.
 Penile compression device, klem pada penis yang mencegah kebocoran
urin.
 Kateter, jika inkontinensia adalah karena ketidakmampuan dalam
mengosongkan kandung kemih, maka dokter akan menyarankan
penggunaan kateter. Kateter adalah selang lunak yang dimasukkan ke
uretra untuk menguras kandung kemih.

4) Pembedahan
Pada sebagian kasus inkontinesia urin, mungkin dibutuhkan tindakan
pembedahan. Ada banyak prosedur pembedahan untuk mengatasi
inkoninensia urin, seperti :
 Pemasangan sfingter urin buatan (katup pengontrol aliran urin dari
kandung kemih) untuk laki laki
 Suspensi leher kandung kemih (mengangkat kandung kemih yang
kendur)
 Perbaikan kecacatan anatomi internal
 Sacral nerve stimulation.
 Bulking material injections atau collagen injections (akan memperkuat
jaringan di sekitar uretra)
 Prosedur sling (ditempatkan di bawah uretra)
3. Infeksi Traktus Urinary (Infeksi kandung kemih)

a. Pengertian

Infeksi kandung kemih adalah peradangan yang terjadi pada kandung


kemih. Infeksi kandung kemih umumnya disebabkan oleh bakteri. Infeksi ini
bisa menjadi semakin parah jika bakteri menyebar hingga ke ginjal.

Dibandingkan dengan pria, wanita lebih sering mengalami infeksi


kandung kemih. Hal ini disebabkan karena saluran uretra (saluran yang
membawa urine dari kandung kemih keluar tubuh) pada wanita lebih pendek,
dan mulut uretra wanita terletak sangat dekat dengan anus. Tidak ada batasan
umur wanita yang yang bisa mengalami infeksi kandung kemih. Namun,
wanita yang hamil, aktif secara seksual, dan yang sudah melewati menopause
memiliki risiko lebih besar.

Walaupun punya tingkat resiko tidak sebesar wanita, infeksi kandung


kemih bisa terjadi lebih parah pada pria. Hal hal yang memicu infeksi
kandung kemih pada pria adalah infeksi prostat, penyumbatan sistem
kandung kemih akibat tumor, atau karena pembengkakan prostat. Pria yang
melakukan seks anal tanopa memakai pelindung memiliki resiko lebih tinggi
mengalami infeksi kandung kemih

b. Gejala Infeksi Kandung Kemih


Gejala infeksi kandung kemih antara orang dewasa dan anak anak akan
sediki berbeda. Gejala infeksi kandung kemih pada orang dewasa adalah :
 Sensasi rasa nyeri, terbakar, atau menyengat saat buang air kecil.
 Tubuh terasa lemah atau demam
 Meningkatnya frekuensi buang air kecil tapi hanya sedikit urine yang
keluar
 Terdapat darah didalam urine atau hematuria
 Urine akan berwarna lebih pekat, gelap, dan beraroma kuat.
 Munculnya rasa nyeri diperut bagian bawah (atau tepat di atas tulang
panggul) atau di punggung bawah
Sedangkan pada anak –anak, salah satu gejala yang menandakan mereka
mengalami infeksi kandung kemih adaklah mengompol secara tidak sengaja
di siang hari. Beberapa gejala infeksi kandung kemih lain yang mungkin
terjadi adalah :

