Fix Print Skripsi Tian
Fix Print Skripsi Tian
PENDAHULUAN
merupakan penyakit utama penyebab kesakitan dan kematian bayi dan Balita.1 Infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun
bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, maupun riketsia,
tanpa atau disertai radang parenkrim paru.2 Penyakit ini dapat menimbulkan berbagai
spektrum penyakit dari penyakit tanpa gejala sampai penyakit parah dan mematikan.
tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan, dan pejamu. Data 10 Besar
Penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan Rumah Sakit di Indonesia tahun 2009,
menempatkan Infeksi saluran napas bagian atas pada urutan pertama dengan total
dan mempunyai gejala batuk, sesak napas, ronki, dan infiltrant pada foto rontgen.
Terjadinya Pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses
kematiannya sangat tinggi, tidak saja di negara berkembang tetapi terdapat juga di
Negara maju seperti Amerika, Kanada dan Negara-Negara Eropa lainya. Di Amerika
TBC, kasus pneumonia ditemukan paling banyak menyerang anak balita.2 Tahun
2007 1,2 juta orang di Amerika Serikat dirawat di rumah sakit dengan pneumonia dan
lebih dari 52.000 orang meninggal akibat penyakit ini. Daerah Eropa dan Amerika
Utara kejadian pneumonia 34-40 kasus per 1.000 anak, kebanyakan kasus pneumonia
pada anak usia prasekolah yaitu, empat bulan sampai lima tahun. Di dunia setiap 20
detik seorang anak meninggal akibat pneumonia dan setiap tahun diperkirakan lebih
dari 2 juta balita meninggal karena pneumonia (1 balita/15 detik) dari 9 juta total
2008, pneumonia yang merupakan salah satu jenis ISPA adalah penyebab paling
banyak kematian balita di dunia dan juga di Indonesia.5 Berdasarkan data WHO tahun
2015 pneumonia menyumbang 15% dari seluruh kematian anak di bawah 5 tahun,
menewaskan sekitar 922 000 anak-anak.6 Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 2001, bahwa angka kematian balita akibat penyakit sistim
pernapasan adalah 4,9/1.000 balita, yang berarti terdapat sekitar 5 dari 1.000 balita
yang meninggal setiap bulan akibat pneumonia, atau berarti tiap tahun terdapat
140.000 balita yang meninggal akibat pneumonia. Data ini juga berarti bahwa rata-
rata 1 anak balita Indonesia meninggal akibat pneumonia dalam setiap 5 menit.7
Melihat dari banyaknya angka kematian balita dikarenakan pneumonia, maka
pneumonia patut menjadi suatu masalah dunia yang harus diatasi, namun Di
gambaran karakteristik pneumonia pada anak yang dirawat di ruang intensif RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2013 – 2015. Oleh karena itu, peneliti
perawatan intensif RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2013 – 2015 ?
perawatan intensif RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada tahun 2013 –
2015.
1. Manfaat keilmuan
pneumonia pada anak dan dapat menjadi bahan evaluasi terhadap program
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
yang ditandai dengan batuk dan kesulitan bernafas, yang biasa disebut dengan nafas
cepat atau sesak nafas pada anak usia balita 0 – 5 tahun.8 Pneumonia adalah infeksi
akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) dan mempunyai gejala batuk, sesak
1
napas, ronki, dan infiltrant pada foto rontgen. Pneumonia adalah radang paru yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda-
2.2. KLASIFIKASI
pneumonia).
c. Pneumonia aspirasi.
3. Berdasarkan Umur
- Bukan Pneumonia.
- Pneumonia Berat.
- Pneumonia.
- Pneumonia berat. 30
4. Berdasarkan dosis pengobatan pneumonia menurut WHO
a. Pneumonia Lobaris.
