PEREMPUAN
DOSEN : AMELYADI,M.SI
KELOMPOK 10
RIZKI NURTRIVANI
SR152090022
PRODI S1 KEPERAWATAN
PONTIANAK
NOVEMBER, 2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa kader perempuan yang kala itu pernah di didik oleh Kyai
Dahlan antara lain Siti Badriah, Siti Dawimah, Siti Dalalah, Siti Busyro, Siti
Dawingah, dan Siti Badingah Zubair. Bersama dengan Nyai Walidah, istri
beliau, Kyai Dahlan membentuk lingkaran pengajian yang kemudian
dikenal dengan Sopo Tresno. Lingkar pengajian ini merupakan cikal bakal
berdirinya organisasi sayap perempuan Muhammadiyah Aisyiah.
Kesetaran hak perempuan dengan laki-laki dalam peran-peran publik
bukanlah hal yang asing di lingkungan Muhammadiyah. Dengan kenyataan
tersebut, Muhammadiyah sudah semestinya menjadi lingkungan yang ramah
terhadap pembinaan dan pemberdayaan potensi perempuan agar mampu
berperan lebih luas dalam wilayah publik. Perempuan sudah semestinya
memberikan warna yang tegas dalam langgam pergerakan Muhammadiyah
di ranah sosial. Kecuali itu, Muhammadiyah juga semestinya memiliki
sensifitas yang tinggi terhadap persoalan diskriminasi dan tindak
kriminalitas yang menjadikan perempuan sebagai korban di tengah
masyarakat.
Dalam ayat ini telah terkonsep ‘persamaan’ antara laki-laki dan perempuan
sesuai dengan tuntunan syar’i. Jadi, intinya persamaan itu adalah persamaan
di dalam iman, kejujuran, keikhlasan, berdzkir, memelihara kemaluan,
zakat, puasa, dan sebagainya. Dan inilah yang dituntut dalam Islam.
Dengan demikian, aturan dasarnya harus kita mulai dari aturan dasar
pertama yang menjadi sandaran atau prinsip utama, yaitu saling melengkapi
adanya laki-laki dan perempuan. ‘Ma’ruf’ disini tidaklah statis, tetapi justru
dinamis (berubah) sesuai dengan kondisi tempat dan waktu. Pengertian
‘ma’ruf’ berbeda-beda antara pengertian yang dulu dan sekarang. Ma’rufi di
negara yang satu dengan negara yang lainnya mungkin saja berbeda, dengan
syarat bahwa ma’ruf bisa diterima dengan akal sehat dan tidak berbenturan
dengan nash-nash syariat. Ketika ma’ruf itu relevan di suatu negara dan bisa
direalisasikan pada waktu tertentu, maka hal ini dapat ditolerir
(diperbolehkan). Tetapi apabila di suatu negara terdapat pengekangan
pergaulan perempuan terhadap perempuan lain, maka hal tersebut tidak bisa
dibenarkan karena telah bertantangan dengan nash-nash al-Qur`an,
khususnya bertentangan dengan surat An Nisa’ ayat 7 yang berbunyi; “al-
rijâlu qawamûna ‘alâ an-nisâ.” Kata qawwâmah adalah penghormatan atau
pemuliaan terhadap isteri dan itu berarti mempererat ikatan keluarga.
Sebelum membicarakan qawwâmah, ada 2 prinsip yang terdapat di
dalamnya, yaitu :
Pertama, hal-hal yang dapat memudahkan hidup sesorang dalam
berkeluarga diantaranya adalah;
1. Keduanya tidak memberikan pekerjaan di luar kemampuan.
2. Isteri tidak banyak menuntut kepada suami berupa materi jika suami
miskin.
3. Jika seorang isteri sedang sakit, maka suami tidak boleh banyak
menuntut untuk melakukan sesuatu di luar kemampuannya.
Kedua, mencegah adanya bahaya. Di dalam surat Al Baqarah 233 Allah
swt. menjelaskan; “Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan juga seorang ayah karena anaknya.” Ketiga, selalu
bermusyawarah dan saling memahami. Keempat, saling pengertian, saling
ridha dan saling memahami satu sama lain, sebagaimana yang tertera dalam
surat Al Baqarah ayat 233 yang mempunyai arti; “Apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum 2 tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan...”
Prinsip-prinsip ini harus diterapkan dalam kehidupan rumah tangga dan
dijadikan sebagai prinsip yang dapat mengatur aktifitas keluarga.
C. Pengertian Aisyiyah
Akar berdirinya Aisyiyah tidak bisa dilepas kan kaitannya dari akar
sejarah. Spirit berdirinya Muhammadiyah telah mengilhami berdirinya
hampir seluruh organisasi otonom yangada di uhammadiyah, termasuk
Aisytyah. Sejakmendirikan Muhammadiyah, Kiai Dahlan
sangatmemperhatikan embinaan terhadap wanita. Anak-anak perempuan
yang potensial dibina dan dididikmenjadi pemimpin, erta dipersiapkan
untuk menjadi pengurus dalam organisasi wanita dalam Muhammadiyah. Di
antara ereka yang dididik Kiai Dahlan ialah Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti
Dalalah, Siti- Busyro (putri beliau endiri), Siti Dawingah, dan Siti Badilah
Zuber.