 Merasa lemah aau lelah


 Mudah marah
 Nafsu makan berkurang
 Muntah
 Kesakitan saat buang air kecil

Jika anda atau anak mengalami sering buang air kecil atau urine bercampur
dengan darah, segera temui dokter. Jika gejala infeksi kandung kemih
kembaali setelahg anda menyelesaikan dosis antibiotik, munkin anda
memerlukan jenis obat lainnya. Tanyakan pada dokter lebih jelas tentang
gejala yang anda alami, gejala mungkin disebabkan oleh kondisi medis lain

c. Penyebab Infeksi Kandung Kemih


Infeksi kandung kemih paling sering disebabkan oleh bakteri dari luar,
yang masuk ke dalam saluran kemih melalui uretra dan mulai berkembang
biak. Bakteri bisa masuk dan berkembang biak di kandung kemih jika
seseorang masih menyisakan urine dalam kandung kemih setiap buang air
kecil. Tersisanya urine pada kandung kemih secara tidak sengaja bisa
disebabkan oleh: sistem saluran air seni terhambat misalnya akibat tumor atau
pembesaran prostat pada pria. Kehamilan juga bisa memberikan tekanan pada
bagian panggul dan juga kandung kemih.
Sebanyak 70 hingga 95 persen kasus infeksi kandung kemih akibat bakteri
disebabkan oleh bakteri E Coli. Selain E Coli, bakteri lain yang menjadi
penyebab infeksi kandung kemih antara lain:
 Proteus species
 Klebsiella species
 Enterococcus faecalis
 Enterobacteriaceae
 Bakteri ragi

Pada wanita berusia muda, bakteri staphylococcus saprophyticus juga bisa


menjadi penyebab infeksi kandung kemih. Infeksi kandung kemih akibat
bakteri lebih umum terjadi pada wanita, hal ini disebabkan karena posisi
uretra wanita yang lebih berdejatan dengan anus. Ini berarti bakteri dari anus
lebih mudah berpindah ke uretra.
Selain karena posisi uretra dan anus yang berdekatan, perpindahan bakteri
pada wanita bisa terjadi ketika :
 Memasukkan pembalut jenis tampon
 Bercinta
 Memakai kontrasepsi diafragma
 Menyeka dengan tisu setelah dari toilet dengan posisi dari belakang ke
depan. Risiko ini dapat dihindari jika anda menyeka dengan arah
berlawanan (dari depan kebelakang).
 Wanita memasuki masa menopause. Pada masa ini, wanita hanya
memproduksi sedikit cairan vagina dan akibatnya bakteri lebih mudah
berkembang biak.

Untuk mendiagnosa infeksi kandung kemih, biasanya dilakukan beberapa


tes sebagai berikut :

 Kertas dipstick. Ini merupakan strip kertas yang mengandung bahan kimia
dan akan bereaksi terhadap bakteri tertentu dengan mengubah warna
kertas.
 Tes sampel urine. Sampel dari urine anda akan diperiksa didalam
laboratorium untuk mengetahui bakteri apa yang mneyebabkan infeksi
kandung kemih. Tes ini juga bisa mengetahui jika infeksi kandung kemih
disebabkan oleh kondisi lain.
 Sistoskopi. Prosedur dimana kamera kecil digunakan untuk memeriksa
bandung kemih anda
 Test pencitraan seperti USG dan sinar X akan disarankan jika anda
mengalami infeksi kandung kemih kambuhan dan tidak merespons
terhadap antibiotik

d. Pengobatan Infeksi Kandung Kemih

Pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi infeksi kandungan kemih


terbagi menjadi dua jenis, yaitu penanganan mandiri dan penggunaan
antibiotik. Biasanya gejala infeksi kandug kemih ringan akan menghilang
dengan sendirinya dalam beberapa hari tanpa pengobatan khusus.

Penanganan mandiri bisa dilakukan jika infekso kandung kemih yang anda
alami tergolong ringan, dan anda merasa tidak perlu menemui dokter. Berikut
beberapa cara yang bisa dilakukan sendiri :

 Hindari berhubungan seksual, karena bisa membuat infeksi yang terjadi


bertambah parah
 Hindari komsumsi minuman keras
 Pada beberapa orang, mengomsumsi sodium bikarbonat atau potassium
sitrat bisa membantu meredakan rasa sakit saat buang air kecil
 Mengomsumsi obat pereda rasa sakit seperti paracetamol atau ibuprofen