c. Pneumonia Interstitial. 9
2.3. EPIDEMIOLOGI
pernah didiagnosis pneumonia oleh tenaga kesehatan dalam sebulan terakhir sebelum
survei) pada bayi di Indonesia adalah 0,76% dengan rentang antar provinsi sebesar 0-
13,2%. Prevalensi tertinggi adalah provinsi Gorontalo (13,2%) dan Bali (12,9%),
Sedangkan prevalensi pada anak balita (1-4 tahun) adalah 1,00% dengan rentang
antar provinsi sebesar 0,1% - 14,8%. Seperti pada bayi, prevalensi tertinggi adalah
provinsi Gorontalo (19,9%) dan Bali (13,2%) sedangkan provinsi lainnya di bawah
dalam satu bulan terakhir sebesar 1%, di bawah angka nasional (1,88%), dengan
rentang 0,5 – 2,7%. Prevalensi terendah ditemukan di Kota Bitung dan Kota
2010, kasus pneumonia mencapai 23% dengan 499.259 kasus yang ditemukan pada
anak (ruang ganesa) RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya pada tahun 2011–2013
pada 74 anak balita yang berumur 1-5 tahun terdapat peningkatan jumlah penderita
Tabel 2.3.1. Distribusi Penyakit Pneumonia Pada Balita di RSUD Bhakti Dharma
Tahun Jumlah %
2011 10 13,5
2012 26 35,2
2013 38 51,3
Total 74 100
klinis dan radiologi juga dapat melihat apakah penyebabnya bakteri, virus atau
mycoplasma, namun hal ini masih kontroversial.16 Meskipun penyebab yang tersering
dan Legionella sp. Serta beberapa virus yang menyerang pernapasan seperti influenza
terbagi atas dua kelompok besar yaitu faktor instrinsik dan faktor ekstrinsik.20
Beberapa faktor risko intrinsik yang berpengaruh terhadap kejadian pneumonia pada
balita antara lain: umur , jenis kelamin, status gizi, Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR), tidak ASI eksklusif, imunisasi tidak memadai, defisiensi vitamin A, Faktor
ekstrinsik meliputi kepadatan tempat tinggal, polusi udara, tipe rumah, ventilasi,
kelembaban, letak dapur, jenis bahan bakar, penggunaan obat nyamuk, asap rokok,
penghasilan keluarga serta faktor ibu baik pendidikan, umur ibu, maupun
pengetahuan ibu. Salah satu sumber media penularan penyakit pneumonia adalah
kondisi fisik rumah serta lingkungannya yang merupakan tempat hunian dan
2.5. PATOFISIOLOGI
Pneumonia merupakan hasil dari reaksi antara imun host terhadap bakteri
napas bawah adalah melalui aspirasi sekret orofaring, maka nasofaring dan
namun umumnya mikroorganisme ini masuk dengan cara aspirasi orofaring via
droplet, dalam jumlah yang sedikit dan tersering pada saat pasien sedang tidur
(khususnya pasien tua) dan pada pasien yang mengalami penurunan kesadaraan.Jalur
infeksi lain adalah melalui inhalasi udara yang sudah tercemar dengan
mikroorganisme ketika penderita lain batuk, bersin, atau berbicara, atau juga
inhalasi air aerosol yang terkontaminasi dari peralatan terapi respirasi. Jalur infeksi
ini merupakan jalur utama pada pneumonia viral, mikobakterial, dan wabah
Legionella. Selain itu, walaupun jarang terjadi pneumonia juga dapat muncul dan
penyebaran infeksi yang berasal dari infeksi pleura dan ruang mediatinum, atau
Pada individu yang sehat, patogen yang masuk ke paru akan dieliminasi
pertahanan tubuh saluran napas atas, seperti reflex batuk dan klirens mukosiliar, lini
pertahanan selanjutnya adalah sel epitel saluran napas. Sel epitel saluran napas
S.aureus). Tetapi sel pertahanan tubuh utama pada saluran napas bawah adalah
pengenal yaitu Toll-like receptors (TLR) yang dapat mengaktivasi respon imun
bawaan dan didapat. Pelepasan TNF-α dan IL-1 dari makrofag berkontribusi untuk
terisi enzim degradatif, protein antimikroba, dan radikal oksigen toksik. PMN juga
NET sehingga dapat melepaskan diri dari pertahanan PMN. Sebagai tambahan,
imun adaptif yaitu dengan aktivasi sel T dan sel B yang nantinya menginduksi
imunitas selular dan humoral. Pelepasan mediator inflamasi dan kompleks imun
menyebabkan asinus dan bronkiolus terminal terisi dengan debris infeksius dan
dari dinding selnya yang menyebabkan kerusakan paru lebih lanjut. Akumulasi
Faktor mekanik sangat berperan dalam pertahanan host terhadap infeksi. Hal
ini dapat dilihat dengan adanaya: rambut hidung yang menyaring udara dan
dengan mukosiliar clearance dan faktor antibakteri yang dapat membunuh patogen,
gag reflex serta reflek batuk yang dapat mencegah aspirasi partikel ke dalam saluran
pernapasan bawah. Tidak hanya itu, keberadaan flora normal di saluran pernapasan
bawah dapat menghindarkan dari infeksi bakteri patogen yang dapat menimbulkan
pneumonia. Saat semua sistem pertahan di atas hilang atau ketika terdapat
diaktifkan oleh protein local (seperti protein surfaktan A dan D) yang memiliki
oleh makrofag bakteri akan dieliminasi melalui bersihan mukosiliar atau melalui
sistem limfatik. Manifestasi pneumonia timbul hanya ketika jumlah makrofag yang
yang menjadi respon umum pertahanan tubuh terhadap infeksi. Pelepasan mediator
inflamasi seperti interleukin (IL)1 dan tumor nekrosis faktor (TNF), akan
menimbulkan gejala klinis berupa demam. Chemokins, seperti IL-8 dan granulosit
Mediator inflamasi yang dihasilkan oleh makrofag dan neutrofil yang baru membuat
bocornya kapiler alveolar yang serupa dengan acute respiratory distress syndrome
berupa hemoptisis. Dari gambaran radiologi kebocoran ini akan tampak sebagai
gambaran infiltrate dan pada auskultasi akan terdengar rales, serta hypoxemia akibat
vasokontriksi yang umumnya muncul dengan disertai dengan alveolus yang terisi
cairan, dan gangguan ini dapat berujung pada hipoksemia berat. Peningkatan
bronkospasme yang dipicu infeksi semuanya akan berakibat pada gejala klinis
sesak napas. Jika cukup berat, perubahan mekanika paru yang menyebabka
fisis pneumonia.21 Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh UNICEF dan WHO,
aspek pengetahuan yang penting untuk dipahami oleh ibu atau pengasuh balita adalan
oleh WHO sebagai dua kunci tanda bahaya pneumonia (two key danger sigs of
pneumonia), yaitu sulit bernafas (difficult breathing) dan nafas cepat (fast
breathing).20 Demam, menggigil, takipneu, batuk, malaise, nyeri dada akibat pleuritis,
retraksi, dan iritabilitas akibat sesak respiratori, sering terjadi pada bayi yang lebih
sama dengan pneumonia tipe lainnya, yaitu manifestasi klinis yang sering muncul
sekret yang keluar dapat berupa mukus, purulent, atau darah yang bercampur dengan
sputum. Gejala utama lain yang muncul adalah sesak napas. Pada kondisi ringan
mungkin pasien masih bisa berbicara dengan kalimat lengkap, namun pada
kondisi berat, pasien akan kesulitan dalam bernapas. Jika terdapat penyebaran
sampai pleura, pasien akan merasakan sakit dada pleuritik. Lebih dari 20%
pasien memiliki gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, dan diare. Gejala lain
yang mungkin muncul adalah lemas, sakit kepala, nyeri otot dan nyeri sendi.19
sedangkan pada perkusi, akan didapatkan perubahan dari tumpul menjadi rata, pada
daerah yang mengalami konsolidasi dan efusi pleura. Adapun pada auskultasi,
kemungkinan terdengar suara ronkhi dan suara gesekan atau friksi pada pleura.
ketika terdapat sejumlah material yang terinhalasi, sekret berlimpah, atau substansi
abnormal, seperti edema atau pus.18 Batuk merupakan suatu rangkaian refleks yang
terdiri dari reseptor batuk, saraf aferen, pusat batuk, saraf eferen, dan efektor. Refleks
batuk tidak akan sempurna apabila salah satu unsurnya tidak terpenuhi. Adanya
rangsangan pada reseptor batuk akan dibawa oleh saraf aferen ke pusat batuk yaitu
medula untuk diteruskan ke efektor melalui saraf eferen. Reseptor batuk terdapat
pada farings, larings, trakea, bronkus, hidung (sinus paranasal), telinga, lambung, dan
perikardium sedangkan efektor batuk dapat berupa otot farings, larings, diafragma,
peningkatan tekanan intra toraks lalu glotis terbuka dan dibatukkan secara eksplosif
untuk mengeluarkan benda asing yang ada pada saluran respiratorik. Inspirasi
mempertahankan volume paru pada saat tekanan intratorakal besar. Pada fase ini
terjadi kontraksi otot ekspirasi karena pemendekan otot ekspirasi sehingga selain
menyebabkan terjadinya ekspirasi yang cepat, singkat, dan kuat sehingga terjadi
pembersihan bahan-bahan yang tidak diperlukan seperti mukus dan lain-lain. Setelah
fase tersebut maka otot respiratorik akan relaksasi yang dapat berlangsung singkat
atau lama tergantung dari jenis batuknya. Apabila diperlukan batuk kembali maka
gangguan paru. Warna dan bau yang khas dapat menunjukkan suatu infeksi
sel atau jaringan nekrosis, muntah yang teraspirasi, atau partikel asing lain.