Cara Mencengah Infeksi Kandung Kemih

Meski tidak semua infeksi kandung kemih bisa dicegah, berikut ini
beberapa langkah pencegahan agar terhindar dari infeksi kandung kemih :

 Jangan menunda buang air kecil, menahan urine bisa membuat kandung
kemih tegang dan rentan mengalami infeksi. Dan pastikan untuk
mengeluarkan seluruh air seni di kandung kemih.
 Gunakan pakaian dalam dari bahan katun
 Hindari pemakaian celana yang ketat
 Kurangi penggunaan sabun dan bedak yang mengandung parfumdi area
ginjal
 Jangan terlalu sering membersihkan tubuh atau mandi dengan cara
berenda, agar area genital tidak lama terpapar bahan kimia produk
pembersih.
 Beberapa makanan dan minuman bis mempeparah infeksi kandug kemih
yang dialami seseorang, misalnya kopi, jus buah – buahan atau makanan
pedas
 Biasakan untuk mengelap area genital wanita dari arah depan ke belakang,
setelah buang air kecil. Apabila infeksi kandung kemih muncul setelah
sesorang berhubungan seksual, maka hendaknya mengosongkan kandung
kemih setelah melakukan hubungan seksual agar bakteri yang tidak
diinginkan bisa terbuang melalui urine.

4. Beberapa infeksi pada system Genitourinaria


a. Adnexitis
Adnexitis adalah infeksi atau radang pada adnexa rahim yang disebabkan
oleh virus dan bakteri. Adnexa adalah organ repruduksi wanita berupa
jaringan yang berada di samping kanan dan kiri melekat pada rahim, yang
bernama tuba fallopi dan ovarium. Istilah lain yang sering digunakan untuk
menyebut penyakit ini adalah salpingo –ooforitis.
Adnekitis ini terdiri dari 2 macam yaitu adnexitis akut dan kronis.
Adnexitis akut atau salpingo ooporitis akuta sendiri biasanya disebabkan oleh
infeksi oleh infeksi oleh Neisseria gonorhoe dan Chalmydia trachomatis,
selain itu infeksi ini juga disebabkan oleh infeksi dari organ lain yang
berdekatan seperti pada infeksi apendiks yang menyebar hingga ke tuba.
Infeksi dari bakteri tersebut naik sampai ke tuba dariuterus sampai ke mukosa.
Adnexitis akut atau salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonoroe
ada kecenderungan perlekatan fimbria pada ostium tuba abdominalis yang
menyebabkan penutupan ostium itu.
Apabila infeksi nanti hinga mengeluarkan nanah dan nanah yang
berkumpul dalam tuba menyebabkan terjadi piosalping, pada salpingitis
gonoroika ada kecenderungan bahwa gonokokus menghilang dalam waktu
yang singkat, biasanya 10 hari sehingga pembiakan negative.
Salpingitis akut banyak ditemukan pada infeksi masa nifas atau pada
abortus septic ada juga disebabkan oleh berbagai tierti kerokan, infeksi dapat
disebabkan oleh bermacam kuman seperti, streptokokus ( aerobic dan
anaerobic ), stafilokokus, e. choli, clostridium wechii, dan lain- lain.
Infeksi ini menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan darah
atau limfe ke parametrium terus ke tubadan dapat pula ke peritoneum pelvic,
disini timbul salpingitis interstitial akuta, meosalping dan dinding tuba
menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering kali
normal. Hal ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis
gonoroika, dimana radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering
terjadi penyumbatan lumen tuba. ( Sarwono. Winkjosastro,Hanifa.Hal
287.2007 )

Gejala adnexitis :

1) Menyebabkan demam atau suhu tinggi


2) Leukosit tinggi
3) Nyeri disebelah kanan atau kiri uterus
4) Stelah beberapa hari dijumpai tumor pada perut dengan batas tidak jelas
serta nyeri apabila ditekan