Penampakan kasar dan pemeriksaan fisik lain pada sputum, tergantung pada
material yang terdapat pada sputum. Sputum mukoid biasanya jernih dan kental,
biasanya berwarna, seperti kuning atau hijau, dan keruh. Ini menandakan adanya
sel darah putih dalam jumlah besar, khususnya granulosit neutrofil. Sputum dapat
konsistensinya seperti jelly, dan pada infeksi anaerobik sputum yang dihasilkan
yang meliputi pengeluaran darah merah muda yang bersifat basa dari mulut yang
hitam, yang bersifat asam dan tidak pernah berbusa dari mulut yang didahului rasa
mual.24 Hemoptisis terjadi karena adanya kerusakan pada parenkim paru dengan
ruptur pembuluh darah atau inflamasi, cedera, atau kanker dari organ pernapasan.
scan.18
saluran napas atas, maka makrofag alveolus yang akan menjadi pertahanan
mediator inflamasi kimiawi, infiltrasi sel darah putih, dan aktivasi respon imun.
dari saluran napas atas, penyebaran dari tempat infeksi lain, penyebaran hematogen.18
Pada reaksi inflamasi, ruang udara alveolus akan terisi dengan cairan
eksudasi kaya protein. Sel-sel inflamasi (pada fase akut neutrofil, kemudian
makrofag, dan limfosit pada fase kronik) akan secara bertahap menginvasi dinding
alveolus. Akibat adanya akumulasi eksudasi inflamasi ini pada ruang alveolus,
disertai penurunan pH. Ketika terjadi hipoksemia, maka kemoreseptor yang berada di
badan aorta dan badan karotis akan teraktivasi, sehingga merangsang pusat
pernapasan di medulla.18
kelompok respiratorik dorsal (KRD) dan ventral (KRV). Pada hipoksemia akan
teraktivasi KRV yang mana akan memperkuat ventilasi, sehingga pada pasien
Hal ini bertujuan untuk mengeluarkan kelebihan CO2, jika tidak maka kelebihan
darah dan juga peningkatan frekuensi nadi yang akan meningkatkan volume
pneumokokkus, kerusakan juga terjadi pada sel alveolus tipe II dan menempel pada
dinding alveolus, sehingga terjadi penyampuran eksudasi, sel darah merah, sel
darah putih, dan fibrin. Hal ini yang menyebabkan eksudasi menjadi padat atau
pada kapiler alveolus. Eksudasi pada alveolus juga merupakan tempat yang tepat
untuk terjadinya multiplikasi bakteri dan penyebaran infeksi melalui pori Kohn ke
pneumonia, retraksi jaringan antara tulang rusuk (retraksi subcostal dan intercostal)
2.6.4. Demam
khususnya, kerap mengalami demam karena pada dasamya, balita memang rentan
coldlflu).25 Demam adalah salah satu dari tanda-tanda klinis yang paling umum dan
ditandai dengan peningkatan suhu tubuh di atas normal yang memicu peningkatan
alveolus untuk melakukan fagositosis. Pada proses fagositosis ini, akan dikeluarkan
suatu bahan kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (IL-1, TNFα, IL-6, dan
INF) yang memiliki fungsi melawan infeksi. Kemudian pirogen endogen ini akan
mempertahankannya di suhu normal tubuh. Setelah suhu baru tercapai maka suhu
tubuh diatur sebagai normal dalam respons terhadap panas dan dingin tetapi dengan
adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme
termoregulasi.28
2.6.5. Mual dan Muntah
Muntah adalah pengeluaran isi lambung dengan kekuatan secara aktif akibat
esofagus bagian bawah dan dilatasi esofagus. Muntah merupakan respon somatic
a.Nausea(Mual)
Merupakan sensasi psikis akibat rangsangan pada organ viseral, labirinth dan emosi.
Tidak selalu berlanjut dengan retching dan ekspulsi. Keadaan ini ditandai dengan
Selama periode nausea, terjadi penurunan tonus kurvatura mayor, korpus dan
Pada fase nausea ini belum terjadi peristaltik aktif. Muntah yang disebabkan
b.Retching
Retching dapat terjadi tanpa diikuti muntah. Pada fase retching terjadi kekejangan
Sfingter esofagus bawah membuka, tetapi sfingter esofagus atas masih menutup
menyebabkan chyme masuk ke dalam esofagus. Pada akhir fase retching terjadi
relaksasi otot dinding perut dan lambung sehingga chyme yang tadinya sudah
beberapa siklus.29
c.Ekspulsi
abdomen dan diafragma, akan berlanjut menjadi muntah, jika tekanan tersebut
dapat mengatasi mekanisme anti refluks dari LES (lower esophageal sphincter).