Pengobatan adnexitis :

1) Pengobatan dengan anti – biotik


Untuk gejala adnexitis yang tampak jelas, yaitu pasien pertama kali harus
melakukan pengobatan dengan antibiotic, untuk membunuh bakteri sisa
dan mencengah penyakit kambuh berulang. Obat yang biasa digunakan
tetap penisilin, gentamisim, metronidazole, dan lain – lain yang
digunakan untuk mengobati radang akut tuba falopi, ovarium, serta
peritonitis panggul.
2) Terapi jaringan
Lakukan injeksi cairan jaringan plasenta, globulin plasenta, secara
intramuscular sehari sekali atau 2 hari sekali, dan dilakukan sampai 15
kali pengobatan.
3) Fisioterapi
Stimulasi yang hangat dapat meningkatkan sirkulasi darah, mengatur
kondisi gizi dalam jaringan local sehingga membantu penyerapan dan
meredakan peradangan. Fisioterapi yang sering digunakan adalah
shortware diathermy (SWD), iontophoresis dan sejenisnya. Jika suhu
tubuh lebih dari 37,50 C atau penderita tuberculosis genital jangan
menggunakan metode fisioterapi.

b. Vulvar Vestibulitis Syndrome


Gejala – gejala :
1) Nyeri fokal yang hebat pada kulit vestibulum vaginae
2) Hipersensitif pada labia minor
3) Nyeri terbakar yang terjadi secara primer sebagai bentuk respon saat
ditekan dan diulur
4) Dyspareunia
5) Beberapa wanita mungkin mengalami urgensi perkemihan, cystitis dan
bahkan cystitis interstitial

Problem Fisioterapi : Spasme pada otot – otot bagian dalam paha dan
ketidakseimbangan otot – otot hip dan pelvic.

Pengobatan Fisioterapi :

1. Electrotherapy, seperti Diathermy atau Ultrasound serta TENs untuk


mengurangi nyeri
2. Manualtherapy, berupa : mobilisasi sendi, mobilisasi jaringan lunak,
Myofacial release,trigger point therapy, dan acupressure.
3. Exercise therapy, berupa : Pelvic Floor muscle exercise untuk penguatan,
mengurangi spasme dan kemampuan mengkontraksikan semua otot – otot
disekitarnya.
4. General program berdasarkan temuan saat pmeriksaan dilakukan, seperti :
stretching, strengthening atau relaksasi

c. Interstitial Cystitis
Gejala – gejala :
1) Nyeri panggul yang hebat dan persisten serta nyeri saat buang air kecil
2) Asam, minuman beralkohol, atau mengandung karbonat, kopi dan teh
menambah rasa nyeri

Pengobatan ( Fisioterapi )

1. Bladder training
2. TENS
3. Arus interferensial
BAB III
PEMBAHASAN DAN PROSES FISIOTERAPI PADA INFEKSI
KANDUNG KEMIH

A. Anatomi dan fisiologi Traktus urinarius


Traktus urinarius atau yang sering disebut dengan saluran kemih terdiri dari
dua buah ginjal, dua buah ureter, satu buah kandung kemih ( vesika urinaria )
dan satu buah uretra.

Gambar 1. Anatomi traktus urinarius normal


Sumber : http://mekar-wijaya.blogspot.com/2009/12/ginjal.html

1. Ginjal
Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak dipinggang, sedikit dibawah
tulang rusuk bagian belakang. ( Daniel S, Wibowo, 2005 ). Ginjal kanan
sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri. Mempunyai ukuran panjang 7 cm
dan tebal 3 cm. Terbungkus dalam kapsul yang terbuka kebawah. Diantara
ginjal dan kapsul terdapat jaringan lemak yang membantu melindungi ginjal
terhadap goncangan. (Daniel S Wibowo, 2005). Ginjal mempunyai nefron
yang tiap – tiap tubulus dan glomerulusnya adalah satu unit. Ukuran ginjal
ditentukan oleh sejumlah nefron yang dimilikinya. Kira – kira terdapat 1,3
juta nefron dalam tiap – tiap ginjal manusia. (Ganong, 2001 )

Fungsi Ginjal :

a. Menyaring dan membersihkan darah dari zat-zat sisa metabolisme tubuh.


b. Mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan
c. Reabsorbsi (penyerapan kembali) elektrolit tertentu yang dilakukan oleh
bagian tubulus ginjal
d. Menjaga keseimbanganan asam basa dalam tubuh
e. Menghasilkan zat hormon yang berperan membentuk dan mematangkan
sel-sel darah merah (SDM) di sumsum tulang
f. Hemostasis Ginjal, mengatur pH, konsentrasi ion mineral, dan komposisi
air dalam darah. (Guyton, 1996 ).

2. Ureter
Ureter merupakan dua saluran dengan panjang sekitar 25 sampai 30 cm,
terbentang dari ginjal sampai vesika urinaria. Fungsi satu – satunya adalah
menyalurkan urin ke vesika urinaria. ( Roger Watson, 2002 )

3. Vesika Urinaria
Vesika urinaria adalah kantong berotot yang dapat mengempis, terletak 3
sampai 4 cm dibelakang simpisis pubis ( tulang kemaluan ).
Vesika urinaria mempunyai dua fungsi yaitu :
a. Sebagai tempat penyimpanan urin sebelum meninggalkan tubuh.
b. Dibantu uretra vesika urinaria berfungsi mendorong urin keluar tubuh.
(RogerWatson, 2002 ).

Didalam vesika urinaria mampu menampung urin antara 170 - 230 ml.
(Evelyn, 2002 )
4. Uretra
Uretra adalah saluran kecil dan dapat mengembang, berjalan dari kandung
kemih sampai keluar tubuh. Pada wanita uretra pendek dan terletak didekat
vagina. Pada uretra laki – laki mempunyai panjang 15 – 20 cm. ( Daniel S,
Wibowo, 2005 )

B. Patologi
1. Definisi
Infeksi kandung kemih adalah peradangan yang terjadi pada kandung
kemih. Infeksi kandung kemih umumnya disebabkan oleh bakteri. Infeksi
ini bisa menjadi semakin parah jika bakteri menyebar hingga ke ginjal.
Dibandingkan dengan pria, wanita lebih sering mengalami infeksi
kandung kemih. Hal ini disebabkan karena saluran uretra (saluran yang
membawa urine dari kandung kemih keluar tubuh) pada wanita lebih
pendek, dan mulut uretra wanita terletak sangat dekat dengan anus. Tidak
ada batasan umur wanita yang yang bisa mengalami infeksi kandung kemih.
Namun, wanita yang hamil, aktif secara seksual, dan yang sudah melewati
menopause memiliki risiko lebih besar.
Walaupun punya tingkat resiko tidak sebesar wanita, infeksi kandung
kemih bisa terjadi lebih parah pada pria. Hal hal yang memicu infeksi
kandung kemih pada pria adalah infeksi prostat, penyumbatan sistem
kandung kemih akibat tumor, atau karena pembengkakan prostat. Pria yang
melakukan seks anal tanopa memakai pelindung memiliki resiko lebih
tinggi mengalami infeksi kandung kemih

2. Etiologi
Berbagai mikroorganisme dapat menginfeksi saluran kemih tetapi yang
paling sering adalah basil gram negatif. Eschericia coli menyebabkan kira
– kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainan urologis dan kalkuli
selain itu bakteri lain misalnya Proteus,Klebsiella,Enterobacter, Serratia,
dan Pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksi tanpa
komplikasi. ( Basuki B Purnomo, 2007)
Penyebab lain infeksi traktus urinarius bisa karena terlalu lama menahan
kencing, kurang minum, penggunaan toilet umum yang tidak bersih,
kebiasaan cebok yang salah dan katerisasi.