Pada fase ekspulsi ini pilorus dan antrum berkontraksi sedangkan fundus dan
esophagus relaksasi serta mulut terbuka. Pada fase ini juga terjadi perubahan
cepat dari diafragma yang menekan fundus sehingga terjadi refluks isi
napas, atau dinding dada. Nyeri pleura merupakan nyeri tersering yang disebabkan
oleh penyakit paru. Karaktersitik khasnya biasanya adalah nyeri yang tajam dan
menusuk. Infeksi dan inflamasi pada pleura parietal menyebabkan nyeri ketika
pleura mengalami peregangan saat inspirasi. Nyerinya biasa nya terlokalisir, dan
ketika terdapat suara napas yang khas saat nyeri hebat, dinamakan friksi leura.
Aktivitas tertawa dan batuk membuat nyeri pleura makin hebat. Nyeri pleura
2.7. DIAGNOSIS
pemeriksaan fisik secra umum. Setelah itu ada pula pemeriksaan penunjang seperti
rontgen paru dan pemeriksaan darah. Penanganan pneumonia pun dapat dilakukan
pneumonia dapat sembuh bila diberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis
kumannya, hanya saja memerlukan dosis yang tinggi dan waktu yang lama.27
eksaserbasi akut, gagal jantung, emboli paru, dan pneumonitis radiasi. Dengan
beberapa data epidemiologi, dapat diketahui pathogen endemik pada perjalanan
yaitu sekitar 58% dan 67%. Maka dari itu, pemeriksaan radiologi thoraks
menjadi yang tersering untuk membedakan pneumonia dengan kondisi klinis lain
2.8 PENATALAKSANAAN
Terapi pneumonia dalah terapi suportif dan terapi spesifik yang tergantung
pada berat ringannya penyakit, komplikasi dan kuman penyebab pneumonia. Usia,
rontgen toraks, derajat distress respiratori, dan kemampuan keluarga untuk merawat
anak yang sakit, serta progresivitas penyakit harus dipertimbangkan untuk rawat inap.
Sebagian besar kasus pneumonia pada anak sehat dapat dikelola sebagai pasien rawat
jalan.21
Walaupun sebagian besara kasus pneumonia komunitas pada anak kecil
disebabkan oleh virus, pada sebagian besar situasi para ahli menyarankan pemberian
terapi antibiotic empiris untuk berbagai kasus yang dapat diterapi. Situasi
penyakit berat yang tidak biasa, pneumonia nosocomial dan anak dengan
sefalosporin dosis tinggi bahkan dengan adanya resistensi penisilin tingkat tinggi.
Vankomisin dapat digunakan apabila pada uji resistensi ditemukan resistensi obat dan
penyakit pasien sangat berat. Pada bayi berusia 4-18 minggu pneumonia afebrile
umumnya disebabkan oleh C. Trachomatis untuk tipe ini digunakan terapi dengan
preparat makrolid.21
Terapi Antimikroba untuk Pneumonia yang disebabkan oleh Patogen
Spesifik.21
ALTERNATIVE
klindamisin, atau
vankomisin
A Sefuroksim axetil,
atau eritromisin
lebih dari 9
tahun)#
Flourokuinolon
(pada pasien
18 tahun
aminoglikosida$
P. aeruginosa
aminoglikosida$ tazobactam
ditambah sediaan
aminoglikosida$
lebih dari 9
tahun)#
Flourkuinolon
(pada pasien
trachomatis
(pneumonia afebrile
pada bayi)
virus
Keterangan : pasien rawat jalan dapat diberikan preparat oral pada pasien dengan
penyakit ringan. Pemberian terapi parenteral diberikan pada pasien dengan sakit
+Antibiotik harus dipilih berdasarkan uji resistensi dari uji kultur atau
anak kurang dari 18 tahun, wanita hamil dan menyusui. Pemberian Tetrasiklin
Pneumonia
1. Gejala Klinis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Demam
b. Batuk PENATALAKSANAAN
c. Sesak Nafas
d. Retraksi Intercostal
2.9. KERANGKA KONSEP
Pneumonia
METODE PENELITIAN
3.1.JENIS PENELITIAN
Desember 2015.
lengkap.
- Umur
- Jenis Kelamin
- Gambaran klinis
< 2 bulan
2 – 5 tahun
diagnosis penyakit.
- Alat tulis
- Komputer
- Kalkulator
- Rekam medik
- Data yang diperoleh diolah secara manual dan disajikan dalam bentuk
Populasi
(Semua anak dengan diagnosa pneumonia)
Sampling frame
(Penderita yang masuk kriteria inklusi dan
eksklusi)
Sampel Penelitian
(Mencatat data yang masuk dalam variable
penelitian)
Mengolah data
Hasil Penelitian