3. Tanda dan Gejala


Gejala infeksi kandung kemih antara orang dewasa dan anak anak akan
sediki berbeda. Gejala infeksi kandung kemih pada orang dewasa adalah :
 Sensasi rasa nyeri, terbakar, atau menyengat saat buang air kecil.
 Tubuh terasa lemah atau demam
 Meningkatnya frekuensi buang air kecil tapi hanya sedikit urine yang
keluar
 Terdapat darah didalam urine atau hematuria
 Urine akan berwarna lebih pekat, gelap, dan beraroma kuat.
 Munculnya rasa nyeri diperut bagian bawah (atau tepat di atas tulang
panggul) atau di punggung bawah

Sedangkan pada anak –anak, salah satu gejala yang menandakan mereka
mengalami infeksi kandung kemih adaklah mengompol secara tidak sengaja
di siang hari. Beberapa gejala infeksi kandung kemih lain yang mungkin
terjadi adalah :

 Merasa lemah aau lelah


 Mudah marah
 Nafsu makan berkurang
 Muntah
 Kesakitan saat buang air kecil
4. Patofisiologi

Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam


saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung
kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014). Kuman ini
biasanya memasuki saluran kemih melalui uretra, kateter, perjalanan sampai
ke kandung kemih dan dapat bergerak naik ke ginjal danmenyebabkan
infeksi yang disebut pielonefritis (National Kidney Foundation, 2012). ISK
terjadi karena gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab
infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host.

Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan


hidup secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit
perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur,
masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke
kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal (Fitriani, 2013).

Mikroorganisme tersebut dapat memasuki saluran kemih melalui 3 cara


yaitu ascending, hematogen seperti penularan M.tuberculosis atau S.aureus
, limfogen dan langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah
mengalami infeksi (Purnomo,2014). Sebagian besar pasien ISK mengalami
penyakit komplikasi. ISK komplikasi adalah ISK yang diperburuk dengan
adanya penyakit lainya seperti lesi, obstruksi saluran kemih, pembentukan
batu, pemasangan kateter, kerusakan dan gangguan neurologi serta
menurunya sistem imun yang dapat mengganggu aliran yang normal dan
perlindungan saluran urin. Hal tersebut mengakibatkan ISK komplikasi
membutuhkan terapi yang lebih lama (Aristanti, 2015).
C. Proses Fisioterapi
1. Anamnesis umum

Nama : Ny. T

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Sekretaris

Agama : Islam

2. Anamnensis Khusus
Keluhan utama : rasa ingin selalu buang air kecil, nyeri saat buang air kecil,
warna urin keruh, dan bau urin tidak sedap.
Kapan terjadi : sekitar 2 bulan yang lalu
Sifat nyeri : nyeri terlokalisir
Riwayat penyakit lain : hipertensi
Riwayat penyakit keluarga : ginjal
Aktifitas yang memperberat : duduk lama
Aktifitas yang memperingan : istirahat

3. Inspeksi
 Terdapat nyeri tajam di daerah perineum (selangkangan) dan selalu
kencing.
 Terdapat warna agak kehitaman pada kantong mata dan tatapan terlihat
lemah dan sayup.
4. Pemeriksaan Vital Sign
 Tekanan darah : 130/90 mmHg
 Denyut nadi : 75 kali/menit
 Pernapasan : 25 kali/ menit
 Suhu : 35,50C
5. Intervensi Fisioterapi
Mengajarkan latihan otot-otot dasar panggul (PFM=Pelvic Floor Muscle
Exercise) mungkin memiliki beberapa efek penghambatan pada otot detrusor.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Hasnia. Sri Saadiah Leksonowati, dkk. 2015. Fisioterapi Kesehatan


Wanita. Makassar

Anda mungkin juga menyukai